Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TEORI KESEIMBANGAN UMUM DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI

Dosen: Syamsul Bakhtiar Ass., S.e.,M.M

Di Susun Oleh :

Nama : Rahmi Hidayanti

NIM : 2061201162

Kelas : 1B1

Prodi : Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rhmat serta

hidayahnya kepada kita semua karena telah diberi kesehatan dan

kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad

SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu demi terselesaikannya makalah dengan judul "

Teori Keseimbangan Umum Dan Kesejahteraan Ekonomi " ini dengan

baik.

Penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan

manfaat kepada pembaca untuk menambah pengetahuan dan

pemahaman tentang bagaimana " Teori Keseimbangan Umum Dan

Kesejahteraan Ekonomi ".

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih

banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Sehingga penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar dapat menjadikan

lebih baik lagi kedepannya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Keseimbangan Umum ................................................... 3

B. Efisiensi Pertukaran (Efficiency In Exchange) .................................. 6

C. Efisiensi Produksi (Efficiency In Production) ..................................... 11

D. Contoh Kasus Keseimbangan Umum Dan Kesejahteraan Ekonomi . 16

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 25

A. Kesimpulan ...................................................................................... 25

B. Saran ................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk memahami interaksi antar pasar, ekonom menyusun model

ekonomi keseimbangan umum ( general equilibrium model ). Dengan

model ini dijelaskan proses tercapainya keseimbangan ( harga dan

kuantitas ) diseluruh pasar ( industri ) secara simultan. Studi

keseimbangan umum yang paling sederhana mengasumsikan bahwa

dalam perekonomian hanya ada dua industri atau pelaku ekonomi. Dalam

studi tingkat yang lebih tinggi, khususnya dengan penggunaan

ekonomatrika dan komputer, dapat disusun asumsi-asumsi yang lebih

mendekati realita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan dalam

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari teori keseimbangan umum dan kesejahteraan

ekonomi?

2. Penjelasan efisiensi pertukaran (efficiency in exchange)?

3. Penjelasan efisiensi Produksi (Efficiency in production)?

4. Jelaskan contoh kasus keseimbangan umum dan kesejahteraan

ekonomi?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam rumusan masalah,

tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Keseimbangan umum.

2. Untuk mengetahui efisiensi pertukaran (efficiency in exchange).

3. Untuk mengetahui efisiensi produksi (efficiency in production).

4. Untuk mengetahui contoh kasus yang berkaitan dengan

keseimbangan umum dan kesejahteraan ekonomi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keseimbangan Umum

Keseimbangan umum merupakan seimbangnya harga beli

terhadap harga jual, seimbangnya permintaan barang dengan

penawaran barang, juga keseimbangan antara pengeluaran uang

dengan pemasukan dan juga keseimbangan antara pendapatan

dengan pengeluaran yang terjadi.

Keseimbangan umum atau equilibrium adalah kondisi dimana

jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran. Jumlah barang

pada keadaan itu disebut kuantitas keseimbangan.Tingkat harga yang

membentuk keadaan keseimbangan itu disebut harga keseimbangan.

Keseimbangan umum terjadi apabila pasar uang dan pasar

barang berada dalam keseimbangan secara bersama-sama, dan

keseimbangan tersebut diperoleh keseimbangan pendapatan nasional

dan keseimbangan tingkat bunga.

Misalkan dalam sebuah perekonomian ada sepuluh juta barang,

jika semua barang mempunyai struktur pasar bersaing sempurna,

maka penawaran dan permintaan dari sepuluh juta barang tersebut

akan sama. Kondisi ini disebut terjadi keseimbangan umum.Semua

3
orang Indonesia telah mengoptimalkanutilitynya, semua orang puas.

Dalam kondisi seperti ini tidak ada seorang pun yang mampu

menaikkan kepuasannya tanpa mengurangi kepuasan orang lain.

Dengan kata lain semua orang telah mengoptimalkan keputusannya.

Semua konsumen telah menentukan pola konsumsinya dan semua

produsen telah menentukan pola produksinya.

Model keseimbangan umum yang paling sederhana

digambarkan dalam diagram berikut :

Diagram 13.1

Model keseimbangan umum ( simultan ) sederhana

(a) Industri garmen (b) industri sepatu

Dalam perekonomian diasumsikan hanya ada dua industri, sebut

saja industri pembuatan pakaian jadi ( garmen ) dan sepatu. Struktur

pasar adalah persaingan sempurna. Keseimbangan awal masing-masing

industri pada titik A ( Pg0 , Qg0 ) dan B ( Ps0 , Qs0 ) dimana setiap

4
perusahaan dalam setiap industri hanya menikmati laba normal ( kurva

AC = kurva permintaan ).

Jika industri garmen menghadapi peningkatan permintaan ( kurva Dg 0

→Dg1 ), harga meningkat ke Pg1 ( dengan output Qg1 ) yang

menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri garmen menikmati

laba super normal. Sementara itu industri sepatu mengalami penurunan

permintaan ( Ds0 → Ds1 ), sehingga harga turun dari Ps0 ke Ps1.

Perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu mengalami kerugian

ekonomi. Hal ini ditambah dengan adanya laba super normal pada industri

garmen, memotivasi perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu

meninggalkan industri tersebut dan memasuki industri garmen. Akibat nya

penawaran di industri garmen meningkat ke Sg 1 yang mengakibatkan

harga turun kembali ke Pg0 dengan jumlah output Qg2. Perusahaan-

perusahaan dalam industri garmen akhirnya hanya menikmati laba

normal.

Dalam industri sepatu, karena ada ( banyak ) perusahaan yang pergi,

kapasitas produksi menurun. Akibatnya penawaran menurun ke Ss1 yang

mendorong haraga naik kembali ke Ps0 dengan output Qs2. Perusahaan-

perusahaan yang masih bertahan dalam industri sepatu mengalami

perbaikan, sehingga dapat kembali menikmati laba normal. Jika kedua

industri telah mencapai keseimbangan , perekonomian dikatakan telah

berada dalam keseimbangan umum.

5
Penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam perekonomian dua pasar bila

satu pasar mencapai keseimbangan , maka pasar yang satunya juga

mencapai keseimbangan. Prinsip ini dapat digunakan dalam konteks yang

lebih luas. Dalam suatu perekonomian yang terdiri dari n pasar, jika n-1

pasar berada dalam keseimbangan, maka pasar ke n akan mengalami

keseimbangan. Pernyataan ini disebut sebagai hukum Walras ( Walras

Law ).

B. Efisiensi Pertukaran (Efficiency In Exchange)

Perkonomian dikatakan efisien jika individu-individu dalam

perekonomian ( konsumen – produsen ) telah berada dalam kondisi

keseimbanagan, melalui mekanisme pertukaran. Dengan kata lain

perekonomian telah berjalan efisien bila :

a) Terjadi mekanisme pertukaran yang efisien ( effisiency in

exchange )

b) Produksi berjalan efisien ( effisiency in production )

Model Pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box )

Menurut Alfred Pareto, alokasi sumber daya dikatakan efisien

bila barang dan jasa yang tidak dapat direalokasikan ( reallcated ) antar

konsumen tanpa membuat salah satu konsumen dirugikan ( tingkat

kepuasan menurun ). Prinsip ini disebut prinsip Optimalisasi Pareto (

Pareto efficiency ).

6
Untuk dapat memahami pernyataan diatas, kita menyusun

sebuah model ekonomi sederhana. Dalam perekonomian dirumuskan

hanya terdapat dua individu, A dan B, dan juga dua barang, pakaian (X)

dan makanan (Y). Pakaian dan makanan didistribusikan antara A dan B

seperti yang digambarkan dalam diagram 13.2.a dandan 13.2.b, dimana

A memiliki pakaian sebanyak Xa dan makanan sebanyak Ya. B memiliki

pakaina sebanyak Xb dan makanan sebanyak Yb. Dari informasi tersebut

dapat disusun kotak pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box), seperti

pada diagram 13.2.c, dimana D merupakan titik kepemilikan awal ( initial

andowmen ), titik dimulainya pertukaran antara A dan B.

Diagram 13.2

Konsturksi kotak

Pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box )

7
(c)

Pakaian dan makanan milik perekonomian

Dengan kotak Edworth kita dapat menganalisis proses pertukaran

antar individu dalam perekonomian sampai mereka mencapai kondisi

efisien. Titik D dalam diagram 13.3 menunjukan kepemilikan awal ( initial

endowmen ) A dan B. Preferensi A digambarkan dengan kurva indeferensi

A1, sedangkan preferensi B, kurva indiferens B1. Dengan slove masing-

8
masing kurva indiferensi terlihat perbedaan MRSyx ( berapa jumlah Y

yang harus dikorbankan untuk memperoleh tambahan konsumsi 1 unit X )

yang memungkinkan terjadi pertukaran. Tujuan pertukaran dalah

meningkatkan kepuasan masing-masing individu. Secara grafis hal

itu ditunjukan dengan letak kurva indiferensi A, dimana A 1<A2<A3 dan

seterusnya. Demikian juga B1<B2<B3 dan seterusnya. Bagi A, pertukaran

akan menguntungkan jika kepuasannya meningkat ( ditunjukan oleh kurva

A yang berada disebelah kanan atasnya ). Sebaliknya bagi B pertukaran

akan menguntungkan jika kepuasan menungkat ( kurva B yang berada di

sebelah bawahnya )

Menurut prinsip optimalisai Pareto, proses pertukaran antara A dan

B akan berhenti apabila A tidak ldapat lagi meningkatkan kepuasan tanpa

9
mengorbankan kepuasan B. Secara matematis hal ini akan terjadi bila

MRSyx untuk A sama sama dengan MRSyx untuk B ( MRSyx A = MRSyx

B ). Jika dalam perekonomian ada lebih dari dua individu, efisiansi

tercapai bila nilai MRSyx untuk seluruh individu sudah sama, MRSyx A =

MRSyx B......MRSyx Z. Berdasarkan teori keseimbangan konsumen ,

pada saat itu MRSyx =.....Py/Px. Jai efisiensi Pareto tercapai bila :

MRSyx A = MRSyx B=....=MRSyx Z= Py/Px....(13.1)

Kondisi seperti digambarkan dalam persamaan (13.1), dalam

diagram 13.3 ditunjukan misalnya oleh titik-titik E, F, G. Pada titik tersebut

slove kurva indiferensi A adalah sama dengan slove kurva indiferensi B,

yaitu pada saat kurva indiferensi A bersinggungan dengan kurva

indiferensi B ( selama kurva indeferensi A dan B masih saling

berpotongan, pertukaran masih dapat terus dilakukan ). Kombinasi tak

terhingga dari berbagai kemungkinan keseimbangan digambarkan oleh

garis OAOB yang disebut kurva kontrak (contrac curve) yaitu kurva lokus

( tempat kedudukan ) titik-titik keseimbangan Pareto sebagai hasil

pertukaran antar individu.

C. Efisiensi Produk (Efficiency In Production)

10
Produksi dikatakan efisien bila penggunaan faktor produksi maupun

penjualan output sudah efisian.

a) Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi (input effisiency)

Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara tekhnis bila

faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output yang satu tidak

dapat direalokasikan untuk menambah output yang lain tanpa mengurangi

produksi output yang bersangkutan. Untuk lebih memahaminya, model

Edgeworth ( pada diagram 13.3 ) dapat diadaptasi dengan

mengasumsikan bahwa output dalam perekonomian terdiri atas pakaian

(X) dan makanan (Y), sedangkan faktor produksi yang digunakan adalah

mesin (K) dan tenaga kerja (L). Harga penggunaan satu faktor produksi

mesin adalah r, sedangkan harga penggunaan seorang tenaga kerja

adalah w. Kurva X1,X2,X3 adalah isokuan untuk pakaian dimana X1<X2<X3.

Kurva Y1.Y2,Y3 adalah isokuan untuk makanan dimana Y1<Y2<Y3 (diagram

13.4). Titik-titik A,B,C adalah beberapa kombinasi penggunaan faktor

produksi yang efisien karena MRTSIk untuk memproduksi pakaian sama

dengan MRTSIk untuk memproduksi makanan.

11
Bila perusahaan beroperasi dalam pasar factor produksi

persaingan sempurna, keseimbangan tercapai bila MRTSlk sama dengan

rasio harga ke dua factor produksi ( MRTAlk = w/r ). Karena dalam

perekonomian ada lebih dari satu perusahaan yang beroperasi, kondisi

efisien pareto tercapai apabia:

( MRTSlkX = MRTSlkY = ….. = MRTSlkA = w/r

Lokus titik – titik keseimbangan Pareto dari penggunaan factor

produksi juga disebut kurva kontrak ( contract curve ), yang dalam

diagram 13.4 digambarkan oleh garis OxOy. Dari kurva OxOy dapat

dikonstruksi kurva batas kemungkinan produksi ( production Possibilities

Frontier disingkat PPF ), seperti pada diagram 13.5 di bawah ini. Kurva

PPF merupakan kurva yang menunjukan berbagai kemungkinan

12
kombinasi produksi yang efisien, dengan jumlah factor – factor produksi (

tenaga kerja dan mesin ) yang digunakan tidak berubah ( tetap ).

Kurva PPF menurun dari kanan atas ke kiri bawah ( downward

slopely ) karena adanya masalah ekonomi ( kelangkaan ). Untuk

menambah produksi 1 unit pakaian ( X ), maka sejumlah makanan ( Y )

harus dikorbankan. Begitu sebaliknya. Karena itu sudut kemiringan kurva

PPF menggambarkan derajat tranformasi marjinal makanan untuk pakain

( marginal rete of transformation atau MRTyx ), yang menggambarkan

berapa unit barang Y ( makanan ) harus dikorbankan untuk menambah

produksi 1 unit barang X ( pakaian ).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa titik A biaya marjinal

untuk memproduksi pakaian relative lebih rendah dibandingkan titik C.

Sebaliknya, di titik A biaya marjinal memproduksi makanan lebih tinggi

13
dibandingkan di titik C. Dengan demikian sebenarnya dapat dikatakan

bahwa titik – titik singgung sepanjang kurva PPF merupakan rasio antara

biaya marjinal memproduksi makanan dengan biaya marjinal

memproduksi pakaian.

a) Efisiensi Output ( output efficiency )

Sebuah perekonomian dikatakan mencapai efisiensi output ( efficiency in

output ) bila:

➢ Barang dan jasa diproduksi dengan biaya paling rendah ( minimum

cost )

➢ Produsen mencapai keseimbangan ( producer’s equilibrium ),

dimana MRTyk = Px/Py

➢ Barang dan jasa yang diproduksi memenuhi kebutuhan konsumen

untuk mencapai keseimbangan konsumen ( consumer’s equilibrium

), dimana MRSyx = Px/Py.

Kondisi diatas dapat dijelaskan dalam diagram 13.6 berikut ini.

14
Dalam diagram di atas kondisi keseimbangan tercapai di titik D,

pada titik persinggungan kurva PPF dengan kurva indiferensi masyarakat

( U1 ), dengan kombinasi output ( X0,Y0 ). Pada saat itu rasio harga factor

produksi digambarkan oleh garis Px*/ Py*. Di titik tersebut konsumen

mencapai keseimbangan karena MRSyx = Py / Px. Produsen juga

mencapai keseimbangan karena MRTSlk = w/r. di luar titik D,

keseimbangan simultan tidak akan terjadi.

Di titik D, jumlah barang yang diminta konsumen sama persis

dengan jumlah barang yang ingin ditawarkan produsen. Keseimbangan

Ekonomi Secara Umum ( general equilibrium ) akan tercapai untuk semua

15
barang yang ada dalam perekonomian, jumlah yang diminta sama dengan

jumlah yang ditawarkan. Pada saat itu MRTyx = MRSyx.

D. Contoh Kasus Keseimbangan Umum Dan Kesejahteraan Ekonomi

Pengurangan Subsidi BBM dan Peningkatan Efisiensi Perekonomian

Salah satu kebijakan pemerintah yang dianggap paling tidak

disukai rakyat adalah pengurangan atau penghapusan subsidi, khususnya

subsidi bahan bakar minyak ( BBM ). Pihak – pihak yang menolak

umumnya berargumentasi bahwa penghapusan subsidi BBM akan

semakin memberatkan hidup rakyat. Penghapusan subsidi juga dianggap

dapat memicu inflasi.

Sebaliknya, pihak yang mendukung kebijakan pengurangan atau

penghapusan subsidi BBM menyatakan bahwa subsidi BBM justru

dinikmati oleh kelompok menengah ke atas. Merekalah yang banyak

menikmati subsidi karena banyak mengkonsumsi BBM, khususnya untuk

kendaraan pribadi. Selain itu subsidi BBM tidak mendidik rakyat,

khususnya kelompok menengah ke atas untuk hidup efisien. Sebab harga

BBM yang murah menimbulkan kesan bahwa cadangan minyak bumi di

Indonesia masih banyak padahal di abad 21 ini Indonesia akan segera

menjadi Negara pengimpor minyak bumi.

Tabel 13.1 di bawah ini menunjukan perkembangan subsidi BBM selama

beberapa tahun terakhir.

16
Tabel 13.1

Perkembangan Besarnya Subsidi BBM di Indonesia, 2000-2002

( Rp triliun )

2000 2001 2002 TOTAL

Total Subsidi 62,7 77,5 40,0 180,2

Subsidi BBM 53,8 68,4 31,2 153,4

Porsi Subsidi BBM

(%) 85,8 88,3 78,0 85,1

Sumber : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Dari table 13.1 di atas terlihat bahwa uang Negara yang

dikeluarkan untuk subsidi BBM selama tahun 2000-2002 sangat besar,

yaitu 153,4 triliun rupiah, subsidi BBM selama 2000-2002 mencapai 85,1

% dari total subsidi. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2001, yang

mencapai 88,3 %. Pertanyaanya adalah apakah subsidi tersebut

bermanfaat? Jawabannya adalah: ya! Namun yang menjadi persoalan

adalah apakah manfaatnya sebanding dengan uang yang dikeluarkan?

Apakah juga yang paling menikmati subsidi tersebut memang rakyat

kecil?

17
Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas, kita gunakan

konsep biaya ekonomi ( opportunity cost ) dari subsidi BBM. Manfaat apa

saja yang diperoleh bila dana untuk subsidi BBM dialokasikan untuk yang

lain. Untuk itu kita bandingkan dengan dana yang dialokasikan untuk

anggaran kepolisian ataupun anggaran pembangunan lainnya.

Jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan untuk kegiatan

kepoliasian yang pada tahun 2002 hanya sekitar Rp. 1,3 triliun, maka

dengan subsidi BBM puluhan kali lipat besarnya. Padahal kepolisian

sangat dibutuhkan untuk menjaga ketertiban hokum, melindungi dan

melayani masyarakat. Berdasarkan data – data ini adalah tidak

proporsional jiga menuntut pemerintah menyediakan aparat kepolisian

dalam jumlah cukup, berkualitas dan tanggap, tetapi tidak disediakan

anggaran memadai. Andaikan sejak beberapa tahun yang lalu subsidi

BBM dikurangi 10 % saja dan dialokasikan untuk kepolisian, maka kita

sudah memiliki jajaran kepolisian yang jauh lebih baik dari sekarang.

Demikian juga jika sebagian dari subsidi BBM dialokasikan untuk

anggaran pendidikan, kesehatan masyarakat, atau pembangunan daerah,

jelas manfaatnya lebih besar dan terasa bagi masyarakat. Jika sudah

dilakukan sejak 10 tahun yang lalu, saat ini Indonesia telah memiliki SDM

yang berkualitas baik, juga sarana – saran kesehatan dan pendidikan

yang memadai.

18
Tabel 13.2

Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, 2000-2002

(ribu unit)

Pertumbuhan

2000 2001 2002 2000-2002

(%tahun)

Kendaraan 18.975 20.927 22.985 10,0

bermotor

Mobil 3.039 3.189 3.403 5,8

penumpang

Bus 666 685 714 3,5

Truk 1.707 1.777 1.865 4,5

Sepeda motor 13.563 15.275 17.002 11,9

Sumber : statistik Indonesia 2002. BPS.

Dari tabel diatas diperoleh faktorfaktor yang menakjubkan, yaitu

selama tahun 2000-2002 tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor yang

10 % per tahun, jauh lebih tinggi dari tingkatpertumbuhan ekonomi yang

19
sekitar 3 % per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi adalah sepeda motor

yang mencapai 11,9 % per tahun. Sementara itu pertumbuhan mobil

penumpang mencapai 5,8 % per tahun. Ini dalah sangat menakjubkan

karena dua alasan:

1) Tingkat pertumbuhan itu terjadi pada periode krisis ekonomi

2) Harga mobil pada saat ini beberapa puluh kali lipat harga sepeda

motor

Penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan justru

menimbulkan masalah inefisiensi. Misalkan, jarak 30 KM bila ditempuh

dengan kendaraan pribadi sendirian akan membutuhkan setidak-tidaknya

3 liter bensin senilai Rp. 6000,00. Belum lagi biaya perawatan dan

penyusutan mobil. Tetapi bila ada transportasi umum yang memadai,

seperti bus kota yang nyaman dan mampu menampung 50 orang

penumpang, biaya transportasi per orang akan jauh lebih murah.

Andaikan jarak 30 KM itu, karena ditempuh dengan bus, membutuhkan

bensin sebanyak 6 liter, maka biaya bensin yang dibutuhkan adalah Rp.

12.000,00, tetapi karena mengangkut 50 orang maka biaya bensin per

orang adalah Rp. 240,00.

Berdasarkan data juga terdeteksi bahwa subsidi BBM justru

paling banyak dinikmati oleh penduduk DKI Jakarta yang memiliki

kendaraan khususnya mobil pribadi. Data tahun

2002menunjukan bahwa dari sekitar 3,4 juta unit mobil penumpang yang

20
ada di Indonesia, sekitar 1,5 juta ( 43%) berada di Jakarta. Padaha luas

jakarta hanya sekitar 700 KM2 atau 0,04% luas daratan Indonesia.

Dengan jumlah keluarga yang mencapai sekitar 2 juta, sebenarnya secara

rata-rata 80 % keluarga di Jakarta seharusnya memiliki sebuah mobil.

Tetapi kenyataan nya tidak demikian. Masih sangat banyak keluarga di

Jakarta yang tidak memiliki mobil. Ironisnya, tidak jarang terjadi, satu

keluarga memiliki lebih dari 5 mobil.

Interaksi antara pasar mobil dan BBM

Dengan menggunakan analisis keseimbangan umum, yang

mempertimbangkan interaksi antara dua pasar yang berkaitan akan

terlihat hubungan antara subsidi BBM dengan konsumsi kendaraan

bermotor. Sebab harga BBM adalah salah satu faktor yang turut

dipertimbangkan dengan membeli atau menggunakan mobil. Hubungan

mobil dengan BBM bersifat komplementer. Kenaikan penggunaan mobil

akan menaikan konsumsi BBM. Analisis denghan menggunakan diagram

13.7 di bawah ini menunjukan hubungan antara subsidi BBM dengan

konsumsi mobil pribadi.

21
Diagram 13.7

(a) BBM (b) Mobil

Pada diagram 13.7 (a), titik A adalah keseimbangan pasar BBM,

jika tidak ada subsidi BBM. Pada saat itu jumlah BBM yang di konsumsi

adalah Q1b dengan harga jual per liter adalah P1b pada diagram 13.7 (b),

titik G adalah titik keseimbangan pasar mobil, bila harga BBM tidak

22
disubsidi. Harga mobil per unit adalah P1m sedangkan konsumsi mobil

Q1m.

Asumsikan pemerintah menetapkan subsidi BBM, sehingga harga

BBM hanya sebesar P2b. Hal itu menyebabkan biaya operasional

penggunaan mobil menjadi lebih murah, sehingga permintaan mobil

menjadi lebih besar (kurva permintaan bergeser ke kanan dari D 1m ke

D2m). Penigkatan permintaan mobil ini akan menstimulir penawaran mobil

( dari S1m ke S2m ). Bila diasumsikan harga keseimbangan tidak berubah

maka titik keseimbangan bergeser ke H. Konsumsi mobil dengan adanya

subsidi ( yaitu sebesar Q2m ) menjadi lebih banyak dibanding dengan tidak

ada subsidi BBM.

Peningkatan konsumsi mobil menyebabkan konsumsi BBM

meningkat, sebut saja sebesar Q2b. Jika tidak ada subsidi, maka harga

jual BBM seharusnya adalah P3b per liter. Tetapi pemerintah telah

menetapkan harga BBM adalah P2b. Untuk setiap liter BBM pemerintah

mengeluarkan subsidi sebesar P3b – P2b. Dengan demikian untuk

konsumsi BBM sebanyak Q2b, pemerintah harus memberi subsidi sebesar

luas segiempat P2bBCP3b.

Subsidi BBM yang diberikan menumbuhkan persepsi bahwa

pemerintah akan terus memberikan subsidi. Hal ini akan menstimulir

permintaan ( dari D1m ke D2m ) dan penawaran mobil ( dari S2m ke S3m ) di

masa selanjutnya. Dengan asumsi harga keseimbangan mobil tidak

23
berubah. Maka persepsi tidak dihapuskannya subsidi BBM akan

meningkatkan konsumsi mobil menjadi Q3m ( titik I pada diagram 13.7 (b)

). Akibatnya konsumsi naik menjadi sebesar Q3b. Pada saat konsumsi

BBM sebesar Q3b, harga jual seharusnya adalah P4b. Dengan harga jual

BBM yang hanya sebesar P4b – P2b. Dengan demikian untuk konsumsi

sebanyak Q3b, subsidi yang diberikan menjadi lebih besar lagi dibanding

periode sebelumnya, yaitu P2bDEP4b.

Jika pemerintah terus memberi subsidi BBM, maka persepsi bahwa

subsidi akan diberikan semakin menguat, yang mendorong peningkatan

konsumsi mobil. Tentu saja hal ini akan memperbesar anggaran subsidi,

seperti yang telah diuraikan di atas, belum tentu efisien secara ekonomis.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keseimbangan umum merupakan seimbangnya harga beli

terhadap harga jual, seimbangnya permintaan barang dengan

penawaran barang, juga keseimbangan antara pengeluaran uang

dengan pemasukan dan juga keseimbangan antara pendapatan

dengan pengeluaran yang terjadi. Perkonomian dikatakan efisien jika

individu-individu dalam perekonomian ( konsumen – produsen ) telah

berada dalam kondisi keseimbanagan, melalui mekanisme pertukaran

Salah satu kebijakan pemerintah yang dianggap paling tidak

disukai rakyat adalah pengurangan atau penghapusan subsidi,

khususnya subsidi bahan bakar minyak ( BBM ). Pihak – pihak yang

menolak umumnya berargumentasi bahwa penghapusan subsidi BBM

akan semakin memberatkan hidup rakyat. Penghapusan subsidi juga

dianggap dapat memicu inflasi.

25
B. Saran

Melihat ketidakempurnaan dalam makalah yang saya buat

ini, maka saya sarankan kepada para pembaca untuk mempelajari

lebih mendalam lagi mengenai teori keseimbangan umum dan

kesejahteraan ekonomi. Namun, meskipun demikian saya berharap

makalah ini dapat dijadikan referensi awal bagi para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono, Mikroekonomi, edisi ketiga. Kuala Lumpur: Aneka

Publishing, 1993.

Tjokroprajitno, Soeheroe, Matematika Ekonomi. Jakarta: Lembaga

Penerbit FEUI, 1994.

Sicat, Gerardo P, Economics. Manila: National Book Store, 1983.

27

Anda mungkin juga menyukai