Makalah Kalam Teologi Riffat Hasan
Makalah Kalam Teologi Riffat Hasan
Oleh:
BANJARMASIN
2018
1. Pengertian Feminisme
Feminisme berasal dari bahasa latin “femina” , yang artinya memiliki sifat
keperempuanan. Selain itu Feminisme dapat diartikan gerakan yang menuntut
persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. (Pengakuan tentang
ketidakseimbangan kekuatan antaradua jenis kelamin, dengan peranan wanita
berada dibawah pria).dalam bukunya pada tahun 1972 mengartikan Feminisme
merupakan suatu gerakan emansipasi wanita, gerakan dengan lantang
menyuarakan tentang perbaikan kedudukan wanita dan menolak perbedaan derajat
antara laki-laki dan wanita.
2. Latar dan Sejarah Karir Intlektual
Riffat hasan menjelaskan pada tahun 1983-1984 saya terlibat dalam satu
proyek penelitian di Pakistan, ketika itu pada masa pemerintahan ketika itu dan
Islamisasi sedang dimulai. Pernyataan yang timbul dikepala saya pada waktu itu,
mengapa skalau satu negaran atau pemerintahan mulai melakukan islamisasi,
tindakan pertama yang dilakukan adalah memaksa perrempuan kembali masuk
rumah, menutup seluruh tubuh mereka, memberlakukan peraturan peraturan dan
UU yang mengatur tingkah laku individu, terutama perempuan? Saya kemudian
mempelajari teks Al-Qur’an secara serius dan mendalam dan akhirnya melihat
perlunya reinterpretasi.
Memang harus diakui bahwa negara Pakistan, negara bahwa t empat Riffat
hasan dilahirkan dan dibesarkan adalah sebuah negara yang sarat dengan
pergolakan yang luar biasa. Hal ini adanya tarik ulur dan perdebatan panjang
antara pemikir Pakistan dalam rangka memberikan jati diri negaranya yang sejak
awal telah dicanangkan sebagai negara Islam. Realitas tawaran pemikiran yang
diawakili kubu Abu A’la al-Maududi yang mengajukan sebuah model negara
teokrasi yang lebih bersifat tradisional dan mereka yang menghendaki
pembentukan negara islam yang lebih modern berdasarkan kedaulatan rakyat
seperti yang ditawarkan Pazlurrahman, telah mewarnai perdebatan panjang
seputar Platfrom negara Islam Pakistan yang memang selama ini belum sempat
dirumuskan. “Pakistan lebih dari negara Islam manapun, menghadapi lebih
banyak persoalan yang menarik perhatian dalam perjuangannya untuk
mendapatkan idenditas keislamannya”.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Riffat melakukan study intensif tentang
perempuan dalam Islam, sebuah study yang tidak semata sebagai tuntunan
akademik melainkan juga sebagai sebuah gerakan moral. Namun, demikian dapat
dijelaskan, Riffat menapaki perjalanannya sebagai seorang teolog feminis dimulai
pada tahun 1974 saat ia diminta untuk berbicara tentang perempuan dalam Islam
dan kappasitas sebagai dosen penasehat Mahasiswa cabang Oklahoma. Sejak saat
itulah ia mulai mengadakan interpretasi terhadap teks-teks agama dalam rangka
menemukan kebenaran dan keadilan bagi pembelaan terhadap perempuan Islam.
Feminisme, harus diakui, pada dekade pada terakhir ini seholah telah menjadi
celerty of discourse. Berbagai wacana publik yang mencoba mengkaji dan
menggali tema ini dalam berbagai sudut pandang (angle) menyembul
kepermukaan. Hal yang menarik dari fenomena feminisme ini adalah telah
ditariknya wacana ini kedalam dataran-daran keagamaan. Para pemikir feminisme
tidak hanya berhenti pada analisis-analisis sosio-antropologis, tetapi mereka lebih
jauh mendalam kejantung wilayah-wilayah yang selama ini dianggap “riskan dan
beresiko” wilaya agama yang nota bene dianggap “sakral”. Dalam konteks
pemikiran islam, kita telah mengenal nama-nama seperti Fatima Mernisi, Aminah
Wadud Muhsin, Riffat Hasan, sebagai sosok pemikir muslim yang mempunyai
perhatian tinggi terhadap Feminisme terutama dalam relasinya dengan doktrin
keagamaan.
Pada pembagian ini penulis akan mengkaji pemikiran Riffat Hasan, sebagai
salah satu model untuk meneropong pemikiran yang dikembangkan dikalangan
Feminis. Pembahasan ini akan mencakup tiga segmen pokok yaitu latar sejarah
dan karir intlektual, kerangka metodologi pemikiran, dan konstruksi
pemikirannya. Tujuan mendasar dari pembahasan ini tidak lain untukk
mengetahui konstruksi kalam Feminisme Riffat hasan terutama sebagai langkah
awal dalam kaitannya deengan upaya melakukan konstruksi sistem pemikiran
(episteme) wacana kalam sosial yang berkembang dalam konteks pemikiran islam
kontemporer.
“Namun, masih belum jelas dan difahami sepenuhnya, bahkan oleh banyak
aktivis perempuan Pakistan dan negri Islam lainnya bahwa ide-ide dan sikap
negatif terhadap perempuan yang ada di masyarakat muslim pada umumnya
berakar pada teologi”. Demikianlah salah satu penggalan pernyataan kritik dan
sekaligus keprihatinan Riffat melihat realitas sosiologis masyarakat muslim yang
memperjuangkan nasib kaum perempuan yang hanya mengutamakan perbaikan
pada skala statistik sosiologis dan belum mengarah kejantung permasalahannya,
teologis. Bagi Riffat, perbaikan kondisi secara sosiologis seperti hak-hak sosial
dan politik adalah pentinng, namun, jika landasan teologis yang melahirkan
kecendrungan yang bersifat misoginis dalam tradisi islam tidak dibongkar, maka
diskriminasi terhadap perempuan akan senantiasa terus berlanjut. Berdasarkan hal
inilah, menurutnya, konstruksi teologi feminisme adalah sebuah keniscayaan.