Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KI203

KIMIA DASAR

IDENTIFIKASI ZAT BERDASARKAN SIFATNYA


Tanggal: 11 Februari 2020
Dosen Pengampu:
Dra. Wiwi Siswaningsih, M. Si.
Dr.rer.nat. H. Asep Supriatna, M. Si.

Nama: Azzahra Nabilah Syahada


NIM: 2003851

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan
Mengenalkan prosedur identifikasi zat berdasarkan sifat fisika dan kimia.
2. Dasar Teori
Sifat zat adalah karakteristik dari suatu zat yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasi dan membedakannya dari zat lain. Identifikasi langsung suatu zat dapat
dilakukan dengan mengamati wujud, warna, ukuran, bentuk, tekstur, dan bau. Zat lain dapat
diidentifikasi menggunakan sifat khas lainnya, seperti titik leleh, densitas, dan massa
jenisnya. Sifat fisik suatu zat umumnya dapat diamati tanpa harus mengubah komposisi zat.
Apabila pengamatan langsung seperti wujud, warna, dan lainnya tidak cukup digunakan
untuk identifikasi secara tepat, maka sifat fisik lainnya seperti titik leleh, titik didih,
kelarutan, densitas, viskositas, dan indeks refraktif dapat digunakan sebagai data tambahan.
Misalnya, titik leleh dari tembaga adalah 1087℃, dengan densitas sebesar 8,96 g/cm3.
Dengan mengumpulkan beberapa data sifat fisika dan kimia zat, maka identifikasi zat
tersebut dapat dilakukan dengan akurat.
Kelarutan dari suatu zat dalam pelarut pada suhu tertentu adalah berat maksimum zat
yang dapat melarut dalam sejumlah tertentu volume (biasanya 100 atau 1000 mL) pelarut.
m
Densitas zat dinyatakan sebagai massa per unit volume d= ( v ). Massa jenis atau densitas

atau rapatan pada dasarnya adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memilikivolume
yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
(misalnya air).
Titik didih acuan adalah suhu dimana suatu cairan mendidih pada tekanan 760 mmHg.
Suatu cairan dikatakan mendidih saat gelembung-gelembung uap muncul secara bersamaan
dari dalam cairan ke permukaan, dan kemudian meletup ke luar. Semua cairan yang
bersentuhan dengan atmosfer akan mendidih ketika tekanan uapnya sama dengan tekanan
atmosfer. Selain sifat-sifat di atas, warna nyala yang dihasilkan saat suatu zat saat dibakar
dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi zat tersebut. Setiap atom, jika diberi energi
akan mengalami perubahan kedudukan elektron (mengalami eksitasi elektron) dan elektron
tersebut akan memancarkan energi radiasi elektromagnetik saat kembali ke tingkat dasar
(keadaan stabil).
3. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
 Neraca analitik  Lipid
 Gelas ukur 25 mL  Kloroform
 Pipet gondok 10 mL  Etanol
 Hot plate  Dietil eter
 Dropper  Aseton (20 mL)
 Gelas kimia 100 mL  Toluene
 Pembakar Bunsen/pemanas  Larutan ion untuk uji nyala (KCl,
 Tabung reaksi (5 buah) LiNO3, NaCl, BaCl2, Sr(NO3)2,
 Ring besi dan statif CaCl2, dan CuSO4).
 Kawat nikrom  Cairan parafin
 Karet  Air (50 mL)
 Batang pengaduk
 Tabung kapiler (5-6 cm)

