Anda di halaman 1dari 4

JUDUL : BUNTARA PERSISTENSI PEMUDA

TEMA : MENGGENGGAM BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM JIWA PARA


PEMUDA

Sang baskara muncul menampilkan siluetnya yang menjadi pertanda bahwa hari akan dimulai
kembali, menjadi pertanda bagi seseorang untuk menumbuk padi menggunakan lesung,
menjadi pertanda bagi orang lainnya untuk menyiapkan makan untuk anak-anaknya, dan juga
menjadi tanda bagiku untuk memulai aktivitas pagi hariku dengan berjualan bolu cupu. Bolu
cupu sendiri adalah kue tradisional khas Kayuagung. Bolu ini dibuat oleh nenek ku, dan
diriku setiap pagi sebelum sekolah selalu berjualan terlebih dahulu, menjajakan bolu kepada
orang-orang di kampung, meskipun keuntungan dari jualan bolu cupu ini tidak banyak, tetapi
aku selalu mensyukurinya, setidaknya itu bisa mencukupi kehidupan sehari-hariku.

Sebelumnya aku akan memperkenalkan diri namaku adalah Bintang nugroho, aku sendiri
mempunyai darah sunda dari ayahku, dan darah kayuagung dari ibuku. Ayah dan ibuku sudah
meninggal dunia 6 tahun yang lalu karena kecelakaan kereta api yang mereka naiki saat akan
pergi ke Jakarta. Aku bersekolah di SMP negeri 1 Kayuagung, dan diriku termasuk anak yang
cerdas dan juga sering didapuk untuk mewakili sekolah dalam perlombaan.

Kulihat jualananku sudah habis dan waktu telah menunjukkan pukul 6.25 untung saja bapak-
bapak yang baik tadi memborong semua bolu cupuku. Aku pun bergegas berjalan pulang
untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

“Nek Bintang pulang” ucapku ketika sampai dirumah .

“Iya tang, ini nenek sudah buatkan nasi samen untuk sarapan” ucap nenekku dari dalam
dapur.

“Ini nek uang hasil jualan hari ini, alhamdullilah semua kuenya habis nek” ujarku sambil
tersenyum..

“Alhamdullilah, kamu ganti baju sekolah dulu terus makan nasi samen yang sudah nenek
siapkan di atas meja” ucap nenek ku kepadaku.

Akupun segera mengganti baju dan mengambil tasku, lalu segera makan nasi samen dengan
lauk telur rebus dan sambal tempe. nasi samen sendiri adalah nasi khas Kayuagung,
warnanya kuning seperti nasi kuning, tapi nasi samen menggunakan minyak samen
sedangkan nasi kuning tidak, nasi kuning sendiri lebih seperti nasi uduk berwarna kuning.
Setelah selesai makan, aku pun berpamitan kepada kakek dan nenekku.

“Nek kakek bintang pegi sekolah dulu” ucapku sambil menyalim kakek dan nenekku.

“Iya tang, hati-hati dijalan” ucap kakekku.

Jarak sekolah dari rumahku sendiri terbilang cukup dekat, tak sampai 3 menit jika berjalan
kaki. Disekolah sendiri kami para siswa dan siswi wajib berbicara dalam bahasa Indonesia,
karena memang disekolah banyak siswa siswi yang mempunyai ras dan suku tersendiri, jadi
upaya untuk berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar diterapkan di lingkungan
sekolah, walaupun masih banyak yang sering menggunakan bahasa daerah sendiri. Hal ini
juga sesuai dengan makna dari sumpah pemuda yang akan diperingati besok hari, dan tentu
saja besok akan banyak perlombaan diadakan seperti lomba pidato, debat, tarik tambang dan
masih banyak lainnya. Perlombaan tersebut menjadi ajang untuk mempersatukan para
pemuda pemudi jaman sekarang untuk saling berkolaborasi tak peduli akan perbedaan yang
ada. Sesampainya disekolah.

“Hoy Star selamat datang dikelas, selamat berbelanja” ucap Bondan dengan suara
cemprengnya.

Teman-teman dikelas sontak tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya.

“Oy kaunih namo bagus-bagus Bintang kau ganti jadi Star, Star apo oh, Starbuck eh?” ucap
Guntur dengan logat Kayuagung sambil tertawa terbahak-bahak.

Aku pun hanya tertawa kecil saat melihat tingkah laku teman-temanku yang seperti belum
minum obat itu.

“Eh besok kita jadikan ikut lomba voli?” tanya Asep kepadaku.

“Iya jadi, dan jangan lupa sore nanti kumpul dilapangan untuk latihan voli” jawabku.

“Sesudah sholat ashar kan? Kalau begitu nyong nungguin kalian sholat didepan mushola ya,
biar sekalian ke lapangan sama-sama” ujar Bondan.

“Ashiappp” jawab diriku dan teman teman yang lain.

“Ayo kita ke depan, upacara sebentar lagi akan dimulai” ucapku, yang dibalas anggukan oleh
teman-teman.
Setiap hari senin pasti diadakan upacara bendera secara rutin, kami pun mengikuti upacara
dengan tertib dan penuh semangat, hal ini dilakukan untuk menghormati bangsa Indonesia
serta sejarah perjuangan didalamnya.

Setelah selesai upacara, kami pun kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Tak terasa jam pelajaran sudah memasuki jam terakhir. Setelah selesai sekolah kami pun
memutuskan untuk langsung pulang, dan berkumpul di mushola yang letaknya diseberang
sekolah. Setelah selesai sholat kami pun mulai membagi peran dalam voli, lalu memulai
pemanasan agar tidak ada yang cedera. Kami pun berlatih dengan sangat keras dan penuh
semangat, kami semua tahu bahwa voli itu tidak dimainkan sendiri-sendiri, tapi dimainkan
oleh 6 orang pemain yang saling terhubung agar tercipta keseimbangan yang kuat. Setelah
dirasa cukup kami pun memutuskan untuk menyudahi latihan kami, agar malam ini bisa
beristirahat dengan cukup dan mempunyai stamina yang besar untuk besok hari.

Pagi harinya.

“ Nek Bintang pulang” ucapku.

“ Mandi dulu tang, terus tolong bantu nenek masak nasi” ujar nenekku yang saat itu sedang
menyiapkan adonan bolu cupu.

“Iya nek” jawabku.

Malam itu aku, nenekku dan kakekku makan malam bersama sama, dengan lauk ikan laut,
tumis kangkung dan juga tempe goring, makanan yang sederhana namun terasa nikmat,
apalagi jika dimakan dengan orang yang kita kasihi.

“Kakek, nenek, besok tolong doakan agar Bintang sama teman-teman bisa menang lomba ya”
ujarku kepada kakek dan nenek.

“Iya Bintang, kakek dan nenek pasti selalu mendoakan kamu, besok jangan lupa sholat, minta
sama allah agar bisa diberi kemenangan” ujar kakekku, yang diberi anggukan oleh nenekku.

“Iya kek” jawabku

Keesokkan paginya seperti biasa sebelum bersekolah diriku berjualan bolu cupu terlebih
dahulu. Hari ini adalah hari sumpah pemuda yang membuat kobaran semangat didadaku
semakin besar untuk mengikuti perlombaan. Setelah selesai berjualan akupun bergegas
pulang berganti pakaian dan sarapan, setelah itu kulangkahkan kakiku pergi menuju sekolah.
Kelas kami bertanding dipertandingan ketiga, kami pun berhasil memenangkan kedua set,
lalu menuju kebabak selanjutnya, dibabak final kami melawan kakak kelas 9, namun hal itu
tak membuat semangat kami menurun, malah itu membuat semangat kami darah semangat
kami mengalir lebih cepat, akhirnya pertandingan berakhir, kami memenangkan 2 set,
sedangkan kakak kelas 9 memenangkan 1 set, hal ini tentu saja membuat kami memenangkan
perlombaan. Setelah selesai bertanding kami pun berteriak dengan semangat karena bisa
memenangkan perlombaan ini, bahkan kulihat Guntur menyeka air mata yang ada dimatanya.
Kami tahu usaha dari berlatih dengan serius kemarin hari pasti akan membuahkan hasil, tak
peduli perbedaan yang ada kami akan terus berjuang, kami masih muda dan kegagalan adalah
hal yang biasa bagi kami.

Moral yang dapat diambil :

1. Tidak membeda-bedakan teman. Sebagai bangsa Indonesia yang satu, nilai penting seperti
dalam sumpah pemuda maka kita diajarkan untuk tidak membeda-bedakan teman, walaupun
berasal dari daerah yang berbeda, suku yang berbeda, agama yang berbeda dan latar belakang
yang berbeda pula.

2. Saling membantu satu sama lain juga merupakan nilai sumpah pemuda.

3. Belajar dan berlatih secara tekun juga sesuai dengan nilai pantang menyerah pada sumpah
pemuda demi mencapai cita-cita yang satu.

4. Selalu menjaga sikap saling menghormati dan saling tolong menolong antar anggota
keluarga.

5. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai