Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING TRAUMA


(COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY)

OLEH

1. ANDI MUTIARA FAQIH (A1Q1 16 006)


2. HERNIANTI (A1Q1 18 028)
3. NURCAHYANI A. SUPU (A1Q1 18 046)
4. ARLIAN (A1Q1 18 017)
5. HASTATI HASDIANA PUTRI (A1Q1 17 056)
6. SALMATIANA SARI (A1Q1 17 048)
7. WAHYUNI (A1Q1 18 061)
8. ASRIANTI UMAR (A1Q1 17 054)
9. RISNA (A1Q1 17 062)
10. DWI PUSPITA NINGRUM (A1Q1 17 036)
11. RISNA YANTI (A1Q1 17 021)
12. LENI (A1Q1 17 014)
13. SAFARDIN (A1Q1 16 049)

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Cognitive Behavioral Therapy”
ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.,


yang telah mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh
cahaya seperti yang kita rasakan saat ini.

Penulis tetap memerlukan saran dan kritik berkenaan dengan penyusunan


makalah ini untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya dengan segala kerendahan
hati, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam makalah ini.

Terimakasih,

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kendari, 31 Oktober 2020

Penulis

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Pengertian Cognitive Behavior Therapy ................................................3

2.2 Tujuan Konseling Cognitive Behavior Therapy ....................................5

2.3 Langkah-langkah Konseling Cognitive Behavior Therapy ..................5

2.4 Teknik Konseling Cognitive Behavior Therapy.....................................6

BAB III PENUTUP ................................................................................................8

3.1 Kesimpulan ................................................................................................8

3.2 Saran ..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berfikir merupakan ciri khas dari manusia yang membedakannya dengan


makhluk lain. Ciri inilah membuat manusia disebut sebagai anima intelectiva,
berbeda dengan anima sensitive dan anima vegetativa. Manusia memutus
tindakannya melalui berfikir, pernah berfikir merupakan fungsi kognitif manusia.
Manusia tidak hanya menerima rangsangan dari apa yang dilihatnya melalui
penginderaannya, mengingat peristiwa, serta menghubungkan peristiwa dengan
peristiwa lainnya dengan landasan hukum asosiatif, namun mengalami informasi
yang diperolehnya melalui pengalaman serta fungsi kognitifnya. Hal ini membuat
berbagai asumsi mengenai informasi yang diterima manusia di dalam benaknya
dengan mempertimbangkan hal memalui proses berfikir dan mengambil
keputusan atas dasar pertimbangan yang difikirkan secara matang. Inilah ciri
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Pengalaman para konselor dalam melakukan praktek konseling di
Indonesia, khususnya di sekolah sebagai tempat para konselor atau guru BK
bekerja, sering kali layanan konseling dilakukan dengan cara memberikan
nasehat. Pemberian nasehat diharapkan adanya perubahan perubahan terhadap
perilaku siswa yang menyimpang. Namun perubahan tersebut hanya beberapa
kasus siswa saja yang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, sisanya
masih banyak siswa kembali melakukan kesalahannya karena tidak ada sebuah
bantuan untuk melatih perilaku baru, dan siswa cenderung enggan untuk
mendengar nasehat.
Satiadarma (Oemarjoedi, 2003:10) penyimpangan perilaku manusia
terjadi karena adanya penyimpangan fungsi kognitif. Perbaikan perilaku manusia
yang mengalami penyimpangan tersebut terlebih dahulu harus dilakukan
perbaikan terhadap fungsi kognitif manusia. Pernyataan ini menunjukkan
pentingnya pengaruh aspek kognitif terhadap perilaku manusia. Peran kognitif

1
dalam mempertimbangkan utusan untuk melakukan tindakan tertentu menjadi
focus perhatian dalam pendekatan kognitif behavior therapy.
Kognitif behavior therapy (CBT) merupakan pendekatan konseling yang
didasarkan atas konseptualisasi atau pemahaman pada setiap konseli, yaitu pada
keyakinan khusus konseli dan pola perilaku konseli. Proses konseling dengan
cara memahami konseli didasarkan pada restrukturisasi kognitif yang
menyimpang, keyakinan konseli untuk membawa perubahan emosi dan strategi
perilaku kearah yang lebih baik. Oleh sebab itu CBT merupakan salah satu
pendekatan yang lebih integrative dalam konseling (Alford dan Beck, 1997).
CBT merupakan suatu pendekatan yang memiliki pengaruh dari
pendekatan kognitif terapi dan behavior therapy. Oleh sebab itu, Makson dan
Ollendick (1988:44) mengungkapkan bahwasannya CBT merupakan perpaduan
pendekatan dalam psikoterapi yaitu kognitif therapy dan behavior therapy
sehingga langkah-langkah yang dilakukan oleh kognitif theraphy dan behavior
theraphy ada dalam konseling yang dilakukan oleh CBT. Karakteristik CBT yang
tidak hanya menekankan pada perubahan pemahaman konseli dari sisi kognitif
namun memberikan konseling pada perilaku kearah yang lebih baik dianggap
sebagai pendekatan konseling yang tepat untuk diterapkan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Cognitive Behavioral Therapy?
2. Apa tujuan Cognitive Behavioral Therapy?
3. Bagaimana Langkah-langkah Konseling Cognitive Behavior Therapy?
4. Teknik apa yang digunakan dalam Konseling Cognitive Behavior
Therapy?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi Cognitive Behavioral Therapy.
2. Untuk mengetahui tujuan Cognitive Behavioral Therapy.
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah Konseling Cognitive Behavior
Therapy.
4. Untuk mengetahui Teknik Konseling Cognitive Behavior Therapy.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cognitive Behavioral Therapy


Cognitive Behavioral Therapy yaitu teknik modifikasi perilaku dan
mengubah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti
interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih
realistik. Atau, membantu pengendalian reaksi emosional yang terganggu, seperti
kecemasan dan depresi dengan mengajarkan mereka cara yang lebih efektif untuk
menginterpretasikan pengalaman mereka. Terapi perilaku kognitif/Cognitive
Behavior Therapy (CBT) atau disebut juga dengan istilah Cognitive Behavior
Modification merupakan salah satu terapi modifikasi perilaku yang menggunakan
kognisi sebagai “kunci” dari perubahan perilaku. Terapis membantu klien
dengan cara membuang pikiran dan keyakinan buruk klien, untuk kemudian
diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik. Perilaku merupakan
pendekatan konseling dan terapi yang memadukan pendekatan cognitive (pikiran)
dan behavior (perilaku) untuk memecahkan masalah. Pendekatan cognitive
(pikiran) berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan,
atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya
sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya).
Aaron T. Beck (1964) mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling
yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan
cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang.
Pedekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi
perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi
atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli.
Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang menyimpang dan
sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang
lebih baik.
Matson & Ollendick (1988: 44) mengungkapkan definisi cognitive-
behavior therapy yaitu pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik

3
menggunakan kognisi sebagai bagian utama konseling. Fokus konseling yaitu
persepsi, kepercayaan dan pikiran.
Adapun Bush (2003) mengungkapkan bahwa konseling Cognitive
Behavior merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam psikoterapi yaitu
Cognitive Therapy dan Behavior Therapy. Terapi kognitif memfokuskan pada
pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif memfasilitasi individu belajar
mengenali dan mengubah kesalahan. Terapi kognitif tidak hanya berkaitan dengan
positive thinking, tetapi berkaitan pula dengan happy thinking. Sedangkan Terapi
tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi permasalahan
dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas
dan membantu membuat keputusan yang tepat.
Pikiran negatif, perilaku negatif, dan perasaan tidak nyaman dapat
membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti
depresi, trauma, dan gangguan kecemasan. Perasaan tidak nyaman atau negatif
pada dasarnya diciptakan oleh pikiran dan perilaku yang disfungsional. Oleh
sebab itu dalam konseling, pikiran dan perilaku yang disfungsional harus
direkonstruksi sehingga dapat kembali berfungsi secara normal.
CBT didasarkan pada konsep mengubah pikiran dan perilaku negatif yang
sangat mempengaruhi emosi. Melalui CBT, konseli terlibat aktivitas dan
berpartisipasi dalam training untuk diri dengan cara membuat keputusan,
penguatan diri dan strategi lain yang mengacu pada self-regulation (Matson &
Ollendick, 1988: 44).
Teori Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 6) pada dasarnya meyakini
pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses Stimulus-Kognisi-Respon
(SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak
manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan
bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak.
Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi
untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana pemikiran yang
irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku yang
menyimpang, maka CBT diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan

4
bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan,
bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan mengubah status pikiran
dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari
negatif menjadi positif.
Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, maka CBT adalah
pendekatan konseling yang menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan
kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara
fisik maupun psikis. CBT merupakan konseling yang dilakukan untuk
meningkatkan dan merawat kesehatan mental. Konseling ini akan diarahkan
kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan
otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan
memutuskan kembali. Sedangkan, pendekatan pada aspek behavior diarahkan
untuk membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan
kebiasaan mereaksi permasalahan.

2.2 Tujuan Konseling Cognitive Behavioral Therapy


Tujuan dari konseling Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 9) yaitu
mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan
menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang
masalah yang dihadapi. Konselor diharapkan mampu menolong konseli untuk
mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam diri konseli dan secara kuat
mencoba menguranginya.
Dalam proses konseling, ahli CBT (NACBT, 2007; Oemarjoedi, 2003)
berasumsi bahwa masa lalu tidak perlu menjadi fokus penting dalam proses
konseling. CBT dalam pelaksanaan konseling lebih menekankan kepada masa kini
dari pada masa lalu, akan tetapi bukan berarti mengabaikan masa lalu. CBT tetap
menghargai masa lalu sebagai bagian dari hidup konseli dan mencoba membuat
konseli menerima masa lalunya, untuk tetap melakukan perubahan pada pola pikir
masa kini untuk mencapai perubahan di waktu yang akan datang. CBT lebih
banyak bekerja pada status kognitif saat ini untuk dirubah dari status kognitif
negatif menjadi status kognitif positif.

2.3 Langkah-Langkah Konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT)

5
Beck menjelaskan langkah-langkah penting yang secara umum terdapat
dalam CBT, yaitu:
1. Membangun hubungan terapeutik. Membangun hubungan terapeutik
dilakukan sejak pertemuan pertama merupakan hal yang sangat penting
karena kelancaran proses konseling selanjutnya ditentukan oleh
bagaimana kesan yang didapat klien pada pertemuan pertama;
2. Perencanaan intervensi dan struktur sesi. Perencanaan pemberian
intervensi dilakukan oleh konselor bahkan sebelum bertemu dengan
klien, yaitu dengan melihat data-data yang sudah ada mengenai klien.
Perencanaan awal dibuat secara umum mengenai bagaimana sesi
konseling akan berjalan untuk selanjutnya jalannya konseling akan
bergantung pada gejala yang muncul pada klien;
3. Mengidentifikasi dan menanggapi disfungsional kognitif. Bagian
terpenting dalam pendekatan CBT adalah membantu klien merespon
pikiranpikirannya yang tidak akurat atau tidak membantu, seperti
misalnya pikiran otomatis dan keyakinan inti yang mendasari perilaku
tertentu;
4. Fokus pada hal yang positif. Klien dengan berbagai permasalahannya
cenderung terlalu fokus pada hal yang negatif. Ketika berada pada
kondisi tertekan klien secara otomatis memberi penekanan besar pada
pengalaman negatif dan gagal dalam mengenali pengalaman yang lebih
positif; serta
5. Memfasilitasi perubahan kognitif dan perilaku antar sesi (homework).

