Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 7 SALATIGA
(TERAKREDITASI A)
Jalan Setiaki. 15 Telepon (0298) 322272 Salatiga 50722
Websitesmpn7salatiga.sch.id, EM :emailresmismpn7salatiga@gmail.com

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN

BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER II (GENAP) TAHUN PELAJARAN 2018/2019

A Komponen Layanan Layanan Dasar


B Bidang Layanan Sosial
C Topik layanan “Bullying Berbahaya “
D Fungsi Layanan Pengembangan, Pencegahan
Peserta didik/konseli memiliki pemahaman dan gambaran
E Tujuan Umum
sikap yang mampu melawan tindakan bullying
F Tujuan Khusus 1. Peserta didk mampu menguraikan pengertian bullying
dengan tepat melalui diskusi kelompok
2. Melalui diskusi kelompok Peserta didik mampu
menunjukkan macam-macam bullying dan perilaku
yang masuk kategori bullying
3. Melalui diskusi kelompok Peserta didik
mengidentifikasi dampak bullying
4. Melalui diskusi kelompok Peserta didik membuat
komitmen untuk mencegah perilaku Bullying
G
Sasaran layanan Kelas 8
H Materi layanan 1. Pengertian dan makna Bullying
2. Macam-macam Bullying
3. Dampak Perilaku Bullying
4. Mengantisipasi dan upaya menghindari bullying
I Waktu 2 x 40 Menit (2 Jam Pelajaran)
J Tanggal Pelaksanaan Kamis, 4 April 2019
K Sumber 1. Kemendikbud.(2016). Pedoman Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Jakarta : DitjenGTK.
2. Nida Nurina (2017) Bullying di sekolah,
http://indonesiaindonesia.com/f/66300-stop-bullying-
sekolah/, diakses Selasa tanggal 19 Maret 2019
3. Jan Wiguna, 2018, Simak Dampak Bullying Ini Kalau
Kamu Peduli dengan Sekitar!,
https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/school-
life/simak-dampak-bullying-ini/ (diakses minggi
tanggal 14 April 2019)
4. Sugiharto, 2012, Faktor-faktor penyebab terjadinya
Bullying,
http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/faktor-
penyebab-terjadinya-bullying.html, diakses Senin, 15
April 2019
L Metode/ Teknik Problem Based Learning

M Media/Alat Power Point, Video, Lembar Kerja Siswa, Alat Peraga

N Pelaksanaan
1. Tahap Awal/Pendahuluan (15 menit)
1. Membuka dengan salam dan doa
2. Membina hubungan dengan peserta didik : menayakan
a. Pernyataan Tujuan kabar, pelajaran sebelumnya, dan lain-lain)
3. Konselor menyampaikan tentang tujuan tujuan khusus
yang akan dicapai

b. Penjelasan tentang Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor


langkah-langkah menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas dan
kegiatan tanggung jawab peserta didik
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru BK memperlihatkan video/film pendek
tentang Bullying
3. Guru BK berdiskusi tentang video/film pendek
sebagai penjajagan pengetahuan awal peserta
didik mengenai Bullying
4. Guru BK akan membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok
5. Masing-masing kelompok diberikan kartu/tugas
ilustrasi tentang bullying
6. Kemudian menganalisis, mendiskusikan lalu setiap
kelompok mempresentasikan
7. Guru BK menegaskan hasil diskusi peserta didik
8. Bersama dengan Peserta Didik Guru BK
menyimpulkan mengenai materi

Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor


c. Mengarahkan kegiatan
memberikan penjelasan tentang topik yang akan
(Konsolidasi)
dibicarakan yaitu “ Bullying Berbahaya”
Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor
d. Tahap Peralihan
menanyakan kesiapan peserta didik melaksanakan
(Transisi)
kgeiatan, dan memulai ke tahap inti
2. Tahap Inti (50 Menit)
a. Kegiatan peserta didik Peserta didik melakukan berbagai kegiatan sesuai
1) Memperhatikan tujuan yang harus dikuasai,
menerima dan memahami penjelasan yang
disampaikan guru mengenai topik/materi, siswa
berada dalam kelompoknya sampai semua jelas
terhadap penyelesaiannya.
2) Melakukan inkuiri, investigasi, dan bertanya
untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan
yang dihadapi
3) Menyusun laporan dalam kelompok dan
menyajikannya dalam diskusi kelas
b. Kegiatan guru 4) Menyiapkan dan memotivasi siswa untuk terlibat
Bimbingan dan konseling aktif dalam pemecahan masalah dan membatasi
atau konselor i permasalahan yang akan dikaji (Tahap 1)
1) Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (Tahap
2)
2) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, menganalisiss
permasalahan untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan (Tahap 3)
3) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.(Tahap 4)
4) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan (Tahap 5)

3. Tahap Penutup (15 Menit)


Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor memberikan penguatan terhadap
pengalaman belajar peserta didik terkait materi layanan yang telah disampaikan dan
menanyakan kepada peserta didik terkait perenca naan tindak lanjut.
O Evaluasi
Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor
melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses
yang terjadi
a. Sikap antusias peserta didik dalam pelaksanaan
layanan.
b. Materi layanan yang diberikan konselor sesuai
dengan kebutuhan konseli.
c. Cara menanggapi pendapat teman-teman terkait
topik.
1. Evaluasi Proses
d. Cara peserta didik menyampaikan pendapat atau
bertanya sesuai dengan topik atau kurang sesuai
dengan topik atau tidak sesuai dengan topik.
e. Cara peserta didik memberikan penjelasan terhadap
pertanyaan Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor mudah dipahami atau tidak mudah atau sulit
dipahami.
f. Cara peserta didik menanggapi dan cara menarik
kesimpulan dari layanan ini.
Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain:
a. Memahami dengan baik tujuan yang diharapkan dari
materi yang disampaikan
b. Memperoleh pengetahuan dan informasi dari materi
yang disampaikan
2. Evaluasi Hasil c. Menyadari pentingnya bersikap sesuai dengan
materi yang disampaikan.
d. Dapat mengembangkan perilaku yang lebih positif
setelah mendapatkan materi yang disampaikan
e. Dapat mengubah perilaku sesuai dengan yang
diharapkan pada materi

Lampiran :
1. Materi yang diberikan disajikan secara lengkap
2. Lembar Penilaian Proses
3. Lembar Penilaian Hasil
4. Lembar Kerja Siswa
5. Daftar pertanyaan Refleksi

: Salatiga, 16 April 2019


Guru Pamong , Guru BK/ Konselor

Dwi Retno Setyaningrum, S.Pd Asfiyah, S.Pd


NIP. 19660515 198903 2 012

Lampiran 1 : Materi Layanan

Stop bullying di sekolah


1. Apa itu Bullying ?
Bullying merupakan suatu kejadian yang sering kali tidak terhindarkan terutama di sekolah.
Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang
atau sekelompok, suatuperilakumengancam, menindasdanmembuatperasaan orang
lain tidak nyaman. Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban apabila dia diperlakukan
negatif (secara sengaja membuat luka atau ketidaknyamanan melalui kontak fisik, melalui
perkataan atau dengan cara lain) dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering
atau menjadi sebuah pola olehs eseorang atau lebih.
Bullying seringkali terlihat sebagai bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau
usaham enyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang
lebih ‘lemah’ oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih
‘kuat’. Perbuatan pemaksaan atau menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok misalnya
kelompok siswa satu sekolah.

2. Contoh perilaku bullying antara lain:


Kontak fisik langsung (meminta dengan paksa apa yang bukan miliknya, memukul,
menampar, mendorong, menggigit, menarikrambut, menendang, mengunci seseorang dalam
ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang
dimiliki orang lain, pelecehan seksual).
Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,
member panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs),
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkangosip).
Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya diertai oleh
bullying fisik atau verbal).
Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng).
Bullying tidak selalu berlangsung dengan cara berhadapan muka tapi dapat juga
berlangsung di belakang teman. Pada siswa, mereka menikmati saat memanggil temannya
dengan sebutan yang jelek, meminta uang atau makanan dengan paksa atau menakut-
nakuti siswa yang lebih muda usianya. Sementara siswi melakukan tindakan memisahkan
rekannya dari kelompok sertatindakan lainnya yang bertujuan menyisihkan individu lainnya
dari grup, dan peristiwanya, sangat mungkin terjadi berulang.
Pelaku bullying mulai dari; teman, kakak kelas, adik kelas, guru, hingga preman
yang ada di sekitarsekolah. Lokasikejadiannya, mulaidari; ruangkelas, toilet, kantin, halaman,
pintugerbang, bahkan di luarpagarsekolah.
3. Faktor Penyebab terjadinya Bullying
a. Hubungan keluarga
Oliver et al.,(Sanders, 2004: 123) mengemukakan enam karakteristik faktor latar belakang
dari keluarga yang memengaruhi perilaku bullying pada individu, yaitu sebagai berikut.
1. lingkungan emosional yang beku dan kaku dengan tidak adanya saling
memperhatikan dan memberikan kasih sayang yang hangat;
2. poa asuh yang permissive dengan pola asuh serba membolehkan, sedikit sekali
memberikan aturan, membatasi untuk berperilaku, struktur keluarga yang kecil;
3. Pengasingan keluarga dari masyarakat, kurangnya kepedulian terhadap hidup
bermasyarakat, serta kurangnya keterlibatan keluarga dalam aktivitas bermasyarakat;
4. konflik yang terjadi antara orangtua, dan ketidakharmonisan dalam keluarga;
5. penggunaan disiplin, orangtua gagal untuk menghukum atau malah memperkuat
perilaku agresi dan gagal untuk memberikan penghargaan;
6. pola asuh orang tua yang otoriter dengan menggunakan kontrol dan hukuman
sebagai bentuk disiplin yang tinggi, orang tua mencoba untuk membuat rumah tangga
dengan aturan yang standar dan kaku.
Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh McCord and
McCord (Berkowitz, 1993) menunjukkan bahwa penolakan, pelecehan (abusive),
kesalahan mendidik (mistreatment), dan sikap keras orangtua terhadap anak cenderung
menyebabkan anak bertindak agresif termasuk bullying (Retno Astuti, 2008:38).
b. Teman Sebaya
Pada usia remaja, anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Pada
masanya remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi terlalu bergantung pada keluarganya
dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya, oleh karena itu
salah satu faktor yang sangat besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh
teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara memberikan ide baik
secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan berdampak apa-apa dan
merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.
Pencarian identitas diri remaja dapat melalui penggabungan diri dalam kelompok teman
sebaya atau kelompok yang diidolakannya. Bagi remaja, penerimaan kelompok penting
karena mereka bisa berbagi rasa dan pengalaman dengan teman sebaya dan
kelompoknya. Untuk dapat diterima dan merasa aman sepanjang saat-saat menjelang
remaja dan sepanjang masa remaja mereka, anak- anak tidak hanya bergabung dengan
kelompok-kelompok, mereka juga membentuk kelompok yang disebut klik. Klik memiliki
kesamaan minat, nilai, kecakapan, dan selera. Hal ini memang baik namun ada
pengecualian budaya sekolah yang menyuburkan dan menaikan sejumlah kelompok
diatas kelompok lainnya, hal itu menyuburkan diskriminasi dan penindasan atau perilaku
bullying (Coloroso, 2007: 65).
c. Pengaruh Media
Program televisi yang tidak mendidik akan meninggalkan jejak pada benak pemirsanya.
Akan lebih berbahaya lagi jika tayangan yang mengandung unsur kekerasan ditonton
anak-anak pra sekolah perilaku agresi yang dilakukan anak usia remaja sangat
berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangan di televisi (Khairunnisa,
2008).
Hasil penelitian Saripah(2006: 3) mengatakan bahwa pengaru media dalam perilaku
bullying sangat menentukan, survey yang dilakukan kompas memperlihatkan bahwa 56,
9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya mereka meniru gerakan (64%)
dan kata-kata sebanyak(43%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa televisi
memiliki peranan penting dalam pembentukan cara berfikir dan berperilaku. Hal ini tidak
hanya terbatas pada media televisi saja, namun juga dalam semua bentuk media yang
lain. Remaja yang terbiasa menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku
agresif dan menggunakan agresi untuk menyelesaikan masalah.
Alasan bullying disekolah saat ini semakin meluas salah satunya adalah karena
sebagian besar korban enggan menceritakan pengalaman mereka kepada pihak yang
mempunyai kekuatan untuk mengubah cara berfikir mereka dan menghentikan siklus
bullying, yaitu pihak sekolah dan orangtua. Korban merahasiakan bullying yang mereka
derita karena takut pelaku akan semakin mengintensifkan bullying mereka. Akibatnya
korban bisa semakin menyerap ”falsafah” bullying yang didapat dari seniornya dalam
penelitian yang dilakukan oleh Riauskina dkk(Sugiharto, 2009: 24) korban mempunyai
persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena.
1. Tradisi;
2. balas dendam karena dia dulu pernah diperlakukan sama;
3. ingin menunjukkan kekuasaan;
4. marah karena korban tidak berperilaku sesuai yang diharapkan;
5. mendapat kepuasan;
6. irihati.
Adapun korban mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena.
1. penampilan mencolok;
2. berperilaku dengan tidak sesuai;
3. perilaku dianggap tidak sopan;
4. tradisi.
Bullying dilembaga pendidikan dapat terjadi karena adanya superioritas dalam diri siswa
hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Coloroso (2007: 57) bullying adalah
arogansi yang terwujud dalam tindakan. Remaja yang melakukan bullying memiliki hawa
superioritas yang sering dijadikan topeng untuk menutupi ketidakmampuan dirinya.
Pelaku bullying berdalih bahwa superioritas dianggap memperbolehkan remaja melukai
seseorang yang mereka anggap lebih lemah padahal semuanya adalah dalih untuk
merendahkan seseorang sehinngga mereka merasa lebih unggul.
4. Dampak perilaku bullying.
Tidak semua korban akan menjadi pendukung bullying, namun yang paling
memprihatinkan adalah korban-korban yang kesulitan untuk keluar dari lingkaran kekerasan
ini. Merekam merasa tertekan dan trauma sehingga mempersepsikan dirinya selalu sebagai
pihak yang lemah, yang tidak berdaya, padahal mereka juga asset bangsa yang pasti
memiliki kelebihan-kelebihan lain.
Bagaimana anak bisa belajar kalau dia dalam keadaan tertekan? Bagaimana bisa
berhasil kalau ada yang mengancam dan memukulnya setiap hari? Sehingga amat wajar jika
dikatakan bahwa bullying sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Bullying ternyata tidak hanya member dampak negative pada korban, melainkan
juga pada para pelaku. Bullying, dari berbagai penelitian, ternyata berhubungan dengan
meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuhdiri.
Bullying juga menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis para siswa. Para
pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal, jika dibandingkan dengan anak-
anak yang tidak melakukan bullying.
Bagisi korban biasanya akan merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal,
tertekan, takut, malu, sedih, tidaknyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya.
Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri
bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan social juga muncul pada para korban.
Mereka ingin pindah kesekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalau pun mereka masih
berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja
tidak masuk sekolah.Yang paling ekstrim dari dampak sikologis ini adalah kemungkinan
untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan,
selalu merasa takut, depresi, ingin bunuhdiri,
a. Dampak Bullying Bagi Si Korban
Tak bisa dipungkiri, bullying pasti mengakibatkan luka psikologis atau trauma pada
korban. Pertama, bullying membuat korban merasa kesepian, tidak bahagia, dan
ketakutan. Lebih lanjut, bullying juga bisa membuat mereka merasa tidak aman,
kehilangan kepercayaan diri, dan berpikir rendah diri atau pasti ada sesuatu yang salah
dengan mereka. Anak-anak dapat kehilangan kepercayaan diri dan mungkin tidak ingin
pergi keluar lagi. Penindasan dapat memiliki konsekuensi fisik dan psikologis jangka
panjang. Beberapa di antaranya termasuk:
1) Penarikan dari kegiatan keluarga dan sekolah
2) Ingin dibiarkan sendiri
3) Perasaan malu
4) Gangguan pencernaan
5) Gangguan kepala
6) Serangan panik
7) Insomnia
8) Hipersomnia
9) Mudah lelah
10) Kerap mimpi buruk
b. Dampak Bullying bagi Pelaku
Pelaku bullying umumnya memiliki gejala berikut dan dengan melakukan tindakan
bullying gejala-gejala tersebut justru dapat menjadi semakin parah/akut:
1) Rasa rendah diri yang tinggi, namun di saat yang sama
2) Tidak memiliki kepekaan terhadap batasan dan norma, sehingga
3) Susah membangun hubungan sosial yang berkualitas, dan akhirnya kerap
4) Menunjukkan sikap agresif berlebihan
Karena peningkatan/eskalasi perilaku di atas pelaku bullying selanjutnya
berkemungkinan besar:
1) Terlibat penyalahgunaan napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif)
2) Terlibat aktivitas seksual di bawah umur
3) Melakukan kekerasan pada orang-orang terdekat mereka
c. Dampak Bullying bagi Saksi
Tindak bullying juga memengaruhi mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Pengaruh tersebut dapat berbentuk sangat ringan hingga sangat berat seperti:
1) Jika saksi membantu korban, mereka mungkin merasa takut bisa menjadi sasaran
berikutnya
2) Jika saksi pasif, mereka mungkin mengalami tekanan sosio-psikologis untuk turut aktif
bersama pelaku melakukan tindak bullying
3) Bagi saksi pasif, sangat mungkin untuk mengalami perasaan bersalah pasca kejadian
karena mereka gagal membantu korban
4) Berbagai ketakutan dan tekanan sosio-psikologis ini dapat dialami secara berlanjut
dan meningkat menjadi kegelisahan (anxiety)
5) Melakukan tindakan pelampiasan seperti merokok dan menggunakan napza
6) Bisa jadi merasa enggan dan mulai tidak masuk sekolah, yang berujung kepada gagal
lulus (drop-out)
d. Dampak Bullying bagi Sekolah dan Lingkungan
Ketika bullying terjadi dan bahkan terus berlanjut sementara sekolah gagal atau bahkan
tidak mengambil tindakan, seluruh iklim dan budaya sekolah dapat terpengaruh secara
negatif. Hal ini berdampak pada pembelajaran dan keterlibatan siswa, antusiasme dan
rasa kepemilikan staf terhadap sekolah, dan bahkan kepuasan dan kepercayaan orang
tua di sekolah, yang dapat mengarah pada:
1) Lingkungan sekolah penuh ketakutan dan tidak ada iklim saling menghormati
2) Kesulitan belajar kerap dialami siswa, karena
3) Siswa merasa tidak aman
4) Siswa tidak menyukai sekolah
5) Siswa merasa bahwa guru dan staf memiliki sedikit kuasa dan kewenangan dan tidak
peduli kepada mereka
Lebih jauh, baik pelaku, korban, dan saksi dengan segala gejala dan akibat yang
dijelaskan di atas berkemungkinan memiliki kesamaan eskalasi perilaku yang berakhir
dengan:
1) Hilangnya kepercayaan kepada komunitas sosial dan lingkungan
2) Kegagalan belajar dan sekolah karena tekanan yang dialami
3) Melakukan kekerasan, baik pada orang lain dan lingkungan (contoh kasus
penembakan di ruang umum) dan juga kepada diri sendiri (melukai diri sendiri dan
bahkan berusaha mengakhiri hidup sendiri)
5. Pencegahan dan penanggulangan perilaku bullying.
Semua orang bisa menjadi korban atau malah menjadi pelaku bullying. Diperlukan
Kebijakan menyeluruh yang melibatkan seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa,
kepala sekolah sampai orang tua murid, yang tujuannya adalah untuk dapat menyadarkan
seluruh komponen sekolah tadi tentang bahaya terselubung dari perilaku bullying ini.
Kebijakan tersebut dapat berupa program anti bullying di sekolah antara lain dengan
cara menggiatkan pengawasan, pemahaman konsekuensi serta komunikasi yang bisa
dilakukan efektif antara lain dengan Kampaye Stop Bullying di Lingkungan sekolah dengan
sepanduk, slogan, stiker dan workshop bertemakan stop bulying. Kesemuanya ini dilakukan
dengan tujuan paling tidak dapat meminimalisir atau bahkan meniadakan sama sekali
perilaku bullying di sekolah.
Diharapkan dengan adanya kebijakan itu sekolah bukan lagi tempat yang menakutkan
dan membuat trauma tapi justru menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi siswa,
merangsang keinginan untuk belajar, bersosialisasi dan mengembangkan semuapotensi
siswa baikak ademik, social atau pun emosinal. Sekolah dapat menjadi tempat yang paling
aman bagian serta guru untuk belajar dan mengajar serta serta menjadikan anak didik yang
mandiri, berilmu, berprestasi dan berakhlak mulia. Bukan malah sebaliknya mencetak siswa-
siswa yang siap pakai menjadi tukangj agaldan preman.

SumberReferensi
1. Nida Nurina (2017), Stop Bullying di sekolah http://indonesiaindonesia.com/f/66300-
stop-bullying-sekolah/, diakses Selasa tanggal 19 Maret 2019

2. Jan Wiguna, 2018, Simak Dampak Bullying Ini Kalau Kamu Peduli dengan Sekitar!,
https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/school-life/simak-dampak-bullying-ini/

Lampiran 2 : Lembar Evaluasi Proses

LEMBAR PENILAIAN PROSES


Identitas : …………………………
Nama Peserta Didik : ....................................
Kelas : ....................................

Petunjuk :
Beri tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian Anda.
SKOR
NO PERNYATAAN 1 2 3 4
1 Sikap antusias peserta didik dalam pelaksanaan
layanan.
2 Materi layanan yang diberikan konselor sesuai dengan
kebutuhan konseli.
3 Cara menanggapi pendapat teman-teman terkait topik.
4 Cara peserta didik menyampaikan pendapat atau
bertanya sesuai dengan topik atau kurang sesuai
dengan topik atau tidak sesuai dengan topik.
5 Cara peserta didik memberikan penjelasan terhadap
pertanyaan Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor mudah dipahami atau tidak mudah atau sulit
dipahami.
6 Cara peserta didik menanggapi dan cara menarik
kesimpulan dari layanan ini.
Total Skor :
Skor 4 : sangat baik
Skor 3 : baik
Skor 2 : cukup baik
skor 1 : kurang baik

Keterangan :
1. Skor minimal yang dicapai adalah 1 x 8 = 8, dan skor tertinggi adalah 4 x 8 = 32
2. Kategori hasil Kategori hasil :
a. Sangat baik = 28 – 32
b. Baik = 23 – 27
c. Cukup = 22 – 26
d. Kurang = ....... 21

Salatiga, 16 April 2019


Guru Pamong, Guru BK/Konselor,

Dwi Retno Setyaningrum, S.Pd Asfiyah, S.Pd


NIP. 19660515 198903 2 012

Lampiran 3 : Lembar evaluasi Hasil

LEMBAR EVALUASI HASIL

Identitas : …………………………
Nama Peserta Didik : ....................................
Kelas : ....................................

N SKOR
PERNYATAAN
o 1 2 3 4
1 Memahami dengan baik tujuan yang
diharapkan dari materi yang disampaikan
2 Memperoleh pengetahuan dan informasi dari
materi yang disampaikan
3 Menyadari pentingnya bersikap sesuai dengan
materi yang disampaikan.
Dapat mengembangkan perilaku yang lebih
positif setelah mendapatkan materi yang
disampaikan
4 Dapat mengubah perilaku sesuai dengan yang
diharapkan pada materi
Total Skor = …

Keterangan :
2. Skor minimal yang dicapai adalah 1 x 6 = 6, dan skor tertinggi adalah 4 x 6 = 24
3. Kategori hasil :
- Sangat baik = 21 - 24
- Baik = 17 - 20
- Cukup = 13 - 16
- Kurang = ... - 12

Salatiga, 16 April 2019.


Mengetahui,
GuruBK/ Konselor Peserta didik/ Konseli

Asfiyah, S.Pd ......................................

Lampiran 4 ; Panduan Refleksi

PANDUAN REFLEKSI

1. Sebutkan macam-macam/ kategori bullying?


2. Apa akibat bullying?
3. Bagaimana menghindari perilaku bullying

Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa

LEMBAR KERJA SISWA

1. Jenis Bullying
2. Dampak Bullying (no 1)

3. Upaya Menghindarinya

Anda mungkin juga menyukai