Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TUMOR MAMMAE KUCING DAN ANJING

DISUSUN OLEH:

NUR AFZAH ZAINUDDIN

C031171302

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor mammae tidak hanya muncul pada manusia, namun dapat juga ditemukan pada
hewan. Penyakit tumor ini merupakan penyakit kompleks dimana patogenesa dan faktor-
faktornya hanya dimengerti sebagian. Penyakit tumor mammae ini dapat tumbuh pada spesies
mamalia lainnya. Hal ini dapat digunakan sebagai pembanding antara patogenesa tumor
mammae di hewan yang satu dengan lainnya. Perbandingan antara tumor mammae anjing dan
kucing secara patologi dapat dilihat dari segi hormonal, pola hidup, hingga lingkungan
geografis tempatnya berada (Munson dan Moresco, 2007).
Sebanyak 50% dari seluruh kasus mengenai neoplasma pada anjing betina merupakan
kasus tumor mammary, dan dari keseluruhan kasus ini, 41–53% di antaranya memiliki
karakter malignant yang membuatnya menjadi kasus tumor paling mematikan, terkhusus pada
anjing betina (Andrade et al., 2010). Sedangkan pada kucing, sekitar 17% dari seluruh kasus
tumor yang dapat menyerang kucing merupakan tumor mammary, 80–90 % di antaranya
termasuk tumor malignant. Hal ini dapat ditandai dengan adanya fibroadenoma hyperplasia
pada jaringan glandula mammae ketika dilihat pada preparat histopat. Sedangkan, sekitar 10%
di antaranya termasuk tumor benign. Hal ini dapat ditandai dengan adanya massa neoplastik
pada kelenjar mammary (Mills et al., 2015).
Menurut Viste et al. (2002), beberapa di antara tumor kelenjar mammary pada hewan
termasuk tumor yang ganas dan dapat menjadi ancaman hidup walaupun setelah proses
pengangkatan. Terdapat banyak studi mengenai korelasi atau hubungan antara ukuran tumor
dan periode survival hewan tersebut yang dapat digunakan sebagai prognosis. Selain itu,
persentasi survival hewan yang terjangkit tumor mammary juga dapat ditentukan dari umur,
ras, jenis kelamin, tipe pengangkatan tumor, hingga letak tumor pada kelenjar mammary.
Studi mengatakan bahwa kelenjar mammary yang terletak pada cranial atau axillary dan
caudal atau inguinal memiliki persentasi terkena tumor lebih besar dibandingkan kelenjar
mammary bagian tengah.
Kurangnya pengetahuan yang jelas mengenai penjelasan tumor mammary pada anjing
dan kucing dapat mempersulit dalam hal diagnosa dan pemberian perawatan yang tepat. Hal
ini dapat berujung kepada penyakit yang menjadi semakin parah hingga menyebabkan
kematian pada hewan tersebut. Hal inipun menjadi dasar untuk mereview kembali beberapa
jurnal yang membahas mengenai tumor mammary, agar dapat lebih memperjelas dan
menambah pengetahuan mengenai tumor mammary terkhusus pada anjing dan kucing.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat ditarik antara lain:
1. Bagaimana tingkat kejadian tumor mammae pada anjing dan kucing?
2. Apa saja predisposisi tumor mammae anjing dan kucing?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi munculnya tumor mammae pada anjing dan
kucing?
4. Bagaimana treatment yang dapat diberikan pada anjing dan kucing yang terserang
tumor mammae?
5. Apa saja perbedaan tumor mammae pada kucing dan anjing?
BAB II

ISI

A. Kejadian Tumor Mammae pada Anjing dan Kucing


Tumor mammae merupakan penyakit serius yang dapat muncul juga pada hewan. Tumor
mammae pada hewan merupakan penyakit tumor yang paling sering menyerang anjing. 50%
dari tumor mammae yang menyerang anjing termasuk malignant. Sedangkan, tumor mammae
pada kucing merupakan tumor ketiga yang paling sering muncul, setelah lymphoma dan
kanker kulit. Anjing dan kucing betina memiliki tingkat prevalensi yang tinggi sebanyak 52%
dan 17% secara berturut-turut (Nordin et al., 2017).
Tumor kelenjar mammary pada kucing merupakan kasus yang sering muncul pada
praktisi dokter hewan. Sekitar 17% dari seluruh kasus merupakan tumor mammary, 80–90%
diantaranya termasuk tumor malignant yang ditandai dengan adanya fibroadenoma
hyperplasia, sedangkan yang termasuk tumor benign dapat ditandai dengan adanya massa
neoplastik pada kelenjar mammary (Mills et al., 2015).
B. Predisposisi Tumor Mammae Anjing dan Kucing
Ras yang sering terkena tumor mammae pada anjing antara lain Rottweilers, Boxers,
Cocker Spaniels dan Golden Retrievers, sedangkan pada kucing adalah Siamese (Nordin et
al., 2017). Menurut Sorenmo (2003), anjing yang terserang tumor mammae pada umumnya
telah berusia tua, sekitar 9-11 tahun, atau yang terlambat disterilkan. Sedangkan, menurut
Overley et al. (2005), kucing yang terserang tumor mammae pada umumnya berumur 10-12
tahun.
C. Faktor yang Mempengaruhi
Tumor mammary secara garis besar dapat dipengaruhi oleh dua, yaitu faktor internal host
seperti genetik, dan faktor eksternal seperti kontaminasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon suatu individu (Andrade et al., 2010).
1. Faktor Internal Host
Interaksi antara sel host dan sel tumor merupakan faktor determinan yang penting
dalam mempengaruhi perilaku tumor. Faktor internal host meliputi umur, berat, dan
hormon steroid yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan tumor dan
progresnya hingga menjadi ganas. Pada anjing yang terserang tumor mammary,
didapatkan 50 % reseptor estrogen dan progesteron pada tumor malignant, dan 70 %
pada tumor benign. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan tumor kelenjar
mammary pada anjing hingga menjadi ganas juga menurunkan hormon steroid. Tumor
pada anjing yang memiliki reseptor estrogen dan progesteron atau hanya reseptor
estrogen saja memperlihatkan hasil yang lebih baik dan persentasi survival lebih besar
pasca pengangkatan tumor (Philibert et al., 2003).
2. Faktor Eksternal
Salah satu contoh pengaruh lingkungan dalam munculnya tumor mammary adalah
pyrethroids. Pyrethroids merupakan kontrol hama yang banyak digunakan di
agrikultur, peternakan, dan pada hewan domestik. Penggunaan berlebih terhadap
pestisida ini dapat mengkontaminasi makhluk hidup sekitar. Pada hewan domestik,
pestisida ini dapat diserap secara cutaneous, saluran digesti dan saluran respirasi.
Setelah pestisida ini diabsorbsi maka akan menyebar ke jaringan-jaringan yang ada di
dalam tubuh hingga dapat menyebabkan tumor mammary baik yang masih jinak
hingga yang ganas. Hal ini dapat terjadi karena, adanya toksik yang masuk ke dalam
tubuh dapat mengganggu kerja hormon steroid dan menjadi pemicu berkembangnya
tumor kelenjar mammary (Andrade et al., 2010).
D. Treatment Tumor Mammae Anjing dan Kucing
Menurut Nordin et al. (2017), mastectomy merupakan pilihan utama sebagai terapi lokal
pada hewan yang memiliki tumor mammary. Namun, hal ini bergantung pada beberapa faktor
seperti status tumor, usia, status pasien, dan kondisi metastasis tumor. Mastectomy memiliki
prognosis yang baik ketika dilakukan pada awal pertumbuhan sel tumor. Terapi ini juga
memerlukan perawatan berlanjut setelah dilakukannya operasi, dengan tujuan untuk
menghilangkan seluruh sel tumor dalam tubuh. Perawatan yang dimaksud merupakan
kemoterapi yang telah terbukti membantu menaikkan tingkat survival pada pasien.
Kekurangan dari kemoterapi adalah prosesnya yang sangat menyakitkan, sehingga pada
hewan sering diganti dengan terapi radiasi. Selain itu, terdapat pula perawatan lanjutan berupa
terapi hormonal. Contohnya Tamoxifen (Nolvade), obat reseptor estrogen antagonis, yang
membuat reseptor estrogen berikatan dengannya sehingga sel kanker dapat dihambat proses
replikasinya. Obat ini juga dapat menginduksi terjadinya apoptosis, sehingga tubuh juga dapat
membantu menghilangkan sel tumor.
E. Perbedaan Tumor Mammae Anjing dan Kucing
Munson dan Moresco (2007), berikut beberapa perbandingan yang dapat dilihat untuk
membedakan tumor mammae pada kucing dan anjing:
1. Pola morfologi tumor mammae kucing pada umumnya membentuk daerah
tubulopapillary yang padat, comedone dan cribriform. Mucinous carcinoma jarang
ditemukan pada kucing. Sedangkan, tumor mammae pada anjing lebih kompleks
dibandingkan dengan kucing. Jenis tumor yang paling sering muncul pada anjing
adalah complex adenoma dan benign mixed tumor baik pada epitel maupun mioepitel.
2. Stadium tumor lebih mudah dibandingkan pada kucing dibanding dengan anjing,
karena stadium 2 simple carcinoma pada anjing sama agresif dengan stadium 3
carcinoma.
3. Hormon juga dapat menjadi pembanding, dimana estrogen pada kucing dapat menjadi
faktor yang sangat berpengaruh. Sedangkan, faktor yang sangat berpengaruh pada
anjing adalah progesteron. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa anjing sangat
mudah terkena tumor mammae, karena ketika lama terpapar progesteron, maka dapat
membuat glandula mammae mengalami hiperplasia.
4. Reseptor steroid pada mammae anjing dan kucing juga berbeda. Reseptor estrogen
pada jaringan mammae anjing tergolong tinggi. Begitu pula pada reseptor progesteron.
BAB III

KESIMPULAN

1. Anjing dan kucing betina memiliki tingkat prevalensi yang tinggi sebanyak 52% dan 17%
secara berturut-turut.
2. Ras yang sering terkena tumor mammae pada anjing antara lain Rottweilers, Boxers,
Cocker Spaniels dan Golden Retrievers, sedangkan pada kucing adalah Siamese.
3. Tumor mammary secara garis besar dapat dipengaruhi oleh dua, yaitu faktor internal host
seperti genetik, dan faktor eksternal seperti kontaminasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon suatu individu.
4. Perawatan pada hewan yang mengidap tumor mammae antara lain mastectomy,
kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi hormonal.
5. Perbedaan tumor mammae pada anjing dan kucing dapat dilihat dari berbagai aspek.
Secara spesifik, perbedaannya dapat dilihat dari segi morfologi dan hormonal.
DAFTAR PUSTAKA

Andrade, Fabio H. E., Fernanda C. Figueiroa, Paulo R. O. Bersano, Denise Z. Bissacot dan
Noeme S. Rocha. 2010. Malignant mammary tumor in female dogs: environmental
contaminants. Diagnostic Pathology. 5(1): 1-5.

Mills, S. W., K. M. Musil, J. L. Davies, S. Hendrick, C. Duncan, M. L. Jackson, B. Kidney,


H. Philibert, B. K. Wobeser dan E. Simko. 2015. Prognostic value of histologic
grading for feline mammary carcinoma: a retrospective survival analysis. Veterinary
Pathology. 52(2): 238-249.

Munson, L. dan A. Moresco. 2007. Comparative Pathology of Mammary Gland Cancers in


Domestic and Wild Animals. Breast Disease. 28(1): 7-21.

Nordin, M. L., A. Y. Osman, R. Shaari, M. M. Arshad, A. A. Kadir dan M. F. H. Reduan.


2017. Recent Overview of Mammary Cancer in Dogs and Cats: Classification, Risk
Factors and Future Perspectives for Treatment. IOSR-JAVS. 10(8): 64-69.

Overley, B., F. S. Shofer, M. H. Goldschmidt, D. Sherer dan K. U. Sorenmo. 2005.


Asociation between Ovarihysterectomy and Feline Mammary Carcinoma. J. Vet.
Intern. Med. 19(4): 560-563.

Philibert, Jeffrey C, Paul W Snyder, Nita Glickman, Larry T Glickman, Deborah W Knapp
dan David J Waters. 2003. Influence of host factors on survival in dogs with
malignant mammary gland tumors. Journal of Veterinary Internal Medicine. 17(1):
102-106.

Sorenmo, K. 2003. Canine mammary gland tumors. Vet. Clin. Small Anim. 33(3): 573-596.

Viste, Jodi R., Sherry L. Myers, Baljit Singh dan Elemir Simko. 2002. Feline mammary
adenocarcinoma: tumor size as a prognostic indicator. Can Vet J. 43: 33-37.

Anda mungkin juga menyukai