Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319207887

Kajian Pengetahuan Prasyarat tentang Bangun Ruang Sisi Datar pada Siswa
SMP Kelas VIII-7 SMP Negeri 21 Malang

Conference Paper · August 2016

CITATIONS READS

0 3,613

3 authors, including:

Gatot Muhsetyo Hery Susanto


State University of Malang State University of Malang
18 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    62 PUBLICATIONS   59 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Identifikasi kesalahan siswa View project

Communication in mathematic learning to gain reasoning View project

All content following this page was uploaded by Hery Susanto on 22 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KAJIAN PENGETAHUAN PRASYARAT TENTANG BANGUN
RUANG SISI DATAR PADA SISWA SMP KELAS VIII7
SMP NEGERI 21 MALANG

Teguh Edy Purwanta1); Gatot Muhsetyo2); Hery Susanto3)


1
SMP Negeri 21 Malang ; 23Universitas Negeri Malang
teguhedy@yahoo.com.

Abstrak

Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang diperlukan untuk


mempelajari suatu bahan ajar baru. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap pengetahuan prasyarat materi bangun ruang sisi datar.
Jenis kajian ini adalah deskriptip kualitatif. Subyek kajian adalah 36 siswa SMP
Negeri 21 Malang terdiri dari 16 lakilaki dan 20 perempuan. Subyek ini dipilih
didasarkan pada kesulitan dalam menyelesaikan pengetahuan prasyarat, yaitu
bangun datar segitiga, segiempat dan teorema Pythagoras. Kajian ini dilaksanakan
pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan Newman
Error Analysis (NEA). Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes,dan
wawancara. Tes dilakukan terhadap semua subyek, sedangkan wawancara dilakukan
terhadap siswa yang paling banyak melakukan kesalahan berdasarkan metode
Newman. Hasil kajian menunjukkan bahwa terjadi (1) kesalahan membaca (reading)
masalah sebanyak 7,5%, yaitu siswa tidak dapat memaknai kalimat soal dengan
baik. (2) kesalahan memahami masalah sebanyak 6,67%, meliputi (a) tidak
menuliskan apa yang diketahui, (b) menuliskan data yang diketahui tetapi tidak
lengkap, (c) menuliskan data yang diketahui tetapi tidak melakukan proses
berikutnya dalam mengerjakan soal. (3) kesalahan transformasi sebanyak 7,5%,
meliputi kesalahan dalam menggunakan rumus yang sesuai , (4) kesalahan
keterampilan proses sebanyak 20,42%, meliputi (a) kesalahan dalam proses
menghitung, (b) tidak melakukan prosedur dengan benar. (5) kesalahan penulisan
jawaban akhir 22,92%, yaitu siswa tidak menuliskan jawaban atau tidak menuliskan
satuan yang sesuai
Kata Kunci: pengetahuan prasyarat, bangun ruang sisi datar, teorema pythagoras,
newman error enalysis

PENDAHULUAN

Matematika memiliki peranan yang penting dalam perkembangan IPTEK. Perkembangan


teknologi modern didasari oleh penguasaan matematika yang kuat sejak dini, terutama dalam
membentuk kemampuan berpikir yang lebih maju. Matematika merupakan alat untuk
mengembangkan cara berpikir yang sangat diperlukan, baik dalam kehidupan sehari-hari,
maupun dalam kemajuan IPTEK (Hudojo, 2003: 40). Sebagai contoh (1) jika seorang tukang
bangunan akan membuat bangunan bak penampungan air yang berukuran lebar 2 meter,
panjang 3 meter dan tinggi 1,5 meter. Tukang bangunan tersebut memerlukan matematika untuk
menghitung kebutuhan batu bata yang akan dipasang. Jika menurut pengalaman 1 meter persegi
memerlukan 72 batu bata. Berapa banyak batu bata yang diperlukan?. Demikian juga untuk
bahan (material) yang lain. (2) seorang perajin pembuatan kotak kue/kotak makanan
memerlukan matematika untuk menghitung berapa kebutuhan kertas karton untuk membuat 1
kotak makanan. Selanjutnya juga perlu menghitung berapa harga jual per kotak agar
mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan.

912
Peranan matematika yang sangat penting ini dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun
dan bersosialisasi di masyarakat. Sadar atau tidak dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat
banyak kesepakatan-kesepakatan, baik yang tertulis maupun tidak. Seseorang yang telah
dibiasakan belajar matematika yang penuh dengan kesepakatan yang harus ditaati, kiranya akan
mudah memahami perlunya kesepakatan dalam kehidupan masyarakat. Karena peranan yang
sangat penting itulah matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di semua
sekolah, dari jenjang pendidikan dasar maupun menengah ( Soejadi : 2000,) bahkan sampai
perguruan tinggi matematika masih dipelajari di semester-semester awal.
Namun peranan yang sangat penting itu tidak sejalan dengan prestasi yang diharapkan. Di
tingkat internasional, hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) tahun
2012 menunjukkan Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara dengan skor 375 jauh
dibawah Malaysia yang berada di peringkat 52(PISA:2012). Demikian juga hasil survei yang
dilakukan oleh The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun
2011 memperlihatkan bahwa siswa-siswa Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 42 negara
(TIMSS:2011). Di tingkat nasional prestasi UN juga belum memenuhi harapan. Tahun 2016
rata-rata nilai UN SMP secara nasional adalah 50,24 yang secara signifikan turun dibanding
tahun 2015 yaitu 56,24. (Baswedan:2016). Penurunan ini menunjukkan bahwa masih banyak
permasalahan dalam pembelajaran matematika yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
Permasalahan pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari peran guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Guru memiliki peran yang besar dan penting dalam mendukung
terlaksananya proses pembelajaran dari mulai perencanaan hingga evaluasi pembelajaran. Guru
wajib dan perlu menguasai setiap tahapan proses dengan baik dan benar. Guru sudah seharusnya
menyusun rancangan dan memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien agar tujuan
pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Namun, seringkali guru dihadapkan
pada kondisi dimana rancangan yang disusun tidak bisa berjalan lancar dan efektif sesuai
harapan. Dari hasil diskusi dan dialog dengan beberapa teman guru diperoleh informasi bahwa
salah satu penyebabnya adalah minimnya kemampuan awal siswa untuk mempelajari materi
yang dibelajarkan. Dengan kata lain siswa kurang memahami materi prasyarat. Menurut
Hamalik( 2001:159) siswa yang belum menguasai pengetahuan prasyarat yang diperlukan akan
lebih sulit menerima pelajaran baru.
Materi prasyarat merupakan kemampuan awal yang harus dikuasai siswa sebelum
mempelajari materi tertentu. Dalam prakteknya tidak jarang guru kurang memperhatikan hal ini.
Bagi guru pengetahuan awal ini diperlukan untuk menentukan strategi pembelajaran yang akan
dilakukan. Dengan memahami kemampuan awal siswa, guru dapat membantu siswa
memperlancar proses belajarnya sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh
siswa.Pendapat itu diperkuat oleh Shadiq (2013) bahwa proses pembelajaran akan menjadi
bermakna atau meaningfull bagi mereka (mengikuti pendapat Ausubel) jika siswa dapat
mengaitkan pengetahuan yang baru tentang proses pemecahan masalah itu dapat dikaitkan
dengan pengetahuan prasyarat yang sudah dipelajari siswa
Menurut Suhendra (2005) matematika memiliki konsep yang terstruktur, logis, sistematis
dan saling berkaitan. Oleh sebab itu, konsep matematika disajikan mulai dari yang paling
sederhana hingga yang paling kompleks. Suryadi (2011:11) berpendapat bahwa karena sifat
matematika yang merupakan suatu struktur yang terorganisasikan dengan baik, maka
pengetahuan prasyarat siswa merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam proses
pembelajaran matematika. Pendekatan spiral yang dikembangkan dalam pengajaran
matematika, merupakan langkah tepat untuk memberi kesempatan kepada anak
mengembangkan pengetahuannya secara bertahap baik horizontal maupun vertikal. Dengan
memperhatikan pengetahuan awal siswa, guru diharapkan mampu menyusun strategi
pembelajaran lebih tepat yang meliputi penyiapan bahan ajar, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, serta penyiapan alat evaluasi yang sesuai.
Materi matematika yang saling berkaitan menuntut pembelajaran dilakukan secara runtut
dan memenuhi syarat tertentu. Untuk mempelajari sebuah topik matematika, seseorang harus
menguasai materimateri prasyarat sebelumnya. Seorang siswa yang akan mempelajari luas

