Anda di halaman 1dari 7

KULIAH KE-1 GEOLOGI UMUM – SEMESTER GENAP 2020-2021

PENDAHULUAN – GEOLOGI DAN TEKNIK TAMBANG

Dosen : Prof. Dr. Ir. R. FEBRI HIRNAWAN, IPU


WAHYU BUDHI KHORNIAWAN, ST., MT

Dalam Kuliah ke-1 ini mahasiswsa diberikan bahan pembelajaran di bawah ini, yaitu
Geologi dan Usaha Pertambangan untuk memperoleh CPMK sbb :

Memahami arti geologi, masalah apa saja yang dipelajari dalam geologi, manfaat
mempelajari geologi, dan hubungannya dengan masalah pertambangan.

1. Geologi
1.1. GEOLOGI YANG DIKENAL SELAMA INI

Geologi merupakan studi tentang bumi, sebagaimana diutarakan dalam Kamus earth
science American Geological Insitute atau AGI ( Clarke, 1966 dalam McNeil, 1999) sbb :

Geology (ge-ol'-o-gy) The study of the planet Earth—the materials of which it is made, the
processes that act on these materials, the products formed, and the history of the planet and its
life forms since its origin. Geology considers the physical forces that act on the Earth, the chemistry
of its constituent materials, and the biology of its past inhabitants as revealed by fossils.

Sumber pustaka ini merupakan salah satu acuan yang seringkali digunakan dalam
membahas geologi sebagai bahan pembelajaran atau studi tentang planet bumi, sekalipun
masih banyak acuan-acuan lain, tetapi penulis pilihkan salah satu tersebut di atas karena
sudah dikenal luas di dunia.

1.2. PEMAHAMAN ARAH PEMBELAJARAN GEOLOGI

Bahwa sebenarnya empat komponen atau unsur-unsur kerak bumi sebagai objek-
objek studi tersebut saling berhubungan, tidak dijelaskan dalam acuan tersebut, sehingga
harus kita sendiri kaitkan sebagai satu kesatuan makna atau pengertian tentang geologi ini.
Empat unsur objek belajar tentang bumi tsb ialah material, proses, produk, dan histori atau
waktu.

Bahwa kerak bumi itu selalu berproses, hal itu menandakan bahwa kerak bumi selalu
bergerak dinamis tidak statis. Produk (Pd) dihasilkan melalui proses (P) yang bekerja
terhadap material atau bahan baku (M) selama waktu tertentu (t). Maka, hubungan antar
faktor-faktor kerak bumi tsb membentuk model matematik sebagaimana dinyatakan
sebagai berikut :

Pd = f (M, P, t),

yaitu, produk merupakan fungsi (baca : ditentukan oleh) material, proses, dan waktu.
Hubungan tersebut merupakan model matematik yang berlaku untuk fenomena-fenomena
geologi pada umumnya, yang sangat jelas untuk ditampilkan sebagai bahan pembelajaran
pemahaman geologi kepada para pembelajar (baca untuk siapapun yang berminat belajar
geologi; tidak hanya untuk mahasiswa).

Beberapa contoh fenomena geologi di bawah ini , yang dikenal sebagai petrogenetic
cycle of rocks atau siklus batuan bisa menjadi ilustrasi proses geologi yang menghasilkan
produk dari bahan bakunya (material asal) dalam kurun waktu tertentu (Gambar 3.1).
Gambar sebagai contoh ini akan dibahas lebih lanjut dalam kuliah selanjutnya.

Semua jenis batuan pada gambar tersebut bisa menjadi produk yang dihasilkan
melalui proses yang bekerja terhadap material asal dalam kurun waktu geologi, misalnya
batuan beku sebagai produk melalui proses pendinginan dan solidifikasi atau kristalisasi yang
bekerja terhadap magma selaku material asal, lalu batuan beku bisa menjadi material asal
yang berproses melalui pelapukan, erosi, transportasi, dan pengendapan menjadi onggokan
sedimen yang terus berproses mengalami sementasi dan kompaksi, dan diagenesis menjadi
batuan sedimen sebagai produknya; demikian seterusnya dengan batuan-batuan lain.
Gambar 3.1. Proses yang melibatkan material (batuan asal), hasil produk
(batuan baru) selama waktu geologi ; Pd = f (M, P, t)

Sama halnya dengan fenomena tersebut, fenomena deformasi oleh kegiatan


tektonik terhadap massa batuan juga demikian. Produk merupakan proses yang bekerja
terhadap material asal dalam kurun waktu geologi. Contoh, massa batuan yang terlipat,
terkekarkan, dan tersesarkan sebagai produk merupakan massa batuan asal yang telah
mengalami proses deformasi oleh kegiatan tektonik selamat periode tektonik dalam kurun
waktu geologi tertentu. Mungkin jenis massa batuan produk dan massa batuan sebagai
material asal bisa sama, yang berbeda adalah struktur geologinya, tetapi kedua massa batuan
itu berbeda karakteristik fisik akibat gaya-gaya fisik (physical forces) yang telah bekerja
terhadapnya melalui suatu proses deformasi. Oleh karena itu, dibedakan sebagai batuan
produk dan sebagai batuan asal.
Sama halnya juga dengan cara penafsiran terhadap fenomena geomorfologi, yang
menjelaskan suatu bentang alam (landforms) yang merupakan produk akibat proses tektonik
dan denudasi terhadap massa batuan dalam bentuk landform terdahulu selaku material asal
dalam kurun waktu geologi tertentu. Pembelajaran aneka fenomena geologi lainnya juga
selalu dengan cara pandang semacam itu, misalnya studi facies batuan, sebagai proses yang
melibatkan peran aneka faktor yang bekerja terhadap suatu objek bahan (material asal)
dalam waktu geologi.

Begitulah cara pandang geologi, yaitu studi tentang material asal, proses, dan
produk, yang terbentuk dalam kurun waktu geologi. Cara pandang inilah yang kemudian
menjadi basis pola fikir geologi, sebagai kemasan cara pemahaman bahan pembelajaran
geologi yang diberikan kepada anak didiknya yang sudah berlangsung sejak 1950 sampai
dengan saat ini di negeri nyiur melambai tercinta ini termasuk di dunia. Pola fikir geologi ini
pada mulanya diwariskan oleh James Hutton sejak 1785 sebagai pola fikir uniformitarianism
yang kemudian dipopulerkan oleh Charles Lyell tahun 1830, karena Hutton bukan penulis
yang baik yang tidak sempat mempopulerkan gagasannya (Rosenberg, 2018). Pembentukan
pola fikir ini berlangsung melalui pengamatan produk masa kini oleh akibat proses yang
sedang berlangsung menghasilkannya, yang kemudian digunakan sebagai dasar opini bahwa
proses masa lalu yang menghasilkan produk serupa objek yang sedang diamati tersebut
adalah sama. Asumsi ini dikembangkannya semakin meluas yang menjadi dasar pandangan
bahwa proses alam itu berjalan uniform atau seragam, sehingga paradigma ini dijadikan
semacam fundamental belief, a synergism of a set of thought, dan logical and theorical
framework., yaitu memiliki ciri-ciri paradigmanya Thomas Khun (1957) yang dikenal luas
oleh para ilmiawan dunia tersebut.

Cara pandang tersebut di atas menghasilkan kesepakatan pemahaman di dalam


komunitas para pembelajar bidang geologi, bahwa alam memiliki keseragaman keteraturan
(uniform), bahwa kejadian masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang akan berjalan
dengan cara proses yang sama, dan pandangan ini sangat dipercaya oleh komunitas kita ini.
Cara pandang inilah yang justru menghasilkan hukum uniformitarianism tersebut di atas, yang
sampai sekarang ini sudah menjadi pakemnya para geologiawan, yakni – Key Principle of
Geology. The present is the key to the past. Oleh karena itu sulit berubah. pakem inilah yang
bertanggungjawab mewarnai karakteristik dan kualifikasi produk-produk riset geologi
sampai saat ini.
2. Masalah yang dipelajari dalam Geologi dan Manfaat Bagi
Teknik Penambangannya

Masalah yang dipelajari dalam geologi, sebagaimana dijelaskan di atas adalah kerak
bumi, yang meliputi objek pembelajaran sbb :

1) Material penyusun kerak bumi, yaitu aneka batuan dan aneka mineral penyusunnya,
lapukannya menjadi tanah dari berbagai tingkatan pelapukan (degree of weathering),
termasuk kandungan-kandungan dalam massa batuan-batuan tsb, yaitu aneka mineral
bijih logam dasar dan logam mulia, kandungan energi (batubara, gas, minyak bumi,
mineral radioaktif, dan panas bumi), air;

2) Cara terjadinya batuan tsb dan keberadaan aneka mineral bijih dan mineral radioaktif
yang dikandungnya, termasuk energi, panas bumi, dan air;

3) Deformasi akibat gaya tektonik dari dalam bumi yang berasal dari kegiatan pergerakan
arus konveksi di dalam massa mantle bumi di bawah kerakbumi menyebabkan keretakan-
keretakan kerakbumi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Lempeng-lempeng tektonik
ini kemudian bergerak bergeser (akibat aliran arus konveksi tsb) dengan saling
mendekat dan/atau menjauh sesamanya. Dalm hal terjadi tumbukan antara dua lempeng,
yaitu lempeng benua dan samudera, terjadilah pola deformasi yang terdiri dari lipatan
(antiklin-sinklin), kekar-kekar dari berbagai kelompok (set) dan juga sesar berbagai arah.
Bidang-bidang kekar dan sesar tsb merupakan conduit (saluran sebagai jalan) bagi gas dan
cairan larutan hydrothermal yang berasal dari magma sebagai sumber terbentuknya
mineral-mineral bijih yang diendapkan di sepanjang conduit tsb dan sekitarnya yang
sebelumnya telah memotong massa batuan-batuan akibat tektonik tsb. Keterjadian
mineral bijih ini penting difahami karena menentukan pola distribusi endapan bijih ybs,
potensi kadar dan cadangannya, serta berbagai tingkat kesulitan pengerjaan
pengembangannya (teknik pertambangannya). Semua aspek atau masalah tsb penting
difahami terkait dengan kegiatan pertambangan.

4) Selain itu permasalahan proses pembentukan aneka jenis massa batuan beserta
keterjadian bijih, kandungan energi, dan keberadaan air di dalamnya merupakan
pemberlajaran penting bagi teknik pertambangan terkait dengan pengerjaan eksplorasi
dan eksloitasi bahan tambang di dalamnya.

5) Juga permasalahan permukaan bumi sebagai ruang atau lahan sangat penting dipelajari
untuk pengembangan wilayah pertambangan, menyangkut tata ruang, yang terkait
dengan geomorfologi atau bentuk permukaan bumi, yang kesemuanya itu tidak terluput
dari kajian potensi dan kendala wilayah untuk dikembangkan.

6) Selanjutnyta permasalahgan kerja air di permukaan dan di bawah permukaan serta


kaitannya dengan teknik pertambangan sangat penting untuk bahan solusi dalam
mengatasi problem solving terkait desai tambang dan pelaksanaan penambangan.

3. Hubungan dengan Masalah Pertambangan

Kerakbumi adalah gudang sumber daya mineral dan energi, termasuk material
bangunan, dan air. Semuanya itu adalah bahan tambang. Karenanya dengan mempelajari
untuk diperoleh pemahaman kondisi geologinya, yang meliputi permasalahan keterjadian
aneka jenis batuan beserta kandungannya tsb di atas dan juga air, pola distribusi
penyebaran kandungan-kandungannya, besaran kadar bijih, dan besaran
cadangannya sangat penting sebagai bahan yang akan membantu pemecahan permasalahan
desain tambang (problem solving & design) dan cara pengerjaan penambangannya, agar
tercapai cara kerja dan perolehan produksi serta keselamatan pengerjaannya secara optimal.

Tanpa pemahaman kondisi geologi yang meliputi aneka permasalahan tsb di atas yang
terkait dengan kegiatan penambangan, sangat tidak mungkin bisa dicapai hasil akhir yang
optimal.

Semua permasalahan geologi tsb terkait dengan penetapan Metodologi Eksplorasi,


Studi Geoteknika, dan Hidrogeologi sebagai pendekatan dalam menghimpun design
parameters untuk problem solving dan design tambang, termasuk teknik penambangan atau
eksplotasinya.
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Geologi

Geologi memiliki cabang-cabang ilmu sbb ((George W. White, Univ. of Illinois, 1980) :

1. Geofisika (F,M)
2. Geokimia (K,M)
3. Mineralogi (F,K)
4. Petrologi dan petrografi (K,F)
5. Stratigrafi (F,B)
6. Paleontologi (B,F,K)
7. Struktur geologi (F,M)
8. Geomorfologi (F,M)
9. Hidrogeologi (F,M)
10. Geologi ekonomi (F,K,B)
11. Geologi teknik (F,M) → menujhu pembelajaran Geoteknik
12. Geologi lingkungan (F,K,B)

Sebagai dukungan ilmu dasar yang digunakan dalam pembelajaran geologi ialah : F = Fisika,
K = Kimia, B = Biologi, M = Matematika.

Pembelajaran Geologi untuk teknik tambang meliputi semua aspek-aspek bahasan yang
menyangkut materi ajar dari cabang ilmu tsb di atas, yang digabung menjadi 14 modul.

Anda mungkin juga menyukai