2.4 Teknik Konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT)


CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor
untuk membantu individu ke arah yang positif. Berbagai variasi teknik perubahan
kognisi, emosi dan tingkah laku menjadi bagian yang terpenting dalam Cognitive-
Behavior Therapy. Metode ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, di
mana konselor bersifat aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan berpusat
pada konseli.
Konselor atau terapis cognitive-behavior biasanya menggunakan berbagai
teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan

6
konseli. Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam CBT (McLeod,
2006: 157-158) yaitu:
a. Manata keyakinan irasional.
b. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu
yang menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.
c. Mengulang kembali, penggunaan beragam pernyataan diri dalam role
play dengan konselor.
d. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam
situasi rill.
e. Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang
dialami pada saat ini dengan skala 0-100.
f. Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan pikiran
negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif.
g. Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan
respon relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara
berulang-ulang dan berurutan dari respon takut terberat sampai yang
teringan untuk mengurangi intensitas emosional konseli.
h. Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.
i. Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya bisa
bertindak tegas.
j. Penugasan rumah. Memperaktikan perilaku baru dan strategi kognitif
antar sesi konseling.
k. In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan
memasuki situasi tersebut.
l. Covert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan
menekankan kepada proses psikologis yang terjadi di dalam diri
individu. Peranannya di dalam mengontrol perilaku berdasarkan kepada
imajinasi, perasaan dan persepsi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
CBT adalah pendekatan konseling yang menitikberatkan pada
restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian
yang merugikan dirinya (si penderita) baik secara fisik maupun psikis.
Tujuan dari konseling Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 9) yaitu
mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan
menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka
tentang masalah yang dihadapi.
Adapun fokus konseling dalam CBT meliputi aspek kognitif (pikiran),
mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan
memfasilitasi konseli belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek
kognitif; dan aspek behavioral (perilaku) mengubah hubungan yang salah
antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar
mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih
baik, serta berpikir lebih jelas.
Langkah-langkah dalam Konseling Cognitive-Behavior meliputi (1)
Membangun hubungan terapeutik; (2) Perencanaan intervensi dan struktur
sesi; (3) Mengidentifikasi dan menanggapi disfungsional kognitif; (4) Fokus
pada hal yang positif; (5) Memfasilitasi perubahan kognitif dan perilaku antar
sesi (homework).
Teknik Konseling Cognitive-Behavior: (1) Manata keyakinan
irasional; (2) Bibliotherapy; (3) Mengulang kembali; (4) Mengukur perasaan;
(5) Menghentikan pikiran; (6) Desensitization systematic; (7) Pelatihan
keterampilan sosial; (8) Assertiveness skill training; (9) Penugasan rumah;
(10) In vivo exposure; (11) Covert conditioning; (12) Mencoba penggunaan
berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi rill.

8
3.2 Saran
Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang kami buat ini,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami bisa
memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan kami dalam pembuatan
makalah kedepannya.
.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Erna Hervina. 2019. Cognitive-Behavioral Therapy Untuk Menangani


Kemarahan Pelaku Bullying Di Sekolah. Jurnal Bimbingan Konseling
Indonesia, 4(1), 16.

Bush, John Winston. 2003. Cognitive Behavioral Therapy: The Basics. [Online].
Tersedia: http://cognitivetherapy.com/basics.html (Diakses pada 29
Oktober 2020).

Matson, Jhonny L & Thomas H. Ollendick. 1988. Enhancing Children’s Social


Skill: Assessment and Training. New York: Pergamon Press

McLeod, John. 2006. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus. Alih Bahasa
oleh A.K. Anwar. Jakarta: Kencana.

NACBT. 2007. Cognitive-Behavioral Therapy. [Online]. Tersedia:


http://www.nacbt.org/whatiscbt.htm (Diakses pada 29 Oktober 2020).

Oemarjoedi, A. Kasandra. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior dalam


Psikoterapi. Jakarta: Creativ Media.

iv
5

Anda mungkin juga menyukai