Anda di halaman 1dari 1

Setelah saya mencermati dokumen Catechesi Tradendae dan Evangeli Gaudium serta materi

perkuliahan selama ini, saya meyakini bahwa hakekat katekese adalah suatu proses mewartakan
iman dengan melanjutkan kabar gembira yang dibawa oleh Yesus Kristus yang ditempatkan dalam
kerangka pelayanan tugas Gereja (kerygma, liturgia, diakonia, koinonia, martyria). Secara ideal dan
prinsipil, pertama-tama Injil adalah suatu kabar sukacita yang telah terinternalisasi dalam
pengalaman hidup kita. Kita sebagai komunitas Kristiani telah menerima kabar gembira dan
merayakannya dalam hidup. Itu artinya iman bukan lagi soal pemahaman melainkan sudah
diwujudkan dalam hidup. Dengan demikian, iman yang diwartakan adalah suatu iman yang hidup
secara rasional, intelektual, spiritual, sekaligus dalam kerinduan dan perjumpaan yang selalu
diperbaharui sebagaimana wanita Samaria dan Maria Magdalena yang bertemu dengan Yesus. Dasar
tugas perutusan ini tidak lain adalah perintah Yesus sendiri untuk menjadikan semua bangsa murid-
Nya (Bdk. Mat 28:19-20).

Hakekat katekese tersebut ditegaskan oleh Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae yang
intinya ialah bahwa pewartaan dan pengajaran iman berangkat dari kerinduan dan kebutuhan akan
katekese. Sedangkan melalui Seruan Apostolik Evangeli Gaudium, kita diingatkan bahwa sukacita
yang kita wartakan adalah kegembiraan yang mengobarkan semangat para murid. Itulah sukacita
perutusan yang menjadi berbuah karena hidup kita dinaungi oleh Roh Kudus (Bdk. EG, 21).

Maka, tugas mendasar dari katekese adalah memfokuskan pewartaan dan pengajaran iman
berdasarkan hidup Injili dengan maksud menumbuhkan kecintaan umat beriman terhadap Gereja,
Kitab Suci, dan tradisi iman dari awal sampai akhir hidup umat beriman. Jadi, tujuan akhir katekese
bukan penguasaan akal budi akan Yesus Kristus melainkan memelihara iman dan
mewartakannya.
.

Anda mungkin juga menyukai