Anda di halaman 1dari 5

1

Ujian Tengah Semester Ganjil


Tahun Akademik 2019/2020
Universitas Multimedia Nusantara

Mata Kuliah (Kode MK) : UM 162 Hari/Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019


Dosen : Tim Dosen Waktu : 90 menit
Sifat Ujian : take-home Jam : 09.00 – 11.00AM

Ujian Menulis Esai Humaniora Pancasila (UMEHP) adalah sebuah metode evaluasi kemampuan di
mana mahasiswa dapat menggunakan potensi dan keterampilannya dalam mengolah dan memahami
informasi dan pengetahuan dari ragam bentuk sumber belajar saat melakukan aktivitas membaca dan
menulis sehingga menghasilkan pemahaman yang koheren, sistematis, logis, kritis dan kreatif mengenai
wacana dan praktek Pancasila di masa lalu, masa kini dan masa depan.

Baca dan pahami instruksi di bawah ini dengan cermat dan teliti sebelum menulis esai:

A. Panduan aturan dan kaedah standar wajib yang harus dipenuhi:

1. Sifat ujian adalah take-home.


2. Tulis nama, NIM, Nama Program Studi dan Nama Universitas.
3. Jangan tulis nama dengan huruf besar semua. Huruf besar hanya di awal kata.
4. Jangan menggunakan judul dengan huruf besar semua. Huruf besar hanya pada awal kata saja.
5. Esai ditulis dalam Bahasa Indonesia dan panjang tulisan antara 5000 hingga 10.000 karakter atau
antara 700 hingga 1000 kata: Times New Roman 12, spasi ganda.
6. Panjang setiap paragraf/alinea adalah antara 2 hingga 4 baris atau antara 200 hingga 300 karakter.
7. Esai memuat: Judul, Nama, Penulis, Pendahuluan (tanpa subjudul), subjudul-subjudul (sesuai
dengan kebutuhan), Kesimpulan, Penutup (Pesan/Makna Humaniora), dan Daftar Sumber
Belajar.
8. Judul esai tidak melebihi 12 kata Bahasa Indonesia.
9. Tulisan harus memperhatikan tata-bahasa standar, dari soal tanda-baca, huruf besar-huruf-kecil,
dan penggunaan transliterasi yang benar.
10. Kata atau istilah asing yang belum diubah menjadi kata Indonesia atau belum menjadi istilah
teknis, diketik dengan huruf miring.
11. Catatan-catatan (tambahan sebagai pendukung) berupa referensi bentuk sumber belajar bercetak
ditulis sebagai body note (tubuh teks): nama pengarang, tahun terbit: halaman (Heryanto,
2000:20). Sementara catatan-catatan referensi bentuk sumber belajar daring atau digital dan
multimedia ditulis sebagai footnote (catatan kaki): nama penulis, judul buku (dengan huruf
miring). tahun terbit. kota penerbit: nama penerbit, halaman. (Latif, Yudi. 2018. Wawasan
Pancasila. Bintang Penuntun Untuk Kebudayaan (Jakarta: Mizan), hal. 20 atau
Wenehenubun, Simon Petrus, “Keindonesiaan Persatuan yang Terhenti. Kesatuan yang
Asimetris” Humaniora (Vol 32, No. 2): 4-8.
2

12. Kutipan (pendapat atau ide pengarang) lebih dari 4 (empat) baris diketik dengan spasi tunggal
dan diberi baris baru. Kutipan kurang dari 4 (empat) baris dituliskan sebagai sambungan kalimat
dan dimasukkan dalam teks memakai tanda petik.
13. Boleh (pilihan) mencantumkan sarana pendukung pemaparan deskriptif berupa ilustrasi, gambar,
foto, tabel, atau grafik.
14. Daftar sumber belajar disusun seekonomis mungkin, dalam arti hanya memuat sumber yang
diacu di dalam esai, dan wajib menggunakan 3 (tiga) bentuk sumber belajar: (1) bercetak; (2)
bercetak digital (PDF); (3) daring; dan (4) multimedia.
15. Tenggat waktu unggah esai ke Elearning pada tanggal 10 Oktober 2019selambat-lambatnya
sehari sebelum jadwal resmi ujian tengah semester (UTS) UMN dan wajib hadir selama ujian
tengah semester (UTS) ganjil 2019/2020 berlangsung dengan membawa dan menyerahkan bentuk
cetak (hardcopy) naskah esai.
16. Jika peserta berhalangan hadir pada UTS ganjil 2019/2020 yang telah ditentukan meskipun yang
bersangkutan telah mengunggah ke dalam elearning dianggap tidak mengikuti ujian tengah
semester (UTS) semester ganjil 2019/2020.

