Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP ( IKLH )


INDUSTRI TEKSTIL

Kelompok 5 :

Andika koes pratama (2018031014)


Adila salesti (2018031002)
Arifa (2018031020)
Maharani damayanti (2018031065)
Siti khaeriyah (2018031110)
Syahirul alim (2018031119)
Novian wahyu anggara (2018031083)
Halda yanhuri (2018031053)
Yoniza febriana (2018031143)
Yuli noviyani (2018031146)

UNIVERSITAS FALETEHAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SERANG – BANTEN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Indutri Tekstil ini. Tidak
lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi membantu kami baik berupa pemikiran maupun materialnya. Dimana makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, dan untuk kedepannnya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami menyadari bahwa


makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca demi kesepurnaan makalah makalah
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Insutri Tekstil ini.

Serang, 19 Juni 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6
2.1 Landasan Teori........................................................................................................ 6
1. EQI............................................................................................................... 6
2. IKLH............................................................................................................ 7
2.2 Indikator dan Parameter........................................................................................... 7
1. Kualitas Air Sungai..................................................................................... 7
2. Kualitas Udara............................................................................................. 9
3. Tutupan Hutan............................................................................................. 9
2.3 Pengertian Industri Tekstil....................................................................................... 10
2.4 Dampak, Pengolahan, dan Manfaat Limbah Industri Tekstil.................................. 11
2.5 Indeks Provinsi, Kepulauan, dan Nasional.............................................................. 11

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini untuk mengukur kualitas lingkungan umumnya dilakukan secara parsial
berdasarkan media, yaitu air, udara, dan lahan sehingga sulit untuk menilai apakah
kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah bertambah baik atau sebaliknya. Salah satu
cara untuk mereduksi banyak data dan informasi adalah dengan menggunakan indeks.

Studi-studi tentang indeks lingkungan telah banyak dilakukan terutama oleh


perguruan tinggi di luar negeri, sepert Yale University dan Columbia University yang
menghasilkan Environmental Sustainability Index (ESI), dan Virginia
Commonwealth University yang menghasilkan Environmental Quality Index (EQI).
Salah satu studi yang menarik adalah yang dipublikasikan pada tahun 2008 oleh Yale
University dan Columbia University yang berkolaborasi dengan World Economic
Forum dan Joint Research Center of the European Commission Studi tersebut
menghasilkan indeks yang disebut sebagai Environmental Performance Index (EPI),
dan berdasarkan indeks tersebut Indonesia menempati urutan ke 102 dari 149 negara
dengan nilai 66,2.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 2007 telah mengembangkan
Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) untuk 30 ibukota provinsi. Selain itu pada tahun
2009 Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bekerja sama denga Dannish
International Development Agency (DANIDA) juga mulai mengembangkan indeks
lingkungan berbasis provinsi yang pada dasarnya merupakan modifikasi dari EPI.

Penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup juga terkait erat dengan sasaran
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) 2010-2014, yaitu terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang
ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup dalam 5 tahun ke
depan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengerian EQI ?
2. Apa pengertian IKLH ?
3. Indikator dan parameter kualitas air sungai ?
4. Indikator dan parameter kualitas udara ?
5. Indikator dan parameter tutupan hutan ?
6. Pengertian industri tekstil?
7. Dampak, pengolahan, dan manfaat limbah industri tekstil?
8. Indeks kualitas lingkungan hidup menurut provinsi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengerian EQI
2. Untuk mengetahui pengertian IKLH
3. Untuk mengetahui indikator dan parameter kualitas air sungai
4. Untuk mengetahui indikator dan parameter kualitas udara
5. Untuk mengetahui indikator dan parameter tutupan hutan
6. Untuk mengetahui pengertian industry tekstil
7. Untuk mengetahui dampak, pengolahan, dan manfaat limbah industri tekstil
8. Untuk mengetahui indeks kualitas lingkungan hidup menurut provinsi

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Studi-studi tentang indeks lingkungan telah banyak dilakukan terutama oleh
perguruan tinggi di luar negeri. Beberapa studi indeks lingkungan yang telah
dipublikasikan antara lain Environmental Sustainability Index (ESI), Environmental
Performance Index (EPI), dan Virginia Environmental Quality Index (VEQI). Dari
ketiga indeks tersebut, EQI atau VEQI lebih layak diadopsi untuk mengukur kondisi
lingkungan di Indonesia. Selain karena lebih sederhana dan mudah dipahami, juga
karena data yang tersedia relatif lengkap dan kontinu.

1. Environmental Quality Index (EQI)


EQI merupakan gabungan 7 indikator dan beberapa indikator terdiri dari
parameter-parameter sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator dan Parameter EQI

No
Indikator Parameter Bobot
.
1. Kualitas Udara 18
SO2 18
O3 18
NO2 16
PB 13
TSP 12
PM 12
CO 11
2. Kualitas Air Permukaan (Indeks Kesesuaian Habitat) 13
Kualitas Air Permukaan (Nutrien) Nitrogen 13
Phosphorous 50
3. Pembuangan Bahan Beracun 11
4. Lahan Basah 15
5. Perkembangbiakan Burung 15
6. Populasi 10
7. Tutupan Hutan 5

Diujicoba di negara bagian Virginia, Amerika Serikat, EQI yang dikembangkan oleh
VCU pada dasarnya mengukur kecenderungan kualitas atau kondisi lingkungan dari

6
medianya (air, udara, dan lahan), beban pencemar toksik, perkembangbiakan burung
(keanekaragaman hayati), dan pertumbuhan penduduk. Indikator dan parameter
ditetapkan oleh komite teknis yang dibentuk oleh tim penyusun EQI. Komite ini
terdiri dari pakar, serta wakil-wakil dari pemerintah Negara bagian dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Penetapan bobot pada awalnya dilakukan dengan teknik
Dlphi, yaitu berdasarkan pendapat dari akademisi, industriawan, LSM, dan rata-rata
untuk setiap indicator dan parameter.

2. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Pada tahun 2009 KLH bekerja sama dengan DANIDA menunjuk tim konsultan untuk
menyusun indeks kualitas lingkungan. Tim konsultan kemudian mengajukan konsep
yang merupakan adopsi dari EPI. Selain itu BPS juga sejak tahun 2008
mengembangkan indeks kualitas lingkungan perkotaan. Dari berbagai seminar yang
diadakan oleh BPS dan focus discussion group (FGD) yang diadakan oleh KLH
bekerjasama dengan DANIDA, akhirnya diputuskan untuk mengadopsi konsep indeks
yang dikembangkan oleh BPS dan VCU yang dimodifikasi.

Konsep IKLH, seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator
kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan.
Berbeda dengan BPS, IKLH dihitung pada tingkat provinsi sehingga akan didapat
indeks tingkat nasional. Perbedaan lain dari konsep yang dikembangkan oleh BPS dan
VCU adalah setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai
indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang
mengaturnya, seperti:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara
penghitungan indeks pencemaran air (IPA).

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997


tentang Indeks Pencemar Udara.

Penetapan parameter berdasarkan pada ketersediaan data dalam selang waktu tahun
2006 – 2009. Berdasarkan hal tersebut akhirnya ditetapkan parameter dari setiap
indikator untuk perhitungan IKLH tahun 2009 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.

7
Tabel 2. Indikator dan Parameter Indeks Kualitas Lingkungan

No Indikator Kualitas Lingkungan Parameter


.
1. Kualitas air sungai Proporsi jumlah sampel air dengan nilai
Indeks Pencemaran Air (IPA) > terhadap
total jumlah sampel
2. Kualitas udara Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
3. Tutupan hutan Proporsi luas hutan primer dan sekunder
terhadap luas kawasan hutan

Perhitungan IKLH untuk setiap provinsi dilakukan dengan menggunakan formula


sebagai berikut:

IPA+ ISPU + ITH


IKLH =
3

Dimana:

IKLH_Provinsi = indeks kualitas lingkungan tingkat provinsi

IPA = indeks pencemaran air sungai

ISPU = indeks standar pencemar udara

ITH = indeks tutupan hutan

2.2 Indikator dan Parameter


1. Kualitas Air Sungai
Air, terutama air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS menunjukkan bahwa pada tahun
2007 sekitar 3 persen rumah tangga di Indonesia menjadikan sungai sebagai sumber
air minum. Selain itu air sungai juga menjadi sumber air baku untuk berbagai
kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian dan pembangkit tenaga listrik Di lain
pihak sungai juga dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah sehingga
tercemar dan kualitasnya semakin menurun.

Karena peranannya tersebut, maka sangat layak jika kualitas air sungai dijadikan
indikator kualitas lingkungan hidup. Selain kualitasnya, sebenarnya ketersediaan air

8
sungai (debit air) juga perlu dijadikan indikator. Namun karena data yang tidak
tersedia, maka debit air untuk sementara tidak dimasukkan sebagai indikator.

Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain
mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution
Index – PI).

Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang merupakan
fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i dan Lij
menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku
peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukan yang akan digunakan adalah klasifikasi
mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2. Kualitas Udara

Kualitas udara, terutama di kota-kota besar dan metropolitan, sangat dipengaruhi oleh
kegiatan transportasi. Pada tahun 2008 kegiatan transportasi di Indonesia diperkirakan
mengemisikan CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 83 juta ton, 24 ribu ton,
dan 3,9 ribu ton. Perhitungan indeks untuk indikator kualitas udara dilakukan
berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 tentang Pedoman
Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).

Nilai ISPU mempunyai rentang dari 0 (baik) sampai dengan 500 (berbahaya).
Menurut pedoman tersebut di atas, parameter-parameter dasar untuk ISPU adalah
partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan
nitrogen dioksida (NO2)

3. Tutupan Hutan

Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem. Selain
berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga mempunyai fungsi mencegah terjadinya
erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang
sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

9
Berdasarkan data dari program Menuju Indonesia Hijau (MIH), klasifikasi hutan
terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum
mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan
hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan
hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan,
peternakan, dan pertanian menetap.

Meskipun kerapatan hutan sekunder lebih kecil dari hutan primer namun secara alami
hutan sekunder mulai membentuk hutan kembali meskipun prosesnya sangat lambat.
Selain itu ada juga upaya-upaya yang dilakukan manusia untuk mempercepat proses
penghutanan kembali hutan sekunder.

Membandingkan luas hutan primer dan hutan sekunder yang bersumber dari program
MIH dengan luas kawasan hutan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan barangkali
kurang tepat karena mungkin lokasinya yang berbeda. Namun yang penting adalah
bahwa perbandingan tersebut sedikit memberikan gambaran tentang seberapa besar
kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia.

2.3 Pengertian Industri Tekstil

Industri ialah usaha pengolahan barang setengah jadi atau bahan mentah berubah
menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah untuk memperoleh keuntungan
sebesarnya. Sedangkan tekstil merupakan suatu bahan dari serat yang diolah berupa
kain atau benang sebagai bahan untuk membuat busana dan produk lainnya. Bahan
atau produk tekstil meliputi yaitu produk serat, kain, pakaian, benang, dan berbagai
jenis lain berasal dari serat.

Jadi industri tekstil merupakan industri yang mengolah serat menjadi benang
kemudian menjadi busana atau lainnya. Industri tekstil ialah salah satu industri
manufaktur terbesar baik di Indonesia maupun di dunia. Dibandingkan dengan negara
tetangga, industri tekstil di Indonesia masih kalah dengan negara tetangga yaitu
Vietnam yang mana negara yang mencetak penjualan atau ekspor terbesar kedua di
amerika.

2.4 Dampak, Pengolahan, dan Manfaat Limbah Industri Tekstil

10
Limbah ialah buanga dari suatu proses produksi baik industry maupun domestik
(rumah tangga). Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses
pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi,
pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas
menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses
penyempurnaan bahan sistesis. Limbah tekstil berupa padat berasal dari pembuatan
kain, benang, seratserat kain, dan sampah dari kegiatan lain, limbah gas berupa
pencemaran debu dari penggunaan mesin, sedangkan limbah cair dari proses
pengkajian benang proses pengkajian penghilangan zat pelumas dari serat sintesis
sebelum proses penenunan dan dari proses pencelupan.

Tabel 3. Sumber Air Limbah


No
. Proses Jenis Kontaminan
1. Pengkajian Larutan
2. Pewarnaan Kanji
3. Pemutihan Pemutih
4. Printing Pewarna

2.5 Indeks Provinsi, Kepulauan, dan Nasional


Hasil perhitungan IKLH menurut provinsi menunjukkan bahwa pada tahun 2009 ada
18 provinsi yang mempunyai nilai indeks lebih besar dari nilai indeks nasional dan 10
provinsi mempunyai nilai indeks lebih kecil dari nilai indeks nasional.

Tabel 4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup menurut Provinsi

Kualitas Kualitas Tutupan


Provinsi IKLH
Air Udara Hutan

Sulawesi Utara dan Gorontalo 83,06 95,84 85,74 88,21

Sumatera Barat 78,57 92,33 90,23 87,04

Bali 61,90 94,61 100,00 85,50

Bengkulu 51,19 96,16 91,38 79,58

11
Maluku dan Maluku Utara 66,81 95,75 73,84 78,80

Papua dan Papua Barat 42,11 98,72 85,07 75,30

Jambi 64,26 96,54 64,32 75,04

Nusa Tenggara Barat 75,76 97,51 47,80 73,69

Lampung 71,11 83,08 66,73 73,64

Aceh 24,44 97,63 95,34 72,47

Kalimantan Barat 67,77 93,45 54,54 71,92

Sumatera Selatan 83,23 89,01 35,66 69,30

Kalimantan Timur 24,68 93,22 87,99 68,63

Sulawesi Tengah 13,64 97,49 94,41 68,51

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 36,01 96,23 70,61 67,62

Nusa Tenggara Timur 29,63 91,32 78,87 66,61

Sumatera Utara 37,43 96,83 53,18 62,48

Sulawesi Tenggara 9,38 97,10 75,10 60,53

Jawa Timur 30,86 96,69 49,47 59,01

Jawa Tengah 40,67 96,28 29,26 55,40

. D.I Yogyakarta 26,57 95,68 38,30 53,52

Bangka Belitung 50,00 97,07 9,39 52,15

12
Riau dan Kepulauan Riau 40,27 85,68 29,01 51,65

Banten 24,00 94,95 33,64 50,86

Jawa Barat 15,33 95,06 38,69 49,69

Kalimantan Selatan 8,40 97,11 39,24 48,25

Kalimantan Tengah 2,91 93,71 40,48 45,70

DKI Jakarta 28,95 96,01 0,24 41,73

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
EQI merupakan gabungan 7 indikator dan beberapa indikator terdiri dari parameter
kualitas udara, kualitas air, pembuangan bahan beracun, lahan basah, perkembangan
burung, populasi, dan tutupan hutan. Diujicoba di negara bagian Virginia, Amerika
Serikat, EQI yang dikembangkan oleh VCU pada dasarnya mengukur kecenderungan
kualitas atau kondisi lingkungan dari medianya (air, udara, dan lahan), beban
pencemar toksik, perkembangbiakan burung (keanekaragaman hayati), dan
pertumbuhan penduduk. Indikator dan parameter ditetapkan oleh komite teknis yang
dibentuk oleh tim penyusun EQI.

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan pengendalian Dampak Lingkungan, (1997). Keputusan Kepala Bapedal Nomor 107
Tahun 1997 Tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks

Standar Pencemar Udara. Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Daniel C. Esty, C. K. (2008). 2008 Environmental Performance Index. New Haven: yale
Center for environmental Law and Policy.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup, (2003). Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 115 tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, Jakarta
Kementrian Negara LIngkungan Hidup.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup, (1999). Peraturan Pemerintah Nomer 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: Sekretariat Negara Republik
Indonesia.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. (2001). Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Sub Direktorat Statistik dan Jaringan Komunikasi Data Kehutanan, Direktorat Perencanaan
Kawasan Hutan, Direktorat Jenderal Pianologi Kehutanan. (2008). Statistic
Kehutanan Indonesia 2008, Jakarta: Departemen Kehutanan.

VCU Center For Environmental Studies (2000, December 6). Virginia Environmental
Quality Index Dipetik March 10, 2009, dari Virginia Commonwealth University:
http://www.veqi.vcu.edu/index.htm

15

Anda mungkin juga menyukai