Buku Saku Perawatan Jalan Rel
Buku Saku Perawatan Jalan Rel
PERAWATAN
JALAN REL
E
G
ID
buku saku
PERAWATAN
BR
JALAN REL
&
K
AC
IDENTITAS
Nama :
TR
NIPP :
Resort :
No. Telp :
E.mail :
E
Dinas,buku Perawatan Jalan Rel Terencana (Perjana
2012) dan sumber lainnya. Buku dibuat dalam ukuran
G
saku agar mudah dibawa saat bertugas.
ID
Harapan kami, dengan adanya buku saku ini dapat
lebih memudahkan untuk mencapai hasil kerja
maksimal sebagaimana yang diharapkan.
BR
&
K
AC
TUPOKSI
E
merumuskan,, menyusun dan melaksanakan program pemeliharaan jalan
rel, sepur simpang dan jembatan, serta mengevaluasi kinerja
G
pemeliharaan jalan rel, sepur simpang dan jembatan dan pengoperasian
fasilitas sarana pemeliharaan jalan rel (MPJR) dan Jembatan di seluruh
ID
wilayah Daerah Operasi
mesin berat dan ringan fasilitas sarana pemeliharaan jalan rel, sepur
simpang dan jembatan serta evaluasi pemeliharaan jalan rel, sepur
simpang dan jembatan
1.1
TUPOKSI
TUGAS POKOK JALAN REL & JEMBATAN
Tugas Pokok Kepala Administrasi Teknik (KAT)
melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta menjamin kelaikan jalan
rel dan sepur simpang di wilayah kerjanya serta secara rutin membuat
perencanaan dan evaluasi administrasi biaya pekerjaan dan pegawai.
Tugas Pokok Kepala Satuan Kerja (Kasatker) / Flying Gang
melakukan pemeliharaan jalan kereta api beserta komponen pendukung
dan perlengkapannya, sehingga tiap-tiap bagiannya dapat dengan aman
dilalui dengan kecepatan puncak yang telah ditentukan
Tugas Pokok Juru Periksa Jalan (JPJ)
E
memeriksa/mengamati lintas jalan rel di daerahnya dalam waktu yang telah
ditentukan pada buku jadwal yang telah dibuat oleh UPT Resor Jalan Rel
G
Tugas Pokok Penjaga Pintu Perlintasan (PJL)
menutup dan membuka serta menjaga pintu perlintasan sebelum/sesudah
ID
KA lewat di jalan perlintasan tersebut
Tugas Pokok Juru Periksa Terowongan (JPTW)
memeriksa/mengamati terowongan lintas jalan rel di daerahnya dalam
BR
waktu yang telah ditentukan pada buku jadwal yang telah dibuat oleh UPT
Resor Jalan Rel
1.2
TUPOKSI
TUGAS POKOK KEPALA RESORT JALAN REL (SK)
E
alat kerja dan material jalan rel
4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas, pengetahuan,
G
keselamatan, ketenangan kerja dan ketaatan bawahannya sesuai
dengan peraturan dan instruksi yang telah diberikan
ID
5. Bertugas menyaksikan sendiri kondisi jalan rel dengan berkereta api,
berlori atau berjalan kaki secara teratur dengan ketentuan sebagai
berikut: BR
a. Setiap hari harus mengunjungi wilayahnya dengan berjalan kaki,
berlori, lokrit atau bordesrit.
b. Berjalan kaki sekurang-kurangnya tiga kali dalam 1 bulan
menempuh seluruh wilayahnya
c. Melaksanakan lokrit/bordesrit sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu minggu menyaksikan sendiri kondisi jalan rel diseluruh
&
wilayahnya
d. Menjalankan lori untuk memeriksa kondisi jalan rel di seluruh
wilayahnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan.
K
1.3
TUPOKSI
TUGAS POKOK KEPALA RESORT JALAN REL (SK)
E
setiap bulan
14. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk pengembangan kemajuan
G
wilayahnya
15. Melakukan kerja sama dengan unit-unit kerja lain untuk kelancaran
pelaksanaan tugas nya
ID
BR
&
K
AC
TR
1.4
TUPOKSI
TUGAS POKOK
KEPALA ADMINISTRASI TEKNIS JALAN REL (KAT)
E
3. Bertanggung jawab atas terlaksananya penjagaan dan pemeliharaan
alat kerja dan material jalan rel
G
4. Bertugas membantu kepala resor dengan ikut mengetahui kondisi jalan
rel dengan berkereta api, berlori atau berjalan kaki secara teratur
ID
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya dua hari dalam 1 minggu harus
mengunjungi wilayahnya dengan berjalan kaki, berlori, lokrit atau
bordesrit.
BR
b. Berjalan kaki sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan
menempuh seluruh wilayah resor.
c. Melaksanakan lokrit/bordesrit sekurang-kurangnya satu kali
dalam dua minggu menyaksikan sendiri kondisi jalan rel diseluruh
wilayahnya
&
1.5
TUPOKSI
TR
AC
K
&
BR
ID
PERATURAN
G
E
PERATURAN YANG BERKAITAN
DENGAN UNIT JALAN REL & JEMBATAN
ŸUndang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian
ŸPD 3 : Hal Semboyan
ŸPD 8 : Peraturan Tentang Pernakaian Material
ŸPD10 : Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel
ŸPD10.A : Peraturan Perawatan Jalan Rel Indonesia
ŸPD10.B :Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Rel
Indonesia
E
ŸPD10.C : Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia
* Catatan hal yang belum diatur dalam PD.10 untuk sementara masih diatur
G
dengan R.10 sampai saat dikeluarkan PD 10.A - B - C.
ŸR11 : Pegawai Pemlihara Dinas Jalan dan Bangunan
ID
ŸR13 : Peraturan Teknik dan Tata Cara Untuk Dinas Jalan dan
Bangunan
ŸPD19 Jilid I : Peraturan Tentang Pergerakan Gerbong dan Lori diwaktu
Luar Kerja
BR
ŸPD19 Jilid II : Peraturan Tentang :
a.Kereta Api Kerja Siang
b.Dresin dan Lori
ŸR12 : Tentang PJL
&
T = 360 x S x TE
TE = Tp + Kb . Tb + K1 . T1
Dimana:
T = Daya angkut lintas (ton/tahun)
TE = Tonase ekivalen (ton/hari)
Tp = Tonase penumpang dan kereta harian
Tb = Tonase barang dan gerbong harian
2.1
PERATURAN
& JALUR KA
PERHITUNGAN PASSING TONAGE
Sumber: Buku 1 Perjana 2012
E
S = 1.0 untuk lintas tanpa kereta penumpang
G
JALUR KERETA API
Sumber: UU RI No.23 Tahun 2007 & PP No.56 Tahun 2009
ID
BR 6.5m
4m
&
K
RUMAJA
RUMIJA
RUWASJA
AC
2.2
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BEBAS
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)
1.95
BATAS IV KR±0.00 +6.20
+6.045
Aliran Atas Tertinggi +5.90
+5.50
Aliran Atas Normal
BATAS III KR±0.00 1.95 +5.00
+4.845
BATAS II KR±0.00 1.50
+4.70
+4.50 +4.32
E
BATAS I KR±0.00 1.00
+4.05
+4.02
Aliran Atas Terendah
G
+3.35
ID
1.95 BR 1.95
Peron Tinggi Peron Rendah
1.60 +1.00
&
+0.75
1.53 +0.45
1.30 +0.20
1.00 +0.04 KR±0.00
K
AC
1.067
Gambar 2.2, Ruang Bebas Jalan Rel Single Track
TR
Keterangan:
ŸBATAS I : Untuk jembatan dengan kecepatan sampai dengan 60 km/jam
ŸBARAS II : Untuk ‘Viaduk’ dan terowongan dengan kecepatan sampai
dengan 60 km/jam dan jembatan tanpa pembatas kecepatan.
ŸBATAS III : Untuk ‘Viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali
terowongan dan jembatan
ŸBATAS IV : Untuk lintas kereta listrik.
Untuk Double Track, ditambah dengan jarak antar as sepur sebesar 4m.
2.3
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BANGUN & RUANG MUAT
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10) & Peraturan Dinas No.8 (PD 8)
RUANG BANGUN
Jarak Ruang Bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :
a. Pada lintas bebas : 2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur.
b. Pada emplasemen : 1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sumbu sepur
c. Pada jembatan : 2,15 m di kiri kanan sumbu sepur.
RUANGMUAT
RUANG MUAT
1275 1275
+4000 +4050
E
+3820
+3700
+3550 1200 1200
G
ID
+2800
Peron Tinggi Peron Rendah
1950 1950
1700
BR
1540
1350 1350
+1100 +1050
+1000
&
+1050 1230 1600
+1000 1300 1540
+750
1260
+600
+500
K
±0
b d
a c ±0 a: 320mm
b: 366mm
c: 105mm
d: 110mm
Gambar 2.4, Ruang Muat Jalan Rel Single Track Lintas Bergigi
Keterangan:
Profil Ruang Bebas
Profil Ruang Kelonggaran
Profil Ruang Kelonggaran untuk Semboyan KA
Profil Ruang Muatan
2.4
PERATURAN
& JALUR KA
PERPOTONGAN & PERSINGGUNGAN
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM.36 Tahun 2011
E
Pasal 7
Perpotongan di atas jalur kereta api dengan bangunan sebagaimana dimaksud
G
dalam Pasal 2 ayat (2) harus memenuhi:
a. ruang tinggi minimal 6,20 meter dari kepala rel;
b. raung sisi kiri dan sisi kanan dari jalur kereta api minimal 10 meter d i h i t u n g
ID
dari as rel terluar;
c. pondasi bangunan ditanam minimal 1,5 meter dibawah permukaan t a n a h
dengan jarak minimal 10 meter; dan
d. dipasang alat pengaman;
BR
Pasal 8
Perpotongan di bawah jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) harus memenuhi:
a. untuk konstruksi bangunan minimal 80 cm di bawah kepala rel atau dihitung
sesuai dengan konstruksi jalan rel kecuali untuk pipa dan kabel minimal 150
&
10m
10m
ruang sisi kiri & kanan
-0.95
2.5
PERATURAN
& JALUR KA
RUANG BEBAS : PREIPAL
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)
patok preipal
axle counter/isol
panjang terpakai
(dari axle counter ke axle counter)
panjang fisik
(dari ujung wesel ke ujung wesel)
E
detail 1.95 m
posisi minimal untuk preipal
patok sesuai acuan ruang bebas
G
preipal patok preipal PD10.
1.95 m Jarak antara patok preipal
ID
sampai dengan axle
ujung wesel axle
counter
counter/isol minimal
/isol sebesar 3m.
3m
BR
Gambar 2.3, Ilustrasi Ruang bebas pada emplasemen (preipal)
PROFIL JALAN REL
Sumber: Peraturan Dinas No.10 (PD 10)
C
L
&
c
a
b
K
Balast
AC
d1
1.5
1: d2 Sub-Balast
al
sim
ak
m k1
k2
TR
KELAS Vmaks d1 b c k1 d2 k2 a
JALAN (km/jam) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
I 120 30 150 235 265-315 15-50 375 185-237
II 110 30 150 235 265-315 15-50 375 185-237
III 100 30 140 225 240-270 15-50 325 170-200
IV 90 25 140 215 240-250 15-35 300 170-190
V 80 25 135 210 240-250 15-35 300 170-190
2.6
PERATURAN
& JALUR KA
JARAK PANDANG MASINIS
PADA PERLINTASAN SEBIDANG
Pada perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan raya harus tersedia
jarak pandangan yang memadai bagi kedua belah pihak, terutama bagi
pengendara kendaraan. Daerah pandangan pada perlintasan merupakan
daerah pandangan segitiga di mana jarak-jaraknya ditentukan
berdasarkan pada kecepatan rencana kedua belah pihak. Jarak-jarak
minimum untuk berbagai kombinasi kecepatan adalah seperti yang
tercantum dalam tabel , dan dijelaskan dalam gambar 2.5.
Kecepatan Kendaraan Jalan Raya (Km/Jam)
E
Kecepatan KA Mulai Sedang
(km/jam) Bergerak Bergerak
0 20 40 60 80 100 120
G
panjang pada pihak jalan rel (meter)
40 185 97 75 78 85 94 105
ID
60 273 145 112 116 127 141 158
80 363 193 150 155 170 188 210
90 409 217 168 174 191 212 237
100 454 241 187
BR 194 212 235 263
110 500 266 206 213 233 259 289
120 545 290 224 233 255 282 319
panjang pada pihak jalan raya (meter)
E
SIANG MALAM ISYARAT BERJALAN HATI-HATI
G
Kereta api berjalan hati-
hati dengan kecepatan
ID
tidak melebihi 40
2A BR km/jam
“berjalan hati-hati”
2A1 dengan kecepatan tidak
melebihi
K
40 km/jam
AC
km/jam
2.8
SEMBOYAN
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
E
SIANG MALAM ISYARAT KONDISI SIAP
G
Kereta api berjalan hati-
hati dengan kecepatan
ID
tidak melebihi 5 km/jam
2C BR
SIANG MALAM ISYARAT BERHENTI
Kereta harus Berhenti
&
3
K
AC
ditentukan.
2.9
SEMBOYAN
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
E
SIANG TANDA PENGHABISAN TASPAT
G
Kereta rel listrik/lokomotif
listrik mulaiberjalan
ID
sesuai kecepatan yang
2H1 diizinkan
BR
TANDA MENDEKATI
SINYAL MASUK
Perintah untuk berhati-
hatibahwa kereta api
&
MARKA KELANDAIAN
Pemberitahuan
perubahan kelandaian
jalan rel.
10J
TR
2.10
TANDA & MARKA
SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
MARKA LOKASI
Pemberitahuan lokasi
pada jalur kereta api
10K
E
SIANG MARKA LENGKUNG
G
Pemberitahuan
keterangan lengkung
ID
jalan rel
10L BR
&
K
AC
TR
2.11
MARKA
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 5 s/d 20 km/jam
H3 H2 H1
S2
400m 600m
Lokasi
TR
dilindungi
AC
600m 400m
H1 H2 H3
S2
K 300m
750m
1000m
&
BR
ID
G
E
2.12
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 5 s/d 20 km/jam
400
m
TR
S2
600m 400m
AC
S2
S2
K
&
BR
ID
G
E
2.13
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 20 s/d 40 km/jam
H3 H2 H1
300m 600m
TR
AC
600m 300m
H1 H2 H3
300m
S2
K 750m
1000m
&
BR
ID
G
E
2.14
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 20 s/d 40 km/jam
TR
300
m
S2
AC
600m 300m
S2
S2
K
&
BR
ID
G
E
2.15
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LURUSAN
Kecepatan 40 km/jam
H3 H2 H1 100m S2 600m
TR
AC
600m
H2 H3
K S2 100m 300m H1
750m
1000m
&
BR
ID
G
E
2.16
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2 DI LENGKUNG
Kecepatan 40 km/jam
S2
TR
100
m
AC
600m
100m
S2 S2
K
&
BR
ID
G
E
2.17
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2A DI LURUSAN
H3 H2 H1
100m S2A 600m
TR
AC
600m H1 H2 H3
S2A 100m 300m
K 750m
1000m
&
BR
ID
G
E
2.18
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2A DI LENGKUNG
100
TR
m
100m
AC
600m
S2A
S2A
K
&
BR
ID
G
E
2.19
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2B DI LURUSAN S2B
H3 H2 H1 S2A
100m
200m
600m
TR
600m H1 H2 H3
AC
300m
200m
100m
K 750m
S2B 1000m
&
BR
ID
G
E
2.20
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2B DI LENGKUNG
Kecepatan 40 km/jam
S2B
TR
AC S2A
600m
200m
100m
S2A
K
S2A S2B
&
BR
ID
G
E
2.21
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2C DI LURUSAN
Sebelum diwartakan
S2C
500m 600m
TR
AC
600m 500m
S2C K
&
BR
ID
G
E
2.22
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
S2C S2B S2A
SEMBOYAN 2C DI LURUSAN
Sesudah diwartakan
H3 H2 H1
100m
100m
200m
600m
TR
600m H1 H2 H3
S2A S2B S2C 300m
750m
100m
100m
200m
AC
1000m
K
&
BR
ID
G
E
2.23
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 2C DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan
S2C
S2B
TR
S2A
600m
AC
200m
100m
100m
S2A
S2A S2B
K S2C
S2A
&
BR
ID
G
E
2.24
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sebelum diwartakan
3
TR
500m 600m
AC
600m
3
K
500m
&
BR
ID
G
E
2.25
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sesudah diwartakan
3
TR
200m 600m
AC
600m 200m
K
3
&
BR
ID
G
E
2.26
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan
TR
3
600m 500m
AC
3
K
3
&
BR
ID
G
E
2.27
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LURUSAN
Sesudah diwartakan, dilengkapi dengan semboyan muka 2A, 2B.
3 S2B S2A
200m
100m
200m
600m
TR
AC
600m
S2A S2B 3
200m
100m
200m
K
&
BR
ID
G
E
2.28
SEMBOYAN
PEMASANGAN SEMBOYAN
Sumber: Peraturan Dinas No.3 (PD3)
SEMBOYAN 3 DI LENGKUNG
Sesudah diwartakan, dilengkapi dengan semboyan muka 2A, 2B.
3
S2B
TR
S2A
600m
S2A S2B 3
AC
200m
100m
200m
K
S2A
&
BR
ID
G
E
2.29
SEMBOYAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Sambungan
Pemeriksaan berupa siar rel yang sudah diluar toleransi, depek
Penelitian siar rel Titik 8 4 Perjana, D141
/aus/cacat; lakukan juga penelitian terhadap rayapan pada rel.
TR
Setiap 1 titik sambungan, diperiksa menurut fungsi (baut sambung
Pemeriksaan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
kendor/rusak/hilang, plat sambung aus/retak/putus); menurut
kelengkapan (baut sambung tidak lengkap, plat sambung tidak
utuh), penambat tidak lengkap; dan menurut kerusakannya
(rel cacat/depek/ambles, penambat rusak/hilang, bantalan lapuk
/bengkok/putus/pecah), balas kurang/kotor/kecrotan.
AC
Setiap 1 titik sambungan, masing-masing baut sambung dilepas
Pelumasan sambungan Titik 8 4 Perjana, D141
satu per satu (tidak serentak) dilumasi dengan oli atau sejenisnya
K lalu dipasang kencang kembali.
SIKLUS
2.30
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Alat Penambat
pemeriksaan dilakukan dengan cara uji petik setiap 50 m tiap 1 km;
Pemeriksaan alat-alat M’ 4 Perjana, D141
periksa berdasarkan fungsi, kelengkapan dan kerusakan;
penambat
TR
kerusakannya dicatat serta ditandai dengan cat;
Oprit Perlintasan M’ 2
K Perjana, D141
(total menjadi 40 m'sp)
Angkatan dan listringan dikerjakan 20 m'sp kanan dan kiri JPL
(total menjadi 40 m'sp); JPL > 3 m
Pengukuran dengan Optik Pengukuran dilakukan maksimal/paling lambat 2 hari sebelum
M’ 2 Perjana, D141
pemecokan dilaksanakan; lebih dari 2 hari dilakukan pengukuran
untuk penyiapan lahan
MTT
& / optik ulang: JPL < 2m dibongkar.
Lengkung R≤500 R.13 BAB.II Ps.IV, Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan jadwal pemeriksaan (siklus
M’ 4 Perjana, D141 lengkung); periksa papan lengkung di BB dan EB, patok lengkung
R.13 BAB.II Ps.IV, per 10 m, tanda/nomor lengkung tiap 10 m (termasuk tanda BB,EB,
M’ 2
BR
Lengkung 500<R<1000
Perjana, D141 MBA dan ABA pada sisi dalam kaki rel); cek anak panah lengkung,
R.13 BAB.II Ps.IV, pertinggian, keausan rel, lebar sepur dan kerusakan material di
Lengkung R≥1000 M’ 1
Perjana, D141 lengkung; catat kerusakan/hasil pemeriksaan pada buku laporan,
pastikan penandaan lengkap dan lakukan pendokumentasian.
ID
G
E
SIKLUS
2.31
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Pemeliharaan Lengkung: Pemeriksaan
Lengkung R≤500 R.13 BAB.II Ps.IV, Berpedoman pada hasil pemeriksaan/opname lengkung, lakukan
M’ 4 Perjana, D141 perbaikan anak panah, pertinggian dan lebar sepur; hasil
TR
R.13 BAB.II Ps.IV, perbaikan dicatat pada buku laporan, dilaporkan bila perlu
Lengkung 500<R<1000 M’ 2
Perjana, D141 didokumentasikan/foto; Volume perbaikan lengkung =25% dari
R.13 BAB.II Ps.IV, total Lengkung (MBA awal s/d MBA akhir)
Lengkung R≥1000 M’ 1
Perjana, D141
Terowongan
AC
Perawatan selokan Selokan dibersihkan kotoran dan di perdalam dari tumpukan tanah
M’ 2 Perjana, D141
drainase terowongan /pasir lalu dibuang sejauh mungkin.
Lingkungan
Perawatan patok-patok
tanda
Buah 1
K Perjana, D141
Patok yang dirawat adalah patok km/hm, patok lengkung(termasuk
patok boardboogh), preipal, papan landai, semb. tetap, semb. 35,
& andreas kruis, tanda stop.
Pembersihan alur roda Pembersihan alur lebar 34mm sedalam 30 mm sepanjang lebar Jpl
M’ 4 Perjana, D141
Cabut rumput dikerjaan sampai dengan kaki balas kanan/kiri track
Pencabutan rumput M’sp 8 Perjana, D141
Babatan arit Babatan rumput mulai dari kaki balas (2,15m dari as track) sampai
M’sp 4 Perjana, D141
ke tepi selokan (5,75m dari as track); dikerjakan kanan kiri track
Babatan rumput mulai dari kaki balas (2,15m dari as track) sampai
M’sp Perjana, D141
BR
Babatan Mesin 4
ke tepi selokan (5,75m dari as track); dikerjakan kanan kiri track
Semprotan racun Semprot dikerjakan dari as track sampai 2,85m (ujung berman)
M’sp 8 Perjana, D141
kanan/kiri track
Perawatan selokan / Selokan dibersihkan kotoran dan di perdalam dari tumpukan tanah
M’ 2 Perjana, D141
drainase
ID
/ pasir lalu dibuang sejauh mungkin
G
E
SIKLUS
2.32
PERAWATAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
BERKALA JALAN REL
Frekuensi per Tahun
Pekerjaan Satuan Sumber Penjelasan
Sp. Raya Sp. KA
Wesel
Semua jenis wesel diperiksa; pemeriksaan dilakukan menurut
Pemerikasaan Wesel / Unit 4 2 Perjana, D141
fungsi, kelengkapan dan kerusakan; kelengkapan alat-alat
Persilangan
TR
penambat, klos dan baut-baut, kerusakan lidah, kerusakan
bantalan, kondisi balas mati/kecrotan; hasil pemeriksaan dicatat,
dilaporkan dan didokumentasikan.
Angkatan & Listringan Angkatan menyeluruh di wesel sesuai dengan siklus pemeliharaan
Unit 4 2 Perjana, D141
Wesel Menyeluruh
Setiap baut-baut yang terdapat pada wesel dilumasi dan
Pengencangan Baut-baut Unit 4 2 Perjana, D141
AC
dikencangkan
Perbaikan alat penambat Alat-alat penambat yang rusak/hilang diganti dan diperbaiki serta
Unit 4 2 Perjana, D141
tirepon & penambat K dipasang dan dikencangkan
Penelitian Batas Meliputi point protection; lebar alur rel paksa; lebar bukaan lidah;
Unit 4 2 Perjana, D141
Keamanan lebar sepur di ujung wesel, pertengahan lidah, pangkal lidah dan
belakang wesel; siar rel; keausan pada jarum dan vangrel
Perbaikan yang melebihi perbaikan berdasarkan hasil penelitian batas keamanan, antara
Unit 4 2 Perjana, D141
batas keamanan lain: memperbaiki jarak point protection, lebar sepur dan bukaan
/ pengelasan
& lidah; penggerindaan siar rel depek/pengedrekan/ganti rel;
pengelasan/pemopokan jarum dan vangrel
BR
ID
G
E
SIKLUS
2.33
PERAWATAN
E
G
ID
BR
&
K
AC
TR
ADMINISTRASI
WAKTU
KEGIATAN
PELAKU
OPNAME ASET Awal bulan Maret sampai
& KERUSAKAN dengan akhir bulan Mei
(DMJR) KAT (3 bulan)
PEMBUATAN
KERTAS KERJA
E
PEMBUATAN FORM AB Pertengahan bulan April
(DENGAN 3 PRIORITAS) sampai dengan akhir bulan
G
Juni (2,5 bulan)
SK
PEMBUATAN
ID
FORM CD
PEMBUATAN
BR
RPO/RAB
PEMBUATAN
A19
&
PEMBUATAN
C19
TR
PEMBUATAN JADWAL
PELAKSANAAN DAOP Awal bulan Juli sampai akhir
PERBULAN bulan Juli (1 bulan)
& TRIWULAN
PEMBUATAN
LAPORAN PERBULAN DAOP
(PU2, A.1 &B.1B.1)
3.1
ALUR
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
JALAN REL
BENTUK ADMINISTRASI PERAWATAN BERENCANA
? Bentuk D.140: Rencana kerja mingguan (RKM), dibuat oleh SK
/Kasatker (mandor).
? Bentuk D.141: Buku lampiran perhitungan kebutuhan tenaga dan
material untuk perawatan.
? Bentuk D.142: Rencana perawatan tahunan
? Bentuk D.145: Pemeriksaan wesel
? Bentuk D.146: Pemeriksaan hasil kerja
E
? Bentuk D.147: Pemeriksaan lengkung
? Bentuk D.148: Laporan bulanan jam kerja regu perawatan JR.
G
? Bentuk D.122: Pencatatan hasil lokrit
ID
Bentuk D.63 :
? Laporan penggantian batalan – bantalan
Bentuk D.65:
? Tanggung jawab atas bahan-bahan
Bentuk D.78:
?
BR
Berita acara pemeriksaan keadaan rumah dinas
Bentuk D.80:
? Laporan pemeriksaan selesai pekerjaan
Bentuk D.82:
? Laporan kerja bongkar balas
Bentuk D.91:
? Pos jalan juru periksa jalan KA
Bentuk D.102:
? Peristiwa luar biasa hebat (PLH)
Bentuk G.202:
? Pemberitahuan pengosongan dan pengisian rumah
&
dinas
Bentuk G.166:
? Nota dinas
Bentuk D.15/D.70:
? Rencana biaya / rencana perongkosan ( RPO )
K
Bentuk No. 26 :
? Permintaan SAP
. Bentuk No. 451 :
? Surat angkutan kiriman dinas
AC
Bentuk 13 / SAB
? : Kartu persediaan
Bentuk 14 / SAB
? : Bentuk penerimaan barang persediaan
Bentuk 14A/SAB
? : Bukti penerimaan barang untuk persedian
Bentuk 15A / SAB
? : Bukti penerimaan barang
Bentuk 15B/ SAB
? :Bukti permintaan dan pengeluaran barang untuk
pemakaian
3.2
BENTUK
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI
JALAN REL
BENTUK ADMINISTRASI PERAWATAN BERENCANA
DMJR
? :Form opname yang berisikan gambaran kondisi material
per 100 m.
Kertas Kerja :Form rekap DMJR yang berisikan rekap kerusakan
?
beserta penanganan dan prioritasnya.
A2
? :Form rekapitulasi asset
A3
? :Form rekapitulasi kerusakan
Form CD
? :Form perhitungan aset dengan perawatan siklus, Jumlah
E
Orang yang dibutuhkan, serta breakdown (schedule)
perawatan siklus Jalan Rel.
G
Form AB
? :Form yang menyajikan kerusakan, alternatif
perbaikan/pemeliharaan dan biaya (dari Rpo) yang
dibutuhkan untuk perawatan secara keseluruhan,
ID
terdapat rincian per koridor.
RPO
? :Rincian biaya per pekerjaan yang mengacu pada analisa
harga satuan pekerjaan serta harga satuan upah dan
BR
bahan yang ditetapkan ditiap daerah.
&
K
AC
TR
3.3
BENTUK
ADMINISTRASI
E
G
ID
BR
&
K
AC
TR
MATERIAL
R33
R41
13,5
138
134
11
110
10
90 105 110
63,8
E
70
68,5
G 159
153
R42
R50
R54
138
13,5 15 16
ID
110 127 140
300 m.
MATERIAL JALAN REL
PENAMBAT RIGID
K
Tirepon Tn
20
14
16
AC
10
119 26 11,5 20
145 31,5
13
Tirepon Ta
20
14
20
14
18
TR
10
105 14 111,5 20
120
9 3
14
14
14
12
Paku Rel
2
18
0,8
28
35 15 20 20
10
123 11 3
f
R6
8 8
30
5
Lock Spike
R1
5
55
152
E
rangkak (creep resistance).
G
Pada umumnya penambat elastik
dapat dibagi ke dalam dua jenis
ID
yaitu:
a. Daya jepit dihasilkan sendiri
F type (langsung)Termasuk jenis ini
BR
antara lain adalah alat penambat
elastik Dorken, Pandrol dan DE.
b. Daya jepit dihasilkan dengan
bantalan mur-baut atau tirepon.
Temasuk jenis ini antara lain
adalah penambat elastic tipe F,
&
DE klip Nabla.
K
AC
KA klip
TR
Pendrol
52CM
Gambar 4.4, Sambungan Melayang
E
SAMBUNGAN
MELAYANG
G
Antara kedua bantalan ujung berjarak 30 cm
Jarak sumbu ke sumbu bantalan ujung 52 cm
ID
BR
35CM
Gambar 4.5, Sambungan Menumpu
SAMBUNGAN
MENUMPU
&
SAMBUNGAN SIKU
AC
sepur.
SAMBUNGAN SELING
Penempatan secara
berselang-seling ,
d i m a n a k e d u a
Gambar 4.7, Sambungan Selang-seling (Tidak Siku) sambungan rel tidak
berada pada satu garis
yang tegak lurus
terhadap sumbu sepur.
(Sumber: PERJANA, BAB 1: Material Jalan Rel
& Peraturan Dinas No. 10)
4.3
SAMBUNGAN
MATERIAL JALAN REL
SAMBUNGAN
PELAT SAMBUNGAN
Sepasang pelat penyambung harus sama panjang dan mempunyai
?
ukuran yang sama.
Bidang singgung antara pelat penyambung dengan sisi bawah kepala rel
?
dan sisi atas kaki rel harus sesuai kemiringannya, agar didapat bidang
geser yang cukup.
Baut pelat sambung harus dipenuhi seluruhnya, sekurang-kurangnya 4
?
buah baut per pelat sambung.
E
G
LUBANG SAMBUNGAN
ID
R25 47,5
Ø Lubang 26mm
58 130
BR
57
R33
Ø Lubang 30mm 60 211 130
&
R41/R42 60,5
K
Ø Lubang 22.5mm
59,5 211 130
AC
R50 65
Ø Lubang 26mm
77 130 100
TR
R54 69,6
Ø Lubang 30mm
60 170 170
E
a) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu, besar celah
tercantum pada Tabel 3.7.
G
b) Untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton, besar celah
tercantum pada Tabel 3.8.
ID
Suhu Panjang Rel (m)
Pemasangan (oC) 25 BR 50 75 100
£20 8 14 16 16
22 7 13 16 16
24 6 12 16 16
26 6 10 15 16
28 5 9 13 16
&
30 4 8 11 14
32 4 7 9 12
34 3 6 7 9
K
36 3 4 6 7
38 2 3 4 4
AC
40 2 2 2 2
42 1 1 0 0
44 0 0 0 0
³46 0 0 0 0
TR
Tabel 4.1, Besar celah untuk semua tipe rel pada sambungan
rel standard dan rel pendek.
E
40 5 4 6 6
G
42 4 3 5 5
44 3 3 3 4
46 2 3 3 3
ID
³48 2 2 2 2
Tabel 4.2, Besar celah untuk sambungan rel panjang pada bantalan kayu.
BR
Suhu Jenis Rel
Pemasangan (oC) R42 R50 R54 R60
£22 16 16 16 16
24 14 16 16 16
26 13 14 15 16
&
28 13 12 13 14
30 10 11 11 12
32 8 9 10 10
K
34 7 8 8 9
36 6 6 7 7
AC
38 5 5 5 6
40 4 4 4 5
42 3 3 3 4
44 3 3 3 3
TR
³46 2 2 2 2
Tabel 4.3, Besar celah untuk sambungan rel panjang pada bantalan beton.
Panjang Suhu (oC) Jenis Suhu (oC)
Rel Min. Max. Rel Min. Max.
25 20 44 R42 28 46
50 20 42 R50 30 48
75 26 40 R54 30 48
100 30 40 R60 32 48
Tabel 4.4, Batas suhu pemasangan rel standard dan rel pendek.
E
material jarum.
a c. Lebar alur rel paksa.
c
G
h d. Lebar sepur lurus dan belok pada
b bagian penerus.
e. Lebar bukaan lidah, lebar sepur
ID
pada ujung lidah, lidah menggantung
atau tidak dan kondisi material lidah.
g f. Siku sambungan rel dengan wesel.
BR
g. Kelengkapan baut sambungan
Penerus
d
&
K
g
AC
Titik
Cermat memilih form D145,
TR
matematis
sesuaikan dengan merk dan wesel
Siklus Pemeriksaan & Perawatan
Wesel :
Sepur Raya: 4 kali dalam 1 tahun
Sepur KA: 2 kali dalam 1 tahun
e
f
Gambar 4.9, Anatomi Wesel.
B
antalan rel adalah landasan tempat rel bertumpu dan diikat dengan
penambat rel oleh karena itu harus cukup kuat untuk menahan
beban kereta api yang berjalan di atas rel. Bantalan dipasang
melintang rel pada jarak antara bantalan dengan bantalan sepanjang 0,6
meter (60cm).
MACAM SAMBUNGAN
BANTALAN KAYU
Bantalan kayu merupakan bantalan yang pertama sekali digunakan
dalam dunia kereta api, serta digunakan di jembatan karena kayu lebih
E
elastis dari beton. Kelemahan kayu adalah daya tahan yang tidak terlalu
lama terutama didaerah yang hujan dan kelembabannya tinggi.
G
T
ID
P Gambar 4.10, Bantalan Kayu
Dimensi:
L
Bantalan
Kayu Raya
BR
P(mm)
2200
L(mm)
220
T(mm)
130
Jembatan Tipe 1 1800 220 180
Jembatan Tipe 2 2000 220 180
Wesel Varian 220 130
&
E
c. Miring arah serat (tg) tidak boleh lebih dan 1/10;
d. Retak-retak di arah radial (hr) tidak boleh lebih dari pada 1/4 tebal
G
bantalan, dan retak-retak menurut lingkaran tumbuh (ht) tidak boleh
melebihi 1/5 tebal bantalan.
ID
Sifat Mekanis
a. Tegangan lentur yang diijinkan (a It) : > 108 kg/cm'
BR
b. Tegangan tekan yang diijinkan (a tk) : > 92 kg/cm 2
c. Berat jenis : > 0.9
d. Momen maksimum di bawah rel dan di tengah bantalan : 800 kg.m
Pelabelan Bantalan Kayu
Setiap bantalan kayu yang terpasang di lintas, harus diberi label tahun
&
pemasangan bantalan.
Cara pelabelan:
K
KM Besar
(bulan-tahun)
VIII-12
KM Kecil
Gambar 4.11, Pelabelan Bantalan Kayu
E
G
ID
BR
Gambar 4.12, Bantalan Besi
BANTALAN
MACAM SAMBUNGAN
BETON
&
JENIS KERUSAKAN
E
G
ID
BR
&
K
AC
TR
5.1
NO GO ITEM
JENIS KERUSAKAN
REL
MACAM SAMBUNGAN
KEAUSAN REL
a
e
h
Keausan Maksimum yang diizinkan:
Jenis Rel e.max(mm) a.max(mm)
R42 13 10
E
R50 15 12
R54 15 12
R60 15 12
G
Gambar 5.1, Keausan Rel
MACAM SAMBUNGAN
DEFECT (DEPEK / CACAT)
ID
Defect pada sambungan
BR Diakibatkan karena
celah yang terlalu lebar
sehingga hantaman
roda membuat cacat
pada bagian ujung rel.
Dorslag / Selip
Aus berupa titik pada
&
Defect pada
AC
sambungan las
Diakibatkan sambungan
las yang tidak siku,
Gambar 5.2, Cacat Rel (Defect) sehingga menjadi cacat
akibat hantaman
TR
MACAM
REL PATAH
SAMBUNGAN bandasi roda.
Rel Patah Pada Las
Biasa terjadi pada
sambungan las dimana
pada posisi tersebut
Gambar 5.3, Rel Patah
terdapat lubang baut
sambung atau bekas
pemotongan rel yang
dengan blander.
5.2
KERUSAKAN
REL
JENIS KERUSAKAN
PENAMBAT
KELENGKAPAN
Ketidaklengkapan alat penambat berpengaruh pada pelebaran
?
sepur.
Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan
?
sejajar & beruntun.
E
G
Gambar 5.4, Tanpa Penambat 2 bantalan sejajar dan beruntun.
Tidak boleh terdapat ketidaklengkapan alat penambat 2 bantalan
ID
sejajar & beruntun
MACAM SAMBUNGAN
KERUSAKAN GAYA JEPIT
Selain dapat meredam getaran, alat penambat elastik juga mampu
BR
menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi dan mampu
memberikan perlawanan rangkak (creep resistance). Oleh karena itu tidak
dibenarkan memasang alat penambat elastik dengan cara dipukul dengan
palu, karena dapat melemahkan gaya jepit penambat.
Dilarang memasang alat penambat elastik
&
JENIS KERUSAKAN
SAMBUNGAN
K
AC
TR
5.3
PENAMBAT
& SAMBUNGAN
JENIS KERUSAKAN
WESEL
KERUSAKAN GEOMETRI
a. Pertinggian ¹ 0.
Penyebab: Balas tidak padat
Persilangan
tidak merata.
b. Lebar Sepur.
a c
Penyebab: Lubang penambat pada
h bantalan longgar, bantalan lapuk,
b
E
penambat kendor atau rel aus.
Efek Kerusakan: Keausan pada material
wesel seperti jarum, lidah dan rel paksa.
G
c. Lidah Gantung.
g Penyebab: Balas tidak padat atau bantalan
lapuk.
ID
Efek Kerusakan: Lidah wesel tidak bisa
menutup rapat sehingga rawan terlanggar
Penerus
d
BR
KERUSAKAN MATERIAL
a. Keausan Material Rel
Penyebab: Adanya pertinggian ¹ 0 atau
adanya pelebaran sepur.
Efek Kerusakan: Pelebaran lebar sepur.
b. Keausan Material Lidah
&
5.4
WESEL
JENIS KERUSAKAN
WESEL
KATEGORI KERUSAKAN JARUM
T
erdapat 3 jenis kategori kerusakan jarum wesel. Pengelompokan ini
berfungsi sebagai acuan prioritas perbaikan. Adapun jenis dan ciri
kerusakannya dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini:
Rusak Ringan
400mm Jarum Aus ±6mm
E
G
ID
200mmBR
Gambar 5.7, Ilustrasi kerusakan jarum kategori rusak ringan
Rusak Sedang
400mm Jarum Aus ±10mm 25mm
&
K
AC
5.5
WESEL
JENIS KERUSAKAN
BANTALAN
BANTALAN KAYU
Kerusakan Bantalan Kayu dikategorikan menjadi 3 jenis kerusakan sesuai dengan
jenis kerusakan pada DMJR.
Kerusakan kategori I (X) : Bantalan tidak dapat menahan gaya
arah longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan.
Contoh: lubang baut/tirepon longgar.
E
arah transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L).
Contoh: Bantalan lapuk disekitar lubang tirepon
G
Kerusakan kategori III (XXX) : Bantalan tidak dapat menahan gaya
arah transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical
ID
(V).
Contoh: Bantalan lapuk keseluruhan, pecah memanjang arah bantalan,
dan bantalan putus V
BR
T
&
L
Gambar 5.10, Arah Gaya Yang Bekerja Pada Bantalan
K
BANTALAN BESI
AC
BANTALAN BETON
Setiap kerusakan pada bantalan beton mempengaruhi kekuatan dari
bantalan beton itu sendiri, beberapa jenis kerusakan pada bantalan
beton:
Kerusakan kategori I (X): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
longitudinal (L) yaitu pergerakan rel tegak lurus bantalan.
Contoh: penambat tidak dapat mencengkeram rel (clamping force
melemah)
5.6
BANTALAN
JENIS KERUSAKAN
BANTALAN
Kerusakan kategori II (XX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
transversal (T) dan gaya arah longitudinal (L).
Contoh: shoulder rusak sehingga penambat tidak dapat terpasang
sempurna.
Kerusakan kategori III (XXX): Bantalan tidak dapat menahan gaya arah
transversal (T), gaya arah longitudinal (L) dan gaya arah vertical (V).
Contoh: bantalan pecah sehingga tendon terlihat dan bantalan di bawah
rel hancur.
E
G
JENIS KERUSAKAN
KONSTRUKSI BAWAH
ID
BR konstruksi atas
konstruksi bawah
langsung kepada perjalanan KA. Akan tetapi jika konstruksi bagian bawah
jalan rel tidak baik atau rusak, maka stabilitas konstruksi di atasnya akan ikut
terganggu.
K
Ada beberapa bentuk kerusakan konstruksi bawah jalan rel, antara lain:
Kecrotan
Penyebab :
AC
Penyebab :
? Tubuh ban tipis
? Tumpahan pelumas dari KA
Tubuh Baan Kurus
Ciri fisik :
Posisi urugan terlalu curam dan tidak terdapat penahan balas
5.7
KONSTRUKSI
BAWAH
JENIS KERUSAKAN
GEOMETRI JALAN REL
Kerusakan geometri bukan kerusakan fisik material jalan rel. Akan tetapi
kerusakan geometri salah satunya bisa disebabkan karena adanya
kerusakan material. berlaku juga kebalikannya, kerusakan geometri
yang dibiarkan bisa berakibat pada rusaknya material jalan rel.
LEBAR SEPUR
Bentuk Kerusakan : Lebar sepur melebar atau menyempit.
Penyebab : Rel Aus, Lubang bantalan kayu longgar,
Bantalan besi bengkok, Salah tipe lebar sepur
E
bantalan beton, Isolator hilang, Bantalan pecah.
Toleransi Lebar Sepur +5mm, -2mm
G
ALINEMEN
Bentu Kerusakan : Goyangan, Genjotan
ID
Penyebab : Balas tidak padat (kerusakan alinemen vertikal),
balas tipis (kerusakan alinemen horisontal), rel
spaten, tubuhbaan bergerak.
BR
LENGKUNG
Kerusakan geometri pada lengkung biasanya terjadi karena
permasalahan:
? Pertinggian PLA
? Anak Panah PLA
&
mati!
OPRIT
Kerusakan Angkatan karena landai terlalu curam
5.8
GEOMETRI
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
K
ejadian anjlogan tentu tidak pernah kita harapkan, selain berpotensi
menghilangkan nyawa seseorang, buruknya pencitraan publik pada
jasa armada kereta api, dan perpecahan internal akibat perdebatan
terjadinya anjlogan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab
dari tejadinya anjlogan, bukan untuk mendukung perdebatan, melainkan
untuk menjadi wawasan untuk meminimalisir potensi terjadinya anjlogan
terutama yang diakibatkan oleh faktor prasarana.
Anjlogan Kereta didefinisikan sebagai keluarnya roda dari rel. Ada dua
E
jenis cara anjlog:
1. Karena suatu sebab, roda dipaksa naik sampai ketinggian tertentu
G
sehingga flens berada di atas kepala rel kemidan akibat pengaruh
gaya lateral, flens tersebut menyeberangi rel dan jatuh di sisi lain.
ID
2. Roda naik sendiri begitu tinggi sehingga ujung flens berada di atas
kepala rel, bergerak lateral dan kemudian jatuh.
BR
1 2 3 4 5
&
K
AC
1. Cacat pada geometri jalan rel, jalan rel meliuk (spaten) akibat
tekanan suhu yang tinggi dan melebarnya sepur.
2. Cacat pada as roda, bearing macet, pegas atau komponen suspensi
ada yang patah.
3. Gaya longitudinal yang bekerja sepanjang rangkaian.
4. Pengereman mendadak, menyebabkan tumburan dari rangkaian
dan naiknya roda.
5. Boper dari kereta terangkai lepas dan saling menimpa, akibat
kurangnya kelenturan. Biasanya terjadi di lengkung atau ketika
melewati wesel.
5.9
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
6. Langsiran panjang
yang melewati
lengkung tajam
(lengkung radius
kecil), tekanan pada
boper menjadi besar
dan berpotensi
menyebabkan
anjlog.
E
7. K e s a l a h a n
menempatkan
G
m u a t a n d a n Gambar 5.13, Pengereman mendadak
bergesernya muatan ketika kereta berjalan.
ID
8. KA melanggar kecepatan maksimum.
9. Anjlog akibat naiknya flens menyangkut masalah kondisi
pemeliharaan sarana dan geometri jalan rel. Penyebab utama
naiknya flens roda:
BR
1. Tidak memamadainya karakteristik sarana untuk lengkung
? Penjelasan : Dalam kondisi ideal, flens hanya sedikit
menyentuh rel. Karena sifatnya yang rigid (kaku) roda memiliki
keterbatasan gerak untuk menyesuaikan posisinya. Saat memasuki
&
? Pencegahan :
? Lebar sepur pada lengkung harus sesuai dengan radiusnya.
? Lakukan pemeriksaan dan perbaikan lengkung secara periodic.
TR
Gambar 5.14, Saat Memasuki Lengkung Posisi Flens Roda Tetap Searah Kereta,
Tidak Dinamis Mengikuti Bentuk Lengkung.
5.10
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
2. Tidak memadainya kualitas gerak lateral sarana
? Penjelasan : Dalam suatu pergerakan sarana terdapat
keterkaitan antara lebar sepur dan profil flens. Namun yang utama
dalam keterkaitan tersebut adalah lebar celah antara roda dan rel.
Ketika lebar celah diluar toleransi maka kemungkinan yang terjadi
adalah pergerakan kereta ke arah lateral menjadi besar, sehingga
dorongan roda untuk keluar dari track menjadi besar.
? Permasalahan : Lebar sepur tidak terjaga, Rel aus, flens roda aus.
? Pencegahan :
E
? Menjaga lebar sepur agar tetap dalam batasan toleransi (-2mm,
+5mm).
G
? Prioritas penggantian rel aus terutama pada area rawan
(lengkung).
ID
BR
Gambar 5.15, Gerakan sarana saat berjalan pada track.
&
? Lebar Sepur tidak terjaga akibat bantalan tidak mengikat lagi dan
kurangnya penambat.
? Skilu, perbedaan Perbedaan tinggi pada rentang 3 meter jalan rel
dengan toleransi kecepatan yang berlaku pada titik tersebut.
TR
5.11
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
? Pencegahan :
? Lebar sepur : ganti bantalan yang sudah tidak mengikat lebar
sepur, terutama bantalan kayu lapuk, bantalan beton pecah dan
lengkapi penambat yang tidak terpasang.
? Skilu : perawatan geometri, terutama kerataan track.
? Liukan : melengkapi penambat, menambah balas pada
area yang sering terjadi spaten.
? Lidah wesel : baud-baud dikencangkan, perhatikan kerataan
(tidak ada pertinggian/pertinggian pada wesel harus = 0mm)
E
? Jarum aus : lakukan pemeriksaan dan perbaikan secara
periodik sesuai lokasi wesel dan segera ajukan pengelasan jarum
G
sudah mendekati batas toleransi aus.
ID
BR
Gambar 5.16, Skilu pada jalan rel mengakibatkan hilangnya tekanan roda.
&
jalan rel (skilu), puntiran akibat selisih lawan lendut (camber) pada
pegas sarana, puntiran karena rangka bawah sarana, puntiran karena
muatan yang tidak seimbang letaknya. Puntiran menyebabkan
hilangnya tekanan roda depan luar dan menimbulkan goncangan
TR
5.12
PENYEBAB
ANJLOGAN
PENGETAHUAN PENYEBAB ANJLOGAN
Sumber: Buku Penelitian Penyebab Anjlogan
? Pencegahan :
? Mempersiapkan kondisi jalan rel agar tidak berpotensi pada
terjadinya anjlogan.
? Pihak sarana mempersiapkan sarana yang siap operasi.
E
G
Gambar 5.17, Skilu pada bogi
terjadi puntiran karena muatan yang
ID
tidak seimbang letaknya
dan pegas yang keras
BR
Kesimpulan
Sebagai pengarah gerak roda sarana, setiap kerusakan yang terjadi pada
jalan rel akan berefek pada setiap sarana yang bergerak di atasnya. Dalam
banyak situasi kejadian anjlogan lebih banyak disebabkan oleh prasarana
jalan rel yang tidak siap operasi. Kondisi geometri yang tidak baik dapat
&
Maka yang harus dilakukan adalah pencegahan agar tidak terjadi anjlogan,
dengan mempersiapkan jalan rel yang siap operasi.
AC
TR
5.13
PENYEBAB
ANJLOGAN
E
G
ID
BR
&
K
AC
TR
METODE KERJA
METODE KERJA
KLASIFIKASI TIPE PEKERJAAN
T iap kali kereta lewat di atas rel, jalan kereta api mengalami gaya
vertikal dan horizontal. Profil balas dan pengaturan bantalan telah
direncanakan untuk menambah gaya-gaya tersebut. Namun,
beberapa tipe pekerjaan jalan rel seperti pengeluaran balas, mengganti
bantalan, angkatan dan listringan yang cukup besar dapat menggangu
kestabilan jalan yang cukup serius. Oleh sebab itu dibutuhkan tindakan
pencegahan pendahuluan.
KATEGORI 1
E
Pekerjaan Kategori 1: Pekerjaan yang tidak memberi efek pada
kestabilan jalan rel :
G
Ÿ Perbaikan sambungan rel.
Ÿ Perbaikan celah rel.
Ÿ Pengecangan alat penambat.
ID
Ÿ Perbaikan alat penambat (kecuali untuk RPM)
Ÿ Perbaikan lebar sepur / jarak rel.
Ÿ Penggantian rel, penggantian elemen-elemen rel pada RPM.
BR
Ÿ Pengerindaan rel dan pekerjaan yang sejenis.
KATEGORI 2
Pekerjaan Kategori 2: Semua pekerjaan yang dapat mengurangi /
mengganggu kestabilan jalan rel.
&
Ÿ Pembersihan balas.
Ÿ Penggantian bantalan, pengaturan jarak bantalan dan penyikuan
bantalan.
AC
T
oleransi Pekerjaan merupakan batasan suatu pekerjaan, agar
dalam pelaksanaannya tidak perlu mengganggu Perjalanan Kereta
dengan pemasangan semboyan.
E
rentangan panjang 20
G
SAMBUNGAN membongkar kedua
DAN PENGATURAN sambungan yang berhadapan
SIAR REL sekaligus pada waktu yang
sama.
ID
Ÿ Jangan biarkan kereta lewat
pada sambungan yang telah
dibuka. BR
PERBAIKAN Ÿ Untuk perbaikan siar rel,
SAMBUNGAN DAN jangan putar/buka tirepon lebih
PENGATURAN dari 1 cm tingginya.
SIAR REL Ÿ Nilai siar maksimum yang
diizinkan selama pekerjaan
Pengecualian: adalah 25 mm
Pengaturan siar rel Ÿ S e w a k t u p e r b a i k a n
&
dilakukan tanpa mm
semboyan 3. Ÿ Pastuk sementara (rel pengisi)
harus ditambah untuk
AC
PENGATURAN Ÿ Antara dua bantalan, jangan gorek balas lebih dari 5 cm dibawah
ARAK BANTALAN garis dasar bantalan.
ATAU PENYIKUAN Ÿ Bilamana mengorek balas, jangan rusakkan lapisan dasar dibawah
BANTALAN bantalan.
Ÿ Harus diikuti persiapan “perbaikan alat penambat”
Ÿ Jangan angkat rel lebih dari 20 cm dengan dongkrak.
Ÿ Penampang lintang harus diselesaikan pada akhir tiap hari
pekerjaan.(Profil)
Ÿ Tunggu masa penstabilan antara dua kegiatan.
(Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel)
6.2
TOLERANSI
METODE KERJA
TOLERASI DALAM PEKERJAAN
PENGATURAN Jangan gorek balas lebih dari 4 Jangan gorek balas lebih dari 2
ARAK BANTALAN spasi bantalan berurutan dan lebih spasi bantalan berurutan dan lebih
ATAU PENYIKUAN dari 20 % spasi bantalan dari 20 % spasi bantalan
BANTALAN sepanjang 20 m sepanjang 20 m
E
Persyaratan sama seperti pada Metode tanpa semboyan.
G
p e n g a t u r a n d a n p e n y i k u a n Pengorekan balas harus dilakukan
bantalan dalam bagian jalan rel yang
pendek (panjang 20 m), dengan
jarak lebih dari 60 m antara 2
ID
bagian pekerjaan.
BR Pada suatu bagian 20 m
Ÿ Jangan gorek lebih dari 2 spasi
bantalan berurutan dan lebih
dari 20 % spasi bantalan
Ÿ Beberapa kegitan diperlukan.
20 km/jam (2B).
Ÿ Panjang bagian jalan rel
berurutan adalah 20 m dengan
jarak lebih dari 60 m antara 2
bagian pekerjaan.
Ÿ Penampang lintang harus
TR
E
penstabilan diantaranya.
(*) kecuali untuk Ÿ Jalan rel tidak boleh diangkat lebih dari 2 cm. (*)
G
bantalan besi yang Ÿ Jangan gorek balas pada bagian ujung bantalan, tetapi pengorekan
merupakan suatu seharusnya diantara bantalan.
kekecualian. Ÿ Jangan biarkan kereta api lewat waktu tempat bantalan kosong.
ID
LISTRINGAN Ÿ Pengeseran rel maksimum Ÿ Penggeseran rel maksimum
(Secara manual ) adalah 50 mm adalah 20 mm
Ÿ Pengeseran harus dibuat dalam
operasi yang bertahap,
BR
maksimum tiap kalinya 20 mm
Ÿ Jika perlu menggeser antara 20
mm sampai 50 mm, lakukan
minimum 3 kali kegiatan
dengan periode penstabilan
diantaranya.
&
2 kegiatan.
Ÿ Perbedaan pertinggian: jika pertinggian jalan rel berbeda dari
pertinggian teoritis sebesar +/- 7 mm, harus segera diperbaiki.
Ÿ Batas liukan / Skilu :
V 60 km/H : 4 mm/m (12 mm/3 m)
TR
E
pada benang silang datar.
Ÿ Tulis nilai angkatan (hasil bacaan pada bak baca) pada bantalan
G
terdekat.
Ÿ Selanjutnya ulangi kegiatan, pindahkan bak setiap 6 bantalan (3m)
ID
Titik Pedoman BR
+5 +8 +15
3m 3m 3m 3m
+8
0 TP 0
0 TP 0
K
AC
E
area balas yang
digali
G
area yang balas
20cm 20cm 40cm
dipadatkan
ID
Gambar 6.3, Area balas yang dipadatkan
E
membedakan suara yang timbul untuk tahu bahwa bantalan dipecok
dengan baik atau tidak.
G
X
ID
X
X
BR
X
Gambar 6.5, Pemecokan dilakukan oleh 4 orang pada bantalan yang sama
pada dua sisi secara bersamaan.
&
K
AC
TR
M
etode pemecokan mekanis mempunyai kesamaan dengan
metode pemecokan biasa. Perbedaan utamanya hanya pada alat
pemecokan. Untuk metode pemecokan mekanis ini peralatan
pemecokan adalah alat pemecok dengan mesin listrik/hamper, sedangkan
untuk pemecokan biasa alat pemecoknya adalah belincong / dandang.
Pada metode ini jalan rel diangkat dengan dongkrak dan balas dimasukan
E
kebawah bantalan dengan penggetaran tanpa pengorekan balas. Metode
ini dapat digunakan untuk pekerjaan angkatan pada masa perawatan,
G
terutama pada RPM. Pemecokan jalan rel dengan RPM yang tidak kokoh
keduduk kannya. Pekerjaan angkatan pada wesel.
ID
Bila mesin pemecok telah dihidupkan, sewaktu pemecokan akan dimulai,
pelat pemecok didekatkan pada rel. Sebab getaran alat memaksa pelat
tergeser kearah rel, balas dipaksa masuk kedaerah dimana pemadatan
BR
harus benar-benar padat. Ujung pelat pemecok digerakkan maju ke arah
rel.
&
Gambar 6.6,
20cm 20cm 40cm Area balas yang dipadatkan
K
AC
c b a a b c c b a a b c Gambar 6.7,
e d de e d de
f f f f Waktu pemecokan dengan HTT
Waktu pemecokan:
TR
a : 13 detik
b,c : 10 detik
d,e,f : 9 detik
X
X
Gambar 6.8, Pemecokan
dilakukan oleh 4 orang pada
X bantalan yang sama pada dua sisi
X secara bersamaan.
T
ujuan cara ini adalah: Secara otomatis pengangkatan jalan rel dan
pemecokan balas dibawah bantalan dilakukan sampai kedudukan
yang benar dengan penggetaran dan penekanan / pemadatan.
Kegiatan ini dilaksanakan tanpa pengorekan balas.
E
Ÿ Dicatat dalam buku
Ÿ Dilakukan tidak terlalu lama dengan pemecokan (maksimum : 2 hari)
G
Ÿ Batasan mesin per pekerjaan untuk angkatan 30mm & listringan 30mm
Ÿ Untuk lengkung harus dilakukan opname lengkung dan perbaikan
manual lebih dahulu.
ID
Ÿ Cek kesiapan dengan “jalan kaki” dilakukan bersama oleh pihak kru /
operator dan pihak Daop / Manager JJ / Inspektor JJ / SK / KAT
Ÿ Pengalokasian “window time khusus” (pola terpadu)
BR
Ÿ Menyiapkan tempat standby mesin di emplasemen terdekat.
• Material jalan rel (rel dan bantalan) harus dalam kondisi yang baik, alat
penambat terkunci dengan baik dan sambungan terpelihara
AC
Catatan :
Pada penggantian bantalan baru untuk mencapai ketebalan balas
dibawah bantalan dilakukan lebih dahulu pemecokan dengan
manual/HTT sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan untuk
dilakukan pemecokan dengan MTT
Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel &
Penataan Pengelolaan Sarana Pemeliharaan Jalan Rel Pola Terpadu,
Instruksi Direksi No : TM.402/VI/3/KA-2008 Tanggal : 30 juni 2008
6.9
MTT
METODE KERJA
PEMECOKAN DENGAN MTT
Prosedur Kerja Sebelum Pemecokan MTT
E
Ÿ Pemeriksaan keausan rel
Ÿ Pemeriksaan perlintasan
G
Ÿ Pemeriksaan BH / jembatan
Ÿ Pemeriksaan Wesel-wesel
ID
Ÿ Pemeriksaan Lengkung: opname lengkung, hitung geseran, hasil geseran
tulis pada bantalan.
Lakukan pengoptikan
Ÿ Optik Angkatan (vertikal)
BR
Ÿ Optik Listringan (horisontal)
Ÿ Hasil optik dituliskan pada bantalan dan dicatat
Ÿ Metode Kompensasi
Ÿ Metode Presisi
K
E
Langkah Kerja:
Ÿ Cari titik tinggi pada rel dengan disawang mata, titik tinggi berjarak
G
antara 18-30 m.
Ÿ Dilanjutkan dengan mencari titik pedoman angkatan dengan cara
membentangkan benang dengan bantuan mistar angkatan.
ID
Ÿ Untuk mencari titik pedoman pada satu titik kerusakan, pastikan lokasi
kerusakan dengan membentangkan benang dengan jarak antar titik
sebesar 20 meter.
Ÿ
BR
Ambil ukuran tinggi setiap 10 meter atau ½ jarak benang dengan cara
dicolok dengan mistar. Nilai pertinggian tuliskan di atas bantalan.
Ÿ Ukur pertinggian sejarak 100 meter.
Ÿ Jadikan 2 titik dengan angka terendah sebagai pedoman.
Ÿ Nilai yang lebih besar pada titik ukur 10 meter diangkat mendekati nilai
&
titik pedoman.
K
Gambar 6.10,
Ilustrasi perbaikan darurat rel patah
Ÿ Angkat titik-titik rendah dengan dongkrak
Ÿ Pada titik yang sama ratakan pertinggian rel dengan rel sebelahnya
dengan menggunakan mistar timbang (waterpass).
Ÿ Lakukan pemecokan, padatkan balas di bawah bantalan hingga
tercapai tinggi yang diharapkan.
Ÿ Pastikan rel sebelah memiliki ketinggian yang sama.
Ÿ Ulangi kegiatan sampai semua titik mencapai pertinggian yang
diharapkan.
Sumber: PERJANA, BAB 2: Perawatan Jalan Rel
6.11
ANGKATAN
PILIH-PILIH
METODE KERJA
PEKERJAAN ANGKATAN
ANGKATAN PILIH-PILIH LENGKUNG
Langkah Kerja:
Ÿ Mencari tahu radius lengkung terlebih dahulu, cek patok identitas lengkung
atau cek register lengkung.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya lengkung penuh dengan cara menghitung
2
dengan rumus: h = 6V / R, contoh: kecepatan rencana (V) = 80km/j, dan
radius (R) lengkung diketahui 500m, maka pertinggian seharusnya pada
lengkung penuh: 6 x (80)2 / 500 à 6 x 6400 / 500 à 76,8mm, dibulatkan
menjadi 77mm.
E
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya pada lengkung alih: dengan cara
menghitung dengan rumus: hLA = hpenuh / PLA , contoh: h penuh = 77mm,
G
panjang lengkung alih (PLA) = 0.01 h V à 0.01 x 77 x 80 à 62 meter. Maka
perubahan pertinggian (h) pada lengkung alih = 77 / 62 à 1,25mm, artinya
setiap 1 meter terjadi pertinggian 1,25mm atau 12,5mm setiap 10 meter.
ID
BR
&
K
Gambar 6.11, Mencari nilai pertinggian pada lengkung dengan mistar timbang
AC
Ÿ Membuat tanda titik lengkung dengan cat pada kaki rel setiap 10 meter,
dimulai dari 40 meter sebelum MBA (mulai busur alih) sampai ABA (akhir
busur alih).
Ÿ Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung (per 10 meter) dengan mistar
TR
E
Ÿ Ukur pertinggian sejarak 100 meter.
Ÿ Jadikan 2 titik dengan angka terendah sebagai pedoman.
G
Ÿ Nilai yang lebih besar pada titik ukur 10 meter diangkat mendekati nilai
titik pedoman.
Ÿ Tambahkan 5mm s/d maksimal 10mm setiap nilai angkatan, termasuk
ID
titik pedoman.
E
76,8mm, dibulatkan menjadi 77mm.
Ÿ Mencari pertinggian seharusnya pada lengkung alih: dengan cara
G
menghitung dengan rumus: hLA = hpenuh / PLA , contoh: h penuh =
77mm, panjang lengkung alih (PLA) = 0.01 h V à 0.01 x 77 x 80 à 62
meter. Maka h lengkung alih = 77 / 62 à 1,25mm, artinya setiap 1 meter
ID
terjadi pertinggian 1,25mm atau 12,5mm setiap 10 meter.
Ÿ Membuat tanda titik lengkung dengan cat pada kaki rel setiap 10 meter,
BR
dimulai dari 40 meter sebelum MBA (mulai busur alih) sampai ABA
(akhir busur alih).
Ÿ Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung (per 10 meter) dengan mistar
timbangan, rel dalam sebagai acuan titik nol.
Ÿ Beri tanda nilai angkatan pada bantalan di titik lengkung tersebut jika
&
E
Listringan besar diselenggarakan ditempat jalan K.A
Angkatan kemudian di listring lagi setelah jalan K.A tepat kedudukanya.
G
Ÿ Listringan dikerjakan sesudah angkatan, karena sedidiktnya harus ada
sebuah kereta api yang melewati jalan K.A yang telah di angkat sebelum
ID
di listring. Biasanya antara angkatan dan listringan ada jarak satu hari,
tetapi hendakanya listringan jangan dikerjakan lebih dari satu hari
setelah angkatan. BR
Listringan Pada Jalan Lurus
Langkah Kerja:
Ÿ Mencari titik pedoman awal dengan cara disawang.
Ÿ Kemudian gunakan alat untuk mencari titik pedoman listringan yang
presisi dengan cara membentangkan benang.
&
Ÿ Untuk mencari titik pedoman pada satu titik kerusakan, pastikan lokasi
kerusakan dengan membentangkan benang dengan jarak antar titik
sebesar 20 meter.
K
Ÿ Ambil ukuran tinggi setiap 10 meter atau ½ jarak benang dengan cara
dicolok dengan mistar. Nilai dan arah geseran tuliskan di atas bantalan.
AC
E
Ÿ Ukur jarak rel luar dengan patok lengkung sebelum digeser dan
dicatat pada kaki rel atau patok lengkung.
G
Ÿ Hasil opname diproses terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai
geseran dengan cara membuat grafik geseran lengkung .
ID
Ÿ Regu bekerja menggeser dengan hasil perhitungan geseran yang
dilakukan oleh KAT.
Ÿ Nilai dan arah geseran terlebih dahulu ditulis pada bantalan di setiap
titik lengkung.
BR
Ÿ Gorek balas pada tepi bantalan pada titik yang akan digeser
Ÿ Geser titik yang perlu digeser dengan acuan patok lengkung (jarak
sebelum digeser & hasil perhitungan geseran).
Ÿ Geser titik yang perlu digeser dengan menggunakan 3 buah
&
E
pada rel lainnya, ditengah diantara kedua dongkrak terdahulu (lihat
gambar) dan berada pada titik yang akan digeser.
G
Pada track lurus:
ID
BR
Pada track lengkung:
&
K
Penempatan Dongkrak:
AC
E
Sebab jalan rel cenderung bias bergerak kembali keposisi semula
setelah dongkrak dilepaskan.
G
Melepaskan Dongkrak:
Pelepasan dongkrak harus dilakukan dalam dua tahap.
ID
Ÿ Pertama : Lepaskan lebih dahulu dongkrak yang bekerja pada rel (
Memaksa penggeseran ).
Ÿ Kedua : Lepaskan selanjutnya kedua dongkrak lainnya bersama -
sama.
BR
Pemeriksaan Kembali Listringan:
Sesudah dongkrak dilepaskan, Mandor memeriksa jarak dan membuat
pembetulan seperlunya. ( Prosesnya sama seperti untuk listringan
&
E
KECEPATAN & RADIUS
KONDISI SEKARANG ?
MENGKLASIFIKASIKAN DATA
G
LENGKUNG BERDASARKAN
YA RADIUS UNTUK MENENTUKAN
SIKLUS PEMELIHARAAN
ID
MENYIAPKAN ALAT, MEMBUAT JADWAL
PERSONIL, DAFTAR & PEMELIHARAAN
FORM PEMERIKSAAN BERDASARKAN SIKLUS
LENGKUNG
BR YANG DITENTUKAN
PENDOKUMENTASIAN
PEMERIKSAAN
LENGKUNG
SELESAI
E
Ap penuh
- Hitung pertinggian, h penuh =
G
PLA
,pertinggian lengkung peralihan, = h penuh
PLA
ID
- Hitung panjang lengkung
PLA = 0,01 hv
- Cek pelebaran sepur (LS) berdasarkan PD.10
R ³ 600, LS = 0
550 £ R < 600, LS = 5
BR
350 £ R < 400, LS = 15
400 £ R < 550, LS = 10 100 £ R < 350, LS = 20
E
berbeda
- data pada papan lengkung, meliputi , jari-jari (R), panjang (P), sudut titik
G
pusat ( < ), lebar sepur (Ls), pertinggian sepur (h),
panjang busur peralihan (PLA), penggeseran busur (gb)
- papan lengkung terbuat dari beton uk. 20x 30 cm dengan tinggi sejajar kop
ID
rel sebelah luar atau terbuat dari potongan rel yang terletak 2-3 m dari
sumbu jalan KA
8. Memeriksa dan mencatat titik mati, kondisi material (balas, bantalan, alat
BR
penambat, sambungan),mengukur dan mencatat anak panah, pertinggian
serta keausan rel dimulai pada titik -4 atau 40 m sebelum MBA awal (titik
0) sampai dengan 40 m setelah MBA akhir.
- Catat titik mati yang terletak antara 40 m sebelum MBA awal dan 40 m
setelah MBA akhir, berupa perlintasan, wesel dan BH
- Memeriksa kondisi material, antara lain balas kurang, balas mati (kecrotan);
&
labil/ambles.
- Rentangkan benang sepanjang 20 m di titik -4 dan -2 lalu ukur anak panah,
AC
pertinggian, keausan rel dan jarak antara sisi luar rel luar ke patok
lengkung di titik -3, kemudian rentangkan benang sepanjang 20 m di titik -3
dan -1 lalu ukur anak panah,pertinggian, keausan rel dan jarak antara sisi
luar rel luar ke patok lengkung di titik -2, dst
TR
S
uatu balas yang baik adalah balas yang bersih dan dapat meloloskan
air, untuk memungkinkan perputaran udara dari lapisan dasar balas,
penguapan dan pengaliran air.
Kekotoran balas bagian permukaan oleh elemen-elemen dengan butiran
kecil dan pengotoran yang disebabkan oleh muatan-muatan kereta (bara,
bahan yang bersipat tepung, minyak, gemuk, dan lain-lain) menyebabkan
lapisan balas bantalan digumpal secara perlahan-lahan. Akibatnya
bantalan berlumpur, tidak kokoh dan rayapan bantalan.
E
Pembersihan balas memungkinkan angkatan yang baik, karena menjaga
material (khususnya bantalan) dalam kondisi yang baik. Tetapi
G
pembersihan balas hanya tertentu, yakni terbatas pada daerah yang kotor,
sambungan yang berlumpur.
ID
Ÿ Pembersihan harus dikerjakan selebar jalan rel dan pada lereng.
Ÿ Pada dasar galian harus diberi kemiringan melintang sedikitnya
3 cm/m.
BR
area yang digali
&
Gambar 6.16, Area yang digali pada penampang melintang jalan rel
K
AC
1 2 3 4 5
TR
E
Untuk daerah kecrotan pendek:
G
ID
Untuk daerah kecrotan panjang:
BR Sub balas
tidak digorek
&
daerah gorekan
K
M
etode perbaikan darurat dilakukan dalam kondisi sangat darurat
dimana KA harus terus berjalan. Segera dilakukan perbiakan ke
tahap perbaikan permanen (las), atau minimal dengan perbaikan
sementara (dengan plat sambung).
Kelengkapan Peralatan:
Ÿ 4 Buah Klem (penjepit) khusus
E
Ÿ 1 Pasang Pelat Sambung
Ÿ 1 Batang Bantalan kayu bekas
G
Ÿ 4 Buah Tirepon
Ÿ Semboyan 2C
ID
Kecepatan KA yang diizinkan: Maksimal 5km/jam (Dilindungi
Semboyan 2C). BR
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Sisipkan bantalan kayu bekas tepat di bawah rel patah.
Ÿ Ikat bantalan kayu dengan khaki rel dengan menggunakan tirepon.
Ÿ Pasang Pelat sambung tanpa melubangi rel.
Ÿ Isi dan kencangkan lubang pelat dengan klem.
&
Tampak Atas
TR
rel patah
pelat sambung
tirepon
Potongan Melintang klem
P
enanganan rel patah secara darurat selain menggunakan pelat
sambung juga bisa menggunakan Emergency Rail Bridge (ERB).
ERB berguna sebagai media yang menjembatani celah akibat
adanya rel patah.
Selain lebih aman penggunaan ERB untuk penanganan rel patah lebih
efektif dan efisien secara waktu penanganan dibanding dengan
menggunakan pelat sambung.
E
Kecepatan KA yang diizinkan: Maksimal 5km/jam (Dilindungi Semboyan
G
2C).
ID
BR
&
K
AC
Gambar 6.20, Ilustrasi pemasangan ERB pada rel patah dan dilalui roda KA
TR
M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.
Kelengkapan Peralatan:
E
Ÿ 1 Pasang Pelat Sambung
Ÿ 6 Buah baut (sejumlah lubang pelat sambung)
G
Ÿ Semboyan 2A
ID
Semboyan 2A).
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ
BR
Lubangi rel dengan bor rel sejumlah lubang pada pelat sambung.
Ÿ Atur celah sambungan sesuai dengan suhu pemasangan.
Ÿ Pasang pelat sambung seperti pemasangan pelat sambung normal.
Kondisi khusus:
&
Apabila terjadi rel patah pada posisi las thermit, gunakan pelat sambung
modifikasi untuk perbaikan sementara atau memotong bagian las thermit
kemudian pasang pastuk.
K
AC
TR
Gambar 6.22, Ilustrasi perbaikan darurat rel patah pada las thermit
Pada saat opname DMJR, sambungan rel patah tidak dihitung dalam
asset sambungan, tetapi dimasukan dalam usulan perbaikan!
Sambungan akibat rel patah tidak termasuk aset sambungan, tetapi
masuk dalam kategori rel putus yang harus diperbaiki.
M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
kesempatan berikutnya.
Kelengkapan Peralatan:
E
Ÿ 2 buah kunci tirepon
Ÿ 2 buah mata bor ukuran 14 mm
G
Ÿ 2 buah mata bor kayu
Ÿ 2 buah linggis
Ÿ 6 buah garpu + 2 Pengki
ID
Ÿ 1 Set alat pecok (dandang pemecok atau HTT)
Ÿ 1 buah mistar pengukur lebar sepur (sepur mal)
Ÿ 2 buah cangkul untuk balas.
BR
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Menggorek balas sekitar bantalan
Ÿ Melepaskan alat penambat
Ÿ Mengeluarkan pelat landas
&
E
G
bantalan baru dimasukan
ID
Gambar 6.23, Ilustrasi penggantian bantalan kayu
BR
GANTI BANTALAN BETON
M
etode perbaikan sementara adalah bentuk penanganan rel patah
paling minimal, karena tingkat keamanannya lebih terjamin. Jenis
perbaikan ini bukan merupakan penangan secara permanen,
harus dilakukan perbaikan secara permanen (las atau ganti rel) pada
&
kesempatan berikutnya.
Kelengkapan Peralatan:
K
Langkah Pelaksanaan:
Ÿ Menggorek balas sekitar bantalan sampai rata bawah bantalan
Ÿ Melepaskan alat penambat dan isolator
Ÿ Mengeluarkan bantalan rusak, Angkat rel dengan dongkrak, dorong
bantalan ke samping ke arah balas yang telah digorek dengan
menggunakan kepala linggis.
Ÿ Membersihkan balas, Setelah bantalan lama dikeluarkan, balas di
bawah bekas bantalan yang lama dibersihkan (jika diperlukan).
(Sumber: PERJANA, BAB 3: Perawatan Jalan Rel)
6.28
GANTI BANTALAN
METODE KERJA
PENGGANTIAN BANTALAN
Ÿ Memasukkan bantalan baru, Mulai dengan memasukkan bantalan
baru dari bawah rel (menggunakan penjepit bantalan) ke tempat bekas
bantalan lama, lalu pecok balas di bawah bantalan pada 20 cm kedua
sisi setiap rel.
Ÿ Mengukur lebar sepur, Sesuaikan lebar sepur antara kedua rentangan
rel-rel dengan menggunakan alat pengukur lebar sepur
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.
E
Ÿ Memasang kembali alat penambat
Ÿ Mengembalikan balas, Balas dikembalikan dengan garpu.
G
bantalan lama dikeluarkan
ID
BR
&
7 ID
G
E
&
K
AC
TR
KONSTRUKSI DARURAT
E
rel bendel
Sebagai jembatan darurat, bila dipasang dibawah
? komposisi
bantalan KA3-3-3-3
yang
rel eksisting
G
bantalan kayu
ID
besi begel Ø 19mm
BR besi siku 70x70x7
&
7.1
REL BENDEL
KONSTRUKSI DARURAT
STAPELING
Stapeling adalah bantalan kayu yang dipasang bersilang tegak lurus
sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat
menerima beban dengan ketinggian tertentu.
Susunan Stapeling:
?Gambangan, Susunan bantalan kayu merata sebagai pondasi atau
perata beban.
?Susunan Bantalan Stapeling
E
bantalan kayu
sejajar bantalan
G
bantalan kayu
sejajar rel
gambangan
ID
Tinggi max: 1,5 meter
Gambar 7.2, Ilustrasi susunan stapeling tunggal Beban max: 6 ton
BR
bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
&
sejajar rel
gambangan
Gambar 7.3, Ilustrasi susunan stapeling kandang rase Beban max: 6 ton
AC
bantalan kayu
pengikat
bantalan kayu
sejajar bantalan
bantalan kayu
sejajar rel
TR
gambangan
7.2
STAPELING
KONSTRUKSI DARURAT
STAPELING
Perhitungan Gambangan
Apabila beban diatasnya melebihi 12 ton maka untuk meneruskan
beban agar diterima oleh landasan terbagi merata terhadap permukaan
tanah, pada dasar stapling disusun gambangan yang disatukan dengan
rel atau profil baja.
ó = P/A
Dimana : P : beban (kg)
ó : Kekuatan tanah ( kg/cm²)
E
A : Luas bidang yang diperlukan
G
Bila diketahui:
Beban= 50 ton,
?
ID
Tegangan tanah ijin ditetapkan= 0,5 kg/cm2
?
Ukuran bantalan = 22 x 13 x 200 cm
?
Berapa luas gambangan?
?Luas gambangan:
BR
a = p/ ó ijin = 50.000/0,5 = 100.000 cm2
?Jumlah bantalan:
100.000/(200x22) = 22,73 = 23 batang
?Panjang gambangan = 23 x 22 = 506 cm
&
7.3
STAPELING
& PANCANG
BR
8 ID
G
E
&
K
AC
TR
LAMPIRAN
S
elain buku saku perawatan, setiap SK dan KAT harus membuat dan
membawa Buku Saku Lintas, yang disusun dengan materi sebagai
berikut:
?
Data Asset Lintas per-resort
?
Data Kuantitas Jalan Rel
?
Peta Asset
?
Data Lengkung
E
?
Data Wesel
G
?
Data Sambungan
?
Data Perlintasan
?
ID
Data Bangunan Hikmat
?
Data Emplasemen
?
Data Material Rel
BR
?
Data Material Penambat
?
Data Material Bantalan
?
Data Landai
?
Data Daerah Rawan
?
Passing Tonage
&
?
Jadwal Pemeliharaan JO-Siklus
?
Data Peralatan Regu
K
AC
TR
8.1
BUKU LINTAS
PERANGKAT KESELAMATAN STANDAR
UNTUK PEKERJA PERAWATAN JALAN REL
P
enggunaan perangkat keselamatan bertujuan
untuk melindungi pekerja dari hal-hal yang
berpotensi mebahayakan keselamatan
dari pekerja itu sendiri. Perangkat minimal yang
harus digunkan dalam kegiatan perawatan
jalan rel antara lain:
Helm
E
Kaca Mata
G
Wajib digunakan saat melakukan pekerjaan
pengelasan.
Rompi Kerja
ID
Sarung Tangan BR
Sepatu Kerja
&
melakukan pekerjaan
di atas jembatan KA. Gambar 8.1, Perlengkapan
keselamatan kerja untuk
Bendera Kerja pekerja jalan rel.
Jas Hujan
TR
8.2
PERANGKAT
KESELAMATAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK PREIPAL
Patok preipal dipasang di setiap bagian belakang wesel dan persilangan
(kruistuk) dengan jarak 1,95 meter dari dua as track (sepur belok dan lurus).
Ketentuan ukuran peletaan patok preipal lihat pada bagian 2, halaman 2.6
tentang ruang bebas.
E
cuaca luar. Patok diberi cat warna putih
G
dari batas kop rel ke atas. Posisi yang lebih
rendah dari kop rel diberi warna hitam.
tinggi patok preipal
ID
60cm
dari kop rel
kop rel
BR jarak dari kop rel
ke tanahdisesuaikan
as track
220cm
kop rel
2,53m
Gambar 8.3, Dimensi dan pewarnaan semboyan 2(A,B,C)
(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.3
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK PREIPAL
PEMBATAS KECEPATAN
Pembatas kecepatan atau Semboyan 2 merupakan semboyan yang
bersifat semi permanen, diperuntukan membatasi kecepatan untuk
melindungi lokasi tertentu, misal lengkung radius kecil, daerah rawan
ambles, area emplasemen. Setiap pembatas kecepatan harus terdaftar
dalam GAPEKA.
Warna cat teks dan list kuning
E
scottlight
dasar hitam doff (tidak
G
6 6
mengkilat).
ID
cm
50
BR
cm
60
6
220cm
as track
40cm
&
kop rel
24cm
K
kop rel
2,53m
Gambar 8.5, Dimensi dan pewarnaan semboyan 3
(Sumber: Peraturan Dinas No. 19)
8.4
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
PENGHABISAN
PREIPALTASPAT
Penghabisan pembatas kecepatan atau Semboyan 2H merupakan tanda
batas area yang dilindungi oleh pembatas kecepatan. Setelah melewati
semboyan 2H, KA bisa berjalan kembali dengan kecepatan normal yang
diizinkan.
E
H H
50cm
60cm
G
cm
ID
50
cm
putih scottlight
BR dasar hijau doff (tidak
H mengkilat).
H as track
17,5cm
220cm
&
kop rel
K
13cm 2,53m
tebal teks 4cm
AC
500m
E
G
1m
1
500
100
ID
100m
Informasi kelandaian:
KA akan melewati tanjakan dengan kelandaian 1/100m
BR
dengan jarak tempuh 500m.
Putih:
Menandakan posisi yang akan dilalui oleh Kereta setelah
melewati Marka kelandaian.
&
Hitam:
Menandakan posisi Kereta saat melewati Marka
kelandaian.
K
Kemiringan papan:
Menunjukan gambaran medan yang sedang dilalui (warna hitam) dan
AC
20cm
as track
165cm
65cm
kop rel
2,53m
E
PAPAN INFORMASI
G
LENGKUNG
13
ID
No. LENGKUNG : 100
4
BAGIAN DEPAN
MB : 20+500
4
AB
BR
: 22+700
4
SUDUT : 5.78 °
55
RADIUS : 180 m
AP : 20 mm
8
&
PLA : 90 m
4
T : 100 mm
K
4
: 80 km/j
AC
V
TR
ABA
ABA
MBA
MBA
E
G
TANGGAL PROGRAM TANGGAL REALISASI
2 2
B A G IA N B E L A K A N G
PEMERIKSAAN PERBAIKAN PEMERIKSAAN PERBAIKAN
TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:
ID
7
K
10
AC
10 10 10 10
40
AB(EB)
MB(BB)
ABA
ABA
MBA
MBA
8.8
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
MARKAPREIPAL
WESEL
Marka wesel merupakan marka yang berisikan informasi tentang wesel.
Papan wesel dipasang tegak lurus dengan titik matematis wesel (Mulai
Busur) sejarak 2 meter dari as rel, di setiap wesel yang ada.
PAPAN INFORMASI
WESEL
13
E
G
No. WESEL : 1103
4
ID B A G IA N D E P A N
4
SUDUT : 1 : 12
BR
55
TIPE REL : R 54
4
K
AC
2
40
akhir wesel
awal wesel
8.9
DIMENSI
SEMBOYAN
DEFINISI ,DIMENSI & PERLETAKAN
PATOK,TANDA & SEMBOYAN
PATOK
RIWAYAT PREIPAL
PEMERIKSAAN WESEL
Riwayat pemeriksaan wesel merupakan papan yang berisikan informasi
riwayat pemeriksaan dan realisasi perbaikan wesel serta pengelasan
wesel. Informasi yang ada pada papan ini harus sesuai dengan apa yang
diprogramkan di kantor Resor. Papan diletakan di belakang papan wesel.
RIWAYAT PEMERIKSAAN
WESEL
13
E
G
RIWAYAT
2 2
B A G IA N B E L A K A N G
PENGELASAN
PEMERIKSAAN PERBAIKAN PEMERIKSAAN PERBAIKAN JARUM
TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL: TANGGAL:
ID
7
K
10
AC
8 8 8 8 8
40
Gambar 8.10, Dimensi dan Informasi papan riwayat pemeliharaan wesel
TR
titik matemastis
akhir wesel
awal wesel
8.10
DIMENSI
SEMBOYAN
BENTUK D.145
FORM PEMERIKSAAN WESEL
Bentuk D.145 adalah bentuk pemeriksaan wesel. Saat melakukan
pemeriksaan wesel data hasil pemeriksaan dituliskan langsung di form
D145. Perbaikan wesel langsung dilakukan sesuai dengan hasil dari
pemeriksaan.
E
wesel tersebut.
Ukur lebar sepur dan pertinggian.
?
G
Isi hasil pengukuran pada kotak yang disediakan.
?
Lokasi yang diukur harus sesuai dengan dengan lokasi yang tertera
?
ID
pada form D145 (sesuai nomor bantalan).
Terdapat 3 kotak, kotak kiri berisikan ukuran geometri seharusnya,
?
kotak tengah berisikan hasil pengukuran, kotak kanan berisikan
ukuran setelah perbaikan.
BR
Di bawah kotak pengisian terdapat informasi angka toleransi, jika
?
terdapat hasil pengukuran diluar toleransi yang ada, segera lakukan
perbaikan hingga dalam batas toleransi.
Pada kotak kanan bawah terdapat gambar komponen jarum yang
?
&
?
diperuntukan untuk pengisian kondisi bantalan (baik, X, XX atau XXX)
dan penambat yang ada pada wesel.
AC
8.11
OPNAME
WESEL
BENTUK D.145
FORM PEMERIKSAAN WESEL
LAPORAN tentang keadaan wesel biasa dengan lidah pegas dari rel tinggi 159 mm (Rel no.54)
dengan perbandingan sudut 1:12 ( Wesel Italia) di emplasemen.....................
Wesel No : .............................. Tanggal .............................................
Jarak Bantalan
E
460
SE
49
49
80 80 560 557 WE
80 ± 5 O 48
OT
48
58 58 80 ± 5 58 +2 -1
+2
560
58 +2 -1 557
NF 47
+2 47
KA
-1 -1 560 557 UM
46 NT 46
560 45 ±1
557 CA
G
45
Lebar alur pada rel paksa 45
1033
560 34 ±1 557
44
44
34 34
560 557
43
43
-1 -1
Lebar alur pada jarum dengan +1
560 557
42
+1 42 58 ±2
rel paksa 560 557
1067 1067 41 1067 ±1 41
1067 ±1
1033 1033 560 557
ID
40
40
+2 +2 420 58 +2 -1 420 39
-0 -0 39 80 ± 5
652 648 30520
1067 ±1 1072
±1
38
38 16536
13984
652 648
37
1067 1072 37
652 648
36
-1 -1 36 1:12
+5 +5 4°45'49"
+1 +1 650 648
-5 -5 35
35
+2
-1
80
58
80
58
+2
-1
34
33
32
BR
650
650
650
648
648
648
Point Protection
34
+1
-1
34
33
32
10 1033 +2
650 648 15
3 45 ±1 31
31
650 648
30
30
1072 ±1
650 648
1067 ±1 6,9 ±1 29
29
650 648
1067 1072 28
28
650 648
-1 -1 27
27
+1 +1 650 648
26
26
650 648
&
25
25
600 598
24
24
Jarak antara lidah dan rel lantak 520
276 ±2
282 ±2 520
23
23
276 282 600
22
22
±2 ±2
650
21
21
600
20
20
K
600
19
19
630
18
18 1072 ±1
630
1072 1072 17
17
630
±1 ±1 16
16 1067 ±1 B
AC
630 ......
1067 1067 15
15
630
±1 ±1 14
14
630
13
13
630 30 cm
12
12 ...... A
630
11
11
630 ......
10
10 30
630
9
9
625
120 ..... 8
8
1067
Section A
TR
640
7
7
640
..... 6
6
.....
640
Jarak antara ujung lidah 5
5
terbuka dengan rel lantak 640
4 Section B 4
640
2
1. Kelengkapan baut-baut 2
BENTUK D. 145
Mengetahui :
SK.................................. ........................ , tgl.......................
Dibuat KAT.........................
........................................ .......................................................
8.12
OPNAME
WESEL
TRACK & BRIDGE
TEKNIK JALAN REL & JEMBATAN