Anda di halaman 1dari 15

 

 
MODUL PERKULIAHAN
 

 
Struktur Beton 2

Struktur Kolom Beton Bertulang : Konsep dan 
Perencanaan   
   
 
 
 

     

  Fakultas  Program Studi  Tatap Muka  Kode MK  Disusun Oleh   

01
  Teknik Perencanaan  Teknik Sipil  W111700023  Ivan Jansen S., ST, MT 
dan Desain   

Abstract  Kompetensi 
 
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mengerti kembali konsep
pemahaman dasar mengenai sifat dan dari perencanan kolom bertulang. 
juga mekanika dari material baja.
 
 

Struktur Kolom Beton Bertulang : Konsep dan Perencanaan


 

1. Pendahuluan
Sistem struktur untuk struktur beton banyak penerapanya dalam bidang konstruksi sipil.
Diberbagai bidang konsep perencanaan menggunakan beton bertulang sudah sangat luas
penggunaanya seperti yang umumnya dijumpai pada jembatan, gedung, ataupun
resedensial/rumah. Beton merupakan campuran dari pasir, kerikil / batu pecah maupun jenis
agregat lainnya yang dicampur dengan pasta semen dan air. Dimana sebagian besar material
dengan substansi penyusunya adalah batu, memiliki tingkat kekuatan yang tinggi dalam
memikul gaya aksial tekan (compression), dan lemah atau keicl sekali kapasitas dalam
memikul Tarik (tension). Beton bertulang merupakan kombinasi yang baik pada suatu elemen
struktur di mana kombinasi beton dan tulangan baja menimbulkan sifat yang saling melengkapi
untuk kekurangan beton dalam memikul gaya tarik.

Gambar 1. Frame/rangka struktur bangunan gedung dengan berbagai elemen struktur


pendukungnya.
Sumber : understandconstruction.com

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  2 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan beton bertulang untuk suatu struktur:
 Memiliki daya dukung terhadap tekan yang cukup baik dibanding dengan sebagian
besar material struktur lain.
 Memiliki daya tahan yang cukup besar terhadap api dan juga air (durabilitas tinggi).
 Struktur beton bertulang memiliki kekakuan yang besar.
 Merupakan suatu material yang memiliki sifat pemiliharaan/maintenance sangatlah
rendah/murah.
 Ketersediaan material di berbagai tempat, seperti material lokal pasir, kerikil dan juga
air.

Kekurangan dari sistem beton bertulang adalah:


 Kuat tarik yang sangat rendah dibandingkan dengan kapasitas tekan nya.
 Memerlukan suatu cetakan/formwork atau bakesting dan juga shoring system
(perancah) untuk beton yang dicor ditempat.
 Kekuatan yang sangant rendah pada per satuan berat beton membuat volume nya
menjadi besar dan berat untuk menahan pembebanan yang terjadi. Hal ini sangatlah
penting untuk analisa struktur dengan bentang yang panjang.
 Efek rangkak dan susut pada beton yang diakibatkan oleh pengaruh suhu yang
meyebabkan adanya perubahan volume selama masa kerjanya (time-dependent
volume changes).

Gambar 2. Elemen dari bangunan beton bertulang ( sumber : MacGregor 7th edition)

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  3 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 3. Elemen dari bangunan beton bertulang ( sumber : MacGregor 7th edition)

Pada rangka struktur diatas keduanya menggunakan elemen struktur beton bertulang, dengan
sistem yang berbeda pada beberapa elemen strukturnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2
dan Gambar 3, dimana sistem slab/pelat yang digunakan sistem Joist Slab, Flat slab,
Supported slab dan sistem slab on grade (pelat yang ditopang lagsung di tanah). Untuk
elemen kolom menggunakan kolom lurus langsung berhubungan dengan balok, dan ada juga
menggunakan sitem drop panel dan juga menggunakan sistem kepala kolom.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  4 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
2. Mekanika Struktur Beton Betulang

Gambar 4. Kondisi tegangan pada elemen balok beton akibat pembeban

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa, ketika beton polos tanpa tulangan diberi pembebanan
(gambar a.), momen yang timbul akibat beban luar pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-
gaya dalam tarik dan tekan. Balok tersebut dapat runtuh secara tiba-tiba dan total jika retak
terbentuk pada zona tarik penampang (gambar a dan b).
Pada balok beton bertulang, tulangan baja ditanam di dalam beton sedemikian rupa sehingga
gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak dapat

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  5 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
dikembangkan pada tulangan baja. Untuk mengantisipasi kelemahan beton dalam menahan
tarik maka ditambahkan baja tulangan (gambar c).

3. Keruntuhan Beton Bertulang

Tipe keruntukan beton bertulang


 Tulangan Kuat (Overreinvorced). Keruntuhan type ini terjadi akibat tulangan terlalu
banyak, sehingga beton yang tertekan hancur terlebih dahulu (beton mencapai
kekuatan batasnya terlebih dahulu). Keruntuhan ini terjadi secara tiba-tiba (brittle
failure).

Gambar 5. Distribusi regangan pada compression-control section. Tulangan Kuat


(Overreinforced) - (sumber MacGregor 7thedition)
 

 Tulangan Lemah (Underreinvorced). Pada kasus ini tulangan mencapai tegangan


lelehnya (fy) terlebih dahulu, setelah itu baru beton mencapai regangan batasnya, dan
selanjutnya struktur runtuh. Pada kasus ini terlihat ada tanda-tanda berupa defleksi
yang besar sebelum terjadi keruntuhan.

Gambar 6. Distribusi regangan pada tension-control section. Tulangan lemah (under-


reinforced) – (sumber Wight 7thedition) 

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  6 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
 Balanced Reinvorced. Pada type keruntuhan ini, saat terjadi keruntuhan ( beton
mencapai regangan batasnya), tulangan juga pas mencapai tegangan lelehnya (fy) .
Keruntuhan ini juga terjadi secara tiba-tiba.

Gambar 7. Distribusi regangan pada Balanced reinforced section. Tulangan seimbang –


(sumber Wight 7thedition)

Berikut beberapa istilah umum dalam beton bertulang :


 Tegangan : Gaya persatuan luas (kg/cm2) atau MPa
 F’c :Tegangan beton yang ditetapka pada perencanaan
 Fy : Tegangan tarik leleh minimum baja tulangan yang disyaratkan
 s : Regangan pada baja tulangan

 c : Regangan pada beton

 y : Regangan leleh baja tulangan (sesuai grade tulangan baja)

 Kuat nominal (Momen, Tekan, Geser): kemampuan elemen/ penampang struktur dalam
menerima beban yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi.
 Beban terfaktor : Beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban, yang biasanya
dimasukan ke dalam sistem kombinasi pembebanan.
 Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur / penampang yang diperlukan untuk
menahan beban terfaktor dalam suatu kombinasi beban.
 Kuat rencana : kuat nominal x faktor reduksi kekuatan komponen struktur ().

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  7 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
4. Perencanaan Beton Bertulang

Perencanaan pada komponen beton bertulang menggunakan metoda kuat batas, yang dapat
dilakukan dengan cara :
 Kekuatan Beban Batas / Beban Terfaktor (limit state). Cara ini disarankan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia untuk digunakan pada perencanaan. Pada perencanaan komponen
beton bertulang dengan cara beban terfaktor, maka beban yang digunakan adalah beban
yang sudah dikalikan dengan suatu factor pada suatu sistem kombinasi pembebanan.
Kekuatan beton yang digunakan adalah kekuatan batasnya (fc) dari penampang x faktor
reduksi (). Secara umum desain kekuatas batas ini dibagi atas :

1. Loss of equilibrium  kehilangan keseimbangan dari sebagian atau seluruh


struktur yang kaku.
2. Failure  kegagalan pada kondisi kritis dari suatu bagian struktur, yang terus
berkembang hingga keseluruhan struktur hingga terjadinya total collapse
(keruntuhan total) struktur.
3. Progressive collapse  merupakan keruntuhan yang terus menjalar pada suatu
elemen struktur yang pembebanannya melebihi kapasitas dan hal ini dapat
mengakibatkan elemen lainnya juga mengalami kelebihan beban dan
kegagalan.

 Beban Kerja (serviceability limit state). Cara ini merupakan cara alternatif dalam
perencanaan. Dalam desain, kemampulayanan ini terbagi atas :
1. Secara umum kondisi ini mencakup atas kondisi defleksi/deformasi, retak
(cracking), getaran (vibrasi) dan lainya.
2. Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah tefaktor 1 atau beban tidak
terfaktor. Failure  kegagalan pada kondisi kritis dari suatu bagian struktur,
yang terus berkembang hingga keseluruhan struktur hingga terjadinya total
collapse (keruntuhan total) struktur.
3. Prosedur perhitungan komponen struktur nya menggunakan cara analisis
elastic atau tegangan izin.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  8 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
5. Perencanaan Kolom Beton Bertulang

Dalam perencanaan kolom bertulang, defenisi kolom dalam pengertiannya secara umum
merupakan :

 Elemen struktur vertikal yang memikul beban aksial dengan adanya atau tidak adanya
momen yang terjadi.
 Menyalurkan gaya tekan aksial dengan atau tanpa momen dari balok, pelat lantai dan atap
ke pondasi
 Momen yang disalurkan dapat berupa momen uniaksial atau biaksial

 
Gambar 8. Penulangan pada kolom dengan sengkang persegi dan spiral. – (sumber Wight
7thedition)

Kebanyakan umumnya kolom akan mengalami kombinasi dari gaya aksial tekan/tarik dan juga
efeke lentur yang diakibatkan oleh adanya momen pada kolom. Stabilitas dari kolom sangatlah
penting untuk di perhatikan, dan apabila momen yang terjadi akibat dari efek kelangsingan
penampang kolom (slenderness effect)

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  9 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 8. Transfer beban pada kolom-(Sumber: Muin, 2008)

6. Jenis Kolom Beton Bertulang


Jenis-jenis kolom
1. Kolom persegi dengan tulangan longitudinal dan tulangan pengikat lateral
2. Kolom bundar dengan tulangan longitudinal spiral dan pengikat lateral
3. Kolom komposit di mana profil baja ditanam dalam beton atau beton dalam casing baja.
Pada jenis kolom ini, digunakan profil baja sebagai pemikul lentur pada kolom. Selain itu
tulangan longitudial dan tulangan pengikat juga ditambahkan bila perlu.

Gambar 9a. Jenis kolom a. Kolom persegi b. kolom bulat/lingkaran – (sumber Internet)

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  10 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 9b. Jenis kolom c. Kolom komposit – (sumber Internet)

Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai
berikut (lihat Gambar 9a dan 9b ):
1. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur sangkar,
dengan tulangan memanjang dan sengkang.
2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral.
3. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja struktural yang
berada di dalam beton.

Dari ketiga jenis kolom tersebut diatas, kolom bersengkang (segi empat dan bujur sangkar)
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai karena pelaksanaan pekerjaannya mudah dan
harga yang relatif pembuatannya murah.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  11 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
7. Kolom Pendek dan Kolom Langsing
Berdasarkan kelangsingannya kolom dibagi menjadi 2, yaitu:

 Kolom pendek dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhatian dalam merencanakan
kolom karena pengaruhnya cukup kecil.
 Kolom langsing dimana masalah tekuk sangat berpengaruh sehingga perlu diperhitungkan
dalam perencanaan.
 Pemisahan kolom pendek dan kolom langsing berdasarkan nilai rasio kelangsingan kolom.

Berikut kutipan dari Bab 10.10.1 SNI 2847-2013 terhadap suatu elemen struktur yang
mengalami tekan :

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  12 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 10. Kelengkungan Tunggal dan Kelengkungan Ganda

8. Asumsi Dasar Perencanaan


1. Limit statesDesign dalam beton bertulang dapat dibagi kedalam 3 bagian:
a. Kondisi Batas Ultimit (ultimate limit states)
Melibatkan keruntuhan sebagian struktur atau seluruh struktur. Secara garis besar
kondisi batas ultimit adalah:
 Kehilangan keseimbangan (lokal / global)
 Rupture, yaitu hilangnya ketahan lentur dan geser elemen-elemen struktur.
 Keruntuhan progressive (progressive collapse), akibat adanya keruntuhan lokal
pada daerah sekitarnya. Kegagalan suatu elemen struktur menyebabkan
elemen lainnya gagal satu persatu hingga struktur runtuh.
 Pembentukan sendi plastis
 Ketidakstabilan struktur
 Fatigue (kelelahan)

b. Kondisi Batas Kemampuan Layan (serviceability limit states), yaitu terganggunya fungsi
struktur, tetapi tidak runtuh. secara garis besar kondisi batas kemampuan layan adalah
:
 Defleksi yang berlebihan pada kondisi layan

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  13 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
 Lebar retak yang berlebih (dapat menyebabkan korosi pada baja tulangan dan
kerusakan bertahap pada beton)
 Vibrasi yang menggangu
c. Kondisi Batas Khusus (special limit states), yaitu kerusakan atau kegagalan akibat
kondisi abnormal atau beban abnormal termasuk :
 Kerusakan atau keruntuhan pada gempa kuat
 Kebakaran, ledakan, atau tabrakan kendaraan
 Korosi atau kerusakan lainnya akibat lingkungan
2. Distribusi regangan disepanjang permukaan penampang kolom bersifat linier.
3. Tidak terjadi slip antara beton dengan tulangan.
4. Regangan tekan maksimum beton pada kondisi ultimit = 0.003
5. Kekuatan tarik beton diabaikan, karena jauh lebih kecil dari kekuatan tarik baja tulangan,
sehingga tidak berarti.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  14 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Daftar Pustaka
1. Wight, James K. 2016. “ Reinforced Concrete Mechanics and Design ” 7 th Edition.
2. SNI 2847-2013 “ Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung “.
3. Imran, I dan Zulkifli, E. (2014). Perencanaan Dasar Struktur Beton Bertulang. Penerbit
ITB
4. McCormac, Jack C. 2014, “ Design of Reinforced Concrete ”, Ninth Edition, Wiley
5. Nawy, Edward G., 2009, “ Reinforced Concrete Fundamental Approach ” , Sixth Edition,
Pearson Prentice Hall.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  15 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai