Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

(SAP)

Pokok bahasan : Manajemen Covid-19 Di Ruang ICU


Sasaran : Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit
Waktu : 25 Menit
Tempat :
Hari/Tgl Pelaksanaan :

A. PENDAHULUAN
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul yang pertama dikenali
muncul di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Pengurutan genetika
virus ini mengindikasikan bahwa virus ini berjenis betacoronavirus yang terkait
erat dengan virus SARS. Diketahui bahwa COVID-19 ini disebabkan oleh virus
baru dari golongan virus corona (2019-nCoV).
Corona virus adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit dari
gejala ringan sampai berat hingga kematian. Diketahui dua jenis corona virus
yang dapat menyebabkan gejala klinis yang berat yaitu Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
COVID-19 seringkali berkembang menjadi sebuah
pneumonia berat dan
menempatkan penderita pada keadaan kritis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit tentang Terapi Musik
Instrument untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa diharapkan pasien dapat mengerti dan
memahami tentang Terapi Musik Instrument untuk Meningkatkan Kualitas
Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Tujuan
Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai Terapi Musik
Instrument untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa kepada pasien selama 25 menit diharapkan
pasien mampu :
1. Mengetahui pengertian Terapi Musik Instrument untuk Meningkatkan
Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
2. Mengetahui manfaat Terapi Musik Instrument untuk Meningkatkan
Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
3. Mengetahui waktu pelaksanaan Terapi Musik Instrument untuk
Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa

I. Sasaran
Seluruh pasien Haemodialisa di ruang Haemodialisa RSUD

II. Metode Pengajaran


A. Ceramah.
B. Demonstrasi.

III. Media Pengajaran


A. Mp3

IV. Strategi Pelaksanaan


Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada :
A.Tanggal: :
B.Waktu : 10.00 – 10.25 WIB
C.Tempat :
No TAHAP WAKTU KEGIATAN PENKES KEGIATAN AUDIEN
1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam - Menjawab salam
 Memperkenalkan diri - Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan - Tahu dan mengerti
tujuan - Menyepakati kontrak
 Kontrak waktu waktu
- Audien menjawab
 Apresepsi pertanyaan

2. Pelaksanaan 20 menit  Memperdengarkan musik - Audien


instrumen Mendengarkan dan
Memperhatikan.

3. Penutup 5 menit  Memberikan pertanyaan - Menjawab


 Membuat kesimpulan - Mendengarkan
 Menutup dengan salam - Menjawab salam

V. Setting Tempat

Keterangan:
1 = penyuluh
2 2
1 2 = pasien
2 2

2 2
2
VI. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
- Pasien mengikuti penyuluhan sampai selesai
2. Evaluasi Proses
- Pasien antusias mengikuti penyuluhan
3. Evaluasi Penyuluh
- Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
- Dapat menjalankan peran dengan baik
4. Evaluasi Waktu
- Penyuluhan berjalan sesuai waktu yang ditentukan.

Lampiran materi
TERAPI MUSIK INSTRUMEN

Musik pada hakekatnya dapat melampaui batas kondisi kesadaran


seseorang setiap saat dan menghantar ke tempat-tempat yang sama sekali
tidak terbayangkan sebelumnya. Proses tersebut menimbulkan respon
psikofisiologis saat seseorang bergeser untuk merubah kondisi kesadarannya.
Sehingga dengan pemberian terapi musik dapat menurunkan kecemasan, rasa
takut dan rasa sakit pada pasien yang menjalani hemodialisis. Musik juga
memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang
dialami oleh tiap orang. Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi,
musik dapat meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik,
mental, emosional, sosial dan spiritual dari setiap individu. Hal ini
dikarenakan musik memiliki beberapa kelebihan seperti musik bersifat
universal, nyaman dan menyenangkan serta berstruktur. Intervensi dengan
terapi musik dapat merubah secara efektif ambang otak kita yang dalam
keadaan stres menjadi secara fisiologis lebih adaptif (Djohan, 2005 dalam
Susilawati 2011)
Musik instrumental adalah suatu cara penanganan penyakit
(pengobatan) dengan menggunakan nada atau suara yang semua instrument
musik dihasilkan melalui alat musik disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Mekanisme kerja musik
instrumental untuk relaksasi rangsangan atau unsur dan nada masuk ke canalis
auditorius di hantar sampai thalamus sehingga memori dari sistem limbik aktif
secara otomatis mempengaruhi saraf otonom yang disampaikan ke thalamus
dan kelanjar hipofisis dan muncul respon terhadap emosional melalui
feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormon stress
sehingga seseorang menjadi rileks (Setiadarma, 2002 dalam Laili, Junita dan
Siregar 2015).
Menurut Jespersen, et al., 2012 dalam Parson, T.L., Toffelmire, E.B.,
Valack, C.E. (2006), penggunaan terapi musik instrumental untuk
menurunkan tingkat insomnia pada seseorang adalah untuk mengurangi resiko
penggunaan farmakoterapi yang efek sampingnya sangat negatif. Menurut
seorang ahli dari pusat gangguan tidur di Amerika menyatakan pemberian
terapi musik yang diberikan 30 menit sampai satu jam setiap hari menjelang
waktu tidur, secara efektif untuk mengurangi gangguan tidur (Dhojan, 2006).
Musik dapat menginduksi tidur merangsang gelombang otak yang
lebih tinggi pada gelombang otak delta dibandingkan jenis lain dari musik
atau tidak diberi musik sama sekali. Orang yang mendengarkan musik dengan
musik yang santai melalui gelombang otak delta dapat mempromosikan tidur
yang nyenyak (KK Park, 2007 dalam Ryu, Park & Park, 2011).
Musik terutama dapat merelaksasi dengan mengurangi kecemasan,
yang bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas tidur(Torneik
et al., 2003 dalam Deshmukh, Sarvaiya, Seethalaksmi & Nayak, 2009) Pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pemberian terapi
musik instrument dapat membantu mereka dalam mengatasi gangguan tidur.
Dari hasil wawancara peneliti dengan pasien hemodialisa yang diberi
intervensi, terapi musik instrument sangat membantu merekam dalam
mengatasi gangguan tidur yang dialami mereka. Terapi musik instrument
tersebut dapat membuat pasien hemodialisa mudah untuk tertidur di malam
hari dan terjadi peningkatan kualitas tidurnya yang awalnya buruk menjadi
baik. Sedangkan pada pasien hemodialisa yang tidak diberikan terapi musik
instrument mengalami masalah gangguan pada tidurnya di malam hari.
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu dan
apatis serta tidak adanya tanda kehitaman, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun.
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur,
serta aspek subjektif seperti tidur dalam istirahat. Kualitas dan kuantitas tidur
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor psikologis, fisiologis, dan
lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Kualitas tidak
bergantung pada kuantitasnya namun dipengaruhi oleh faktor yang sama.
Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur
dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya (Siregar, 2011).
Terapi musik instrument dapat membantu pasien hemodialisa mudah
untuk tertidur di malam hari dan terjadi peningkatan kualitas tidur setelah
diberikan itervensi terapi musik instrument. Mekanisme kerja musik
instrumental ini adalah untuk relaksasi dengan mengurangi kecemasan yang
dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas tidur (Laili, Juanita dan
Siregar, 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Chang, S.Y, & Yang, T.C. (2011). Sleep quality and associated factors in
hemodialysis patients. Acta Nephrologica ; 25(3): 97-104.
Firoz, N.M., Shafipour, Vida., Jafari, Hedayat., Hosseini, S.H., & Charati, J.Y.
(2015). Evaluation of subjective sleep quality in hemodialysis patients
andits associations with hemodialysis timing. Journal of Nursing and
Midwifery Sciences; 2(4): 43-50.
Rakhmawati, L.N. (2016). Hubungan kualitas tidur dengan kualitas hidup pasoen
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Wates.
Pebruari 21, 2017. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
http://etd.repository.ugm.ac.id/
Rosdiana, Ida. (2010). Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian insomnia
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD
kota Tasikmalaya dan Garut. Tesis. Januari 18, 2017. Depok.
Universitas Indonesia. Journal Of Exercise and Sport Psychology.
http://lib.ui.ac.id/
Sabry, A.A., Abo-Zenah, A., Wafa, Ehab., Mahmod, Khaled., El-Dahshan K.,
Hassan, Ahmed., Abbas, T.M., Saleh, A.E.M, & Okasha, Kamal.
(2010). Sleep disorders in hemodialysis patients. Pebruari 21, 2017.
Saudi J Kidney. Saudi Journal Of Kidney Disease and
Transplantation. http://www.sjkdt.org/
Safruddin. (2016). Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur
klien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa. Maret 13, 2017.
Universitas Muslim Indonesia.
https://jurnalstikesnh.files.wordpress.com/
Sari, A.P. (2016). Hubungan lama hemodialisa dengan insomnia pada pasiengagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RST. Dr. Asmir Salatiga.
Januari 17, 2017. Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.
http://perpusnwu.web.id/
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
Edisi 9. Jakarta : Salemba Medika.
Terry, C.L., & Weaver, A. (2013). Keperawatan Kritis. Yogyakarta : Rapha
Publishing
Varisella, Santi. (2016). Pengaruh terapi relaksasi massage terhadap skor insomnia
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS.
PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Maret 11, 2017. Yogyakarta.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. http://opac.unisayogya.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai