Anda di halaman 1dari 34

 

Pengajuan/pembacaan tanggapa-tanggapan (replik dan dupplik)

1. Majelis hakim memasuki ruang persidangan dan mempersilahkan terdakwa memasuki


ruang persidangan.
2. Hakim ketua bertanya kepada terdakwa “apakah hari ini dalam keadaan sehat?”
Terdakwa menjawab “sehat yang mulia”.
3. Hakim ketua membuka persidangan dilanjutkan dengan membaca agenda persidangan
hari ini.
Hakim ketua : “Sebagaimana yang telah diagendakan hari ini adalah
pembacaan replik dari penuntut umum, apakah penuntut umum sudah siap dengan
repliknya?”.
Penuntut umum : “siap yang mulia”
Hakim Ketua : “Kami persilahkan untuk dibacakan”
Penuntut umum : “ Terimakasih yang Mulia”
*PEMBACAAN REPLIK*

KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT UNTUK KEADILAN

Replik Penuntut Umum atas pledoi penasehat hukum atau terdakwa Cika Melani
alias Cika dalam perkara pidana No.7/7B/2016/PN JAKARTA PUSAT.

Majelis hakim yang kami muliakan, saudara penasehat hukum yang kami hormati,
mimggu lalu tepatnya pada hari rabu pada tanggal 12 oktober tahun 2016 dan hari kamis
tanggal 13 oktober tahun 2016 di ruang pengadilan ini telah terjadi aksi treatikal dengan
lakon terdakwa dan penasehat hukumnya, disatu sisi terdakwa secara tiba-tiba terlihat
seolah menangis tersedu-sedu dimana keadaan ini sangatlahh jarang terjadi selama proses
persidangan, namun setelah mendekati putusan barulah air mata terdakwa mengalir
dengan jelasnya entah karena menagisi kepergian korban Rahma untuk selamanya dari
dunia ini ataukah hanya menangisi nasibnya saja yang dijadikan terdakwa atas putusan
perbuatan pembunuhan dengan rencana terlebih dahulu yang memamng nyata-nyata
dilakukannya, hanya terdakwa dan tuhan yang mengetahuinya.

*PEMAPARAN ARGUMEN DARI PH (DIANGGAP TELAH DIBACAKAN)

1
Penuntut Umum berpendapat demikian karna terdakwa saat memberikan
keterangannya di muka persidangan dan dalam pembelaannnya hanya fokus pada
nasibnya pada saat penahanan di rutan polda metro jaya yang dianggap terdakwa tidak
adil karena ruangannya itu sempit, banyak kecoa, kalajengking, lampu sangat terang
sedangkan diluar ruangan lampunya dimatikan sehingga membuat terdakwa menjadi
ketakutan dan sulit untuk tidur. Perlu diketahui bahwa ruangan itu ternyata diminta
sendiri oleh terdakwa karena terdakwa tidak mau disatukan dengan tahanan lainnya,
dimana ruangan itupun sudah termasuk mewah untuk ukuran sel tahanan utk seorang
tersangka waktu itu, lalu apa yg terdakwa harapkan? Apakah kasur yang empuk? sebuah
tv kabel tau kulkas? ac? atau air hangat untuk mmbasuh terdakwa disaat lelah, bahwa
perlu terdakwa sadari kalo apa yg terdakwa yang lalui merupakan konsekuensi logis dari
seorang tahana dan fasilitas yng terdakwa dapatkan pun sudah lebih dari apa yang
didapatkan oleh tahanan pada umumnya. Jadi mengapa terdakwa masih mengeluh dan
membuat keadaan seolah-olah terdakwa ditempattkan diruangan yang tidak layak huni?
Dan menyalahkan aparat penegak hukum. Disaat semua fasilitas yang memumpuni telah
diberikan kepada terdakwa, tidak berhenti sampai disitu saja, terdakwa juga mengeluh
tentang tekanan yang kataya diterima olehnya sewaktu menjalani konstruksi di restaurant
Oliver. Entah mengapa terdakwa mengatakan bahwa ia tertekan, padahal bukti-bukti
menyatakan bahwa penyidik porli sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat
terdakwa nyaman dengn memberikan akses keppada penasehat hukum dan keleluasaan
baginya utk memperagakan rekonstruksi menurut versinya sendiri yang berbeda dengan
versi fakta-fakta yang dikumpulkn penyidik dari keterangan para saksi, para ahli, dan
barang bukti belakangan di persidangan versi terdakwa pun dibantah oleh terdakwa
dengan berbagai alasan yang tidak jelas. Berikut foto-foto dokumentasi selama terdakwa
berada dalam tahanan proses penyidikan.

Jadi dimana pemaksaan dan tekannanya? rekayasa pikiran apa yang terdakwa
ingin sampaikan kepada majelis hakim kepada seluruh rakyat Indonesia yang mengamati
sidang ini dengan pernyataan dan tangisan terdakwa itu? Bukankah terdakwa menangisi
dan menyesali kepergian korban Rahma untuk selama-lamanya malah terdakwa
menangisi konsekuensi logis dari perbuatannya sendiri, sungguh suatu ironi, bahwa
sesuai Putusan Pra peradilan No 04/PITPRAT/2016/PN Jakarta Pusat tanggal 1 Maret

2
tahun 2016 hakim telah memutus bahwa proses penyidikan kususnya masalah penahanan
telah sah menurut hukumm dimana putusan pra peradilan tersebut telah berkekuatan
hukum tetap sehingga pernyataan terdakwa dalam pemeriksaan terdakwa dan nota
pembelaan bahwa dirinya merasa ditekan oleh penyidik sudah dilakukan pengujian secara
objektif dalam proses paperadilan tersebut tentunya apabila tindakan penyidik sesuai apa
yang dinyatakan terdakwa tersebut didalam proses pemeriksaan praperadilan terbukti
maka sampai saat ini perkara pokok tidak pernah ada sehingga penghormatan terhadap
putusan praperadilan yang tela berkekuatan hukum tetap harsulah kita hormati bersama
sebaga bagian contoh upaya pendidikan hukum yang baik kepada masyarakat, sebaliknya
yang menjadi pertanyaan besar adalah, mangapa terdakwa selalu menyajikan tontonan
yang tidak mendidik secara hukum, yang menuding bahwa proses hukum yang dijalani
tidak berdasarkan pada penghormatan hak-hak terdakwa, apakah ini murni ketidak
tahuan terdakwa atau kesengajaan yang di setting sedemikian rupa, apakah terdakwa
sempat berpikir bagaimana penderitaan korban Rahma saat meminum vietnam ice coffe
yang diberikan oleh terdakwa sampai korban Rahma mengembuskan nafas terakhir,
apakah terdakwa sempat berfikir bahwa apa yang ia alami sama sekali tidak sebanding
dengan penderitaan Rahma dan keluarga yg ditinggalkannya terlebih penderitaan saksi
Athalla Avilla sebagai suami dari korban Rahma yg baru sebulan dinikhinya yg masih
menantikan dn merindukan sosok hangat yg penuh keceriaan dari sosok Rahma serta
mungkin mengharapkan keturunan sebagai hasil dari buah cinta mereka, perlu terdakwa
ingat bahwa sampai kapan pun juga tidak ada lagi canda, tawa dan tangisan korbn Rahma
di tengah-tengah keluarga dan sahabatya untuk kapan pun juga. Sementara terdakwa
masih diberikan nikmat untuk bernafas, terdakwa tertawa, menangis dalam menjalani
proses persidangan ini, sungguh sangat kecil empati anda pada korban Rahma dan
keluarga yang ditinggalkannya.

Majelis hakim yg kami muliakan saudara penaseht hukum yg kami hormati ,


dipersidangan ini juga aksi treatikal tidak hanya dilakukan oleh terdakwa saja melainkan
juga dilakukan oleh penasehat hukumnya dengan segala hormat kepada penasehat
hukum. Namun dalam pledoi yg katanya berjumlah 4.000 ( Empat ribu) halaman itu
dengan kertas a4 dan spasi ½ ternyata substansinya hanya 232 ( Dua ratus tiga puluh dua)
halaman saja, itu pun penasehat hukum masih membutuhkan dua hari untuk sekedar

3
membacakan substansi pledoi yang setebal 232 ( Dua ratus tiga puluh dua) halaman
tersebut, sungguh luar biasa. Perlu diketahui bahwa dalam 4.000 ( Empat ribu) hal
pledoi penasehat hkm itu sisanya hanyalah transkip keterangan saksi dan keterangan ahli
beserta lampiran-lampiran dokumen. Namun apa mau dikata persidangan ini disiarkan
langsung oleh empat stastiun tv, jadi penasehat hukum butuh aksi treatikal, guna menarik
dukungan terdakwa dalam usahanya utk memenangkan kasus ini dan bukan untuk
mencari kebenaran materiil sebagamana tujuan dari hukum acara pidana.

Setelah penuntut umum membaca dengan seksama dan menganalisa kata demi
kata pledoi atau pembelaan hukum yang dilakukan oleh penasehat hukum terhadap
terdakwa ternyata menggiring penuntut umum untuk sampai pada suatu kesimpulan yang
tak terbantahkan bahwa pledoi pembelaan hukum yang dilakukan oleh penasehat hukum
tersebut isinya sangat spekulatif karena penuh dengan asumsi-asumsi tanpa dasar dan
tuduhan-tuduhan tidak jelas, dimana dalam pledoi tersebut juga kering sumber hukum
untuk menopang argumentasi yg dibangun oleh penasehat hukum, dlm pembelaannya
penasehat hukum seolah awam dalam pemahaman terminologi hukum dengan
menyamakan pemahaman hukum Dengan pemahaman umum yang seringkali berbeda
pola pikir dan sudut pandangnya. Hal ini sengaja dilakukan oleh penasehat hukum
dengan tujuan sekali lagi hanya berusaha untuk mengelabui masyarakat yang belum
sepenuhnya paham hukum demi menarik dukungan dan Simpati serta rasa kasihan
terhadap terdakwa majelis hakim yang mulia dalam persidangan sebelumnya dapat
Penuntut Umum buktikan bahwa banyak sekali kebohongan luar biasa yang disampaikan
oleh penasehat hukum dalam pledoi yakni pertama sehubungan dengan 5 gram sianida yg
menurut penasehat hukum merupakan kebohongan dari Penuntut Umum karena tidak ada
seorang pun yg menyatakan hal itu di persidangan dimana penasehat hukum dengan
lantangnya mengatakan bahwa dunia melihat persidangan ini pledoi halaman 224 maka
dari itu kami ingin membuktikan kepada dunia siapa pembohong yang sebenarnya,
karena faktanya berdasarkan keterangan ahli toksikologi forensik Dr. Nursamran Subandi
atas pertanyaan hakim ketua majelis ahli toksikologi forensik doktor Dr. Nursamran
Subandi menyatakan bahwa ada 5 gram sianida yang terdapat di dalam gelas vietnam ice
coffee tersebut. hal ini juga diamini dan dikutip secara detail oleh penasehat hukum
dalam pledoinya pada halaman 1618 bahwa ahli Nursamran menyatakan kandungan isi

4
gelas itu 5 gram per 350 ml. Dalam persidangan sebelumnya penasehat hukum terdakwa
menyatakan bahwa telah mengajukan permintaan secara resmi kepada beberapa stasiun tv
untuk mendapatkan rekaman persidangan yang digunakan oleh ahli Rismon Sianipar
untuk menganalisa cctv namun faktanya pihak Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat
mendapatkan jawaban dari tiga stasiun tv dimana pada intinya tiga stasiun tv tersebut
menyatakan dengan tegas bahwa belum pernah menerima permintaan rekaman
persidangan secara resmi dari pihak penasehat hukum sehingga secara logis dan yuridis
tiga stasiun tv tersebut tidak pernah memberikan rekaman persidangan resmi apapun
kepada penasehat hukum untuk di tayangkan pada persidangan tanggal 15 September
tahun 2016.

Majelis hakim yg kami muliakan saudara penasehat hukum yg kami hormati


tindakan penasehat hukum ini sungguh sudah dalam tahap yang memprihatinkan sampai
sejauh itukah keinginan menang dari penasehat hukum sampai harus menghalalkan
segala cara apakah harus sampai menutup mata telinga dan hati kita sebagai manusia
demi untuk memenangkan suatu kasus pidana. kedua, selain itu ada kebohongan yang
dinyatakan penasehat hukum dimuka persidangan sehubungan dengan fee dari ahli
patokologi forensik Prof. Bembeng Ong dari Australia yg pernah dipertanyakan oleh
penuntut unum sehubungan dengan persoalan imigrasi yg secara nyata dipersidangan
dijawab oleh penasehat hukum bahwa tidak ada seorang ahli pun yg dihadirkan
dipersidangan itu tidak dibayar, namun ternyata sang ahli patologi forensik prof bembeng
ong keluar dari kantor imigrasi setelah dilakukan pemeriksaan penasehat hukum yang
lain menyatakan bahwa ahli patologi forensik Prof. Bembeng Ong tidak dibayar atas
jasanya memberikan keterangan di persidangan. ketiga, kemudian ada lagi kebohongan
yang dinyatakan oleh penasehat hukum terkait pernyataan yaitu jadi sebenernya kalo
jaksa penuntut umum membaca berita acara pemeriksaan Dr. Jaja Suryaatmaja ini jpu
sudah tau bahwa Rahmania Nurkhaliza tidak mati sebab sianida, tetapi Jaksa Penuntut
Umum tidak sportif seharusnya Dr Jaja Suryaatmaja dihadirkan sebagai saksi ini
merupakan suatu fitnah lagi yg dikeluarkan oleh penasehat hukum dan merupakan satu
lagi kebohongan keji yang disampaikan oleh mereka karena faktanya dalam berkas
perkara memang terdapat berita acara pemeriksaan dr jaja suryaatmaja sbg saksi yg
diperiksa didepan penyidik pada hari selasa tgl 29 februari tahun 2016 namun sama sekali

5
tidak ada satupun keterangan dr jaja yg menyatakan bahwa Rahmania Nurkhaliza tidak
mati sebab sianida. keempat, kemudian ada juga kebohongan lain yg dikemukakan oleh
penasehat hukum sehubungan dengan kutipan keterangan saksi Lia Amalia yang menurut
mereka tidak pernah dibacakan oleh penuntut umum, dimana penasehat hukum juga
mengatakan bahwa penuntut umum begitu tega dan berani menyatakan sesuatu yang
tidak benar, dalam kesempatan ini perlu diklarifikasi bahwa semua yang penuntut umum
sampaikan itu ada dasarnya dan dapat dipertanggung jawabkan karena hal tersebut sudah
dipertanyakan dengan cara dibacakan inti keterangan bap lia amalia angka 6 saat
pemeriksaan ahli toksikologi dr retnat budiawan yang juga terdapat dalam fakta
persidangan dan dapat di kroscek oleh majelis hakim melalui link youtube pada menit ke
22.32 sampai dengan 23.14 jaksa tidak melihat data BAP Lia Amalia petugas rumah duka
darmais, disitu dikatakan bahwa pada saat dia melakukan rias itu muka korban
kemerahan berbeda dengan keterangan dokter Jayaanda dapat tidak BAP itu? (ahli) saya
tidak dapat BAP itu, (jaksa) apakah muka kemerahan yg td saya lihat digambar itu
termasuk ciri ciri orang keracunan sianida cherry red yg tadi anda katakan, (ahli) ya
awalnya memang tidak ada karena kemerahan juga harus khas, (jaksa) tapi itu salah satu
ciri ya?, (ahli) iya. jd mengapa penasehat hukum masih saja menuduh penuntut umum
melakukan perbuatan keji padahal kekejian itu datangnya dari mereka sendiri. kalau kita
ingin fair maka seharusnya dalam ribuan halaman pledoi penasehat hukum, seharusnya
juga ditemukan hal tersebut.

Namun setelah membaca kata demi kata transkrip persidangan ahli toksikologi
Dr. Retnat Budiawan dari halaman 3070 sampai dengan halaman 3159 karena sama
sekali tidak ditemukan satu kata pun yg menyangkut pertanyaan yang membahas BAP
saksi Lia Amalia. mengapa transkrip persidangan yg menyangkut saksi Lia Amalia itu
harus dihilangkan oleh penasehat hukum? kelima, ada lagi tuduhan lain yang tidak
berdasar yg dikeluarkan oleh penasehat hukum sehubungan dengan pernyataan kalau ada
kamera cctv di restaurant oliver yang mengarah langsung ke meja 54 namun tidak
sengaja disita dan diperlihatan oleh penuntut umum di persidangan. Dalam kesempatan
ini akan penuntut umum buktikan kembali bahwa tuduhan penasehat hukum itu sgt
mengada-ada dan terkesan spekulatif tanpa didasari oleh fakta yg jelas. Majelis Hakim
yang terhormat bahwa sebenernya masih banyak lagi kebohongan demi kebohongan yanb

6
telah dikemukakan oleh penasehat hukum dalam pledoi yang karena terlalu banyak jadi
tidak dapat kami bahas satu persatu. Majelis Hakim yang terhormat saudara penasehat
hukum yang kami hormati, dalam pledoi penasehat hukum juga membahas mengenai
motif terdakwa, diamana hal ini sebenernya sudah penuntut umum bahas secara lengkap
pada surat tuntutan, namun ternyata penasehat hukum seolah olah pura- pura tidak paham
mengenai hal tersebut dengan menyatakan bahwa motif yang dibangun oleh penuntut
umum ini sangat tidak masuk akal dan tidak benar, perihal sakit hati karena dinasehati
oleh Rahmania Nurkhaliza untuk putus sama pacarnya. perlu dipahami oleh penasehat
hukum, bahwa ada kalanya setiap individu itu memiliki sikap yang berbeda.

Perlu dipahami oleh penasihat hukum bahwa ada kalanya setiap indivitu memiliki
sikap yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya sehubungan dengan
cara mereka menangani suatu permasalahan, dimana dalam hal ini perilaku terdakwa
sudah di analisa secara khusus dan sudah di simpulkan dalam visum et repertum
psikiatrikum No. TU.02.02./ IX.15.10./0330/2016 tanggal 15 Maret tahun 2016 yang di
buat dan tindatangani oleh Tim ahli dari RS Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangun
Kusumo yang terdiri dari psikiater dan psikolog klinis dengan salah satu hasil
pemeriksaan menyebutkan hawa pemeriksa atau terdakwa memiliki resiko untuk
melakukan tindak kekerasan berulang kepada diri nya sendiri maupun kepada orang lain
apabila ia berada lamam situasi tekanan dan tidak mendapatkan dukungan social yang
kuat sehigga potensi kekerasan itu memang selau ada dalam diri terdakwa lagi pula sosok
korban Rahma yang menurut saksi Arif Setiawan Sumararko itu tugas keras dan apa
adanya atau suka ceplas ceplos apabila melihat sesatu yang tidak disukainya sudah pasti
mendukung dan memicu kemarahan dari terdakwa yang menurut saksi krsiti sebagai
pribadi mempunyai dua kepribadian yang berbeda dimana kadang tedakwa terlihat seperti
orang yang baik, murah senyum namum tiba-tiba berubah menjadi pemarah bila orang
yang tidak ada yang mengikuti apa kemauan nya dan korban suka memanipulasi
perhatian dari seseorang agar orang simpati kepada terdakwa dan respon nya bisa
membuat terdakwa menjadi sangat marah dan bersikap dingin apabila terdakwa tidak
mendapat perhatian dari orang tersebut dan terdakwa orangnya licik dan suka berbohong
untuk mendapatkan sesatu yang diinginkan nya selain itu sampai sejauh mana potensi
kekerasan yang dapat terdakwa lakukan terhadap orang lain yang ia benci dapat dilihat

7
dari tingkat kemarahan yang terdakwa keluarkan saat ia dirawat di RS Royal Prince
Alfred pada tanggal 28 oktober 2015 dimana saat itu korban mengatakan kepada saksi
Kristi.

“ para bangsat dirumah sakit ini tidak mengizinkan pulang dan mereka
memperlakukan saya seperti pembunuh seandainya saya ingin membunuh orang saya
pasti tau caranya saya bisa mendapatkan pistol dan saya tau dosis yang tepat”

Jadi dari uraian di atas untuk melihat motif dari kasus ini harus melihat kedalam
pribadi terdakwa yang sudah secara kusus di analisa oleh tim ahli dari RS Umum
Nasional Cipto Mangun Kusumo yang terdiri dari psikater dan psikolog klinis dan jangan
dilihat dari kacamata orang lain secara umum. Selanjutnya setelah kita melihat pribadi
yang sebenarnya dari diri terdakwa barulah dikaitkan dengan data- data eksternal berupa
fakta-fakta yang di sampaikan oleh para saksi yakni Arif Setiawan dan Kristi Luis
Carter lalu dihungkan dengan peristiwa yang konkrit yang dilakukan terdakwa terhadap
korban Rahma yakni pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu. Sehungan dengan
keterangan Arif Setiawan Sumarko yang menurut penasehan hukum bersifat testimonium
de audito penuntut umum menilai bahwa sebenarnya hal itu sudah dibahas di surat
tuntutan halaman 94 yang pada intinya menyatakan bahwa apa yang di kemukakan oleh
saksi Arif setiawan Sumarko itu termasuk kedalam perluasan makna saksi sebagaimana
putusan Makhamah Konstitusi No. 65/PUU.VIII/2010, karena ada relevansi kuat dengan
tindak pidana yang didakwakan penuntut umum namum sekali dianggap terstimonium de
audito itupun masih mempunyai nilai pembuktian dimata hukum, karena menurut munir
Fuady dalam bukunya yang berjudul teori pembuktian tahun 2006 halaman 146 ia
menjelaskan peran dari testimonium de audito dalam proses pembuktian suatu perkara
diamana untuk hal ini munir fuady berpandangan bahwa testimonium de audito dapat di
pergunakan sebagai alat bukti apabila ada relavansi kuat dengan tindak pidana tersebut,
sehubungan dengan itu kita dapat mengaitkan putusan MK tersebut dengan Teori
Relavansi Alat Bukti yang dalam Hukum Acara Pidana sangan relavan dengan peranan
hakim dalam menerapkan tujuan hukum acara pidana dengan tujuan mencari hukum
acara pidana yaitu mencari kebenaran materiil dengan didasari kecendrungan hakim
menilai kekuatan pembuktian yang diajukan oleh jaksa dan atau penasihat hukum

8
terdakwa. Teori Relavansi adalah menyangkut kewenangan hakim menentukan ada
tidaknya relevansi alat bukti dengan substansi perkara yang dengan sikap tersebut hakim
dapat menerima ataupun menolak pengajuan alat bukti dari pihak berperkara tergantung
dari kuatnya relevansi alat bukti tersebut dengan substansi perkara yang sedang diperiksa.
Untuk menilai ada tidaknya relevansi alat bukti tersebut Munir Fuadi pada halaman 28
mengajukan kriteria sebagai berikut :

1. Apakah yang akan dibuktikan alat bukti tersebut


2. Apakah yang dibuktikan itu merupakan hal yang material atau substansial bagi kasus tersebut
3. Apakah alat bukti tersebut memiliki hubungan secara logis dengan masalah yang akan
dibuktikan
4. Apakah bukti tersebut cukup mendukung menjelaskan persoalan atau cukup menimbulkan
unsur pembuktian
Dari kriteria yang telah diruaikan diatas maka secara logis dan obyektif kita dapat
menilai bahwa terdapat hubungan antara keterangan saksi Arif Setiawan Sumarko yang
menjelaskan mengenai alasan terdakwa membunuh korban Cika dengan keterangan saksi
yang menjelaskan tetang kepribadian terdakwa dan kekerasan serta ancaman terdakwa
perihal pistol dosis racun yang tepat selama dirawat di RS Princr Alfred Australi dan
keterangan dari tim ahli dari RS Umum Nasional Cipto Mangun Kusumo yang terdiri
dari psikiater dan psikolog klinis dan dituangkan dalam visum et repertum psikiatrikum
No.TU.02.02-IX.15.10./0330/2016 tertanggal 15 maret tahun 2016 dengan salah satu
hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa terperiksa atau terdakwa memiliki resiko untuk
melakukan tindak kekerasan berulang kepada diri nya sendiri maupun kepada orang lain
apabila ia berada daam situasi tekanan dan tidak mendapatkan dukungan sosial yang kuat
dimana dari rangkaian bukti tersebut adalah suatu bentuk nyata adanya kesesuaian dan
relevansi yang kuat antara kesaksian Saksi Arif Setiawan Sumarko, Saksi Kristi Luis
Carter dengan hasil visum et repertum psikiatrikum oleh karena alasan tersebutlah kami
menilai bahwa secara substansi keterangan dari saksi Arif Setiawan Sumarko dapat
dikategorikan sah sebagai alat bukti keterangan saksi yang ada relevansi nya dengan
tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa.

