“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Abstrak
Kualitas roti ditentukan oleh 2 hal yaitu bahan dan proses. Kualitas yang dimaksudkan
adalah tingkat pengembangan dan tekstur yang dihasilkan dari roti. Tujuan penelitian
mengetahui pengaruh penambahan tepung Mocaf dan pengaruh suhu dan lama
pemanggangan terhadap volume expansi, warna dan texture roti. Lama
pemanggangan roti dilakukan pada suhu pemanggangan 160C (T1) atau 180C (T2)
selama 10 menit (W1) atau 15 menit (W2). Hasil penelitian menunjukkan Tepung
terigu protein tinggi menghasilkan roti dengan kualitas yang lebih baik dibanding
mocaf, Suhu pemanggangan yang menghasilkan roti dengan kualitas paling baik
adalah pada suhu 160C Lama pemanggangan yang menghasilkan roti dengan kualitas
paling baik adalah selama 15 menit.
Kata kunci : Roti, mocaf, pemanggangan, tekstur, aroma.
Abstract
Bread propertise is determined by ingridient and processing of product. It refers to expansion
level and texture. The objective of research is investigate influece of Modified Cassava Flour
(mocaf) and periode and temperature baking on expansion, colour and texture. Series of baking
periode is 160oC and 180oC. Series of baking temperature is 10 minute and 15 minute. The
result of result showed that subsitute wheat flour to modified cassava flour in bread formulation
cause expansion was decrease. expansion bread at 160oC is higher than expansion bread at
180oC. Bread that baked for 15 minutes is better quality than baked for 10 minutes.
Keyword : bread, mocaf, baking, texture, aroma.
Pendahuluan
Roti merupakan produk yang dibuat melalui proses pengadonan dan peragian
tepung dan selanjutnya dilakukan pemanggangan. Tepung yang umum
digunakan untuk pembuatan roti adalah tepung terigu. Tepung ini memiliki
beberapa sifat fungsional yang unggul dalam pembuatan roti. Kandungan
glisin dan glutenin membentuk matriks tiga dimensi dan memberikan sifat
elastis pada adonan. Saat pemanggangan air dan karbondioksida mendorong
matriks adonan sehingga terjadi pengembangan.
Sebagian konsumen memiliki permasalahan terhadap kandungan gluten dalam
produk pangan. Adanya gangguan pencernaan terkonfirmasi setelah memakan
produk berbahan terigu. Hal ini diketahui disebabkan kandungan gluten.
204
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan pembuatan roti terdiri dari tepung terigu protein tinggi, tepung terigu
protein sedang (A1), Mocaf, tepung terigu protein sedang (A2), susu bubuk,
ragi instan, gula pasir, kuning telur, telur, susu cair, mentega, garam Alat yang
diguanakan dalam penelitian ini adalah Mixer, Oven, Loyang.
Prosedur kerja
Ayak tepung terigu protein tinggi dan sedang (A1) atau mocaf dan tepung
terigu protein sedang (A2) dengan susu bubuk, tambahkan gula, telur dan ragi
instant, tuang susu cair sambil diuleni hingga kalis. Masukkan mentega dan
garam sambil terus diuleni hingga adonan elastis, diamkan selama 30 menit di
tempat yang hangat. Kempiskan adonan roti, timbang masing-masing 50 gr,
bulatkan. Lalu pipihkan, tambahkan 1 sdt mentega pada masing-masing
adonan, bulatkan lagi, tata di loyang yang sudah dioles margarin. Diamkan
adonan dalam ruang hangat agar mengembang selama 15 menit (F1) atau 30
menit (F2). Panggang selama 10 menit (W1) atau 15 menit (W2) dengan suhu
160C (T1) atau 180C (T2).
206
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
207
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
– 6 menit pertama dalam oven aktivitas yeast akan berhenti pada suhu 65 °C
temperatur adonan (Figoni, 2008). Pada menit-menit awal pemanggangan,
terjadi peningkatan volume roti. Hal ini disebabkan pengembangan volume gas
yang terperangkan dalam adonan mendorong adonan untuk meregang dan
mengembang. Pada pemanggangan lebih lanjut terjadi proses koagulasi protein
dan gelatinisasi pati. Hal ini yang menyebabkan struktur dari adonan roti
menjadi lebih kaku dan lebih berongga. Pada suhu sekitar 72 oC, adonan roti
kehilangan kemampuan untuk mebahan gas CO2, sehingga gas keluar dari
adonan dan adonan tidak mengembang lagi.
Gambar 1. menunjukkan bahwa lama pemanggangan 15 menit memberikan
pengembangan yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan lama
pemanggangan 10 menit. Hal ini disebabkan waktu pemanggangan lebih lama
memungkinkan untuk adonan untuk mengembang, akan tetapi pengembangan
tidak sebesar pada menit-menit awal pemanggangan. Oleh sebab itu,
penambahan waktu memiliki pengaruh yang kecil terhadap pengembangan
volume roti.
Pengaruh bahan baku dan lama pemanggangan terhadap susut bobot roti
Gambar 2. menunjukkan bahwa jenis bahan baku yang digunakan, baik tepung
terigu ataupun mocaf tidak berpengaruh pada susut bobot roti. Pada kedua jenis
bahan, massa yang hilang adalah air, baik selama proses fermentasi ataupun
selama pemanggangan. Dari data penelitian, massa yang hilang lebih
dipengaruhi oleh lama pemanggangan. Hal ini dapat dilihat bahwa roti yang
dipanggang selama 15 menit memiliki susut bobot yang lebih besar
208
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Dari data hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada roti berbahan baku mocaf,
nilai kekerasan roti lebih besar dibandingkan dengan roti berbahan baku
tepung terigu. Hal ini disebabkan karena proses retrogradasi pati yang terjadi
selama proses pendinginan setelah pemanggangan roti. Kekerasan pada roti
dengan bahan baku mocaf dipengaruhi oleh kandungan patinya. Kandungan
pati dalam mocaf lebih besar dibandingkan dengan kandungan pati dalam
tepung terigu (Anonim, 1982). Oleh karena itu, terjadinya proses gelatinisasi
dan retrogradasi pada roti berbahan mocaf lebih besar, sehingga tingkat
kekerasan roti menjadi lebih besar.
Selain bahan, proses terjadinya gelatinisasi juga dipengaruhi oleh waktu.
Semakin lama waktu pemanasan, maka pati yang tergelatinisasi semakin
banyak sampai pada batas tertentu. Semakin banyak pati yang tergelatinisasi,
maka peluang terjadinya retrogradasi pada proses pendinginan semakin besar.
Dari data hasil penelitian, lama waktu pemanggangan 10 dan 15 menit
menunjukkan adanya perbedaan. Roti yang dipanggang selama 15 menit
memiliki tingkat kekerasan yang lebih besar dari roti yang dipanggang selama
10 menit. Hal ini disebabkan terjadinya gelatinisasi pati dan koagulasi protein
209
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
lebih besar pada waktu pemanasan yang lebih lama, sehingga kekakuan dan
kekuatan roti meningkat.
210
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Pada roti berbahan utama terigu dengan suhu pemanggangan 180° (waktu
fermentasi 15 dan 30 menit, lama pemanggangan 10 dan 15 menit) mempunyai
susut bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan roti yang sama dengan
suhu pemanggangan 160°C. Dengan kata lain, suhu yang lebih tinggi
menyebabkan kehilangan bobot roti menjadi lebih besar. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari El-Samahy and Tsen, 1981.
Sedangkan untuk perlakuan mocaf menunjukkan hasil yang sebaliknya. Variasi
dari susut berat disebabkan oleh kondisi pemanggangan dan sifat alami adonan
(Therdthai and Zhou, 2003). Jika dibandingkan antara roti terigu dengan roti
mocaf pada suhu pemanggangan 180°C maka pada roti mocaf mempunyai susut
berat yang lebih besar. Hal ini mungkin disebabkan oleh struktur pati mocaf
yang lebih renggang sehingga menyebabkan mocaf lebih mudah dicampur
dalam proses mencampur adonan dan mempercepat proses penguapan air
pada saat dipanggang dan susut berat menjadi lebih besar (Anonim, 2011).
Susut bobot ini berkaitan dengan kehilangan air dari dalam bahan selama
proses pemanggangan melalui proses evaporasi. Dengan adanya panas,
struktur adonan berubah yaitu struktur pori-pori adonan yang terbentuk
menyebabkan uap air dapat berpindah. Beberapa uap air hilang melalui lapisan
crust melalui penguapan sedangkan uap air yang lain terkondensasi di dalam
adonan (Therdthai and Zhou, 2003).
211
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Pada proses baking, perpindahan panas terjadi sebagai kombinasi antara proses
konduksi, konveksi ataupun radiasi terhadap permukaan adonan (dough).
Dengan adanya perpindahan panas tersebut, maka perpindahan massa dapat
terjadi berdasarkan empat tahap: (1) Penguapan air, (2) Perpindahan uap air ke
phase gas, (3) Kondensasi air dan (4) Difusi air (Hadiyanto, 2011).
213
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Warna yang diukur di sini terdiri dari 2 jenis yaitu redness dan yellowness.
Semakin tinggi nilai redness dan yellowness maka warna roti yang dihasilkan
juga semakin coklat karena warna coklat merupakan kombinasi dari merah dan
kuning. Pengukuran warna roti dilakukan pada permukaan roti.
Proses pemanggangan terjadi di kulit, di mana berbagai jenis gula menjadi
caramel dan memberi warna pada kulit roti (Anonim, 2011). Dari gambar
terlihat bahwa dengan suhu pemanggangan yang lebih tinggi (180°C) maka
dihasilkan roti yang mempunyai warna lebih gelap dibandingkan dengan roti
yang dipanggang pada suhu 160°C. Pada bagian permukaan roti, dengan
adanya suhu yang lebih tinggi dan kadar air yang lebih rendah akan
mengaktifkan reaksi browning non enzimatis termasuk reaksi Maillard (gula
214
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
dan protein) dan karamelisasi (Gogus et al, 2000). Reaksi karamelisasi terjadi
pada saat suhu produk melebihi 150°C (Hadiyanto, 2011).
Pada permulaan reaksi Maillard, asam amino furosin dibentuk. Tetapi, furosin
ini menurun setelah intensitas tinggi dicapai. Sebaliknya, hidroksimetilfurfural,
sebuah produk antara dari reaksi Maillard dan degradasi gula, tetap meningkat
dengan suhu dan waktu pemanggangan yang lebih tinggi (Ramirez-Jimenez et
al, 2000). Sebagai hasilnya adalah polimer coklat yang disebut melanoidin.
Melanoidin menjadi indikasi terbentuknya warna dengan adanya suhu di atas
100°C (Hadiyanto, 2011).
Kesimpulan
Tepung terigu protein tinggi menghasilkan roti dengan kualitas yang lebih baik
dibanding mocaf. Sementara suhu pemanggangan yang menghasilkan roti
dengan kualitas paling baik adalah pada suhu 160C dan lama pemanggangan
yang menghasilkan roti dengan kualitas paling baik adalah selama 15 menit.
Daftar Pustaka
Anonim, 1982. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1996. Bread staling. Lallemand baking update volume 1 No. 16.
Montreal, Canada
Anton Apriyantono, 2011. Titik Kritis Kehalalan Bahan Pembuat Produk Bakery
dan Kue. www.halalguide.info. Diakses pada 31 Desember 2011.
Anonim, 2011. Teori Membuat Roti/Mi dan Resep-resep. Product Development
Quality Control, PT. Berdikari Sari Utama Flour Mill, Makassar. Diakses
pada 28 Desember 2011.
Anonim. 2011. Rahasia Pembuatan Roti Manis.
www.ronodarmojo.wordpress.com. Diakses pada 27 Desember 2011.
Anonim. 2011. Roti Manis. Tekno Pangan dan Agroindustri Vol 1 No.6
Anonim. 2011. Tepung Tapioka Manfaat dan Cara Pengolahannya.
www.modifikasi-tapioka.blogspot.com. Diakses tanggal 31 Desember 2011
El-Samahy, S.K., and Tsen, C.C. 1981. Effect of Varying Baking Temperature
and Time on the Quality and Nutritive Value of Balady Bread. Journal
Cereal Chem. 58 (6) : 546-548
Figoni, Paula. 2008. How baking works : exploring the fundamentals of baking
science 2nd edition. John Wiley and Sons, New Jersey.
Gerrard, J.A., Brown, P.K., Fayle, S.E. 2003. Maillard Crosslinking of Food
Protein III : The Effect of Glutaraldehyde, Formaldehyde, and
Glyceraldehyde Upon Bread and Croissant. Food Chem. 80 : 45-50
215
Seminar Nasional Ke-IV Fakultas Pertanian Universitas Samudra
“Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0”
ISBN : 978-602-0768-77-9
Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/psn
Gogus, F., Duzdemir, C., Eren, S. 2000. Effects of Some Hydrocolloid and Water
Activity on NonEnzymatic Browning of Concentrated Orange Juice.
Nahrung 44 : 438-442
Hadiyanto. 2011. Understanding Science of Baking. www.foodreview.biz.
Diakses tanggal 31 Desember 2011
Indyah S Utami, 2001. Pengolahan Roti Tawar. Materi Training Pembuatan Roti dan
Pastry. Jurusan TPHP Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Ramirez-Jimenez, A., Guerra-Hernandez, E., Garcia-Villanova, B. 2000.
Browning Indicators in Bread. J. Agric. Food Chem. 48 : 4176-4181
Santoni. 2011 Tips Membuat Roti. Baking Center Coordinator PT Saf Indonusa.
www.kulinologi.biz. Diakses pada 30 Desember 2011.
Sasano, Y., Y. Haitani, I. Ohtsu, J. Shima, H. Takagi. 2012. Proline accumulation
in baker's yeast enhances high-sucrose stress tolerance and fermentation
ability in sweet dough. International Journal of Food Microbiology. 152: 40–43
Sutardi. 2010. Pelatihan Produksi dan Industri Makanan Berbasis Tepung
Mocaf. Hotel Melati Wisma Giri Wonogiri 11-12 Mei 2010
Therdthai, N and Zhou, W. 2003. Recent Advances in the Studies of Bread
Baking Process and Their Impacts on the Bread Baking Technology. Food
Sci. Technol. Res 9 (3) : 219-226
Wijandi, S dan Illah, S. 2003. Memproduksi Roti. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
216