4. Prosedur, Hasil, dan Pengamatan


1) Kelarutan

Prosedur Hasil dan Pengamatan


Tabung reaksi  Percobaan 1:
Lipid: Cairan berwarna kuning
kecoklatan.
 Diteteskan lipid Air: cairan tidak berwarna
sebanyak 3 tetes Cairan lipid tidak larut (insoluble)
menggunakan setelah dicampur dengan air.
dropper.  Percobaan 2:
 Diteteskan zat Lipid: Cairan berwarna kuning
kecoklatan.
Etanol: berupa cairan tidak berwarna
Cairan lipid larut sebagian (sparingly
soluble) setelah dicampur dengan
etanol.
 Percobaan 3:
Lipid: Cairan berwarna kuning
Larutan
kecoklatan
Dietil eter: berupa cairan tidak
 Diamati
berwarna
perubahannya
Cairan lipid larut (soluble) setelah
dicampur dietil eter.
Hasil  Percobaan 4:
Lipid: Cairan berwarna kuning
S (Soluble/larut) kecoklatan
Sp (Sparingly soluble/larut Kloroform: berupa cairan tidak
sebagian berwarna
I (Insoluble/tidak larut) Cairan lipid larut (soluble) setelah
dicampur kloroform
2) Densitas

Prosedur Hasil dan Pengamatan


Gelas ukur 25 mL  Berat gelas ukur 25 mL = 16.1 g
 Berat cairan aseton 20 mL + berat
 Dimbang sampai
skala 0,01 g gelas ukur 25 mL = 31.8 g
 Dimasukkan 20 mL
 Berat cairan aseton = 31.8 g – 16.1 g
cairan aseton dan
ditimbang beratnya. = 15.7 g
 Dihitung
 Nilai densitas cairan aseton
densitasnya dan
dicatat satuannya m 15.7 gram
d= = =0.785 g/mL
v 20 mL

Cairan aseton di
dalam gelas ukur

3) Titik Didih

Prosedur Hasil dan Pengamatan


Tabung Reaksi  Toluene merupakan cairan tidak
berwarna
 Dimasukkan cairan  Ketika proses pemanasan terdapat
toluene sebanyak 2/3 gelembung air.
tabung reaksi  Setelah gelembung dihasilkan dan
menggunakan suhu menetap, didapatkan suhu
dropper pertama (T1) sebesar 118° C
 Disimpan di sebelah  Ketika gelembung sudah berhenti
thermometer dan didapatkan suhu kedua (T2)
diikat dengan karet sebesar 104 ° C
gelang.  Dari hasil pengamatan bisa
 Dimasukkan pipa dihitung titik didihnya,
kapiler sepanjang 5-6 T 1+ T 2 118 ° C +104 ° C
cm yang telah T . didih= = =111° C
2 2
dibalikkan.
 Disiapkan gelas
kimia berisi air
(water bath)
Gelas kimia

 Dituangkan cairan

Gelembung
terbentuk dan
terlepas dari pipa
kapiler

 Pemanasan
dihentikan dan
tabung reaksi
diangkat.
 Dicatat suhu pada
thermometer
sebelum kembali ke
cairannya lagi
 Dihitung titik

Selesai
4) Uji Nyala

Prosedur Hasil dan Pengamatan


Warna yang dihasilkan dari masing-
masing larutan ion:
Plat tetes K+= ungu
Na+ = kuning
 Dituangkan Kristal Ba2+ = hijau
garam yang akan Ca2+ = jingga
diuji menggunakan Sr2+ = merah
spatula. Li+ = merah
Cu2+ = biru kehijauan
Pembakar bunsen

 Disiapkan,
dinyalakan, dan
diatur struktur nyala
api.

Kawat Nikrom

 Dicelupkan ke dalam
larutan garam yang
ada
 Dibakar hingga
membara
 Ujung kawat nikrom
dicelupkan kembali
ke dalam larutan
 Dimasukkan ujung
kawat ke dalam
nyala api
 Dicatat warna nyala
api yang dihasilkan
 Diulangi pada Kristal
uji lainnya.

Hasil
5. Pembahasan

1) Kelarutan
Kelarutan (solubility) suatu zat di dalam suatu pelarut menyatakan jumlah
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya kelarutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dipengaruhi oleh jenis pelarut.
Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut di dalam senyawa polar
juga. Begitu pula sebaliknya, senyawa non-polar akan mudah larut di dalam senyawa
non-polar. Senyawa polar umumnya tidak larut dalam senyawa non-polar.
Mukhopadhyay (2002) menyatakan bahwa senyawa bersifat polar hanya larut dalam
pelarut polar sedangkan senyawa nonpolar hanya larut dalam pelarut non-polar.
Berdasarkan hasil percobaan menggunakan bahan lipid dan berbagai macam pelarut
(air, etanol, dietil eter, dan kloroform) menghasilkan sifat kelarutan yang berbeda-beda.
Hal ini terjadi karena perbedaan kepolaran masing-masing bahan.
Pada percobaan ke-1 diketahui bahwa lipid tidak larut (insoluble) dalam air karena
lipid bersifat non-polar sementara air bersifat polar. Berdasarkan urutan tingkat
kepolaran pelarut dalam Gritter et al. (1991) pelarut heksana, petroleum eter, benzena,
toluena, karbon tetraklorida, dan dietil eter memiliki sifat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan aseton, etanol, isopro- panol, dan metanol sehingga dapat dikategorikan
ter- masuk pelarut non polar. Pada percobaan ke-2 diketahui bahwa lipid larut sebagian
(sparingly soluble) dalam etanol karena lipid bersifat non-polar dan etanol bersifat
semi-polar. Pada percobaan ke-3 diketahui bahwa lipid larut (soluble) dalam dietil eter
karena lipid yang bersifat non-polar dan dietil eter juga bersifat non-polar. Dan dari
percobaan terakhir didapatkan bahwa lipid larut (soluble) dalam kloroform karena
kedua bahan tersebut sama-sama bersifat non-polar.
Pelarut polar mampu mensolvasi molekul dan ion dengan adanya gaya interaksi
dipol, terutama pembentukkan ikatan hidrogen yang menyebabkan kelarutan pada
senyawa polar. Kelarutan dalam pelarut semi polar terjadi karena etanol (pelarut semi
polar) dapat menginduksi derajat polaritas dalam molekul pelarut non polar. Senyawa
semi polar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan
bercampurnya cairan polar dan non polar. Sementara senyawa non polar dapat
melarutkan zat terlarut non polar dengan tekanan internal yang sama melalui interaksi
dipol induksi.
2) Densitas
Densitas (massa jenis) merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan
antara massa benda dengan volume benda tersebut. Densitas zat dinyatakan sebagai
m
massa per unit volume d= ( v )
. Massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika

ukuran benda diubah maka massa jenisnya tetap. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
massa benda dan kenaikan volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume
benda atau massa benda. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan engan
menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca ohaus atau
yang lainnya (Halliday, 1991).
Seperti yang telah diketahui bahwa untuk mencari densitas suatu zat, kita
memerlukan data massa zat tersebut dan volume zat tersebut. Berdasarkan percobaan
yang sudah dilakukan diketahui massa gelas ukur kosong untuk menyimpan cairan
aseton (yang akan diuji densitasnya) sebesar 16.1 gram. Sementara massa gelas ukur
setelah ditambah aseton sebanyak 20 mL bertambah menjadi 31.8 gram. Sehingga
didapatkan massa dari 20 mL aseton adalah hasil pengurangan dari gelas ukur isi aseton
dengan gelas ukur kosong (31.8 gram – 16.1 gram), yaitu sebesar 15.7 gram. Volume
aseton yang dipakai yaitu 20 mL. Dari data-data yang didapat maka bisa disimpulkan
15.7 gram g
bahwa densitas aseton sebesar = =0.785 .
20 mL mL
3) Titik Didih
Tujuan dari percobaan yang telah dilakukan adalah untuk mencari nilai titik didih
dari cairan toluen dengan cara mengetahui keberadaan gelembung pada tuba kapiler
yang terus muncul dengan suhu yang konstan. Pada percobaan ini diperlukan untuk
mengetahui temperatur saat gelembung pada ujung pipa kapiler berhenti (tidak muncul
lagi) dan suhu tidak menurun lagi. Dalam kata lain, hal yang perlu dicatat adalah nilai
suhu tertinggi dan terendah yang konstan. Jika sudah dapat datanya, jumlahkan kedua
angka tersebut lalu dibagi dengan dua.
Bahan yang digunakan dalam menentukan titik didih kali ini adalah toluena.
Toluena merupakan larutan tak berwarna dan termasuk senyawa organik (senyawa
turunan dari benzena). Setelah melakukan pengamatan pada percobaan kali ini, ternyata
kemunculan gelembung air pada saat suhu 104℃ yang disebabkan oleh gerakan
gerakan molekul yang menyebabkan ikatan ikatan molekulnya dari air terbebas. Lalu
didapatkan juga suhu ketika gelembung air sudah berhenti yaitu pada saat suhu
mencapai 118℃. Sehingga didapatkan titik didih toluena yang diujikan sebesar 111℃.
Titik didih dari percobaan kali ini sama dengan yang disebutkan dalam teori yaitu
sebesar 110.6℃ (dibulatkan menjadi 111℃ ¿ . Titik didih toluena tergolong rendah bila
dibandingkan dengan senyawa lain dari turunan benzena. Hal tersebut dikarenakan
benzena bersifat non-polar sehingga gaya tarik antar molekulnya relatif rendah. Adapun
faktor-faktor antarmolekul yang mempengaruhi titik didih suatu zat adalah tekanan
atmosfer, gaya antarmolekul, proses pemanasan dan banyaknya zat yang digunakan.
4) Uji Nyala
Tujuan dari percobaan uji nyala yaitu untuk menyelidiki warna nyala dari beberapa
larutan ion. Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara membakar kawat nikrom
yang telah dicelupkan ke dalam larutan ion. Larutan ion yang digunakan pada
percobaan ini terdiri dari larutan ion K+, Ba2+, Ca2+, Sr2+, Li+, Na+ , dan Cu2+.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan data bahwa ketika pembakaran larutan ion
K warna nyala api berubah menjadi warna ungu, larutan ion Ba 2+ nyala api berubah
+

menjadi warna hijau kekuningan, larutan ion Ca2+ nyala api berubah menjadi warna
merah kejinggaan, larutan ion Sr2+ dan Li+ nyala api berubah menjadi warna merah,
larutan ion Na+ nyala api berubah menjadi warna kuning cerah, dan untuk larutan ion
Cu2+ nyala apinya berubah menjadi warna biru kehijauan.
Perubahan warna nyala yang berbeda – beda ini diakibatkan karena perbedaan
jumlah elektron yang dimiliki oleh setiap atom/molekulnya. Dalam model atom Bohr
sudah dijelaskan bahwa sebuah elektron itu dapat menyerap energi dari luar atom
sehingga mengalami eksitasi. Eksitasi ini maksudnya peristiwa berpindahnya elektron
dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Karena keadaan
eksitasi ini membuat atom menjadi tidak stabil, maka elektron terus berpindah ke posisi
semula sambil melepaskan foton. Dan foton yang dilepaskan ini memiliki nilai panjang
gelombang yang berbeda-beda tergantung jenis unsur. Panjang gelombang yang
dihasilkan ini menentukan warna apa yang dihasilkan (Nasution, 2014).

6. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat-sifat pada zat
kimia bisa diketahui dengan melakukan percobaan uji kelarutan, uji densitas, uji titik didih,
dan uji nyala. Sifat pada zat dapat dibedakan menjadi sifat fisika dan sifat kimia. Setelah
dilakukan percobaan terbukti bahwa yang termasuk ke dalam sifat fisika yaitu kelarutan,
densitas, dan titik didih. Dibuktikan dengan tidak adanya reaksi kimia yang terjadi atau pun
zat baru yang terbentuk ketika percobaan berlangsung. Sementara uji nyala termasuk ke
dalam sifat kimia karena ketika percobaan berlangsung terjadi perpindahan electron dari
tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi, sehingga menyebabkan pelepasan
foton dan menyebabkan perubahan warna api yang mencolok.
Pertanyaan Setelah Praktikum

1) Dapatkan Anda menentukan densitas dari cadmium nitrat menggunakan air? Mengapa?
Jawab: Kandium nitrat terkandung dalam air mineral. Untuk itu, densitas dari kandium
nitrat dapat ditentukan menggunakan air, yaitu dengan menghitung kadar dari kandium
nitrat, lalu dihitung menggunakan rumus massa jenis
2) Tuliskan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan densitas suatu zat cair?
Jawab: Untuk menentukan densitas bisa menggunakan alat-alat yang sudah ada di
industry kimia seperti piknometer, density meter, hydrometer, Coriolis flow meter,
resonator saluran mikro tersuspensi, kolom gradien, floating bulb hydrometer.
3) Gunakan tabel pengamatan uji nyala untuk memperoleh panjang gelombang dari emisi
radiasi yang dihasilkan (dalam suatu nm). Ubah panjang gelombang tersebut ke dalam
satuan m. Hitung frekuensi dan besarnya energy setiap radiasi yang dihasilkan pada
pengujian nyala yang telah dilakukan.
a. K+ = ungu = ~440 x 10-9 m
3 × 108
𝑓= −9
= 6,81 × 1014 𝐻𝑧
440 × 10
𝐸 = 6,626 × 10−34 × 6,81 × 1014 = 45.1 × 10−20 𝐽
b. Na+ = kuning = ~520 x 10-9 m
𝑓 = 5,17 × 1014 𝐻𝑧
𝐸 = 3,42 × 10−19 𝐽
c. Ca2+ = merah kejinggaan = ~640 x 10-9 m
𝑓 = 4,68 × 1014 𝐻𝑧
𝐸 = 3,10 × 10−9 𝐽
d. Sr2+ = Merah = ~700 x 10-9 m
𝑓 = 4,28 × 1014 𝐻𝑧
𝐸 = 2,84 × 10−19 𝐽
e. Li+ = Merah = ~700 x 10-9 m
𝑓 = 4,25 × 1014 𝐻𝑧
𝐸 = 2,82 × 10−19 𝐽
f. Cu2+ = biru kehijauan = ~460 x 10-9 m
𝑓 = 6,52 × 1014 𝐻𝑧
𝐸 = 4,32 × 10−19 𝐽
7. Daftar Pustaka

Dharmawan, I. B. N. Y. ANANLISIS KUALITATIF ZAT ORGANIK “PENENTUAN


SIFAT FISIKA”.

Halliday. (1991). Fisika Jilid I. Erlangga: Jakarta.


Hari, B. S. (2019). MENGENAL SIFAT KIMIA DAN FISIKA ZAT. Penerbit Duta.
Hidayanto, A. P (2017). Biokimia. Modul Praktikum.

Ilmu Kimia. (2013). Golongan Logam Alkali Tanah. Diakses dari


https://www.ilmukimia.org/2013/12/golongan-logam-alkali-tanah.html [8
Februari 2021]

Ilmu Kimia. (2013). Golongan Logam Alkali. Diakses dari


https://www.ilmukimia.org/2013/12/golongan-logam-alkali.html [8 Februari
2021]

Manampiring, A. E. (2009). Studi Kandungan Nitrat (NO-3) pada Sumber Air Minum
Masyarakat Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon.
Manado. Diambil dari http://repo.unsrat.ac.id/255/1/Studi_Kandungan_Nitrat_(NO-
3)_Pada_Sumber Air.pdf [9 Februari 2021]
Mumpuni, Rizki. (2018). Cara Menghitung Energi Foton. Diambil dari
https://m.utakatikotak.com/kongkow/detail/10624/Cara-Menghitung-Energi-Foton#
[9 Februari 2021]
Para'pak, Intan. (2014). Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 Titik Leleh dan Titik Didih.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2021 dari
https://www.academia.edu/9673673/Laporan_Kimia_Titik_Leleh_dan_Titik_Didih
[11 Februari 2021]

Anda mungkin juga menyukai