Yang Mulia Majelis Hakim, saudara penasihan hukum yang kami hormati setelah
penuntut umum mempelajari dan mencermati tuntutan hukum yang mejadi akibat dari

9
perbuatan yang telah terdakwa lakukan dimana hal tersebut akan kembali penuntut umum
buktikan didalam Replik ini, pada intinya kami selaku penuntut umum menolak dan
membantah seluruh argumentasi dari penasehat hukum maupun terdakwa dalam
Pledoinya dikarenakan serangkaian fakta yang mereka kemukakan hanyalah penggalan
atau potongan yang sifatnya parsial dari keterangan para saksi dan para ahli yang hanya
mendukung dan keterangan di dalam Pledoi itu tidaklah menggambarkan fakta yang
sebenarnya terjadi dikarenakan apabila penasehat hukum atau terdakwa menguraikan
seluruh fakta persidangan sebagaimana adanya tanpa dikurangi atau dipotong-potong
sesuka hatinya dengan menggunakan fakta persidangan secara utuh maka akan dapat
terlihat suatu kenyataan yang bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan baik dari
penasihat hukum atau terdakwa di dalam Pledoi mereka yang telah sangat jelas
menggambarkan keterlibatan terdakwa sebagai pelaku dalam tindak pidana pembunuhan
yang direncakan terlebih dahulu, karena dengan menguraikan fakta persidangan secara
komprensif kita akan dapat melihat bagaimana rapih dan kejelihan terdakwa dalam
merencanakan terhadap korban Rahma serta dengan menguraikan persidangan secara
utuh kita semua diharapkan dapat menyelami penderitaan korban Rahma sesaat setelah
meminum Vietnam Ice coffe yang telah dimasukkan racun sianida oleh terdakwa
samipai dengan korban mirna meregang nyawa diaman ternyata perbuatan terdakwa
tidak berhenti sampai disana saja, melainkan selanjutnya terdakwa juga menciptakan
serangkaian kebohongan guna membangun alibi agar terlepas dari jerat hukum, namum
satu hal yang pasti tidak ada kejahatan yang sempurna karna satu hebohongan akan
melahirkan kebohongan lain nya yang pada akhirnya akan menjerat dirinya sendiri
sebagaimana, dimana dari persidangan ini kita nilai bersama secara objektif bahwa
terdakwa semakin terpojok dengan kebohongan sendiri yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai suatu petunjuk tentang kebersalahan terdakwa dalam pembunuhan
korban Rahma.

4.  Setelah selesai, hakim ketua memberikan kesempatan kepada terdakwa /penasehat


hukum untuk mengajukan tanggapan atas replik tersebut(duplik)
Hakim ketua : “Apakah terdakwa /penasehat hukum akan mengajukan
tanggapan atas replik tersebut (duplik)?”

10
Penasehat hokum : “ Ya, yang mulia. Kami akan menyampaikan tanggapan
atas replik tersebut”.
Hakim ketua : “apakah penasehat hukum sudah siap dengan dupliknya?”.
Penasehat hokum : “siap yang mulia”
Hakim Ketua : “Kami persilahkan untuk dibacakan”
Penasehat hokum : “ Terimakasih yang Mulia”

*PEMBACAAN DUPLIK*
Kepada Yth: Majelis Hakim
dalam Perkara No. Reg. 777/Pid.B/2016/PN Jakpus
Di: -

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Majelis Hakim yang Mulia;


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat;
Sidang Pengadilan Negeri yang dimuliakan Dengan ini selaku kuasa hukum Terdakwa
Cika Melani menyampaikan DUPLIK atas replik Jaksa Penuntut Umum yang telah
disampaikan pada Persidangan hari Senin tanggal 17 Oktober 2016, sebagai berikut:

 Bahwa kuasa hukum Terdakwa Cika Melani menyatakan TETAP pada seluruh
Nota Pembelaan yang sudah disampaikan pada persidangan hari Rabu tanggal 12
Oktober 2016 dan hari Kamis tanggal 13 Oktober 2016 dan MENOLAK atau
menyatakan TIDAK SEPENDAPAT/KEBERATAN dengan sebagian Surat
Tuntutan maupun Replik Saudara Jaksa Penuntut Umum.
 Bahwa sebagaimana Nota Pembelaan sebelumnya untuk Dakwaan tunggal Pasal
340 KUHP, kuasa hukum Terdakwa Cika Melani TIDAK SEPENDAPAT dengan
Saudara Penuntut Umum yang menyatakan bahwa seluruh unsur-unsur pasal
dalam dakwaan tunggal tersebut terbukti/terpenuhi kepada Terdakwa Cika
Melani.

11
 Bahwa Dakwaan Tunggal yaitu Pasal 340 KUHP Tentang Pembunuhan
Berencana sesungguhnya tidak dapat ditimpakan kepada Terdakwa Cika Melani
sebagaimana dakwaan yang ditimpakan kepada Terdakwa, karena Terdakwa Cika
Melani tidak pernah memasukkan Natrium Sianida (NaCN) ke dalam gelas
Vietnamesse Ice Coffe yang diminum korban Rahmania Nurkhaliza. Dan
Terdakwa Cika Melani terbukti tidak bersalah berdasarkan hasil pemeriksaan
cairan lambung korban Rahmania Nurkhaliza Salihin 70 menit setelah kematian
(BB IV) adalah negatif sianida ditambah pula dengan warna biru pada bibir dan
ujung jari dari korban Rahmania Nurkhaliza. Padahal jika keracunan sianida maka
bukan warna biru tetapi warna merah.Sehingga Terdakwa Cika Melani secara
hukum harus dibebaskan dari segala tuntutan hukum karena tidak ada satu bukti
pun, tidak ada satu alat bukti pun yang membuat Terdakwa ini harus mendekam
di balik jeruji besi selama 20 tahun sebagaimana keinginan Saudara Jaksa
Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya yang dibacakan pada hari Rabu 5
Oktober 2016.
 Bahwa perihal Cika Melani terbukti tidak bersalah terkait kematian Rahmania
Nurkhaliza adalah bersesuaian dengan:
( selanjutnya pemaparan fakta-fakta menurut PH, dianggap telah dibacakan)

Hasil Resume Medis a.n 6 Januari 2016, pukul: 18:00 WIB Diantar oleh
keluarga, nafas tidak ada, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak ada, dilakukan
resusitasi jantung dan RJP selama 15 menit, dan tidak ada hasilnya. Pupil
melebar, repleks cahaya negatif, dan bibir kebiruan dan hasil RJP tidak
menujukan aktivitas jantung. Pasien dinyatakan meninggal di hadapan dokter,
pada pukul: 18:30 WIB. Jakarta 11 Januari 2016, dr. Sutrisno.
 Surat Visum et Repertum No.Pol: R/007/1/2016/Rumkit. Bhay. Tk 1 pada tanggal
10 Januari 2016 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. Arief Wahyono dan Dr.
Slamet Purnomo, SpF. dokter ahli Forensik pada RS. Polri Kramat Jati yang
menyimpulkan: Tidak ditemukan Natrium Sianida pada jenazah Rahmania
Nurkhaliza.

12
 Pemeriksaan sample lambung korban Rahmania Nurkhaliza 70 menit setelah
kematian (BB IV) yang diperiksa Labkrim adalah negatif Natrium Sianida
(NaCN). Hasil negatif Natrium Sianida (NaCN) tersebut membuktikan bahwa
korban Rahmania Nurkhaliza mati bukan karena Natrium Sianida (NaCN).
 Keterangan Ahli Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD, SH, DFM yang dalam
persidangan pada tanggal 7 September 2016 dibawah sumpah telah
menerangkan : Ditemukan warna biru pada bibir dan ujung kuku dari korban
Rahmania Nurkhaliza dan ini sesuai dengan Hasil Resume Medis RS. Abdi
Waluyo tanggal 6 Januari 2016.
 Keterangan Dr. Ardianto, dokter UGD RS Abdi Waluyo yang dalam persidangan
tanggal 29 Agustus 2016 dibawah sumpah telah menerangkan : Tubuh korban
Rahmania Nurkhaliza normal-normal saja, tapi di daerah bibir dan kuku ada
warna biru, dan ini sesuai dengan Hasil Resume Medis RS. Abdi Waluyo tanggal
6 Januari 2016 dan juga bersesuaian Keterangan Ahli Dr. Djaja Surya Admadja,
SpF, PhD, SH, DFM yang dalam persidangan pada tanggal 7 September 2016.
 Keterangan Ahli Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD, SH, DFM yang dalam
persidangan pada tanggal 7 September 2016 dibawah sumpah telah
menerangkan : Pada saat dilakukan penekanan dada korban Rahmania Nurkhaliza
tidak tercium keluar bau kacang almont.
 Dan keterangan Ahli Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD, SH, DFM sesuai
dengan keterangan Ahli Kombes Nursamran Subandi,Mpsi pada tanggal 3
Agustus 2016 dibawah sumpah dan Keterangan Dr.Beng Beng Ong dibawah
sumpah pada persidangan tanggal 5 September 2016, bahwa jika keracunan
sianida maka akan tercium bau kacang almont.
 Dr. Slamet Purnomo dalam persidangan tanggal 3 Agustus 2016 dibawah sumpah
menerangkan : Lambung korban Rahmania Nurkhaliza berwarna hitam, korosif
dan erosi hebat Padahal Keterangan Ahli Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD,
SH, DFM yang dalam persidangan pada tanggal 7 September 2016 dibawah
sumpah telah menerangkan : Jika keracunan sianida , maka warna lambung
berubah menjadi merah pekat , licin seperti sabun dan membengkak. Ciri itu
muncul karena kandungan Na (basa kuat) dan CN (asam) yang jika dikolaborasi

13
akan menghasilkan sifat basa kuat pada lambung manusia. Lambung
membengkak, licin seperti sabun dan warnanya merah penyebabnya hanya satu
yakin karena sianida. Sehingga bisa dipastikan bahwa Rahmania Nurkhaliza mati
bukan karena sianida karena lambungnya tidak membengkak dan tidak berwarna
merah pekat.
 Semua Ahli yang dihadirkan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum, mulai dari Dr.
Slamet Purnomo,SpF, Dr. Budi Sampurna, SpF, Kombes Nursamran
Subandi,Mpsi, Dr. I Made Agung Gel Gel Wirasuta, Msi, Apt, dibawah sumpah
menerangkan : Bahwa apabila keracunan Natrium Sianida (NaCN) pasti akan
ditemukan asam tiosianat di dalam urine dan hati, tetapi FAKTA TAK
TERBANTAHKAN TELAH MEMBUKTIKAN BAHWA TIDAK
DITEMUKAN ASAM TIOSIANAT DI DALAM URINE DAN HATI.
 Sebaliknya
 Kesimpulan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang telah yakin Cika Melani
melakukan perbuatan pidana pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP) justru
semakin memperlihatkan bahwa Saudara Jaksa Penuntut Umum panik dan
kelabakan selama proses persidangan berlangsung dikarenakan:
 Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya menerapkan teori
kettingbewijs yakni pasal 185 ayat (4) KUHAP. Dalam teori kettingbewisj, adalah
hanya saksi yang melihat yang bisa menyatakan jam berapa Natrium Sianida
dimasukkan, tetapi yang terjadi justru Saudara Jaksa Penuntut Umum menukar
peran saksi dengan ahli dalam teori kettingbewijskarena ahli Toksikologi Kombes
Nursamran Subandi,Mpsi secara terang-terangan menyatakan bahwa Natrium
Sianida dimasukan ke dalam gelas rentang pukul: 16:30-16:45 WIB karena
sesungguhnya tak ada seorang ahli pun di bawah kolong langit ini yang bisa
mengetahui jam berapa Natrium Sianida dimasukkan karena ahli bukan saksi
yang melihat langsung perbuatan pidana tersebut.
 Tak hanya Ahli Toksikologi saja yang menabrak teori kettingbewisj dalam pasal
185 ayat (4) KUHAP, tetapi juga ahli Kriminologi Dr. Roni Nitibaskara juga
secara terang-terangan menafikan pasal 185 ayat (4) KUHAP dengan menyatakan
bahwa Terdakwa Cika Melani bersalah dan bersalah hanya dinilai berdasarkan

14
gestur dan bentuk wajah, bentuk hidung, bentuk dagu dan jarak antara mata dan
alis mata. Padahal seseorang pembunuh atau bukan, jahat atau tidak, tidak bisa
dinilai dari gestur sebagaimana yang dilakukan oleh ahli Kriminologi Dr. Roni
Nitibaskara. Seorang ahli juga harus memberikan keterangannya demi keadilan
sesuai pasal 179 ayat (1) KUHAP, Tetapi ternyata Saudara Jaksa Penuntut Umum
secara terang-terangan mempermainkan teori kettingbewijs yang hanya untuk
saksi bukan untuk ahli,karena dalam persidangan perkara ini ahli seolah-olah
menjadi saksi yang melihat langsung terjadinya peristiwa pidana tersebut.

1. Ditemukannya Natrium Sianida sebanyak 0,2 mg/l di lambung korban adalah setelah
korban Rahmania Nurkhaliza diformalin oleh Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD,
SH, DFMsebanyak 3 litermelalui pembuluh darah vena , karena cairan lambung yang
diambil 70 menit setelah kematian (BB IV) dinyatakan oleh Labkrim Mabes Polri
adalah negatif Natrium Sianida. Ditambah lagi lambung yang tidak membengkak,
muncul warna biru di bibir dan ujung kuku, tidak ditemukan asam tiosianat
telahmembuktikan bahwa Terdakwa Cika Melani tidak bersalah karena tidak
mungkin mati karena Natrium Sianida (NaCN) tetapi tidak membengkak
lambungnya, tidak berwarna merah, tidak mengeluarkan bau kacang almont dan tidak
ditemukan asam tiosianat di dalam urine dan hati.
2. Apabila menurut ‘’Majelis Hakim Yang Mulia’’ bahwa Rahmania Nurkhaliza MATI
karena Natrium Sianida (NaCN), Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami
keracunan Natrium Sianida (NaCN) tidak satu ciri pun ditemukan pada jasad
Rahmania Nurkhaliza, maka Terdakwa Cika Melani HARUS BEBAS dari tuduhan
‘’Pembunuhan Berencana’’yang MENYEBABKANmatinyaRahmania Nurkhaliza
sebab’’Terdakwa Cika Melani tidak membunuh Rahmania Nurkhaliza.
3. Analisa mengenai hubungan Terdakwa Cika Melani dan Patrick O’Connor yang
tertuang dalam Surat Tuntutan Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam halaman 254-
256. Tanggapan: Dalam Surat Tuntutan yang sudah dibacakan oleh Saudara Jaksa
Penuntut Umum , Saudara Jaksa Penuntut Umum hanya berpijak pada keterangan
seorang saksi saja yakni Arief Setiawan Soemarko yang menjelaskan bahwa
Terdakwa Cika Melani sakit hati akibat dinasehati oleh korban Rahmania Nurkhaliza

15
yang menasehati agat Terdakwa Cika Melani putus saja dari pacarnya karena
pacarnya itu suka ngutang, suka kasar dan narkobaan . Padahal Terdakwa Cika
Melani tidak pernah bercerita kepada siapapun terkait pacarnya termasuk pula soal
Patrick O’Connor, karena pada saat itu Terdakwa Cika Melani dan Patrick O’Connor
baru pendekatan dan belum pacaran. Dan meskipun Saudara Jaksa Penuntut Umum
berdalih bahwa berdasarkan Putusan MK NO 65/PUU/VIII/2010 yang pada intinya
menurut Saudara Jaksa Penuntut Umum, Kesaksian Arief Setiawan Soemarko bisa
dijadikan sebagai alat bukti di persidangan adalah bertentangan dengan asas hukum
pidana. Karena dalam buku Asas-asas Hukum Pidana – Munir Fuady , soal
Testimonium de Auditu haruslah mencakup tiga pokok utama: Pertama, Apakah yang
akan dibuktikan tersebut materill atau substansi. Dalam perkara ini jelas yang harus
dibuktikan adalah materill bukan substansi. Materill merujuk pada hasil Visum Et
Repertum No.Pol: R/007/1/2016/Rumkit. Bhay. Tk 1 pada tanggal 10 Januari 2016
yang sama sekali tidak menjelaskan bahwa korban Rahmania Nurkhaliza mati karena
Natrium Sianida (NaCN); Kedua, Apakah memiliki hubungan yang sangat logis
dengan yang akan dibuktikan, dalam hal ini keterangan Arief Setiawan Soemarko
sama sekali tidak memiliki hubungan yang sangat tidak logis dengan apa yang akan
dibuktikan karena jelas-jelas Terdakwa Cika Melani tidak pernah bercerita apa-apa
kepada Rahmania Nurkhaliza apalagi kepada saksi Arief Setiawan Soemarko,
sehingga sangat tidak logis keterangan saksi Arief Setiawan Soemarko yang
menyebut Terdakwa Cika Melani sakit hati akibat nasehat korban Rahmania
Nurkhaliza, kepada Terdakwa Cika Melani; Ketiga, Apakah cukup menyesaikan
persoalan, Sama sekali tidak cukup untuk menyesaikan persoalan karena hanya ada
satu saksi dari sekian banyak saksi , Sehingga jika Jaksa Penuntut Umum hanya
berpijak pada keterangan seorang saksi saja yakni Arief Setiawan Soemarko yang
menurut Saudara Jaksa Penuntut Umum Keterangan Arief Setiawan Soemarko
termasuk alat bukti SEHINGGA KETERANGAN ARIEF SETIAWAN
SOEMARKO HARUS DIKESAMPINGKAN KARENA BERTENTANGAN
DENGAN ASAS UNUS TESTIS NULLUS TESTIS, YANG ARTINYA SATU
SAKSI BUKAN SAKSI.

16
4. Analisa Saudara Jaksa Penuntut Umum pada saat korban Rahmania Nurkhaliza dirias
di Rumah Duka ditemukan warna merah pada bagian wajah korban Rahmania
Nurkhaliza. Tanggapan: Analisa Saudara Jaksa Penuntut Umum tersebut adalah
BERTENTANGAN DENGAN Hasil Resume Medis a.n 6 Januari 2016, pukul: 18:00
WIB Diantar oleh keluarga, nafas tidak ada, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak
ada, dilakukan resusitasi jantung dan RJP selama 15 menit, dan tidak ada hasilnya.
Pupil melebar, repleks cahaya negatif, dan bibir kebiruan dan hasil RJP tidak
menujukan aktivitas jantung. Pasien dinyatakan meninggal di hadapan dokter, pada
pukul: 18:30 WIB. Jakarta 11 Januari 2016, dr. Sutrisno. JUGA BERTENTANGAN
DENGAN: Surat Visum et Repertum No.Pol: R/007/1/2016/Rumkit. Bhay. Tk 1 pada
tanggal 10 Januari 2016 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. Arief Wahyono dan
Dr. Slamet Purnomo, SpF. dokter ahli Forensik pada RS. Polri Kramat Jati yang
menyimpulkan: Tidak ditemukan Natrium Sianida pada jenazah Rahmania
Nurkhaliza. TERMASUK PULA BERTENTANGAN DENGAN: Keterangan Dr.
Ardianto, dokter UGD RS Abdi Waluyo yang dalam persidangan tanggal 29 Agustus
2016 dibawah sumpah telah menerangkan : Tubuh korban Rahmania Nurkhaliza
normal-normal saja, tapi di daerah bibir dan kuku ada warna biru , DAN JUGA
BERTENTANGAN DENGAN:Pemeriksaan sample lambung korban Rahmania
Nurkhaliza 70 menit setelah kematian (BB IV) yang diperiksa Labkrim adalah negatif
Natrium Sianida (NaCN). Hasil negatif Natrium Sianida (NaCN) tersebut
membuktikan bahwa korban Rahmania Nurkhaliza mati bukan karena Natrium
Sianida (NaCN). Sehingga analisa Saudara Jaksa Penuntut Umum yang menyebutkan
ada warna merah adalah tidak beralasan secara hukum karena bertentangan dengan:
Resume Medis a.n 6 Januari 2016, Surat Visum et Repertum No.Pol:
R/007/1/2016/Rumkit. Bhay. Tk 1 pada tanggal 10 Januari 2016, Keterangan Dr.
Ardianto, dokter UGD RS Abdi Waluyo yang dalam persidangan tanggal 29 Agustus
2016 dan Hasil Pemeriksaan Labkrim 70 menit setelah kematian negatif sianida.
Sehingga sangat tidak beralasan analisa Saudara Jaksa Penuntut Umum karena telah
ada kesimpulan dari Labkrim Mabes Polri yakni negatif sianida pada cairan lambung
70 menit setelah kematian. Karena kalau hasilnya sudah negatif tidak mungkin bisa
berubah menjadi positif, Dan kalau mati karena sianida pada sample yang diperiksa

17
Labkrim Mabes Polri yakni cairan lambung 70 menit setelah kematian akan langsung
muncul warna merah termasuk pula hasilnya positif bukan negatif. Kemudian kalau
matinya bukan karena sianida, maka tidak mungkin bisa muncul warna merah kalau
tidak disebabkan faktor lain seperti formalin yang dapat memunculkan sianida
sebagaimana dalam Surat Tuntutan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang juga
menyebut bahwa formalin bisa mengakibatkan munculnya sianida, karena sebelum
dilakukan rias , Korban Rahmania Nurkhaliza sudah diformalin sebanyak 3 liter yang
dimasukan lewat pembuluh darah vena pada bagian paha korban Rahmania
Nurkhaliza oleh Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD, SH, DFM
5. Analisa soal posisi gelas dan sedotan yang telah diuraikan dalam Surat Tuntutan
dijelaskan bahwa sedotan yang ada di dalam gelas yang diminum oleh korban
Rahmania Nurkhaliza dibuang di kotak sampah pentry Olivier Cafe oleh Marwan
Amir , karyawan Olivier Cafe yang pada saat itu mengami muntah-muntah dan
kumur-kumur dengan keran . Tanggapan:Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah
mengapa sedotan yang diambil dari gelas yang diminum oleh korban Rahmania
Nurkhaliza harus dibuang oleh Marwan Amir, karyawan Olivier Cafe di kotak
sampah di pentry , ada apa ini sebenanya? Mengapa sedotan tersebut harus dibuang
kalau Olivier Cafe tidak tahu-menahu ada apa sebenarnya dalam sedotan tersebut
sehingga harus dibuang? Kenapa Marwan Amir seperti panik sehingga ia harus
membuang sedotan yang berasal dari gelas yang diminum oleh korban Rahmania
Nurkhaliza sedangkan sedotan tersebut berkaitan langsung dengan kopinya, mengapa
kopinya saja yang tidak sekalian saja dibuang seperti sedotan yang dibuang oleh
Marwan Amir. Padahal Marwan Amir muntah-muntah dan muntah-muntah
menujukan ada yang aneh dengan sedotan yang diambil dari gelas yang
mengakibatkan korban Rahmania Nurkhaliza mati, Tapi anehnya sedotan tersebut
mesti dilenyapkan sebelum dilakukan penyitaan oileh polisi. Jadi ini ada apa
sebenarnya, kalau tidak ada apa-apa di dalam sedotan mengapa sedotan mesti dibuang
sebegitu cepatnya?
6. Analisa soal perilaku Terdakwa Cika Melani yang sudah disimpulkan berdasarkan
hasil Visum et Psikiatrum dengan Nomor: 02.02/9.15.10/0330/2016 Tanggal 15
Maret 2016 oleh TIM Ahli dari RS Umum Pusat Nasional RSCM yang terdiri dari

18
Psikolog dan Psikiater memiliki resiko melakukan tindak kekerasan yang berulang
terhadap dirinya sendiri atau orang lain apabila dalam kondisi tertekan dan tidak
mendapat dukungan sosial yang adequat. Terdakwa Cika Melani licik sampai
mendapatkan sesuatu yang dia inginkan , sehingga ada relevansi yang kuat dari
kesaksian Arief Setiawan Soemarko dan saksi Kristie. Tanggapan: Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh Psikolog Klinis Dra. Antonia Ratih adalah
kontradiktif. Karena yang menjadi tujuan pemeriksaan Psikolog Klinis Dra. Antonia
Ratih adalah untuk mengetahui profil Terdakwa Cika Melani, Namun hasil
pemeriksaan menujukan Terdakwa Cika Melani adalah sosok yang waras dan cerdas.
Hal ini terlihat dari tujuan dan kesimpulan pemeriksaan Terdakwa dalam kondisi
waras, sadar dan cerdas tapi disimpulkan ahli psikologi, Dra. Antonia Ratih , bahwa
Terdakwa memiliki kepribadian narcissistic, dan itu sudah menujukan terjadi
ketidakpahaman Psikolog Dra. Antonia Ratih pada saat memeriksa kondisi psikologi
Terdakwa. Karena Psikolog Klinis Dra. Antonia Ratih dalam hasil pemeriksaannya
menyimpulkan bahwa ada mental disorder dan itu adalah gangguan jiwa, tetapi
kepribadian Terdakwa Cika Melani berdasarkan kesimpulan pemeriksaan yang
dilakukan Dra. Antonia Ratih adalah waras, cerdas dan sehat sehingga hasil
pemeriksaannya kontradiktif dengan kesimpulannya mental disorder atau gangguan
jiwa.
7. Terdakwa sangat rapih dan terperinci mempersiapkan pembunuhan korban Rahmania
Nurkhaliza, bahkan Saudara Jaksa Penuntut Umum menyamakan kasus pembunuhan
Munir dengan racun Arsenik dengan kasus kematian Rahmania Nurkhaliza, dan
menurut Saudara Jaksa Penuntut Umum soal bagaimana perencanaanya tidak perlu
dibuktikan. Tanggapan:Bahwa Saudara Jaksa Penuntut Umum dengan beraninya
mengatakan bahwa Terdakwa Cika Melani dengan rapih dan terperinci melakukan
pembunuhan berencana terhadap Rahmania Nurkhaliza, Tapi Saudara Jaksa Penuntut
Umum sama sekali tidak bisa menjelaskan serapih seperti apa dan terperinci seperti
apa, Sehingga tak ada pilihan lain bagi ‘’Yang Mulia Majelis Hakim’’ yang
dimuliakan bahwa, dalam kasus pembunuhan Munir yang dibunuh dengan racun
arsenik dengan pelaku Pollycarpus Budihari Priyanto ADALAH TERBUKTI
SECARA HUKUM BAGAIMANA PROSES PERENCANAAN PEMBUNUHAN,

19
SEDANGKAN DALAM KASUS PEMBUNUHAN RAHMANIA NURKHALIZA
DENGAN TERDAKWA CIKA MELANI SAMA SEKALI TIDAK BISA
DIBUKTIKAN PROSES PERENCANAANNYA. DAN DIBAWAH INI ADALAH
BUKTI BAHWA PEMBUNUHAN BERENCANA APALAGI MENGGUNAKAN
RACUN HARUS DIBUKTIKAN DAN ADA PROSES DEMI PROSES SEJAK
AWAL PERENCANAAN HINGGA PELAKSANAAN PERBUATAN
(MERACUN).
- Bahwa Terdakwa POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO yang sejak tahun
1999 telah melakukan berbagai kegiatan dengan dalih untuk menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia melihat korban MUNIR, SH sebagai Ketua Dewan
Pengurus Kontras dan Direktur Eksekutif Imparsial, yang sering mengidentifikasikan
dirinya penggerak dan pelopor pembangunan demokrasi, membela Hak Asasi
Manusia dan tidak jarang bahkan terbiasa mengkritisi program Pemerintah,
melakukan kritik sosial, komentar, tanggapan yang bernada negatif serta kegiatan
lainnya, yang dinilai oleh Terdakwa maupun pihak tertentu telah sangat mengganggu
dan menjadi halangan atau kendala bagi terlaksananya program pemerintah,
mengakibatkan adanya pihak, termasuk Terdakwa sendiri yang tidak dapat
menerimanya ;
- Berlatarbelakang anggapan dan penilaian tersebut mendorong Terdakwa merasa
perlu harus menghentikan kegiatan korban MUNIR, S.H. dengan merencanakan cara-
cara yang sangat matang untuk menghilangkan jiwa korban MUNIR, S.H. ;
- Guna mewujudkan rencananya menghilangkan jiwa korban MUNIR, SH mulailah
Terdakwa memonitor kegiatan MUNIR, SH. Baik secara langsung maupun tidak
langsung, hingga diketahuinya rencana korban MUNIR, SH yang akan berangkat ke
Belanda untuk melanjutkan study ;
- Selanjutnya untuk memastikan tentang kepastian keberangkatan MUNIR,SH.
tersebut pada tanggal 4 September 2004 Terdakwa telah berusaha menelpon MUNIR,
S.H. melalui Handphone milik MUNIR, S.H., yang ternyata diterima oleh saksi
SUCIWATI (istri MUNIR, S.H.) dengan maksud menanyakan kapan keberangkatan
MUNIR, S.H. ke Belanda yang dijawaboleh saksi SUCIWATI bahwa MUNIR, S.H.,
akan berangkat hari Senin - tanggal 6 September 2004 ;

20
- Setelah mengetahui kepastian tanggal keberangkatan MUNIR, S.H., maka
Terdakwa lalu mencari peluang agar bisa berangkat bersama-sama dengan MUNIR,
S.H., pada tanggal 6 September 2004, dimana Terdakwa meminta perubahan tugas
penerbangan sebagai extra crew sedangkan sesuai jadwal tugasnya Terdakwa pada
tanggal 5 September 2004 sampai dengan 9 September 2004 seharusnyalah berangkat
ke Peking China namun kemudian dirubah pada tanggal 6 September 2004 menjadi
ke Singapura.
- Perubahan tersebut tertuang dalam Nota Perubahan nomor : OFA/219/04 tanggal 6
September 2004 yang dibuat oleh ROHAINIL AINI dengan alasan yang
dikemukakan Terdakwa saat itu adalah karena adanya tugas dari saksi RAMELGIA
ANWAR selaku Vice President Corporate Security PT. Garuda Indonesia yang untuk
selanjutnya dalam pelaksanaannya akan menghubungi Chief Pilot KARMAL FAUZA
SEMBIRING.
- Padahal penugasan tersebut sebenarnyalah tidak pernah ada, namun karena alasan
tersebut maka diterbitkanlah General Declaration bagi keberangkatan Terdakwa ke
Singapura sebagai Extra Crew dinyatakan untuk melaksanakan tugas Aviation
Security sementara tugas Aviation Security tersebut bukanlah merupakan spesialisasi
tugas Terdakwa yang tugas pekerjaannya di lingkungan PT. Garuda Indonesia adalah
sebagai Pilot atau setidak-tidakny Terdakwa tidak mempunyai surat khusus sebagai
Aviation Security ;
- Selanjutnya pada tanggal 6 September 2004 Terdakwa berangkat ke Bandara
Internasional Soekarno-Hatta untuk terbang ke Singapura dengan menumpang
pesawat Garuda Indonesia Airways dengan nomor penerbangan GA-974, pesawat
yang sama yang ditumpangi oleh MUNIR,S.H.; Setelah melakukan check in,
Terdakwa kemudian berjalan menuju pesawat melalui koridor yang menghubungkan
ruang tunggu dengan pintu pesawat. Saat itu Terdakwa melihat MUNIR, S.H. sedang
berjalan menuju pintu pesawat , Terdakwa kemudian menghampiri MUNIR, S.H.
sambil menyapa dan menanyakan tempat duduk yang oleh MUNIR, S.H.,
ditunjukkan seat numbernya yakni nomor 40 G di kelas ekonomi ;

- Selanjutnya MUNIR, S.H. yang menanyakan di mana letak seat tersebut dijawab

21
oleh Terdakwa adanya di belakang. Namun saat itu Terdakwa menawarkan tempat
duduknya di Bisnis Class nomor 3 K kepada MUNIR, S.H., hal mana dimaksudkan
dan dengan tujuan untuk mempermudah Terdakwa melaksanakan rencananya untuk
menghilangkaan nyawa MUNIR, S.H., karena pada kelompok seat 3 K di kelas bisnis
hanya terdapat 18 tempat duduk ;
- Bahwa untuk menghilangkan kecurigaan orang lain, Terdakwa kemudiaN
memberitahukan kepada saksi BRAHMANIE HASTAWATI selaku Purser pesawat
tersebut perihal perubahan fasilitas tempat duduk Terdakwa di Bisnis Class kepada
MUNIR, S.H., yang selanjutnya saksi BRAHMANIE HASTAWATI mendatangi
MUNIR, S.H. dan menyalaminya ; Setelah itu saksi BRAHMANIE HASTAWATI
mempersilahkan Terdakwa untuk duduk di Premium Class dan beberapa saat
kemudian sebelum pesawat tinggal landas, saksi OEDI IRIANTO sebagai pramugara
pun melaksanakan tugasnya menyiapkan Welcome drink kepada para penumpang
termasuk MUNIR, S.H. Bahwa pada saat saksi OEDI IRIANTO menyiapkan
Welcome drink tersebut, Terdakwa segera beranjak dari tempat duduknya berjalan
menuju Pantry dekat bar premium. Pada saat mana kiranya maksud Terdakwa untuk
memasukkan sesuatu ke dalam minuman orang juice yang akan dihidangkan kepada
MUNIR, S.H. yang sesuai hasil pemeriksaan laboratorium Kementerian Kehakiman
Lembaga Forensik Belanda tanggal 13 Oktober 2004, ditandatangani oleh dr.
ROBBERT VISSER, dokter dan patolog bekerjasama dengan dr. B. KUBAT
dipastikan adalah racun arsen dalam jumlah yang mematikan;
- Bahwa Terdakwa memasukkan racun arsen ke dalam minuman orange juice tersebut
karena Terdakwa tahu MUNIR, S.H. tidak minum alkohol, sedangkan minuman yang
disajikan sebagai welcome drink hanyalah orange juice dan wine ;
- Selanjutnya saksi YETI SUSMIARTI sebagai pramugari mengambil dua gelas
berisi wine dan dua gelas berisi orange juice dimana khusus dua gelas orange juice
telah dimasukkan racun arsen dan diatur dalam nampan secara selang-seling masing-
masing dua gelas di depan berisi wine dan orange juice yang telah dimasukkan racun
arsen tersebut serta dua gelas di belakang dengan komposisi yang sama. Selanjutnya
saksi YETI SUSMIARTI menuju ke tempat duduk 3 K kelas bisnis tempat MUNIR,
S.H., duduk untuk menyajikan minuman. Setelah berada di depan MUNIR, S.H.,

22
saksi YETI SUSMIARTI menawarkan minuman tersebut kepada saksi LIE KHIE
NGIAN yang duduk di sebelah MUNIR, S.H. lebih dahulu dan yang diambil adalah
minuman wine ; - Bahwa saat menawarkan minuman tersebut, baik Terdakwa, saksi
OEDI IRIANTO dan saksi YETI SUSMIARTI tahu dan dapat memastikan bahwa
saksi LIE KHIE NGIAN yang adalah warga Belanda akan memilih Wine ;
- Setelah itu saksi YETI SUSMIARTI menyajikan minuman kepada MUNIR, S.H.
yang nampaknya tanpa rasa curiga lalu mengambil orange juice yang disajikan paling
depan, dan minuman itulah yang telah dicampur denga racun arsen ; Pada saat yang
sama apa yang dilakukan Terdakwa adalah mengawasi kegiatan saksi YETY
SUSMIARTI ketika menyajikan minuman kepada MUNIR, S.H. mengamati MUNIR,
S.H. yang duduk ditempatnya, saat meminum orange juice dalam gelas yang ada
ditangannya, dan Terdakwa mondar-mandir di depan pantry dekat bar Bisnis Class.
Dan setelah Terdakwa meyakini bahwa MUNIR, S.H. telah meminum habis orange
juice yang telah dimasukkan racun arsen tersebut, Terdakwa barulah kemudian dokter
Tarmizi. Selanjutnya saksi PANTUN MATONDANG lalu memerintahkan purser
MADJIB R. NASUTION untuk memonitor perkembangannya. Saat itu korban
MUNIR, S.H., diputuskan dibawa ke bisnis class untuk dibaringkan dan oleh saksi
Dr. TARMIZI diberikan 2 (dua) butir tablet New Diatabs ; 1 (satu) butir Zantac ; 1
(satu) butir Promag dan juga diberikan suntikan Primperam dan Diazepam sehingga
korban MUNIR, S.H. terlihat menjadi tenang ;
- Namun 2 (dua) jam sebelum mendarat, saksi PANTUN MATONDANG kembali
menerima laporan dari purser MADJIB NASUTION bahwa korban MUNIR, S.H.
telah meninggal dunia, yang selanjutnya saksi PANTUN MATONDANG selaku pilot
segera mengundang dokter TARMIZI untuk mendapat penjelasan bahwa saudara
MUNIR, S.H. menderita sakit perut dan muntaber yang beberapa saat setelah
mendapat laporan bahwa korban MUNIR, S.H. meninggal dunia, lalu dibuatkan surat
kematian;
- Berdasarkan hasil visum et repertum yang dibuat pro justitia dari Kementrian
Kehakiman lembaga Forensik Belanda tanggal 13 Oktober 2004 yang ditandatangani
oleh dr. ROBERT VISSER, dokter dan patolog bekerjasama dengan dr. B. KUBAT,
menerangkan tentang telah dilakukannya pemeriksaan atau otopsi mayat atas nama

23
MUNIR, S.H. berlangsung dari tanggal 8 September 2004 sampai dengan tanggal 13
Oktober 2004 dengan kesimpulan bahwa pada MUNIR, usia 38 tahun, terjadinya
kematian dapat dijelaskan disebabkan oleh karena pada pemeriksaan toksikologi
ditemukan “konsentrasi arsen sangat meningkat” di dalam darah konsentrasi arsen
“meningkat” di dalam urin dan konsentrasi arsen “sangat meningkat” di dalam isi
lambung ;
- Selanjutnya pakaian korban MUNIR, S.H. yang terkena muntahan pada saat di atas
pesawat, setelah dilakukan pemeriksaan di Pusat Laboratorium Forensik Badan
Reserse Kriminal Polri, berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium
Kriminalistik Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Polri Nomor
LAB : 3952/KTF/2002 tanggal 14 Juli 2005, pemeriksaan terhadap barang bukti ;
kaos lengan pendek warna abu-abu dan biru, celana panjang jeans warna hitam, kaos
kaki warna biru dan celana dalam warna coklat milik alm. MUNIR, S.H. dapat
disimpulkan bahwa barang bukti berupa 1 (satu) potong kaos lengan pendek warna
abu-abu dan biru serta 1 (satu) potong celana panjang jeans warna hitam positif
mengandung arsen.
Sehingga jika masih waras dan masih punya akal sehat maka bisa disimpulkan bahwa
sangat keliru apabila Saudara Jaksa Penuntut Umum menyamakan kasus pembunuhan
Munir dengan racun arsenik dengan kematian Rahmania Nurkhaliza yang mana
dalam kasus kematian Rahmania Nurkhaliza proses perencanaannya sama sekali tidak
terungkap, Sedangkan dalam kasus pembunuhan Munir terungkap secara jelas ada
proses perencanaannya hingga pelaksanaan perbuatannya yakni membunuh dengan
orange juice yang telah dicampur dengan arsenik. Sehingga oleh karena itu Yang
Mulia Majelis Hakim, kami memohon agar sekiranya Majelis Hakim
mempertimbangkan agar Terdakwa Cika Melani dibebaskan karena Saudara Jaksa
Penuntut Umum sama sekali tidak bisa membuktikan perencanaan pembunuhan
Rahmania Nurkhaliza sebagaimana Pembunuhan berencana Munir yang bisa
dibuktikan adanya perencanaannya.

8. Analisa mengenai barang bukti yang disita Polsek Metro Tanah Abang adalah fakta
yang dibutuhkan dalam persidangan. Tanggapan:Pada angka nomor 54 dan angka 55
dalam Surat Tuntutan serta alat bukti berupa foto dalam dalam Surat Tuntutan, barang

24
bukti berupa sisa minuman Vietnamesse Ice Coffe dipindahkan oleh Anggota Polsek
Metro Tanah Abang, Fauzan dan sisa Vietnamesse Ice Coffe dipindahkan ke dalam 2
gelas + 1 botol dan pemindahan itu baru dilakukan pada tanggal 8 Januari 2016,
Sedangkan sisa Vietnamesse Ice Coffe yang diminum korban Rahmania Nurkhaliza pada
tanggal 7 Januari 2016 sudah langsung dipindahkan ke dalam botol terlebih dahulu oleh
Yohanes atas perintah Devi, Manajer Olivier Cafe yang baru kemudian langsung
diserahkan ke Laboratorium Forensik Mabes Polri dan kemudian dipindahkan lagi ke
dalam 2 botol +1 gelas. Tapi yang menjadi keanehan dan kejanggalan adalah sisa kopi
yang mana yang dipindahkan oleh Anggota Polsek Metro Tanah Abang, Fauzan? Karena
terhitung tanggal 7 Januari 2016 sudah tidak ada lagi sisa kopi karena sudah diserahkan
langsung ke Laboratorium Forensik Mabes Polri.

9. Analisa mengenai warna dan bau kopi. Jaksa Penuntut Umum dalam Replik yang
dibacakan pada tanggal 17 Oktober 2016 menerangkan bahwa warna kopi di meja no 54
memiliki pencahayaan terang karena di area no smoking, sedangkan saat percobaan yang
dilakukan oleh Ahli Toksikologi I Made Agung Gel Gel Wirasuta di pentry tidak ada
pencahayaan terang. Dengan memperhatikan foto atau gambar dapat disimpulkan warna
kopi berubah kuning dan sangat tergantung cahaya yang menyinari kopi. Bau kacang
almont pahit. Tanggapan:. Natrium Sianida dalam beberapa literatur dan penjelasan Ahli
Toksikologi diterangkan bahwa Natrium Sianida tidak berwarna dan tidak berbau,
sehingga kalau Saudara Jaksa Penuntut Umum mererangkan bahwa tercium bau kacang
almont pahit, maka yang menjadi pertanyaannya adalah Natrium Sianida tidak berbau,
lalu kalau tidak berbau , bagaimana bisa bau tersebut muncul? Bukan hanya tidak berbau
tetapi juga tidak berwarna, sehingga kalau Saudara Jaksa Penuntut Umum menyebut
bahwa kopi berubah menjadi warna kuning karena ada efek pencahayaan, pertanyaanya
adalah seberapa besar efek cahaya tersebut sehingga DENGAN AJAIBNYA bisa
mengubah warna kopi menjadi warna kuning dan memunculkan bau kacang almont.
Padahal jika benar korban Rahmania Nurkhaliza meminum kopi yang mengandung
Natrium Sianida pasti tercium bau kacang almont pada saat penekanan dada korban
Rahmania Nurkhaliza yang dilakukan oleh Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD, SH,
DFM. Keterangan Ahli Dr. Djaja Surya Admadja, SpF, PhD,SH, DFM yang dalam
persidangan pada tanggal 7 September 2016 dibawah sumpah telah menerangkan : Pada

25
saat dilakukan penekanan dada korban Rahmania Nurkhaliza tidak tercium keluar bau
kacang almont.

10. Analisa mengenai posisi sedotan. Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam Repliknya
menyebut bahwa Terdakwa Cika Melani yang memasukan sedotan ke dalam gelas berisi
Vietnamesse Ice Coffe yang diminum oleh korban Rahmania
Nurkhaliza.Tanggapan:Dalam CCTV yang dijadikan sebaga barang bukti utama oleh
Saudara Jaksa Penuntut Umum sama sekali tidak ada gerakan tangan Terdakwa Cika
Melani mengambil sedotan, membuka bungkus sedotan, lalu memasukannya ke dalam
gelas berisi Vitenmesse Ice Coffe. Padahal menurut Ahli Digital Forensik, CCTV
tersebut sudah di-tampering. Bayangkan coba, sudah di-tampering saja masih tidak ada
gerakan tangan mengambil sedotan, membuka bungkus sedotan , apalagi tidak di-
tampering. Wajar kalau tidak ada gerakan memegang sedotan, membuka bungkus
sedotan , karena Terdakwa Cika Melani memang tidak pernah memasukan sedotan
sebagaimana yang dituduhkan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum yang begitu kejam
menuduh Terdakwa Cika Melani yang memasukan sedotan tersebut. Tapi berdasarkan
CCTV itu pula terungkap bagaimana Saudara Jaksa Penuntut Umum MEMBUAT
KEBOHONGAN BESAR karena ternyata sedotan tersebut dibuang di pentry Olivier
Cafe oleh Marwan Amir, karyawan Olivier Cafe. Jadi bagaimana cara berpikir Saudara
Jaksa Penuntut Umum jika menuduh Terdakwa Cika Melani yang memasukan sedotan
tersebut sedangkan terbukti sudah yang membuangnya karyawan Olivier cafe, Marwan
Amir. Kalau Terdakwa Cika Melani yang memasukan sedotan tersebut tentu sedotan tak
akan dibuang di pentry karena akan sangat mudah dibuktikan melalui CCTV. Terlebih
lagi kalau sedotan tersebut tidak dibuang oleh Marwan Amir sesungguhnya akan sangat
mudah dibuktikan ada sidik jari siapa di sedotan tersebut , Tapi gelas yang berisi
Vietnamesse Ice Coffe yang dijelaskan Saudara Jaksa Penuntut Umum bahwa gelas
dipindahkan oleh Terdakw Cika Melani , justru di gelas yang disebut telah dipindahkan
Terdakwa Jesisca Kumala Wongso tidak ada sidik jari Terdakwa Cika Melani. Sehingga
tuduhan Saudara Jaksa Penuntut Umum tersebut adalah KEBOHONGAN BESAR JUGA
BISA MENJADI FITNAH YANG LEBIH KEJAM DARIPADA PEMBUNUHAN
KARENA TERDAKWA TIDAK PERNAH MEMASUKAN SEDOTAN KE DALAM

26
GELAS YANG DIMINUM KORBAN RAHMANIA NURKHALIZA, TAPI DITUDUH
MEMASUKAN KE DALAM GELAS OLEH SAUDARA JAKSA PENUNTUT UMUM
YANG TELAH TEGA-TEGANYA MEMBOHONGI HATI NURANI MEREKA
HANYA DEMI MENGHUKUM SEORANG GADIS MUDA, CIKA MELANI YANG
SESUNGGUHNYA TAK ADA KAITANYA DENGAN KEMATIAN TEMANNYA,
RAHMANIA NURKHALIZA.
11. Analisa mengenai Natrium Sianida yang dimasukan sekitar pukul: 16:30-16:45 WIB
saat kopi berada dibawah penguasaan pemesan kopi yakni Terdakwa Cika Melani.
Tanggapan:Bagaimana bisa ada Ahli Toksikologi yang bisa memastikan racun tersebut
dimasukan sekitar pukul: 16:30-16:45 WIB, sedangkan Ahli adalah yang seseorang yang
memberikan keterangan hanya berdasarkan keahliannya, dan tidak bisa lebih dari itu.
Yang bisa menyatakan bahwa racun dimasukan sekitar pukul:16:30-16:45 WIB hanya
saksi fakta. Sedangkan fakta telah membuktikan bahwa dari semua keterangan saksi fakta
, tak ada seorang saksi pun yang mengaku melihat Terdakwa Cika Melani memasukan
racun tersebut sebagaimana kesimpulan dua Ahli Toksikologi , Nursamran Subandi Msi
dan Dr. I Made Agung Gel Gel Wirasuta. SESUNGGUHNYA TAK ADA 1 AHLI PUN
DIBAWAH KOLONG LANGIT INI YANG BISA MENGETAHUI APALAGI
MEMASTIKAN WAKTU KAPAN RACUN ITU DIMASUKAN. KARENA HANYA
TUHAN YANG MENGETAHUI ITU, WALAHUALLAM!
12. Analisa mengenai tak ada yang melihat: Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam
Repliknya menerangkan bahwa meski tak ada yang melihat tapi kesimpulanny adalah
terdakwa lah yang memasukan sianida ke dalam gelas kopi Vietnamesse Ice Coffe saat
kopi berada dibawah penguasaannya. Tak terbantahkan bahwa yg diambil dari dalam tas
adalah sianida. Putusan kasus Pollycarpus yang dikuatkan putusan MA. Meskipun tak
pernah terungkap darimana arsenik didapat, pengadilan mendapat petunjuk adalah sangat
mudah mendapat arsenik di toko , kemudian dibawa ke dalam pesawat tapi tidak
terdeteksi karena bukan barang terlarang. Sehingga tak perlu dibuktikan perencanaanya
dari cara mndapatkan racun sianida tsb karena banyak pada nelayan dan pada plastik.
Tanggapan: Saudara Jaksa Penuntut Umum KEBLINGER DAN TERKESAN TIDAK
WARAS karena telah menyamakan kasus kematian Rahmania Nurkhaliza dengan kasus
pembunuhan Munir. Dalam kasus pembunuhan Munir dengan racun arsenik proses

27
perencanaan hingga pelaksanaan perbuatan (meracun) bisa diungkap secara berurutan
dan sangat jelas oleh Pengadilan, Sedangkan dalam kasus kematian Rahmania Nurkhaliza
sama sekali tidak terungkap sejak kapan proses perencanaannya hingga pelaksanaan
perbuatan (meracun) yang diarahkan kepada Terdakwa Jesisca Kumala Wongso.
Kemudian soal Saudara Jaksa Penuntut Umum yang menerangkan sekaligus ingin
menyamakan kembali bahwa kalau arsenik yang dibawa ke dalam pesawat tetapi tidak
terdeteksi karena bukan barang terlarang dikaitkan atau disamakan dengan sianida yang
dibawa ke Olivier Cafe juga tidak terdeteksi karena bukan barang terlarang adalah sebuah
PEMIKIRAN YANG MABUK DAN TIDAK WARAS, KARENA JELAS SANGAT
BERBEDA APABILA ARSENIK DIBAWA KE DALAM PESAWAT, KARENA DI
DALAM PESAWAT TAK ADA CCTV, SEDANGKAN DI OLIVEIR CAFE ADA
BANYAK KAMERA CCTV , SEHINGGA SUNGGUH MENGGELIKAN , TIDAK
WARAS DAN MELAWAN LOGIKA ORANG WARAS APABILA SAUDARA
JAKSA PENUNTUT UMUM MENYAMAKAN KASUS KEMATIAN RAHMANIA
NURKHALIZA DENGAN KASUS PEMBUNUHAN MUNIR YANG TERJADI PADA
2004 SILAM.
13. Analisa pasca korban Rahmania Nurkhaliza minum kopi: Saudara Jaksa Penuntut
Umum menerangkan bahwa pembuktian unsur dengan sengaja dan rencana lebih dulu
sudah terbukti, sehingga tanggapan PH harus dikesampingkan.Tanggapan:Tim Jaksa
Penuntut Umum yang menuntut Terdakwa Cika Melani agar dijatuhi hukuman 20 tahun
penjara oleh Majelis Hakim adalah NGACOkarena Saudara Jaksa Penuntut Umum sama
sekali tidak bisa menerangkan unsur dengan sengaja dan proses perencanaan yang
dituduhkan kepada Terdakwa Cika Melani. Soal perencanaan, Saudara Jaksa Penuntut
Umum selalu mengkait-kaitkan kasus kematian Rahmania Nurkhaliza dengan kasus
pembunuhan Munir yang nyata-nyatanya oleh pengadilan bisa dibuktikan proses
perencanaan yang dilakukan oleh Pollycarpus yang ternyata sudah direncanakan sejak
tahun 1999 dan pelaksanaan perbuatan (meracun) baru dilakukan pada tahun 2004.
Dalam kasus kematian Rahmania Nurkhaliza, Saudara Jaksa Penuntut
UmumTERKESAN LUCU DAN NGACO KARENA MENYATAKAN UNSUR
RENCANA LEBIH DULU TERBUKTI, Tapi dalam Surat Tuntutan yang dibuat oleh
Saudara Jaksa Penuntut Umum sendiri justru membuktikan bahwa unsur dengan rencana

28
lebih dulu tidak pernah terbukti,SEHINGGA TIM JAKSA PENUNTUT UMUM TELAH
MEMBUAT PRESTASI BESAR YAKNI KEBOHONGAN. BAHKAN JAKSA
PENUNTUT UMUM TERKESAN SANGAT BERNAFSU UNTUK MEMBUAT
TERDAKWA CIKA MELANI MENDEKAM DI PENJARA SELAMA 20 TAHUN
PENJARA, BEGITU KEJAMNYA, BEGITU KEJINYA DAN BEGITU JAHATNYA
JAKSA PENUTUT UMUM INI DENGAN TEGANYA MEMBOHONGI SEMUA
MASYARAKAT INDONESIA DENGAN MENYEBUT UNSUR RENCANA LEBIH
DULU SUDAH TERBUKTI, PADAHAL TAK PERNAH BISA DIBUKTIKAN
UNSUR DENGAN RENCANA LEBIH DULU TERSEBUT. JAKSA PENUNTUT
UMUM TERKESAN HANYA INGIN BERMAIN TEORI AGAR TERDAKWA CIKA
MELANI DIPIDANA 20 TAHUN SEBAGAIMANA KEINGINAN TERBESAR DARI
JAKSA PENUNTUT UMUM. HAL INI TERLIHAT DARI JAKSA PENUNTUT
UMUM YANG HANYA INGIN MENGHUKUM TERDAKWA CIKA MELANI
HANYA BERDASARKAN TEORI-TEORI HUKUM PIDANA. SEMUA TEORI
KAUSALITAS TELAH DITERANGKAN SAUDARA JAKSA PENUNTUT UMUM
DALAM SIDANG DENGAN AGENDA REPLIK PADA SENIN 17 OKTOBER 2016,
DIJELASKAN SEMUA TEORI KAUSALITAS , MULAI DARI TEORI CONDITIO
SINE QUA NON YANG DICETUSKAN OLEH VON BURI, TEORI GENERALISIR
DAN TEORI INDIVIDUALISIR YANG DICETUSKAN OLEH TREAGER. TAPI
YANG MULIA MAJELIS HAKIM TENTU TAK AKAN TERPROVOKASI DENGAN
PANCINGAN JAKSA PENUNTUT UMUM YANG DENGAN BEGITU KEJAM, KEJI
, JAHAT DAN BEGITU BERNAFSU KARENA YANG INGIN MENGHUKUM
TERDAKWA HANYA BERDASARKAN TEORI PADAHAL FAKTA HUKUMLAH
YANG MENJADI DASAR UNTUK MENGHUKUM SESEORANG , BUKAN
BERDASARKAN TEORI SEBAGAIMANA ''KEINGINAN'' SAUDARA PENUNTUT
UMUM DALAM PERKARA INI.
14. Saudara Penuntut Umum:Apakah terdakwa menangisi korban atau hanya menangisi
nasibnya? Apa yang ditrima terdakwa adalah konsekuensi dari perbuatannya.
Tanggapan:Terdakwa Cika Melani menangisi korban Rahmania Nurkhaliza, begitu
kehilangan karena Terdakwa Cika Melani tak pernah menyangka teman baiknya tersebut
mati gara-gara kopi yang dipesannya tersebut,padahal tak ada niat apapun terhadap

29
korban Rahmania Nurkhaliza, tapi kini Terdakwa ini Yang Mulia duduk di kursi
Terdakwa, di luar sana Terdakwa sudah dihakimi sebagai pembunuh, sudah dicap sebagai
pembunuh berdarah dingin hanya berdasarkan gerak-gerik Terdakwa Cika Melani.
Berdiri salah, duduk salah, berjalan juga salah, jadi apa yang dilakukan oleh Terdakwa
saat di Olivier Cafe semuanya adalah salah bagi Jaksa Penuntut Umum dan juga
masyarakat yang telah menuduh Terdakwa ini meracun Rahmania Nurkhaliza. Padahal
setiap malam Yang Mulia, Terdakwa Cika Melani ini selalu menangis karena masih tidak
percaya akan kepergian seorang teman yang begitu berharga, begitu ia sayangi , begitu ia
cintai sebagai seorang teman karena pernah sama-sama kuliah di satu kampus yang sama
di Australia. Tapi yang Mulia , Jaksa Penuntut Umum ini begitu BIADAB, KEJI,
KEJAM, JAHAT KARENA TANPA BUKTI APA-APA MENDAKWA DAN
MENUNTUT TERDAKWA INI HARUS MENDEKAM DIBALIK JERUJI BESI
SELAMA 20 TAHUN.COBA BAYANGKAN KALAU YANG MULIA MAJELIS
HAKIM MEMPUNYAI ANAK PEREMPUAN ATAU SAUDARA PEREMPUAN,
TAPI DIPERLAKUAN SECARA TIDAK ADIL, DITUDUH DENGAN KEJI
MELAKUKAN PEMBUNUHAN PADAHAL IA TIDAK PERNAH MELAKUKAN
PEMBUNUHAN, DIMANA HATI NURANI ORANG-ORANG YANG MENUDUH
TERDAKWA INI SEBAGAI PEMBUNUH RAHMANIA NURKHALIZA. MEREKA
DENGAN GAMPANGNYA MENUDUH TANPA BISA BERARGUMEN HUKUM
DAN YANG ADA DALAM PIKIRAN MEREKA HANYA SATU KALIMAT
''KALAU BUKAN JESSICA SIAPA LAGI''. PADAHAL FAKTA HUKUM TELAH
MEMBUKTIKAN YANG MULIA, BAHWA CAIRAN LAMBUNG 70 MENIT
SETELAH KEMATIAN (BB IV), HASILNYA ADALAH CAIRAN LAMBUNG
KORBAN RAHMANIA NURKHALIZA ADALAH NEGATIF SIANIDA , YANG
MULIA. ITU BUKTI HUKUM YANG TAK TERBANTAHKAN BAHWA
TERDAKWA INI TIDAK BERSALAH , YANG MULIA. TAPI MENGAPA JAKSA
PENUNTUT UMUM INI TEGA-TEGANYA DAN BEGITU JAHATNYA
MENDAKWA TANPA BUKTI YANG MULIA. YANG MULIA, COBA
BAYANGKAN, TERDAKWA INI HAMPIR SELALU MENANGIS SETIAP HARI
KARENA TIDAK TAHU-MENAHU TAPI DITUNTUT 20 TAHUN PENJARA ,,
DIMANA HATI NURANI KITA SEMUA KALAU BEGINI CARA PENEGAKKAN

30
HUKUM TANPA BUKTI? INI SEMUA YANG MULIA, AKAN KITA
PERTANGGUNGJAWABKAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA YANG
SELALU MENGINGINKAN KEADILAN DI DUNIA MELALUI YANG MULIA-
YANG MULIA , YANG TERHORMAT DAN DUDUK SEBAGAI MAJELIS HAKIM
DALAM PERKARA INI.
15. Saudara Penuntut Umum:Apakah terdakwa menangisi korban atau hanya menangisi
nasibnya? Apa yang ditrima terdakwa adalah konsekuensi dari perbuatannya.
Tanggapan:Terdakwa Cika Melani menangisi korban Rahmania Nurkhaliza, begitu
kehilangan karena Terdakwa Cika Melani tak pernah menyangka teman baiknya tersebut
mati gara-gara kopi yang dipesannya tersebut,padahal tak ada niat apapun terhadap
korban Rahmania Nurkhaliza, tapi kini Terdakwa ini Yang Mulia duduk di kursi
Terdakwa, di luar sana Terdakwa sudah dihakimi sebagai pembunuh, sudah dicap sebagai
pembunuh berdarah dingin hanya berdasarkan gerak-gerik Terdakwa Cika Melani.
Berdiri salah, duduk salah, berjalan juga salah, jadi apa yang dilakukan oleh Terdakwa
saat di Olivier Cafe semuanya adalah salah bagi Jaksa Penuntut Umum dan juga
masyarakat yang telah menuduh Terdakwa ini meracun Rahmania Nurkhaliza. Padahal
setiap malam Yang Mulia, Terdakwa Cika Melani ini selalu menangis karena masih tidak
percaya akan kepergian seorang teman yang begitu berharga, begitu ia sayangi , begitu ia
cintai sebagai seorang teman karena pernah sama-sama kuliah di satu kampus yang sama
di Australia. Tapi yang Mulia , Jaksa Penuntut Umum ini begitu BIADAB, KEJI,
KEJAM, JAHAT KARENA TANPA BUKTI APA-APA MENDAKWA DAN
MENUNTUT TERDAKWA INI HARUS MENDEKAM DIBALIK JERUJI BESI
SELAMA 20 TAHUN.COBA BAYANGKAN KALAU YANG MULIA MAJELIS
HAKIM MEMPUNYAI ANAK PEREMPUAN ATAU SAUDARA PEREMPUAN,
TAPI DIPERLAKUAN SECARA TIDAK ADIL, DITUDUH DENGAN KEJI
MELAKUKAN PEMBUNUHAN PADAHAL IA TIDAK PERNAH MELAKUKAN
PEMBUNUHAN, DIMANA HATI NURANI ORANG-ORANG YANG MENUDUH
TERDAKWA INI SEBAGAI PEMBUNUH RAHMANIA NURKHALIZA. MEREKA
DENGAN GAMPANGNYA MENUDUH TANPA BISA BERARGUMEN HUKUM
DAN YANG ADA DALAM PIKIRAN MEREKA HANYA SATU KALIMAT
''KALAU BUKAN JESSICA SIAPA LAGI''. PADAHAL FAKTA HUKUM TELAH

31
MEMBUKTIKAN YANG MULIA, BAHWA CAIRAN LAMBUNG 70 MENIT
SETELAH KEMATIAN (BB IV), HASILNYA ADALAH CAIRAN LAMBUNG
KORBAN RAHMANIA NURKHALIZA ADALAH NEGATIF SIANIDA , YANG
MULIA. ITU BUKTI HUKUM YANG TAK TERBANTAHKAN BAHWA
TERDAKWA INI TIDAK BERSALAH , YANG MULIA. TAPI MENGAPA JAKSA
PENUNTUT UMUM INI TEGA-TEGANYA DAN BEGITU JAHATNYA
MENDAKWA TANPA BUKTI YANG MULIA. YANG MULIA, COBA
BAYANGKAN, TERDAKWA INI HAMPIR SELALU MENANGIS SETIAP HARI
KARENA TIDAK TAHU-MENAHU TAPI DITUNTUT 20 TAHUN PENJARA ,,
DIMANA HATI NURANI KITA SEMUA KALAU BEGINI CARA PENEGAKKAN
HUKUM TANPA BUKTI? INI SEMUA YANG MULIA, AKAN KITA
PERTANGGUNGJAWABKAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA YANG
SELALU MENGINGINKAN KEADILAN DI DUNIA MELALUI YANG MULIA-
YANG MULIA , YANG TERHORMAT DAN DUDUK SEBAGAI MAJELIS HAKIM
DALAM PERKARA INI. JPU: CCTV REAL TIME ATAU TIDAK? DEVI: IYA
JAKSA: BAGAIMANA TAU REAL TIME? DEVI: KITA PUNYA APLIKASI DI
TELEPON JPU: TERKONEKSII LANGSUNG DENGAN JARINGAN INTERNET?
JPU: SELAMA ADA JARINGAN INTERNET? DEVI..IYA SEJAK KAPAN
TERKNEKSI? DEVI:SEJAK BUKA SMPE TUTUP
16. Analisa mengenai CCTV yang disebut real time oleh Devi, Manajer Olivier Cafe:
Saudara Jaksa Penuntut Umum ketika bertanya kepada saksi Devi, saksi Devi
menyimpulkan bahwa CCTV yang terpasang di Olivier Cafe adalah real time karena
terkoneksi langsung dengan jaringan internet yang terpasang di Olivier Cafe.
Tanggapan:Darimana saksi Devi bisa memastikan kalau CCTV yang terpasang di Olivier
Cafe terkoneksi langsung dan real time, tahu darimana Devi kalau real time? Apakah
seorang manajer harus sampai rela turun tangan hanya untuk mengurusi jam CCTV real
time.Tugas utama manajer menurut Atmosudirdjo (1975) adalah: a. menentukan segala
apa yang harus dicapai atau terselesaikan; b. Memimpin segala aktivitas dan segala
sesuatunya untuk menyelenggarakan pencapaiannya; c. Membuat segala sesuatunya
tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Bahkan manajer memiliki
fungsi antara lain: Planning, organizing dan conrolling. Rasanya sangat tidak masuk akal

32
kalau seorang manajer kafe terlebih lagi kafe berkelas internasional seperti Olivier Cafe,
manajernya ikut turun tangan soal CCTV yang merupakan persoalan sepele dan bahkan
tidak ada kaitannya dengan tugas utama seorang manajer dan juga tak ada kaitannya
dengan fungsinya sebagai seorang manajer.
17. Analisa mengenai barang bukti CCTV yang tak disertai dengan berita acara: Jaksa
Penuntut Umum dalam Repliknya menerangkan bahwa meskipun pemindahan CCTV
tidak disertai dengan berita acara pemindahan, CCTV tersebut tetap sah dan tidak batal
demi hukum. Tanggapan: Inilah KEBOHONGAN LAIN DARI SAUDARA JAKSA
PENUNTUT UMUM KARENA BAGAIMANA BISA SEORANG KARYAWAN
OLIVIER CAFE BERNAMA SAJIDIN YANG SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI
KEHALIAN SOAL DUNIA TEKNOLOGI BUKAN PENYIDIK PULA DAN TIDAK
DISERTAI DENGAN BERITA ACARA TERKAIT BAGAIMANA CARA SAJIDIN
MEMINDAHKAN CCTV KE DVR DAN FLASHDISK. TENTU CCTV TERSEBUT
SANGAT DIRAGUKAN KEABSAHANNYA KARENA BIAR BAGAIMANA PUN
JUGA HARUS ADA BERITA ACARA PEMINDAHAN KARENA DENGAN
ADANYA BERITA ACARA PEMINDAHAN MAKA BARU SAH SECARA HUKUM
SEBAGAI BARANG BUKTI JIKA TIDAK DISERTAI DENGAN BERITA ACARA
PEMINDAHAN, MAKA ITU BUKAN BARANG BUKTI NAMANYA. TERLEBIH
LAGI ADA BANYAK FRAME-FRAME YANG HARUSNYA ADA TETAPI
MENJADI TIDAK ADA (DIHILANGKAN), BAHKAN ADA PENAMBAHAN
FRAME BERUPA PENAMBAHAN PENCAHAYAAN SEHINGGA GELAS YANG
BENING , PELAYAN MENYUSUN TATAKAN MENU, TISU, SAJA AHLI DIGITAL
FORENSIK M.NUH AL AZHAR BISA MENGETAHUINYA DAN MENJADI TIDAK
MASUK DI AKAL APABILA TIDAK BISA MENGETAHUI CERMIN YANG
DIAMBIL DARI TAS OLEH TERDAKWA CIKA MELANI.

Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, Tim Kuasa Hukum Terdakwa Cika Melani
memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang menjadi Majelis Hakim yang
mengadili perkara ini, untuk MENOLAK SELURUH TUNTUTAN Saudara Jaksa
Penuntut Umum sebagaimana dalam Surat Tuntutan maupun Repliknya dan juga agar
teteap berkenan serta menerima seuluruh NOTA PEMBELAAN yang telah dibacalan

33
pada hari Rabu 12 Oktober 2016 dan Kamis 13 Oktober 2016, dengan menjatuhkan
Putusan ,sebagai berikut:
 1. Menyatakan Terdakwa Cika Melani tidak terbukti bersalah melakukan perbuatan
sebagaimana dakwaan Penuntut Umum;
 (-) Dakwaan tunggal berdasarkan pasal 340 KUHP
2. Membebaskan Terdakwa Cika Melani dari segala tuntutan hukum (vrijspraak) atau
setidak-tidaknyan melepaskan Terdakwa Cika Melani dari segala tuntutan hukum
(onstlag Van Alle Rechtvervolging).
3. Memerintahkan Jaksa Penuntut Umum segera membebaskan Terdakwa Cika Melani
dari penahanan setelah putusan ini dibacakan.
4. Memulihkan hak Terdakwa Cika Melani dari kemampuan, kedudukan, nama baik serta
martabatnya.
5. Membebankan segala biaya perkara kepada Negara.

8. Selanjutnya hakim ketua dapat memberi kesempatan pada penuntut umum


untuk mengajukan tanggapan sekali lagi(rereplik)dan atass tanggappan
tersebut terdakwa dan penasehat hukum juga di beri kesempatan untuk
menagapai.
9. Setelah selesai,hakim ketua bertanya kepad pihak yang hair dalam persidangan
tersebu,apakah hal-hal yang akan di ajukan dalam pemeriksaan.apabila
penuntut umum,terdakwa/penasehat hukum menganggap pemeriksaan telah
cukup,maka hakim hakim ketua menyatakan bahwa “pemeriksaan dinyatakan
di tutup”.
10. Hakim ketua menjelaskan bahwa acara sidang selanjutnya adalah pembacaan
putusan, oleh sebab itu guna mempersiapkan konsep putusannya hakim
meminta agar sidang di tunda beberapa waktu

34

Anda mungkin juga menyukai