913
kubus tentu siswa tersebut harus menguasai materi luas persegi karena kubus terdiri dari
beberapa persegi.
Dari hasil studi dokumen penilaian hasil belajar siswa untuk materi teorema pythagoras
dan bangun datar segitiga dan segiempat diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang harus
mengikuti remidi karena mendapat nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah. Meskipun soal yang diberikan tidaklah terlalu sulit. Oleh sebab itu peneliti
melakukan kajian pada materi tersebut untuk mengetahui kesalahan dan kesulitan yang dihadapi
siswa karena materi ini menjadi materi prasyarat untuk materi bangun ruang sisi datar.
Untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa peneliti menggunakan metode
analisis kesalahan Newman atau sering disebut dengan Newman’s Error Analysis (NEA).
Metode ini dikenalkan pertama kali oleh Anne Newman, seorang guru matematika di Australia
pada tahun 1977. Karnasih (2015) menyatakan bahwa NEA dapat membantu guru untuk
menentukan dimana kesalahpahaman terjadi dan juga memberi petunjuk bagaimana cara
mengatasinya. Menurut Newman (dalam Clements & Ellerton, 1996 dan white ,2005) Ada lima
kegiatan dalam metode NEA yaitu: (1) membaca masalah (read the problem), (2) memahami
masalah yang dibaca (comprehend what is read), (3)transformasi masalah (Carry out a mental
transformation from the words of the question to the selection of an appropriate mathematical
strategy), (4) keterampilan proses (Apply the process skills demanded by the selected
strategy),(5) penulisan jawaban akhir (Encode the answer in an acceptable written form).

METODE PENELITIAN

Jenis kajian ini adalah deskriptip kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong
(2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam mamahami materi prasyarat dengan cara
mengidentifikasi jenis kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal materi prasyarat
bangun ruang sisi datar yaitu materi bangun datar (segitiga dan segiempat) dan terorema
phytagoras. Subyek kajian adalah 36 siswa kelas VIII7 SMP Negeri 21 Malang pada semester
genap tahun pelajaran 2015/2016 terdiri dari 20 perempuan dan 16 lakilaki. Lokasi kajian
adalah SMP Negeri 21 Malang. Pada saat kajian, siswa telah mempelajari materi bangun datar
dan teorema Pythagoras.
Instrumen utama dalam kajian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan instrumen
penunjang berupa lembar tes dan wawancara. Soal tes berjumlah 8 butir berbentuk soal uraian
yang berkaitan dengan bangun sisi datar: segitiga  segiempat dan teorema Pythagoras .
wawancara dilakukan setelah dilakukan kalsifikasi jenis kesalahan yang dilakukan siswa
Tahapan dalam kajian ini dimulai dari mengidentifikasi kompetensi dasar dan materi
pokok, penyusunan soal tes, validasi soal tes, pelaksanaan tes, klasifikasi jawaban dan jenis
kesalahan, wawancara, analisis data , dan kesimpulan.
Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap yaitu (a) melalui tes, untuk mendapatkan
data tentang kemampuan dan kesalahan yang dilakukan siswa dan (b) wawancara, wawancara
ini dipergunakan untuk melengkapi informasi data hasil tes sebelumnya sekaligus sebagi alat
recheking atau pembuktian informasi data hasil tes. rancangan wawancara dibuat sebelum
pelaksanaan wawancara. Pelaksanaan wawancara dan urutan pertanyaan mengacu pada jenis
kesalahan dan kecenderungan siswa dalam menyelesaikan soal tes. Jawaban dari siswa yang
diwawancarai inilah yang akan dijadikan acuan untuk menemukan faktor penyebab terjadinya
kesalahan dalam menyelesaikan soal terkait bangun ruang sisi datar dan teorema Pythagoras.
Analisis data dengan menggunakan NEA dilakukan setelah pengumpulan data. Diawali
dengan analisis terhadap data hasil tes. Hasil tes siswa berupa lembar jawaban tertulis yang

914
merupakan hasil pekerjaan siswa. Data ini dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis kesalahan
siswa. Langkah awal dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang benar dan jawaban
yang salah. Kemudian jawaban yang salah diklasifikasikan lagi menurut jenis kesalahan.
Selanjutnya analisis data hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap lima siswa yang
mewakili setiap kategori kesalahan.Dari wawancara terhadap siswa yang melakukan kesalahan
akan memperoleh informasi yang memperkuat penyebab kesalahan yang dibuat oleh siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil kajian ditunjukkan dengan tabel yang berisi jenis kesalahan dan persentase
kesalahan. Data menunjukkan bahwa semua jenis kesalahan dalam NEA muncul dengan
persentase yang berbeda. Kesalahan yang paling besar terjadi pada kesalahan pada tahap
keterampilan proses sebesar 20,42 % dan kesalahan penulisan jawaban akhir sebesar 22,92 %.
Namun demikian jenis kesalahan yang lain tidak bisa diabaikan begitu saja.Rekapitulasi jenis
kesalahan seperti disajikan padaTabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Jenis dan Persentase kesalahan yang ditemukan

Jenis Kesalahan
No Soal

Jumlah
Keterampilan
Transformasi

Dikerjakan
Memahami

Proses
Membaca

Tidak
Penulisan
Jawaban
Akhir

1 1 1 3 3 7 15
2 0 2 6 6 6 3 23
3 0 3 2 7 13 1 26
4 1 1 0 6 12 1 21
5 10 1 1 7 5 4 28
6 1 1 3 7 3 2 17
7 1 3 3 12 4 1 24
8 4 4 0 1 5 6 20
JML 18 16 18 49 55 18 174
% 7,50 6,67 7,50 20,42 22,92 7,5

Kesalahan pada tahap membaca masalah ( reading the problem error)

Gambar.2 Hasil jawaban s21 pada soal no 5


Menurut Priyanto (2015) kesalahan membaca terjadi jika siswa tidak bisa memaknai
kalimat soal secara tepat.Memaknai kalimat soal bisa dalam bentuk menuliskan apa yang
diketahui atau membuat sketsa yang sesuai. Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan berikutnya.Hasil pekerjaan siswa s21 yang disajikan pada gambar 2. menunjukkan

915
kesalahan membaca soal. S21tidak menuliskan data berupa kata penting “ Titik E berada pada
sisi AB” dan ruas garis CE tegak lurus sisi AB” sehingga tidak bisa memaknai arti dari
kata/kalimat penting tersebut . Kesalahan ini membuat siswa s21 tidak bisa membuat sketsa
dengan benar. Kesalahan ini menyebabkan terjadinya kesalahan berikutnya. Kesalahan ini
tergolong fatal.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan s21 sebagai berikut.
Transkip wawancara ( P=peneliti, s21siswa no 21)
P : “Coba Lihat soal No 5. Bacalah soalnya”
s21 : (Dia mulai membaca ..namun terlihat agak ragu bingung)
P : “Apa saja yang diketahui?”
s21 : “Jajargenjang ABCD, AB=16 cm. BC=10 cm. E berada pada AB ,
AB tegaklurus CE..AE=10 cm,”
P : Coba gambar sketsanya!!
s21 : (Siswa mulai membuat gambar sketsa tetapi agak kebingungan.)
“Saya bingung membuat sketsa dari soal cerita seperti ini”
P : “Coba dibuat bertahap satuper satu. Buat sketsa jajargenjang
ABCD dulu “
S21 : “sudah pak..”
P : “Tuliskan panjang sisi yang diketahui “
S21 : Ya pak (siswa mulai agak bingung menempatkan titk E. Titik E
ditempatkan pada sisi CD )..
P : “ Coba baca soalnya lagi. Dimana titik E berada?”
S21 : ( siswa membaca soal lagi )....oooh iya .... pak.. saya salah...
maaf.....E berada pada sisi AB...saya salah membacanya..
“saya merasa kesulitan jika disuruh membuat gambar sendiri”
(maksudnya sketsa

Kesalahan memahami masalah (comprehension error)

Gambar.3 Hasil jawaban s4 pada soal no 2


Menurut Parmjit (2010) terjadinya kesalahan pemahaman ketika siswa mampu membaca
pertanyaan tetapi gagal untuk memahami apa yang telah dibaca, sehingga menyebabkan dia
tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Menurut peneliti, jika siswa tidak menuliskan apa yang
ditanyakan tetapi dapat menjawab dengan benar apa yang dimaksud oleh soal, maka ini
bukanlah suatu kesalahan. Namun siswa yang sebatas menuliskan data yang diketahui dan apa
yang ditanyakan dan tidak melakukan proses berikutnya termasuk dalam jenis kesalahan ini.
Transkrip wawancara
P : “Coba baca dan cermati soal no 2 “
s4 : “Dia mulai membaca “
P : Apa saja yang diketahui?
s4 : “Keliling segitiga samakaki 50 cm.panjang alasnya 16 cm”

916
P : Apa yang ditanyakan?
s4 : “Luas segitiga samakaki”i
P : “Bagaimana cara menghitung luas segitiga samakaki?”
s4 : “Tidak bisa pak karena tidak diketahui tingginya”
Kesalahan transformasi masalah (transformation error)
Menurut Suyitno (2015) Kesalahan tranformasi ini terjadi ketika siswa tidak dapat
memilih dan menentukan rumus-rumus matematika, operasi dan prosedur yang sesuai. Berikut
hasil pekerjaan siswa s16 yang merepresentasikan kesalahan transformasi

Gambar 4. Hasil pekerjaan siswa s16 pada soal no 6


Gambar 4 menunjukkan dengan jelas kesalahan yang dilakukan S16. Dia salah dalam
menentukan rumus yang akan dipergunakan untuk menghitung luas belah ketupat KLMN. S16
𝑑 ×𝑑
menuliskan luas =D1.D2 padahal seharusnya luas belah ketupat = 1 2 2 . Kesalahan bisa
dikategorikan fatal karena siswa tidak memahami konsep menghitung luas belah ketupat
P : “Coba baca soal no 6”
s16 : (Dia mulai membaca .....)...Sudah pak
P : “Bagaimana cara menentukan luas belah ketupat”
s16 : “Luas belah ketupat d1 kali d2 pak”
P : “Yakin ?”
s16 : ( Siswa mengamati soal dan coba mengingatingat ...) ehmm “setengah d1
kali d2 pak maaf pak....”
P : “Mengapa tadi menjawab d1 kali d2 ?
s16 “ Ya itu pak saya lupa.....

Kesalahan keterampilan proses (process skill error)


Terjadi kesalahan keterampilan proses ketika murid gagal melaksanakan prosedur dengan
benar, meskipun operasi (atau urutan operasi) yang akan digunakan menyelesaikan soal sudah
benar.

Gambar 5. Hasil pekerjaan s2 pada soal no 3


Hasil jawaban s2 yang tersaji menunjukkan kesalahan keterampilan proses.pada jawaban
soal no 3c. Siswa tidak menuliskan tahapan secara lengkap dalam menentukan panjang
diagonal. Pada baris 4 sampai 5 tertulis 128=√128 = √64 = 8 terjadi kesalahan penulisan dan
kesalahan komputasi.

917
P : “Coba baca soal no 3”khususnya no 3c
Selanjutnya guru menunjukkan hasil pekerjaan siswa s2
s2 : (Dia mulai membaca dan mengamati.....).......
“Oh ..iya pak….. saya nggak teliti saya tulis akar 128 sama dengan akar
64”
P : “Perhatikan juga jawaban 3c mulai dari awal… adakah yang kurang tepat”
s2 : “Sepertinya sudah benar”
P : “Yakin ?”
s2 : ( Siswa mulai melihat dan mengamati jawabannya..)
( dengan agak ragu ) “ nggak ada yang salah pak..”
P : “Lihat baris ke -4 dan ke-5….dari jawabanmu”
s2 “Oo…itu pak”
“Yang atas itu d kuadrat yang bawah d saja pak “
P : “Nah itu perlu ditulis biar jelas”

Kesalahan penulisan jawaban akhir (encoding error)


Kesalahan penulisan jawaban terakhir terjadi saat murid gagal menuliskan jawaban yang
benar meskipun proses penyelesaiannya sudah benar. Bentuk kesalahan jenis ini bisa dalam
bentuk (a) kesalahan menuliskan yang tidak sesuai konteks soal misalnya tidak menuliskan
satuan atau salah menuliskan satuan. (b) tidak menuliskan jawaban akhir atau tidak menuliskan
jawaban secara lengkap. Pada gambar 5 di atas menunjukkan terjadinya kesalahan ini. Siswa
kode s2 tidak menuliskan satuan pada jawaban soal no 3a dan 3c.
Kesalahan tidak mengerjakan soal
Disamping kesalahankesalahan di atas peneliti juga menemukan kesalahan yang
disebabkan karena siswa tidak mengerjakan soal. Kesalahan tidak mengerjakan soal ditemui
pada soal no 2,3,4,5,6,7,8.
P : “Coba baca soal no 2”
S24 : (Siswa mulai membaca soal)
P : “Apa yang diketahui?”
S24 : “keliling segitiga... 64 dan alasnya 14 cm”
P : Coba di baca ulang dan dipahami. Segitiga apa?”
S24 : “ maaf pak.. segitiga samakaki keliling 64 dan alasnya 14”
P : “Ada satuannya?”
S24 : “ Keliling 64 cm dan panjang alasnya 14 cm”
P : “ Apa yang ditanyakan?”
S24 : “Luas segitiga tersebut”
P : “Segitiga apa”?
S24 : “Luas segitiga Samakaki”
P : “ Bagaimana cara menghitungnya?”
S24 : “ luas segitiga sama dengan setengah alas kali tinggi pak”
“ Tapi tidak diketahui tingginya pak”
P : “ Bisa nggak dicari tingginya?”

Kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika siswa menyelesaikan soal matematika bentuk


cerita memang sering terjadi, hal ini dikarenakan soal berbentuk cerita memang mempunyai
tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada soal matematika dengan kata-kata yang minimal
(Faizati:2014). Hasil analisis menunjukkan bahwa kesalahan membaca soal ( reading the
problem error) sebesar 7,5 %. Kategori kesalahan ini tergolong rendah .Meskipun demikian kita
tidak bisa mengabaikan kesalahan seperti ini karena kesalahan membaca mengakibatkan
kesalahan berikutnya. Pada tahap ini siswa mengalami kesulitan dalam memaknai kalimat
dengan tepat, kesalahan dalam menemukan kata kunci pada soal dan kesalahan dalam
mengilustrasikan soal kedalam gambar. Hasil analisis wawancara menunjukkan dengan jelas

918
bahwa siswa melakukan kesalahan dalam membaca soal no 5 sehingga tidak bisa membuat
sketsa dengan benar.Dia merasa kesulitan kalau disuruh menggambar sketsa sendiri.
Kesalahan memahami soal (comprehension) terjadi sebesar 6,67 %. Hal ini menunjukkan
bahwa kategori kesalahan ini termasuk rendah. Pada kategori ini, siswa yang sulit memahami
soal diantaranya siswa tidak memahami apa yang harus dilakukan meskipun sudah bisa
membaca dan menuliskan data yang diketahui. Hasil analisis wawancara menunjukkan bahwa
siswa melakukan kesalahan memahami soal dikarenakan siswa tidak mengetahui maksud
kalimat yang terdapat pada soal sehingga menuliskan apa yang diketahui dengan singkat dan
tidak jelas ketika menuliskan apa yang ditanyakan.
Persentase kesalahan transformasi masalah (transformation error) sebesar 7,50%.Jenis
kesalahan ini juga tergolong rendah. Pada kategori ini siswa tidak bisa menuliskan rumus
dengan benar. Hasil wawancara menjelaskan bahwa siswa lupa dan tidak teliti. Hal ini
mengindikasikan siswa kurang memahami materi bangun datar belahketupat.
Kesalahan keterampilan proses (process skill error) terjadi sebesar 20,24 %. Ini tergolong
kategori sedang. Pada kategori ini siswa melakukan kesalahan dalam melakukan komputasi.dan
prosedur dengan benar. Dari hasil wawancara memperjelas kesalahan tersebut. Kesalahan
sejenis cukup banyak ditemui dalam kajian ini. Penyebab terjadinya kesalahan ini terjadi karena
siswa kurang memahani prosedur mengerjakan, kurang teliti dalam menghitung dan bisa terjadi
karena kurang dalam latihan.
Persentase kesalahan penulisan jawaban akhir (encoding error) sebesar 22,92%. Pada
kategori ini banyak siswa yang menuliskan jawaban akhir yang tidak sesuai dengan konteks soal
dan tidak menuliskan jawaban akhir. Penyebab kesalahan penulisan jawaban akhir (encoding)
karena siswa kurang teliti dan tergesa-gesa dalam mengerjakan soal. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa siswa menunjukkan kesalahan penulisan jawaban akhir (encoding)
dikarenakan siswa kurang teliti dalam penulisan jawaban akhir.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh data kesalahan membaca (reading) 7,5 %,
kesalahan memahami 6,67%, kesalahan transformasi 7,5 %. Tiga jenis kesalahan ini tergolong
rendah. Sedangkan kesalahan keterampilan proses 20,42 % dan kesalahan penulisan jawaban
akhir 22,92 % tegolong kategori sedang. Ditemukan pula kesalahan karena tidak mengerjakan
sebesar 7,5%. Meskipun persentase kesalahan yang ditemukan termasuk kategori rendah dan
sedang, namun kesalahan ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Betapapun kecilnya kesalahan
tetaplah kesalahan yang harus dibetulkan dan diperbaiki. Apalagi jika kesalahan ini terjadi pada
materi prasyarat maka perlu dilakukan terapi pembelajaran berupa pembelajaran remidi
Berdasarkan hasil temuan pada kajian ini maka peneliti perlu memberikan saransaran
sebagai berikut : (a) agar siswa dapat mengikuti pembelajaran pada materi berikutya dengan
lancar maka perlu dilakukan pembahasan soal dan remidi sehingga terhindar dari
kesalahankesalahan yang mungkin akan dibuat oleh siswa (b) diupayakan guru memberikan
tes dalam bentuk uraian bukan pilihan ganda dan guru menuliskan catatan tentang kesalahan
siswa pada lembar jawaban. Hal itu dimaksudkan agar siswa memahami kesalahan yang telah
dilakukan dan tidak terjadi pada pembelajaran berikutnya. (c) guru memprogramkan dan
melaksanaakan pembelajaran remidi bagi siswa yang belum memenuhi target ketuntasan (c)
guru melakukan tes awal sebelum melakukan pembelajaran agar guru mengetahui pemahaman
siswa pada materi prasyarat.

DAFTAR RUJUKAN

Baswedan Anis , (2016) Hasil UN SMP 2016 online tersedia di


https://www.facebook.com/Kemdikbud.RI/videos/935836816525759/ diakses 05 Juni
2016

919
Clements, MA & Ellerton, NF 1996. Prosedur Newman untuk menganalisis Kesalahan pada
Tugas Tertulis Matematika (online) tersedia di
http://www.compasstech.com.au/ARNOLD/PAGES/newman.htm diakses 2 Juli 2016
Faizati, Puji Savvy Dian. (2014). Analisis Kesalahan dan Perilaku yang Dilakukan Siswa Kelas
VII-C MTs Darul Huda Pasuruan dalam Menyelesaikan S0al Cerita Perbandingan
Mata Pelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality
Improvement Program) 2014 Universitas Negeri Malang
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hudojo,H.200. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri
Malang.
Karnasih, Ida. 2015, Analisis kesalahan Newman pada soal cerita matematis (Newman’s Error
Analysis in Mathematical Word Problems). Jurnal PARADIKMA, Vol.8, Nomor 1,
April 2015, Hal 37-51
Moleong, L. J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Parmjit Singh, dkk , 2010, The Newman Procedure for Analyzing Primary Four Pupils Errors
on Written Mathematical Tasks: A Malaysian Perspective .International Conference
on Mathematics Education Research 2010 (ICMER 2010)
PISA, 2012, PISA-2012-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf. (online) tersedia di
http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-snapshot-Volume-I-
ENG.pdf diunduh 12 Juni 2016
Priyanto, Arif dkk.,2015 Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Berdasarkan Kategori Kesalahan
Newman di Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember, tersedia di
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/63514?show=full (diakses pada 30
Juni 2016)
Shadiq, Fadjar, 2013 . Pentingnya Pengetahuan Prasyarat dalam Memecahkan Masalah.
Tersedia di https://fadjarp3g.files.wordpress.com/2013/01/12-2-pentingnya-pengeth-
prasyarat-_limas_.pdf diakses 4 Juli 2016
Soejadi, R,2000, Kita Pendidikan di Indonesia: konstatasi keadaan masa kini menuju harapan
masa depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional
Suhendra, 2005. Senang Matematika.Erlangga For Kid. Jakarta :Erlangga
Suryadi,Didi,2011, Pendidikan Matematika, tersedia di http://didi-
suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/PENDIDIKAN-MATEMATIKA.pdf diunduh 9
Juni 2016
Suyitno, Amin dkk.,2015, Learning Therapy for Student in Mathemathics Communication
Correctly Based on Application of Newman Procedure ( A Case of Indonesian
Student). International Journal of Education and Research Vol. 3 No. 1 January 2015
, Hal 529538
TIMSS,2011, International Student Achievment in Mathematic.pdf (online) tersedia di
http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_M_Chapter1.pdf
diunduh 8 Juni 2016
White, A.L. 2005. Active Mathematics in Classrooms: Finding Out Why Children Make
Mistakes – And Then Doing Something To Help Them. Sydney: University of
Western Sydney. Square One, Vol 15, No 4, Desember 2005 Hal 1519

920

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai