Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat

PT. Matahari Sakti adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produksi

pakan aquaculture dan Petfood (pakan udang, ikan, dan hewan peliharaan) yang di

dirikan pertama kali pada tahun 1988 oleh Ibu Puspita Dewi Prijadi yang beralamat di

Margomulyo Industri I Blok A9-13 Kota Surabaya. Pada tahun 1998 PT. Matahari Sakti

telah menjadi salah satu perusahaan besar pemasok pakan ikan dan udang di area pulau

Jawa dan sekitarnya.

Visi dari PT. Matahari Sakti adalah menjadi perusahaan terkemuka dalam industri

pakan aquaculture dan Petfood, sedangkan Misi PT. Matahari Sakti adalah

menyediakan pakan yang berkualitas terbaik dan kompetitif untuk pasar nasional dan

berdaya saing internasional.

Untuk memenuhi misi tersebut, pada tahun 2004 didirikan PT. Matahari Sakti

Cabang Lampung untuk mengakomodasi kebutuhan pakan aquaculture dan Petfood

yang berkualitas untuk para customer di area pulau Sumatera yang di pimpin oleh

Bapak Aria Hendra Putranto.

Sampai saat ini PT. Matahari Sakti telah menjadi salah satu perusahaan besar yang

dapat bersaing dalam Industri Pakan aquaculture dan Petfood Domestik dan dapat

bersaing dengan pakan kualitas internasional.


B. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2021 di PT. Matahari Sakti,

Sukarame Bandar Lampung. Jumlah sampel yang didapatkan adalah 72 responden. Data

hasil penelitian masing-masing variabel tersebut digambarkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat berikut ini :

1. Analisa Univariat

Analisa dilakukan pada variabel dependen maupun variabel independen. Hasil

dari tiap variabel ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

a. Distribusi Frekuensi Responden Pterigium

Setelah dilakukan tabulasi data maka didapatkan distribusi frekuensi PHBS pada

karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame Bandar lampung 2021sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi PHBS pada karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame Bandar
lampung tahun 2021

PHBS Frekuensi Persentase (%)


Tidak melakukan PHBS 56 77,8
Melakukan PHBS 16 22,2
Total

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak melakukan

PHBS yaitu sebanyak 56 responden (77,8%) dan responden yang sudah melakukan

PHBS sebanyak 16 responden (22,2%).

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Setelah dilakukan tabulasi data maka didapatkan distribusi frekuensi pengetahuan

responden di PT. Matahari Sakti, Sukarame Bandar Lampung Tahun 2021 sebagai

berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
PT. Matahari Sakti Sukarame Bandar lampung 2021

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 39 34,2
Kurang baik 33 45,8
Total 72 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang baik sebesar 39 responden (34,2%) dan yang memiliki pengetahuan kurang baik

33 responden (45,8%)

c. Distribusi Frekuensi Umur Responden

Setelah dilakukan tabulasi data maka didapatkan distribusi frekuensi umur

responden di PT. Matahari Sakti, Sukarame Bandar Lampung Tahun 2021 sebagai

berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Umur Responden
PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar lampung tahun 2021

Usia Frekuensi Persentase (%)


≥ 21 tahun 47 65,3
< 20 tahun 25 34,7
Total 72 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar responden memiliki ≥ 21 tahun

sebanyak 47 responden (65,3%) dan .responden yang berumur < 20 tahun sebanyak

25 (34,7%).

d. Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Setelah dilakukan tabulasi data maka didapatkan distribusi frekuensi sikap responden

di PT. Matahari Sakti, Sukarame Bandar Lampung Tahun 2021 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap Responden
PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar Lampung 2021

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Baik 38 52,8
Tidak baik 34 47,2
Total 72 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden berpengetahuan baik

sebanyak 38 (52,8%) dan yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 34 (47,2%)

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dipergunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan

variabel independen sehingga diketahui kemaknaannya dengan menggunakan uji

statistik chi square. Setelah dilakukan analisa data maka didapatkan tabel silang sebagai

berikut :

a. Hubungan Pengetahuan dan PHBS dengan PHBS karyawan PT. Matahari

Sakti Sukarame, Bandar lampung

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hubungan pengetahuan dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti
Sukarame, Bandar lampung 2021

PHBS
Tidak melakukan Melakukan Total p-
Pengetahuan PHBS PHBS OR
value
N % N % N %
Baik 36 92,3 3 7,7 39 100 7,8 (1,984
– 30,672)
Kurang baik 20 60,6 13 39,4 33 100 0,003

Total 56 77,8 16 22,2 72 100


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada 39 responden yang memiliki pengetahuan

baik, dari 39 responden tersebut, ada 92,3% yang tidak melakukan PHBS dan 7,7%

yang melakukan PHBS. Dan ada 33 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik,

diantara 33 responden tersebut ada 60,6% yang tidak menerapkan PHBS dan 39,4 yang

sudah menerapkan PHBS.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,003 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05)

yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang barmakna (signifikan)

antara pengetahuan dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar

lampung 2021. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 7,8 pembulatan 8.

b. Hubungan Umur dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame,

Bandar lampung tahun 2021

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hubungan Umur dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti
Sukarame, Bandar lampung tahun 2021

PHBS
Tidak
Melakukan Total
Umur melakukan p-value OR
PHBS
PHBS
N % N % N %
≥ 21 tahun 41 87,2 6 12,8 47 100 4,556
< 20 tahun 15 60 10 40 25 100 0,019 (1,411 –
Total 56 77,8 16 22,2 72 100 14,711)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada 47 responden yang berumur ≥ 21 tahun,

dari 47 responden tersebut ada 87,2% yang tidak melakukan PHBS dan 12,8% yang

melakukan PHBS. Dan ada 25 responden yang berumur < 20 tahun, dari 20 responden
tersebut ada 60% yang tidak melakukan PHBS dan 40% responden yang melakukan

PHBS.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,019 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05)

yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang barmakna (signifikan)

antara umur dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar lampung

tahun 2021. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 4,556 pembulatan 5.

c. Hubungan sikap dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar

Lampung Tahun 2021

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hubungan sikap dengan PHBS Karyawan PT. Matahari Sakti
Sukarame, Bandar lampung tahun 2021

PHBS
p-
Tidak melakukan Melakukan Total
Sikap valu OR
PHBS PHBS
e
N % N % N %
Baik 35 92,1 3 7,9 38 100 7,22
Tidak baik 21 61,8 13 38,2 34 100 0,00 (1,841 –
5 28, 337)
Total 56 77,8 16 22,2 72 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada 38 responden yang memiliki sikap baik,

dari 38 responden tersebut ada 92,1% yang tidak melakukan PHBS dan 7,9% melakukan

PHBS. Dan ada 34 responden yang memiliki sikap tidak baik, dari 34 responden tersebut

ada 61,8% yang tidak melakukan PHBS dan 22,2% yang melakukan PHBS.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,005 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05) yang

berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara

sikap dan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar lampung tahun 2021.

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 7,22.


C. Pembahasan

1. Univariat

a) PHBS

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak

melakukan PHBS yaitu sebanyak 56 responden (77,8%) dan responden yang sudah

melakukan PHBS sebanyak 16 responden (22,2%).

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan 10

perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan

masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam

rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi

paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat

(Muninjaya, 2015).

Berdasarkan kutipan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa PHBS

merupakan suatu kesadaran masyarakat untuk mempraktikkan kebiasaan hidup

bersih dalam kesehariannya, baik di rumah, sekolah, lingkungan sekitar maupun

kantor tempat bekerja.

b) Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang baik sebesar 39 responden (34,2%) dan yang memiliki

pengetahuan kurang baik 33 responden (45,8%)


Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan segala sesuatu

yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal mata pelajaran.

Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali objek yang telah

dipelajari melalui panca indera pada suatu bidang tertentu secara baik (Lestari, 2015)

Menurut peneliti sendiri pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat,

dikenal, dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui

pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan

perabaan.

c) Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki ≥

21 tahun sebanyak 47 responden (65,3%) dan .responden yang berumur < 20 tahun

sebanyak 25 (34,7%).

Umur memengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri di usia

tua. Menurut Hurlock dalam Wawan (2011)

Menurut peneliti, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
d) Sikap

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden berpengetahuan

baik sebanyak 38 (52,8%) dan yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 34 (47,2%)

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan respons tertutup seseorang

terhadap stimulus suatu objek tertentu yang sudah melibatkan faktor-faktor pendapat

dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak

baik).

Menurut peneliti sendiri, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan

gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan dan perhatian.

2. Bivariat

a) Hubungan antara pengetahuan dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti,

Sukarame Bandar lampung tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada 39 responden yang memiliki

pengetahuan baik, dari 39 responden tersebut, ada 92,3% yang tidak melakukan

PHBS dan 7,7% yang melakukan PHBS. Dan ada 33 responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik, diantara 33 responden tersebut ada 60,6% yang tidak

menerapkan PHBS dan 39,4 yang sudah menerapkan PHBS.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,003 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05)

yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang barmakna

(signifikan) antara pengetahuan dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti


Sukarame, Bandar lampung 2021. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 7,8

pembulatan 8, artinya responden yang memiliki pengetahuan tidak baik akan 8 kali

lebih berisiko tidak melakukan PHBS.

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam suatu materi

kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya pengetahuan tentang manfaat

sesuatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal

tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan

ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan

dukungan sosial dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. (WHO, 2019)

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hurles

Imanuel Palilu (2015) dengan gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada

pegawai di kantor dinas kesehatan kota manado. Hasil penelitian Hasil penelitian

yang diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang PHBS

di lingkungan kerja, yaitu 52 responden (71,2%), sedangkan 21 responden (28,8%)

yang memiliki pengetahuan kurang baik. Sebagian besar responden memiliki sikap

baik tentang PHBS di lingkungan kerja, yaitu 40 responden (54,8%), sedangkan 33

responden (45,2%) yang memiliki sikap kurang baik. Sebagian besar tindakan

responden tentang PHBS di lingkungan kerja termasuk dalam kategori baik, yaitu 43

responden (58,9%), sedangkan 30 responden (41,1%) yang memiliki tindakan kurang

baik. Kesimpulan dari hasil penelitian ini disimpulkan Perilaku yang mencakup

pengetahuan, sikap dan tindakan pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Manado

mengenai Perilaku Hidup Bersih Sehat di kategorikan baik dengan persentasi

responden memiliki pengetahuan baik tentang PHBS di lingkungan kerja.


Menurut analisa peneliti dengan berdasarkan hasil penelitian ini dan fenomena

yang ada ditempat penelitian, Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada

cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut, selanjutnya menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap subyek. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap

PHBS diharapkan akan membentuk perilaku (psikomotorik) subyek terhadap PHBS.

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan dan juga nilai - nilai tradisi.

b) Hubungan umur dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar

lampung tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada 47 responden yang berumur ≥ 21

tahun, dari 47 responden tersebut ada 87,2% yang tidak melakukan PHBS dan 12,8%

yang melakukan PHBS. Dan ada 25 responden yang berumur < 20 tahun, dari 20

responden tersebut ada 60% yang tidak melakukan PHBS dan 40% responden yang

melakukan PHBS. Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,019 (lebih kecil dari

nilai alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang

barmakna (signifikan) antara umur dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti

Sukarame, Bandar lampung tahun 2021. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR =

4,556 pembulatan 5, yang berarti responden yang memiliki usia ≥ 21 tahun lebih

berisiko 5 kali lebih besar tidak melakukan PHBS.

Secara hukum, umur 21 tahun dikatakan mulai masa dewasa, dan pada umur

30-an dikatakan telah mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Jadi stabil secara
emosional. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh usia, semakin matangnya usia

seseorang semakin banyak pengalaman yang diperoleh dan semakin baik adaptasi

seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku. (Notoatmodjo, 2015).

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Annisa Restiyani, Kusyogo Cahyo, Laksmono Widagdo (2017) dengan judul

penelitian faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

pada pekerja bagian produksi pt. coca cola amatil indonesia centraljava. Hasil

penelitian Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p value 0.016 > 0.05 dimana ada

hubungan umur dan kepatuhan peraturan di tempat kerja dengan perilaku hidup bersih

dan sehat pada pekerja bagian produksi PT. Coca Cola Amatil Indonesia.Ketersediaan

peraturan di tempat kerja telah dilaksanakan dengan baik oleh responden (85,7%).

Peraturan yang disediakan terkait PHBS di tempat kerja, dan telah dilaksanakan

evaluasi secara rutin.

Menurut analisa peneliti dengan berdasarkan hasil penelitian ini dan fenomena

yang ada ditempat penelitian, perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya

adalah karakteristik dari para pekerja. Para pekerja di PT. Matahari Sakti belum

sepenuhnya mendapatkan sosialisasi tentang penerapan PHBS di tempat kerja.

c) Hubungan antara sikap dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame,

Bandar lampung tahun 2021.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada 38 responden yang memiliki

sikap baik, dari 38 responden tersebut ada 92,1% yang tidak melakukan PHBS dan
7,9% melakukan PHBS. Dan ada 34 responden yang memiliki sikap tidak baik, dari 34

responden tersebut ada 61,8% yang tidak melakukan PHBS dan 22,2% yang

melakukan PHBS. Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,005 (lebih kecil dari

nilai alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang

bermakna (signifikan) antara sikap dan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame,

Bandar lampung tahun 2021. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 7,22 yang

berarti responden dengan sikap tidak baik lebih berisiko 7 x tidak melakukan PHBS di

tempat kerja.

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau

negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan

kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi

sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang. (Ahmadi, 2001)

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Hurles Imanuel

Palilu (2015) dengan gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada pegawai di

kantor dinas kesehatan kota manado. Hasil penelitian Hasil penelitian yang diperoleh

sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang PHBS di lingkungan

kerja, yaitu 52 responden (71,2%), sedangkan 21 responden (28,8%) yang memiliki

pengetahuan kurang baik. Sebagian besar responden memiliki sikap baik tentang

PHBS di lingkungan kerja, yaitu 40 responden (54,8%), sedangkan 33 responden

(45,2%) yang memiliki sikap kurang baik. Sebagian besar tindakan responden tentang

PHBS di lingkungan kerja termasuk dalam kategori baik, yaitu 43 responden (58,9%),

sedangkan 30 responden (41,1%) yang memiliki tindakan kurang baik. Kesimpulan

dari hasil penelitian ini disimpulkan Perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap dan
tindakan pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Manado mengenai Perilaku Hidup

Bersih Sehat di kategorikan baik dengan persentasi responden memiliki pengetahuan

baik tentang PHBS di lingkungan kerja.

Menurut analisa peneliti sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana seseorang itu

berada. Komponen tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan, kehidupan emosional dan

kecenderungan untuk bertindak.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang belum memperhatikan variabel

kepercayaan, keyakinan dan nilai tradisi yang dianut sehingga mempengaruhi salah satu

variabel independen yang diangkat peneliti sendiri.

2. Peneliti belum menggali secara lebih mendalam tentang bagaimana pembinaan

penerapan dan sosialisasi PHBS yang dilakukan oleh manajemen PT. Matahari Sakti

Sukarame terhadap karyawannya.

3. Variabel independen dalam penelitian ini hanya pengethauan, usia dan sikap sedangkan

menurut teori ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi PHBS di tempat kerja.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Sebagian besar responden tidak melakukan PHBS sebanyak 56 (77,8%)

2. Sebagian besar responden memiliki baik sebanyak 39 (54,2%)

3. Sebagian besar responden berusia ≥ 21 tahun sebanyak 47 (65,3%)

4. Sebagian besar responden memiliki sikap baik sebanyak 38 (52,8%)

5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti

Sukarame, Bandar lampung tahun 2021 (p value = 0.003).

6. Ada hubungan antara umur dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame,

Bandar lampung (p value= 0,019)

7. Ada hubungan antara sikap dengan PHBS karyawan PT. Matahari Sakti Sukarame,

Bandar lampung tahun 2021 (p value = 0,005)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut ke berbagai

pihak :

1. Untuk PT. Matahari Sakti Sukarame, Bandar lampung

Pihak PT. Matahari Sakti Sukarame agar segera membentuk tim pengawas yang

bertugas mengawasi kepatuhan karyawan terhadap penerapan SOP tentang PHBS dan

keselamatan kerja. Dan memberikan reward untuk karyawan yang telah menerapkan
PHBS serta memberikan punishment baik tertulis maupun teguran bagi karyawan yang

tidak menerapkan PHBS.

2. Untuk Pendidikan

Dunia pendidikan harus lebih meningkatkan skill peserta didik dalam melakukan

komunikasi therapeutik terhadap masyarakat sebagai subjek dalam suatu komunitas. hal

ini sangat perlu dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian ini, komunikasi antara

peneliti dengan responden merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap tata cara pendekatan terhadap responden yang akan diteliti.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang meneliti faktor-faktor lain yang

mempengaruhi penerapan PHBS di tempat kerja agar hasil penelitian lebih objektif,

akan lebih baik bila sampel dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang sama.

4. Untuk orang tua dan keluarga

a. Menanamkan nilai-nilai yang baik bagi anaknya, memperhatikan setiap

perkembangan anak-anaknya tentang dampak positif penerapan PHBS dalam segala

aspek, sehingga saat anak beranjak dewasa sudah memiliki pemahaman tersendiri

akan baiknya PHBS tersebut.

5. Masyarakat

a. Kepada tokoh masyarakat, agar berperan dalam memberikan penyuluhan, penjelasan

kepada warganya tentang dampak positif jika menerapkan PHBS dan negative jika

tidak menerapkan PHBS.


b. Membuat suatu kegiatan yang bermanfaat bagi Rukun Tetangga seperti dibuatnya

kelompok olahraga, dll.

Anda mungkin juga menyukai