Di Susun Oleh :
NIM : 2061201162
Kelas : 1B1
Prodi : Manajemen
2020
KATA PENGANTAR
baik.
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar dapat menjadikan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................ 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam perekonomian hanya ada dua industri atau pelaku ekonomi. Dalam
mendekati realita.
B. Rumusan Masalah
ekonomi?
ekonomi?
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
orang Indonesia telah mengoptimalkanutilitynya, semua orang puas.
Dalam kondisi seperti ini tidak ada seorang pun yang mampu
Diagram 13.1
industri pada titik A ( Pg0 , Qg0 ) dan B ( Ps0 , Qs0 ) dimana setiap
4
perusahaan dalam setiap industri hanya menikmati laba normal ( kurva
AC = kurva permintaan ).
ekonomi. Hal ini ditambah dengan adanya laba super normal pada industri
normal.
5
Penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam perekonomian dua pasar bila
lebih luas. Dalam suatu perekonomian yang terdiri dari n pasar, jika n-1
Law ).
exchange )
bila barang dan jasa yang tidak dapat direalokasikan ( reallcated ) antar
Pareto efficiency ).
6
Untuk dapat memahami pernyataan diatas, kita menyusun
hanya terdapat dua individu, A dan B, dan juga dua barang, pakaian (X)
Diagram 13.2
Konsturksi kotak
7
(c)
8
masing kurva indiferensi terlihat perbedaan MRSyx ( berapa jumlah Y
sebelah bawahnya )
9
mengorbankan kepuasan B. Secara matematis hal ini akan terjadi bila
tercapai bila nilai MRSyx untuk seluruh individu sudah sama, MRSyx A =
pada saat itu MRSyx =.....Py/Px. Jai efisiensi Pareto tercapai bila :
garis OAOB yang disebut kurva kontrak (contrac curve) yaitu kurva lokus
10
Produksi dikatakan efisien bila penggunaan faktor produksi maupun
faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output yang satu tidak
(X) dan makanan (Y), sedangkan faktor produksi yang digunakan adalah
mesin (K) dan tenaga kerja (L). Harga penggunaan satu faktor produksi
11
Bila perusahaan beroperasi dalam pasar factor produksi
diagram 13.4 digambarkan oleh garis OxOy. Dari kurva OxOy dapat
Frontier disingkat PPF ), seperti pada diagram 13.5 di bawah ini. Kurva
12
kombinasi produksi yang efisien, dengan jumlah factor – factor produksi (
13
dibandingkan di titik C. Dengan demikian sebenarnya dapat dikatakan
bahwa titik – titik singgung sepanjang kurva PPF merupakan rasio antara
memproduksi pakaian.
output ) bila:
cost )
14
Dalam diagram di atas kondisi keseimbangan tercapai di titik D,
( U1 ), dengan kombinasi output ( X0,Y0 ). Pada saat itu rasio harga factor
15
barang yang ada dalam perekonomian, jumlah yang diminta sama dengan
16
Tabel 13.1
( Rp triliun )
yaitu 153,4 triliun rupiah, subsidi BBM selama 2000-2002 mencapai 85,1
% dari total subsidi. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2001, yang
kecil?
17
Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas, kita gunakan
konsep biaya ekonomi ( opportunity cost ) dari subsidi BBM. Manfaat apa
saja yang diperoleh bila dana untuk subsidi BBM dialokasikan untuk yang
lain. Untuk itu kita bandingkan dengan dana yang dialokasikan untuk
kepoliasian yang pada tahun 2002 hanya sekitar Rp. 1,3 triliun, maka
sudah memiliki jajaran kepolisian yang jauh lebih baik dari sekarang.
jelas manfaatnya lebih besar dan terasa bagi masyarakat. Jika sudah
dilakukan sejak 10 tahun yang lalu, saat ini Indonesia telah memiliki SDM
yang memadai.
18
Tabel 13.2
(ribu unit)
Pertumbuhan
(%tahun)
bermotor
penumpang
19
sekitar 3 % per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi adalah sepeda motor
2) Harga mobil pada saat ini beberapa puluh kali lipat harga sepeda
motor
3 liter bensin senilai Rp. 6000,00. Belum lagi biaya perawatan dan
bensin sebanyak 6 liter, maka biaya bensin yang dibutuhkan adalah Rp.
2002menunjukan bahwa dari sekitar 3,4 juta unit mobil penumpang yang
20
ada di Indonesia, sekitar 1,5 juta ( 43%) berada di Jakarta. Padaha luas
jakarta hanya sekitar 700 KM2 atau 0,04% luas daratan Indonesia.
Jakarta yang tidak memiliki mobil. Ironisnya, tidak jarang terjadi, satu
bermotor. Sebab harga BBM adalah salah satu faktor yang turut
21
Diagram 13.7
jika tidak ada subsidi BBM. Pada saat itu jumlah BBM yang di konsumsi
adalah Q1b dengan harga jual per liter adalah P1b pada diagram 13.7 (b),
titik G adalah titik keseimbangan pasar mobil, bila harga BBM tidak
22
disubsidi. Harga mobil per unit adalah P1m sedangkan konsumsi mobil
Q1m.
subsidi ( yaitu sebesar Q2m ) menjadi lebih banyak dibanding dengan tidak
meningkat, sebut saja sebesar Q2b. Jika tidak ada subsidi, maka harga
jual BBM seharusnya adalah P3b per liter. Tetapi pemerintah telah
menetapkan harga BBM adalah P2b. Untuk setiap liter BBM pemerintah
permintaan ( dari D1m ke D2m ) dan penawaran mobil ( dari S2m ke S3m ) di
23
berubah. Maka persepsi tidak dihapuskannya subsidi BBM akan
meningkatkan konsumsi mobil menjadi Q3m ( titik I pada diagram 13.7 (b)
BBM sebesar Q3b, harga jual seharusnya adalah P4b. Dengan harga jual
BBM yang hanya sebesar P4b – P2b. Dengan demikian untuk konsumsi
sebanyak Q3b, subsidi yang diberikan menjadi lebih besar lagi dibanding
konsumsi mobil. Tentu saja hal ini akan memperbesar anggaran subsidi,
seperti yang telah diuraikan di atas, belum tentu efisien secara ekonomis.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
B. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Publishing, 1993.
27