B. Pilih salah satu “Model Esai Anda” di bawah ini

MODEL TPA (“Topik Pilihan Anda”) harus memuat:

1. (a) pembuka (masalah); (b) pendapat awal (tesis); (c) keraguan/rasa ingin tahu
(antitesis); (d) konteks; (e) pendapat baru/pesan humaniora
2. Pembahasan tema sesuai pilihan topik harus memuat ide pokok/argumen
sekurang-kurangnya dari satu atau lebih tokoh pemikir bangsa, semisal Soekarno,
Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, M. Natsir, dan lain-lain.

MODEL PAT “Panduan Abstrak Terbimbing” (Pilih Satu Abstrak!) di bawah ini:
a. Gagasan Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia tidak muncul seketika
dan tuntas pada BPUPK. Tanpa memungkiri peran beberapa tokoh individu
lainnya, peran paling menonjol ialah Soekarno, dia adalah darah dan daging
Pancasila. Tentu saja kita boleh tidak setuju dengan pendakuan bahwa Soekarno
adalah darah dan daging Pancasila. Sebaliknya adalah tokoh pemikir individu
bangsa lain, seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Moh. Natsir, Tan Malaka,
dan lain-lain. Diskusikan gagasan Pancasila menurut setidak-tidaknya dua atau
lebih tokoh pemikir bangsa dari berbagai bentuk pilihan sumber belajar yang
terpercaya sebelum menyusun argumentasi esai Anda secara jelas, logis,
koheren dan meyakinkan.
b. Klaim atau pendakuan “Pancasila dan NKRI harga mati” seringkali menghiasi
ruang publik, media massa dan media sosial. Larut dalam euforia patriotisme
maupun nasionalisme, masyarakat awam tergesa-gesa untuk menyetujui klaim
tersebut. Masih berdayaguna dan relevankah patriotisme maupun nasionalisme
bagi pemuda-pemudi di jaman industri 4.0 sekarang ini? Diskusikan dua
argumen pro-kontra perihal hal ini dari berbagai bentuk pilihan sumber
belajar yang terpercaya sebelum menyusun argumentasi esai Anda secara
jelas, logis, koheren dan meyakinkan.
c. Sebelum fase “pembibitan”, Soekarno merintis gagasan dasar falsafah Pancasila
dengan meramusatukan “nasionalisme-Islamisme-Marxisme. Obsesi Soekarno
adalah mempersatukan kemajemukan ideologi di republik ini. Apakah gagasan
meramusatukan “nasionalisme-Islamisme-Marxisme” dan semangat persatuan
dalam kemajemukan masih sesuai dengan keadaan pasca-kebenaran sekarang
3

ini? Diskusikan gagasan “nasionalisme-Islamisme-Marxisme” bagi falsafah


Pancasila di jaman pasca-kebenaran ini dari berbagai bentuk pilihan sumber
belajar yang terpercaya sebelum menyusun argumentasi esai Anda secara
jelas, logis, koheren dan meyakinkan.
d. Jika kenyataan sejarah di lapangan berkali-kali tidak memuaskan tuntutan sebuah
konsep, barangkali yang perlu ditilikulang adalah konsep itu sendiri. Diskusikan
pemahaman yang berlaku umum atas “demokrasi”, kaitannya dengan
“liberalisme” dan “Pancasila” sebagai ideologi dalam pengalaman Indonesia
memperjuangkan proses demokratisasi dari berbagai bentuk pilihan sumber
belajar yang terpercaya sebelum menyusun argumentasi esai Anda secara
jelas, logis, koheren dan meyakinkan.
e. Dulu, Orde Baru merasa berwenang untuk mengasuh warganegaranya dalam
nilai-nilai Pancasila ala “asas tunggal” Orde Baru dan tentu saja menindas
kemajemukan. Di era reformasi peranan negara dalam sosialisasi sangat
melemah. Salah satu nilai utama kehidupan bersama, yaitu keadilan, juga
kehilangan daya normatifnya. Duduk perkaranya adalah keadilan. Keadilan
bukanlah sekadar suatu nilai yang didefinsikan secara politis, yaitu sebagai
keadilan sesuai prosedur hukum, melainkan juga suatu nilai yang ditafsir secara
kultural oleh kelompok-kelompok religius, dan ideologis dalam masyarakat.
Diskusikan gagasan Keadilan sebagai syarat bertoleransi menurut gagasan sila
kelima Pancasila, “kemanusiaan yang adil dan beradab” dari berbagai bentuk
pilihan sumber belajar yang terpercaya sebelum menyusun argumentasi
esai Anda secara jelas, logis, koheren dan meyakinkan.
f. Pembicaraan tentang Pancasila dihadirkan kembali saat kita melihat fenomena
kelompok-kelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama meriuhkan
dunia ruang publik serta cenderung meneror kelompok masyarakat lainnya.
Kelompok-kelompok tersebut juga mempersoalkan kembali apakah Pancasila
masih layak dipertahankan sebagai landasan ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Diskusikan peran teknologi digital dan multimedia dalam
mengarusutamakan atau mempopulerkan Pancasila dalam masyarakat informasi-
berjejaring saat ini di mana ide-ide dari segala penjuru dunia mudah berseliweran
di dunia maya dari berbagai bentuk pilihan sumber belajar yang terpercaya
sebelum menyusun argumentasi esai Anda secara jelas, logis, koheren dan
meyakinkan.
g. Kehadiran politik identitas keagamaan dalam realitas sosial merupakan bagian
yang dapat dibenarkan dalam dinamika demokrasi sejauh ia menawarkan
“kebaikan bersama”. Ketika ia menolak Pancasila sebagai konsensus bangsa
dengan mencita-citakan negara agama versi sendiri, maka masalahnya menjadi
lain. Di sini demokrasi menghadapi sebuah dilema. Selain harus menerima setiap
perbedaan, demokrasi juga harus menemukan konsensus. Diskusikan dilema
antara posisi “konsensus” yang telah sejak awal disepakati oleh para bapak
pendiri bangsa negara republik ini dan posisi keindahan “perbedaan” dalam
semangat beragam tapi satu, satu tetapi beragam dari berbagai bentuk pilihan
sumber belajar yang terpercaya sebelum menyusun argumentasi esai Anda
secara jelas, logis, koheren dan meyakinkan.
h. Akal sehat membantah bahwa kekerasan dapat muncul dari kesalehan. Orang
yang saleh mustahil melakukan kekerasan, dan pelaku kekerasan pastilah tidak
saleh. Jika kesalehan terletak pada kepatuhan terhadap perintah Tuhan, tentulah
pelaku kekerasan—sekalipun atas nama Tuhan—entah tidak saleh atau
menghujat Tuhan. Alasan kedua hal ini sama. Tidak mungkin Tuhan
memerintahkan yang jahat. Diskusikan bagaimana menjelaskan kekerasan atas
4

nama Tuhan yang dilakukan para teroris dan kaum ektremis agama yang kerap
melakukan aksi-aksi intoleran yang terjadi di negeri kita dari sudut pandang Sila
Pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa” dari berbagai bentuk pilihan
sumber belajar yang terpercaya sebelum menyusun argumentasi esai Anda
secara jelas, logis, koheren dan meyakinkan.
***

C. DAFTAR BUKU BACAAN WAJIB BERCETAK

1. Pancasila Kita. Telaah Makna dan Aksi Nyata. (2018). (Ed. Simon Wenehen). Serpong: UMN
Press.
2. _________. (2018). Wawasan Pancasila. Bintang Penuntun Untuk Pembudayaan (Ed. Ezri Tri
Suro, Taufiq MR). Jakarta: Penerbit Mizan.
3. Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI);
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), 28 Mei 1945-22 Agustus 1945. (1998) (Eds.
Saafroedin Bahar dan Nanie Hudawati. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
4. Bung Karno dan Wacana Islam. (2001). Kenangan 100 tahun Bung Karno (Eds.). Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
5. Dialog Dengan Sejarah. (2001). Soekarno Seratus Tahun (Ed. St. Sularto). Jakarta: Penerbit
Kompas.

D. REKOMENDASI SUMBER BELAJAR BERCETAK

1. Arif, Syaiful. (2018). Islam, Pancasila dan Deradikalisasi – Meneguhkan Nilai Keindonesiaan.
Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.
2. Aritonang, Jan S. (2005). Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
3. Bourchier, David. (2007). Pancasila Versi Orde Baru: Dan Asal Muasal Negara Organis
(Integralistik). (Terj. Agus Wahyudi). Yogyakarta dan Jakarta: Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM
bekerjasama dengan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM dan Perhimpunan
Pendidikan Demokrasi (P2D).
4. Driyarkara, Nicolaus. (2006). Karya Lengkap Driyarkara: Esai-Esai Filsafat Pemikiran yang
Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya (Eds. A. Sudiarja, G. Subanar, St. Sunardi, T.
Sarkim). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama).
5. Hatta. (2018). Seri Buku Tempo. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
6. Latif, Yudi. (2016). Revolusi Pancasila: Kembali ke Rel Perjuangan Bangsa. Jakarta: Bangsa:
Mizan.
7. _______. (2016). Air Mata Keteladanan, Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan.
5

8. ________. (2019). Negara Paripurna. Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (Ed.
Idi Subandy Ibrahim). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
9. Maarif, Ahman Syafii. (2006). Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara. Studi tentang
Perdebatan dalam Konstituante Jakarta: Pustaka LP3ES.
10.Muhamad Yamin. Seri Buku Tempo (KPG, 2015)
11.Natsir, Mohammad. (2004). Islam Sebagai Dasar Negara. Pidato di Depan Sidang Majelis
Konstituante untuk Menentukan Dasar Negara RI (1957-1959) (Ed. Kholid O. Santosa).
Bandung: Sega Arsy.
12._______________________. (1987). Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.
13.Rachman, Budhy-Munawar. (2019). Karya Lengkap Nurcholish Madjid. Jakarta: Nurcholishd
Madjid Society (NCMS).
14.Simandjuntak, Marsillam. (2003). Pandangan Negara Integralistik. Sumber, Unsur, Dan
Riwayatnya Dalam Persiapan UUD 1945. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
15.Siswo, Iwan. (2014). Panca Azimat Revolusi. Tulisan, Risalah, Pembelaan, & Pidato Sukarno
1926-1966. Jilid I & II (Ed. Ining Isaiyas). Jakarta: Kepustakaan Gramedia Utama.
16.Sukarno. (2018). Seri Historia. Jakarta: Penerbit Kompas.
17.Sukarno. (2019). Seri Buku Tempo. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
18.Sjahrir. (2018). Seri Buku Tempo. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
19.Tjokroaminoto. (2018). Seri Buku Tempo. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Acuan pembuatan soal: Soal di buat oleh: Disetujui oleh:


1. Materi kuliah Tim Dosen Koordinator Studi Humaniora
Pertemuan 2 hingga Suhendra, Simon Wenehen,
7 Qusthan Abqary Hisan Fidaus,
2. Pancasila Kita. Telaah Canggih Gumanky Farunik,
Makna dan Aksi Nyata.
Eleonora Fransisca Maria Sumual,
Desiana Pramesti, Iwan Irawan, Simon Wenehen, S.S., M.M
(2018). (Ed. Simon Markus Kurniawan
Wenehenebun). Serpong:
UMN Press.
3. Sumber Belajar E-
Learning Dosen
(Koordinator)
4. Diskusi dan dialog Suhendra, S.Fil., M.A.
Interaktif di kelas.

Anda mungkin juga menyukai