Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

POWER SYSTEM PROTECTION

ANALISIS LOAD BREAK SWITCH

KODE NOMOR TIANG M2-25 KOTA MAGELANG

Disusun oleh:

Nama : Maxi Alvin Sobikin

NIM : 5311417013

Jurusan/Prodi : Teknik Elektro/S1 Teknik Elektro

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2020
1.1 System Proteksi
System proteksi tenaga listrik merupakan system pengaman yang dipasang
pada peralatan-peralatan pada system tenaga listrik pada jaringan transmisi maupun
distribusi terhadap kondisi abnormal dari system itu sendiri.
1.2 Load Break Switch
Pada tugas kuliah power system protection kali ini penulis akan
menganalisis salah satu alat proteksi tenaga listrik yaitu LBS (Load Break Switch)
yang terletak di Ksatrian Lor, Kota Magelang, Jawa Tengah, Indonesia dengan
nomor tiang M2-25.

Gambar 1 Load Break Switch

Gambar 2 Load Break Switch M2-25

LBS (Load Break Switch) merupakan peralatan proteksi pemutus beban


yang dilengkapi oleh peredam busur api, dan dapat beroperasi pada saat kondisi
berbeban atau tidak berbeban pada suatu jaringan. Peralatan ini dapat dioperasikan
kontrol jarak jauh menggunakan modem dan panel control dan juga dapat
dioperasikan secara manual menggunakan telekopstick (tongkat untuk menarik tuas
handel pada peralatan bertegangan yang berada di ketinggian). LBS tidak dapat
memutuskan jaringan secara otomatis saat ada gangguan listrik serta dibuka dan
ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
LBS M2-25 jika dilihat dari jenis pemasangannya maka merupakan jenis
Pole-Mounted Load Break Switch yaitu LBS yang dipasang dan digantung pada
tiang-tiang jaringan tegangan menengah. Beberapa LBS jenis ini dipasang pada
main feeder dan juga dilengkapi fitur sectionalizer (SSO) yang berfungsi sebagai
pembatas tiap seksi-seksi jaringan untuk melokalisir daerah gangguan maupun
pemadaman.

Gambar 3 Diagram wiring LBS

1.3 Cara Kerja


1) Ketika LBS dioperasikan dari posisi tertutup maka akan menggerakan
kontak bergerak, sehingga pisau LBS akan terbuka.
2) Konsep ABSW dan LBS sebenarnya sama, yang membedakan adalah
pengoperasian dan sistematika pemadaman busur api, dimana ABSW
digerakan dengan stang dengan pemadam busur api media hembusan
angin, sedangkan LBS dengan operasi otomatis lewat panel control
dengan pemadam busur api hembusan angin atau gas SF6.
3) Pemadam busur dan kontaknya terletak di dalam di reservoir kompresi
media pemadam, sehingga pemadaman busur api terletak di dalam
reservoir kompresi udara.
4) Pada saat yang sama, katup terbuka dan media pemadam busur api
meninggalkan reservoir dan melewati nozel. Busur api tertiup oleh
media pemadam ke arc-detector elektroda dengan aliran media
pemadaman terkompresi dan busur api dipadamkan.
5) Apabila pengoperasian dari kontak terbuka, maka sistematika kerja
yang sama akan berulang kembali. Ketika LBS dioperasikan dari posisi
tertutup maka akan menggerakan kontak bergerak, sehingga pisau LBS
akan terbuka.
6) Konsep ABSW dan LBS sebenarnya sama, yang membedakan adalah
pengoperasian dan sistematika pemadaman busur api, dimana ABSW
digerakan dengan stang dengan pemadam busur api media hembusan
angin, sedangkan LBS dengan operasi otomatis lewat panel control
dengan pemadam busur api hembusan angin atau gas SF6.
7) Pemadam busur dan kontaknya terletak di dalam di reservoir kompresi
media pemadam, sehingga pemadaman busur api terletak di dalam
reservoir kompresi udara.
8) Pada saat yang sama, katup terbuka dan media pemadam busur api
meninggalkan reservoir dan melewati nozel. Busur api tertiup oleh
media pemadam ke arc-detector elektroda dengan aliran media
pemadaman terkompresi dan busur api dipadamkan.
9) Apabila pengoperasian dari kontak terbuka, maka sistematika kerja
yang sama akan berulang kembali.
Digunakannya gas SF6 ini dikarenakan memiliki sifat isolasi yang baik
serta mempunyai sifat yang cepat mendinginkan. Prinsip kerja pemutus gas SF6
sama dengan pemutus minyak banyak yaitu meredam busur listrik dengan
menggunakan gas SF6. Akan tetapi gas SF6 akan berkurang seiringnya waktu
penggunaan, oleh karena itu perlu pengisian gas apabila pengukur tekanan gas
telah berkurang.

1.4 Koordinasi Proteksi


Koordinasi proteksi antara LBS, Recloser, dan SSO terjadi pada saat
gangguan. Sebagai contoh seperti single line diagram dibawah ini, LBS dipasang
setelah PMT (Pemutus Tenaga) agar dapat dilakukan manuver atau manipulasi
jaringan dari feeder kedua. Ketika feeder pertama sedang mengalami perbaikan atau
sedang terjadi gangguan. Sehingga suplai tegangan listrik bisa dialihkan dari dari
feeder 2 sehingga area pemadaman menjadi berkurang.
Gambar 4 Single line diagram

Recloser dipadukan dengan SSO yang disetting lebih kecil dibanding


jumlah trip Recloser sehingga Ketika terjadi gangguan yang terjadi setelah SSO
dapat diatasi tanpa Recloser lock out.

Gambar 4 Kondisi normal

Gambar 5 Kondisi terjadi gangguan

Ketika terjadi gangguan, Recloser akan membuka dalam beberapa mili detik
sesuai settingan dan akan menutup kembali, SSO telah kehilangan arus dan
tegangan untuk pertama kali. Jika gangguan bersifat temporer, maka settingan
Recloser dan SSO akan Kembali ke settingan semula.
Ketika terjadi gangguan untuk kedua kalinya, maka Recloser akan
mengalami trip untuk kedua kalinya. SSO akan membuka setelah mendeteksi
Recloser membuka untuk kedua kalinya sehingga daerah di seksi tersebut akan
mengalami pemadaman dan harus diatasi secepatnya. Pada kondisi tersebut daerah
gangguan telah diiolir oleh SSO sampai gangguan diperbaiki dan untuk
meminimalisir daerah padam akibat gangguan makan dilakukan manuver atau
manipulasi jaringan dari feeder 2 dengan membuka LBS.

1.5 Selektivitas, Kehandalan, Kecepatan, dan Sensitivitas


Untuk memenuhi persyaratan system proteksi yaitu selektifitas, kehandalan,
kecepatan, dan sensitivitas maka LBS harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
2) Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban
maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
tenaga itu sendiri.
3) Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat system
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

Penggunaan LBS perlu diperhatikan karakteristiknya dalam penggunaan


sebagai system proteksi. Berikut adalah ciri-ciri yang dimiliki LBS :
1) Dapat digunakan sebagai pemisah maupun pemutus tenaga dengan beban
nominal;
2) Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya saat terjadi gangguan
pada jaringan;
3) Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

Anda mungkin juga menyukai