Teknik Bioproses adalah cabang ilmu teknik, yang menggarap proses‐proses
konversi biomasa tumbuhan, hewan atau mikroorganisme, melalui reaksi biokimia dengan memanfaatkan biokatalis atau enzim, menjadi bahan lain yang dipandang lebih bernilai, seperti makanan, pakan ternak, obat-obatan, bahan kimia, polimer, atau bioenergi, yang dilaksanakan pada skala industri.
2.2 Bioproses Kelapa Sawit
Minyak dan lemak mempunyai fungsi biologis yang spesifik, di antaranya
metabolisme asam lemak tidak-jenuh rantai panjang sangat diperlukan bagi pembentukan sel-sel tubuh. Selain berfungsi pada penyerapan gula, vitamin dan mineral tertentu, minyak dan lemak juga mengatur kadar kolesterol dalam darah. Minyak dan lemak dapat menghasilkan 9,3 kal/gram, sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4,1 kal/gram (Priyono, 1976). Ada beberapa cara untuk membuat minyak goreng dengan bahan baku kelapa, yaitu secara proses fisika, kimiawi dan biologis(fermentasi). Dibanding produk minyak kelapa yang dibuat secara tradisional, pengolahan minyak kelapa secara fermentasi "Fermikel" menggunakan biakan mikroba tertentu memiliki beberapa keuntungan, antara lain mudah cara membuatnya, hemat energi bahan bakar, galendo yang terbentuk sedikit, tingkat ketengikan rendah dengan daya simpan lebih lama, rendemen minyak lebih tinggi, aroma lebih harum dan warna lebih jernih, dan juga sangat rendah (bebas) kolesterol. Secara biologis, produk fermikel juga lebih aman dan menguntungkan dibanding minyak konvensional yang diproduksi dari kopra, karena selama dalam pemrosesan, seringkali kopra terinfeksi oleh serangga dan jamur penghasil mikotoksin yang berpotensi menimbulkan keracunan.
2.3 Bioproses kelapa sawit dalam bidang peternakan
Untuk meningkatkan populasi ternak sapi yang dapat meminimalkan
hambatan ketersediaan lahan dan hijauan, dapat dilakukan dengan menerapkan integrasi kelapa sawit ternak sapi. Ketersediaan lahan untuk penerapan sistem integrasi sawit-ternak sapi di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bireuen mencapai 3.109 hektar. Selain itu, Kabupaten Bireuen juga merupakan sentra peternakan terutama sapi. Berdasarkan kondisi ini, penerapan sistem integrasi kelapa sawit-ternak sapi dapat menjadi solusi meningkatkan populasi dan produksi ternak, sekaligus dapat meningkatkan optimasi pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Di satu sisi, kebutuhan pakan ternak dapat dipenuhi dengan memanfaatkan vegetasi dan hasil samping industri perkebunan kelapa sawit, sedangkan ternak dapat memberikan kontribusi penyediaan pupuk organik dan pengendalian gulma rumput. Produksi hijauan dibawah tegakan kelapa sawit pada umur 3 dan 6 tahun sebanyak 13.168 kg/ha dan 6.380 kg/ha . Dari segi produktivitas ternak, sistem integrasi ini terbukti dapat meningkatkan produktivitas sapi yang ditandai dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH). Pemberian pakan yang bersumber dari pelepah kelapa sawit dengan penambahan konsentrat secara nyata meningkatkan PBBH sapi antara 0,45 – 0,66 kg/ekor/hari. Potensi teknologi pengolahan kelapa sawit dan ternak sapi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu analisis keunggulan komparatif (LQ) dan keunggulan kompetitif (SSA) komoditas sapi dan kelapa sawit, besarnya penerimaan dan keuntungan usahatani sapi yang mengembangkan system integrasi, preferensi kelompok tani terhadap system ini dan fungsi kelompok tani sebagai penentu keberlangsungan system integrasi.