Struktur Baja - TL 1
Struktur Baja - TL 1
Diterbitkan oleh
CV Mahata (Magna Raharja Tama)
Beran RT 07, No.56, Ds. IX
Tirtonirmolo, Kasihan, Bantuli, DI Yogyakarta
Telp. 0878-3981-4456, 0823-2755-0400
Email: penerbit.mahata@gmail.com
ISBN: 978-602-XXXX-XX-X
ii Struktur Baja
KATA PENGANTAR
Penulis
iv Struktur Baja
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................iii
Daftar Isi............................................................................................. v
vi Struktur Baja
5.4 Batasan Ukuran Las......................................92
5.5 Luas Efektif Las............................................93
5.6 Tahanan Nominal Sambungan Las...............95
5.7 Geser Eksentris – Metoda Elastik................101
5.8 Geser Eksentris – Metoda Plastis.................103
5.9 Beban Eksentris Normal Pada Bidang Las...105
Daftar Pustaka.................................................................................184
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Dapat memahami pengetahuan umum tentang perilaku baja dalam
perencanaan konstruksi baja.
2. Dapat memahami tegangan dan regangan baja.
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pengetahuan umum tentang Perencanaan Struktur Baja
2. Desain LRFD Struktur Baja
3. Proses Pembuatan
4. Sifat-Sifat Fisik dan Mekanis Baja
5. Jenis-Jenis Profil Baja.
6. Tegangan dan Regangan Baja.
2 Struktur Baja
f ) Effisiensi operasi maksimum.
Prosedur perencanaan bisa dianggap terdiri atas dua bagian
perencanaan fungsional dan perencanaan kerangka struktural.
Perencanaan fungsional adalah perencanaan untuk rnencapai tujuan
yang dikehendaki seperti,
a) Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai.
b) Menyediakan ventilasi dan/atau pendingin ruangan.
c) Fasilitas transportasi yang memadai, seperti elevator, tangga, dan
keran atau peralatan pengangkat bahan.
d) Penerangan yang cukup.
e) Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik.
Perencanaan kerangka struktur adalah pemilihan tata letak dan
ukuran elemen struktur sehingga beban kerja (service load) dapat dipikul
dengan aman. Garis besar prosedur perencanaan adalah sebagai berikut :
a) Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur.
Tetapkan kriteria yang dijadikan sasaran untuk menentukan
optimum atau tidaknya perencanaan yang dihasilkan.
b) Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak elemen agar sesuai
dengan fungsi dalam langkah 1.
c) Penentuan beban yang harus dipikul.
d) Pemilihan batang prarencana. Berdasarkan keputusan dalam langkah
1, 2, dan 3, pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi
kriteria obyektif seperti berat atau biaya terkecil.
e) Analisa struktur untuk menentukan aman atau tidaknya batang
yang dipilih. Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua
faktor kekuatan dan stabilitas untuk batang serta sambungannya.
f ) Melakukan evaluasi hasil rancangan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan diatas.
4 Struktur Baja
diinginkan. Kecepataan pelaksaan konstruksi baja juga menjadi
suatu keunggulan materi baja.
Selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan, material baja
juga emiliki beberapa kekurangan, terutama dari sisi pemeliharaan.
Konstruksi baja yang langsung dengan udara atau air, secara periodik
harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga menjadi
perhatian yang serius, sebab material baja akan mengalami penurunan
kekuatan secara drastis akibat kenaikan temparature yang cukup tinggi,
di samping itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik,
sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru dapat menyebardengan
lebih cepat. Kelemahan lain dari struktur baja adalah masalah tekuk
yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang.
a) Beban Mati
Beban Mati, adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan
yang bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur
tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan
bagian tak terpisah dari gedung/bangunan tersebut. Yang termasuk dalam
beban ini adalah berat struktur, pipa-pipa, saluran listrik, AC, lampu-
lampu, penutup lantai, dan plafon. Beberapa contoh berat dari beberapa
komponen bangunan penting yang digunakan untuk menentukan
besarnya beban mati suatu gedung/bangunan diperlihatkan dalam Tabel
1.1 berikut ini :
6 Struktur Baja
b) Beban Hidup
Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur
dalam masa layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung.
Yang termasuk beban ini adalah berat manusia, perabotan yang dapat
dipindah-pindah, kendaraan, dan barang-barang lain. Beberapa contoh
beban hidup menurut kegunaan suatu bangunan, ditampilkan dalam
Tabel 1.2.
Kegunaan Bangungan Berat
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m2
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, 250 kg/m2
toserba, restoran, hotel, asrama, dan rumah
sakit
Lantai ruang olahraga 400 kg/m2
Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, 400 kg/m2
ruang arsip, toko buku, ruang mesin, dan lain-
lain
Lantai gedung parkir bertingkat, untuk lantai 800 kg/m2
bawah
c) Beban Angin
Semua struktur memikul beban angin, terutama bangunan atap,
dinding gedung dan lain-lain yang mempunyai bidang luasan yang
besar. Angin menimbulkan tekanan pada sisi di pihak angin (windward)
dan hisapan pada sisi di belakang angin (leeward). Besar tekanan yang
ditimbulkan angin pada permukaan luasan bangunan tergantung kepada
kecepatan dan sudut permukaan, yang ditetapkan sebagai berikut :
• Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2.
d) Beban Gempa
Beban gempa adalah beban statik ekivalen yang bekerja pada
struktur akibat adanya pergerakan tanah secara vertikal dan horisontal.
Pada umumnya percepatan horisontal lebihbesar dari percepatan vertikal
sehingga pengaruh gempa horisontal lebih menentukan dari gempa
vertikal. Gerakan tanah secara horisontal ini menghasilkan gaya geser
dasar bangunan yang berikan oleh persamaan berikut,
C ×I
V = .Wt
R
Dimana, C = Faktor respon gempa.
I = Faktor keutamaan gedung
R = Faktor reduksi gempa
Wt = Berat total bangunan (termasuk beban hidup)
8 Struktur Baja
Dimana, Rn = Tahanan nominal
= Faktor tahanan
i
= Faktor beban
Qi = Beban mati, beban hidup, angin dan gempa
Pada bagian kiri menggambarkan kekuatan beban, dan sebelah
kanan menggambarkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/
atau gempa dan lain-lain) yang bekerja.
Kombinasi Pembebanan
1) 1,4 D.
2) 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( La atau H ).
3) 1,2 D + 1,6 ( La atau H ) + ( L L atau 0,8 W ).
4) 1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 ( La atau H ).
5) 1,2 D ± 1,0 E + L L
6) 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E ).
Keterangan :
D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi
permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap,
tangga, dan peralatan layan tetap.
L = adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti
angin, hujan, dan lain-lain.
La = adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan
oleh pekerja, peralatan, dan material, atauselamapenggunaan
biasa oleh orang dan benda bergerak.
H = adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan
air.
W = adalah beban angin
Dengan,
Kekecualian,
Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan
harus sama dengan 1,9 untuk garis parkir, daerah yang digunakan untuk
pertemuan umum, dan semua daerah di manabeban hidup lebih besar
daripada 5 kPa (500 kg/m2).
Dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, faktor
tahanan dapat dilihat pada abel 6.4.2 SNI 03-1729-2002 seperti berikut:
1) Komponen struktur yang memikul lentur = 0,90
2) Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial = 0,85
3) Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial,
• terhadap kuat tarik leleh = 0,90
• terhadap kuat tarik fraktur = 0,75
4) Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi,
• kuat lentur atau geser = 0,90
• kuat tarik = 0,90
• kuat tekan = 0,85
5) Komponen struktur komposit,
• kuat tekan = 0,85
• kuat tumpu beton = 0,60
• kuat lentur dengan distribusi tegangan plastic = 0,85
• kuat lentur dengan distribusi tegangan elastic = 0,90
10 Struktur Baja
6) Sambungan baut,
• baut yang memikul geser = 0,75
• baut yang memikul tarik = 0,75
• baut yang memikul kombinasi geser dan tarik = 0,75
• lapis yang memikul tumpu = 0,75
7) Sambungan las,
• las tumpul penetrasi penuh = 0,90
• las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian = 0,75
• las pengisi = 0,75
CONTOH 1.1
1. Sebuah kolom baja dari suatu struktur bagunan gedung, memikul
beban aksial sebagai berikut : beban mati 85 ton, beban hidup dari
atap 25 ton, beban hidup dari lantai bangunan 110 ton, beban
angin ± 35 ton, beban gempa ± 30 ton. Hitunglah beban desain
kolom sesuai kombinasi LRFD!
Jawab :
Beban-beban yang harus dipikul profil tersebut adalah :
D = 85 ton
La = 25 ton
L = 110 ton
W = ± 5 ton
E = ± 30 ton
Maksimal diambil L = 0,5
Periksa terhadap kombinasi pembebanan :
U = 1,4 D = 1,4 (85) = 119 ton
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( La atau H)
12 Struktur Baja
1.3 PROSES PEMBUATAN
Dalam proses pembuatan baja, kandungan senyawa seperti silikon,
nitrogen, sulfur, fosfor dan kelebihan karbon dikeluarkan dari besi
mentah agar kandungan besi semakin murni dan atom besi semakin
terikat kuat. Elemen perpaduan seperti nikel, kromium, mangan dan
vanadium ditambahkan pada proses pengolahan untuk menghasilkan
nilai yang berbeda dari baja yang dihasilkan.
Karbon pada besi bekerja sebagai unsur pengeras, mencegah atom besi
untuk teratur dalam keterikatan. Kadar jumlah karbon dan penyebaran
perpaduan campuran (alloy) bahan baku dapat mengontrol kualitas
baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras
dan memperkuat besi, tetapi juga bisa menjadikannya lebih rapuh.
Pengertian baja secara ilmiah, baja adalah besi-karbon campuran dengan
kadar karbon sampai 5,1 persen, namun alloy dengan kadar karbon lebih
tinggi dari ini dikenal dengan besi.
Banyak aspek yang diperhatikan untuk pembuatan baja seperti
pembatasan gas-gas terlarut seperti nitrogen dan oksigen serta limbah
yang tertahan (disebut “inklusi”) pada pembuatan baja juga penting
untuk menjamin kualitas produk baja.
Baja diproduksi di dalam dapur pengolahan baja dengan bahan
utama besi kasar yang berupa padat maupun cair, besi bekas (skrap)
dan beberapa paduan logam. Inilah beberapa proses yang digunakan
dalam pembuatan baja, secara gambaran umum prosesnya adalah seperti
berikut ini :
1. Proses Konvertor
Konvertor adalah salah satu wadah untuk mengolah besi menjadi
baja siap untuk diproduksi. Dibuat dari plat baja dengan sambungan
las atau paku keling. Pada bagian dalam konvertor dibuat dari batu
14 Struktur Baja
pada bagian luarnya dibuat dari plat baja sedangkan dinding bagian
dalamnya dibuat dari batu tahan api (firebrick).
4. Proses Dapur Listrik
Proses pengolahan baja dengan menggunakan dapur listrik adalah
metode pengontrol temperatur peleburan dan memperkecil unsur-
unsur campuran di dalam baja yang dilakukan selama proses
pemurnian. Pada awal pemurnian baja digunakan dapur tungku
terbuka atau konvertor.
Kemudian ada proses pemurnian lagi yang dilakukan didalam
dapur listrik sehingga baja yang diperoleh menjadi lebih berkualitas.
Dapur listrik terdiri dari dua jenis, yaitu dapur listrik busur nyala
dan dapur induksi frekuensi tinggi.
5. Proses Dapur Kupola
Dapur Cupola (Cupola Funace) digunakan untuk peleburan besi
kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang, pada
umumnya digunakan untuk menghasilkan peleburan sehari-
hari berdasarkan pada kapasitas dari pabrik (foundry). Cupola
(kubah-kubahnya) biasanya dioperasikan secara berpasangan, jadi
pemeliharaannya bisa diatur pada satu kubah dankubah yang lainnya
tetap bisa beroperasi, demikian seterusnya secara bergantian.
16 Struktur Baja
IWF biasa digunakan untuk : balok, kolom, tiang pancang, tom &
bottom chord member pada truss, kantilever kanopi, dll.
2. Kanal U
Untuk kanal U hampir sama dengan IWF, kecuali pada kolom
jarang digunakan karena relatif lebih mudah mengalami tekuk
3. Profil I
18 Struktur Baja
∆L
ε=
L
Dimana : ∆L = Perubahan panjang (perpanjangan)
L = Panjang awal (panjang semula)
Tegangan adalah perbandingan antara gaya tarik atau tekan yang
bekerja terhadap luas penampang benda.
N
σ=
A
Dimana : = Tegangan normal
N = Gaya normal
A = Luas penampang
1. Jenis-jenis Tegangan
a) Tegangan Normal
Menurut Frick (1978) Tegangan dibagi menjadi dua yaitu tegangan
normal dan tegangan geser, tegangan normal yaitu tegangan yang bekerja
20 Struktur Baja
dalam arah tegak lurus permukaan potongan melintang batang dengan
notasi (tau).
22 Struktur Baja
tersebut dihilangkan. Contohnya adalah karet gelang, dalam kondisi
elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya deformasi.
Pada kondisi awal dimana beban bekerja, perpanjangan (deformasi)
akan hilang jika beban dihilangkan. Tapi jika beban terus ditingkatkan
sehinga tegangan terus bertambah, maka pada suatu titik atau batas
tertentu, perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya atau terjadi
regangan permanen. Keadaan dimana terjadi perpanjangan (deformasi)
secara permanen adalah titik leleh, dan tegangan yang mengakibatkannya
disebut tegangan leleh.
24 Struktur Baja
4. Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara sb dan u.
Untuk regangan lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan
elastis maksimum, tegangan kembali mengalami kenaikan namun
dengan kemiringan yang lebih kecil dari pada kemiringan daerah
elastis. Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan (strain-
hardening), yang berlanjut hingga mencapai tegangan putus.
Kemiringan daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan
(Est).
Dalam perencanaan struktur baja, SNI 03-1729-2002 mengambil
beberapa sifat-sifat mekanik material baja yang sama yaitu :
Modulus Elastisitas, E = 200.000 Mpa
Modulus Geser, G = 80.000 Mpa
Angka poisson = 0,30
Koefisien muai panjang, = 12.10 -6/°C
Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya, SNI
03-1729-2002 mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi 5
kelas sebagai berikut :
Diketahui :
= 77 kN/m2
L = 40 m
Jawab :
26 Struktur Baja
= 77.40 + 0, 02983
= 3080 kN / m 2 + 0, 02983kN / mm 2
A Atotal
Y.A.L + 1,5 kN
=
A
1,5 kN
= Y.L +
4 .π.(8)2
1
= 77.40 + 0, 02983
= 3080 kN / m 2 + 0, 02983kN / mm 2
1 Mpa = 1 N / mm 2
= 3, 08 Mpa + 29, 83
= 32, 91 Mpa
BIDANG TARIK
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Dapat memahami konsep perencanaan perhitungan dimensi batang
tarik.
2. Dapat menganalisis ukuran penampang / dimensi batang.
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pendahuluan
2. Tahanan nominal
3. Luas netto
4. Efek lubang pada luas netto
5. Kelangsingan
6. Geser blok
Batang Tarik 29
1.1 PENDAHULUAN
30 Struktur Baja
Gambar Gusset plate (plat sambung) pada batang tarik dengan
sambungan baut
Desain dan analisis dari elemen struktur umumnya adalah pemilihan
dari ukuran penampang yang mampu menahan beban.
Batang Tarik 31
Dengan Ag = luas penampang kotor, mm2
Ag = kuat leleh material, MPa
b. Kondisi fraktur dari luas penampang bersih (netto) pada daerah
sambungan.
Pada batang tarik yang mempunyai lubang, misalnya untuk
penempatan baut, maka luas penampangnya tereduksi, yang
dinamakan luas netto (An). Lubang pada batang menimbulkan
konsentrasi tegangan akibat beban kerja. Pada teori elastisitas
menunjukkan bahwa
32 Struktur Baja
U = koefisien reduksi (akan dijelaskan lebih lanjut)
fu = tegangan tarik putus, MPa
Dengan adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah:
= 0,90 untuk kondisi leleh, dan
= 0,75 untuk kondisi fraktur
– Kondisi LRFD : pada Load and Resistance Factor Design, beban
terfaktor akan dibandingkan dengan kekuatan elemen struktur.
Kekuatan tahanan nominal batang tarik:
Pu ≤ tPn
Batang Tarik 33
Pa = beban service/ijin yang diaplikasi
Pn = kekuatan/tahanan ijin elemen struktur
Pa ≤
Ωt
Pa P / Ω 0.6 Fy Ag
ft = dan Ft = n t = = 0.6 Fy
Ag Ag Ag
34 Struktur Baja
diameternya lebih dari 24 mm, maka ukuran lubang harus diambil 3
mm lebih besar. Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil
lebih besar daripada 85% luas bruttonva, An ≤ 0,85 Ag .
CONTOH 2.1
Hitunglah luas netto dari suatu batang tarik yang menggunakan
baut dengan diameter 19 mm. Lubang dibuat dengan metoda punching.
Jawab:
Luas kotor Ag = 6 100 = 600 mm2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21mm
An = Ag – (lebar lubang tebal plat)
= 600 – 6(21) = 474 mm2 < 85%.Ag (= 510 mm2)
CONTOH 2.2
pelat dengan ukuran 210 x 8 mm
Batang Tarik 35
For a 16-mm bolt, hole diameter = 18 mm
Net area = (b – nd)t
= (210 – 4 18) 8
=1104 mm2
An = Ag −An
Potongan 1-1 diperoleh = Ag − n.d.t
n.d.t
2
s 2 .t + s .t
= −
Potongan 1-2: An = Ag − n.d.t +g ∑
An A n.d.t ∑ 4u
4u
36 Struktur Baja
d = diameter lubang
n = banyak lubang dalam satu potongan
s,u = jarak antar sumbu lubang pada arah sejajar dan tegak
lurus sumbu komponen struktur
CONTOH 2.3
Tentukan Anetto minimum dari batang tarik berikut ini, baut = 19
mm, tebal plat 60 mm.
Penyelesaian :
Luas kotor Ag = 6 (60 + 60 + 100 + 75) = 1770 mm2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
Potongan AD: An = 1770 − 2(21)(6) = 1518 mm
2
4 ×2 60 4 ×
55 × 6 55 ×552100
6 2 × 6 502 ×2 6
An = 1770 − 2(21)(6) + + +× 6 = 1513+ mm = 1505,125 mm 2
Potongan ABC:An = 1770 4−× ×
55 2 2(21)(6)
60 4 × 100
6 50 2
4 ×=60 4 × 100
An = 1770 − 2(21)(6) + + 1505,125 mm 2
4 ×2 ×
55 4 ×2100
606 50 ×6
An = 1770 − 2(21)(6) + + = 1505,125 mm 2
4 × 60 4 × 100
Batang Tarik 37
0,85.Ag = 0,85(1770) = 1504,5 mm2
Jadi An minimum adalah 1504,5 mm2
– Sambungan diletakkan berselang-seling (staggered) pada sebuah
profil siku, kanal atau WF, maka penentuan nilai U sebagai
berikut :
a. Profil siku sama kaki atau tak sama kaki
b. Profil kanal
c. Profil WF
38 Struktur Baja
2.5 KELANGSINGAN & GESER BLOK
1. Kelangsingan
Kelangsingan komponen struktur tarik, = Lk/r, dibatasi sebesar
240 untuk batang tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder,
dimana Lk adalah panjang batang tarik, r adalah jari-jari inertia, SNI
fs.10.3.4.(1)..
2. Geser Blok
Suatu keruntuhan dimana mekanisme keruntuhannya merupakan
kombinasi geser dan tarik dan terjadi melewati lubang-lubang baut pada
komponen struktur tarik disebut keruntuhan geser blok. Keruntuhan
jenis ini sering terjadi pada sambungan dengan baut terhadap pelat
badan yang tipis pada komponen struktur tarik. Keruntuhan tersebut
juga umum dijumpai pada sambungan pendek, yaitu sambungan yang
menggunakan dua baut atau kurang pada garis searah dengan bekerjanya
gaya.
Batang Tarik 39
a) Geser leleh dengan tarik fraktur,
Bila fu . Ant0,6 fu . Anv, maka Nn = 0,6 fy . Agv + fu . Ant (15.a)
b) Geser fraktur dengan tarik leleh,
Bila fu . Ant < 0,6 fu . Anv, maka Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt (15.a)
Dimana,
Agv = luas kotor/bruto akibat geser.
Anv = luas netto akibat geser.
Agt= luas kotor/bruto akibat tarik.
Ant = luas netto akibat tarik.
fy = tegangan leleh (sesuai mutu baja).
fu = tegangan fraktur/putus (sesuai mutu baja).
CONTOH 2.4
Data-data :
Mutu baja BJ-34, fy = 210 Mpa, fu = 340 Mpa.
Baut ½ “, dn = 12,7 mm, lobang d = 12,7 mm + 2 mm = 14,7 mm
x = e = 16,9 mm, luas profil bruto Ag = 6,91 cm2 = 691 mm2, ix = iy =
r = 1,82 cm.
40 Struktur Baja
Panjang batang tarik, Lk = 2,50 meter.
Diminta : Lakukan evaluasi terhadap sambungan tersebut dengan
metode LRFD dan ASD.
Penyelesaian :
A. Metode LRFD.
Faktor tahanan komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial
(tabel 6.4.2 SNI 03-1729-2002),
• terhadap kuat tarik leleh = 0,90
• terhadap kuat tarik fraktur = 0,75
1) Kekuatan tarik nominal terfaktor (Nu).
Kekuatan tarik nominal terfaktor dihitung sebagai berikut :
a) Kondisi leleh,
Nu Nn = . Ag . fy = 0,90 . (691 mm2) . (210 Mpa) = 130599
N = 130,6 kN.
b) Kondisi fraktur/putus terletak pada sambungan.
Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku),
Anet = (691 mm2) – (14,7 mm) . (6 mm) = 602,8 mm2.
Luas penampang netto efektif,
U = 1 – (x/L) ≤ 0,9
= 1 – (16,9/100) = 0,831 < 0,9
Maka,
Ae = U . Anet = 0,831 . (602,8 mm2) = 500,93 mm2.
Nn = . Ae . fu = 0,75 . (500,93 mm2) . (340 Mpa) = 126737
N = 127,7 kN.
c) Kondisi geser blok
Luas
Batang Tarik 41
Agt = (6 mm) . (30 mm) = 180 mm2
Agv = (6 mm) . (130 mm) = 780 mm2
Ant = (180 mm2) – 1/2. (14,7 mm). (6 mm)
= 135,9 mm2
Anv = (780 mm2) – 2 ½ . (14,7 mm) . (6 mm)
= 559,5 mm2.
fu . Ant = (340 Mpa) . (135,9 mm2) = 58701 N = 5,8 ton.
0,6 fu Anv = 0,6 . (340 Mpa) . (559,5 mm2) = 114138 N = 11,4 ton.
fu . Ant < 0,6 fu . Anv
Maka kekuatan tarik nominal,
Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt = 114138 + (210 Mpa) . (180 mm2) =
151938 N. Kekuatan tarik nominal terfaktor,
Nn = 0,75 . (151938 N) = 113953,5 N = 114 kN.
Yang menentukan adalah yang terkecil dari ketiga kondisi tersebut,
yaitu Nu Nn = 114 kN atau Nu Nn = 11,4 ton.
2) Kelangsingan.
Kelangsingan batang tarik dihitung sebagai berikut,
= Lk/r = 250/1,82 = 137 < 240 (memenuhi).
3) Luas penampang netto minimum.
Luas penampang minimum (SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2.),
Anet > 85 % Ag = 0,85 . (691 mm2) = 587,35 mm2 < 602,8 mm2
(memenuhi).
Luas penampang netto yang terjadi masih diatas syarat luas
penampang minimum.
B. Metode ASD.
Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku),
42 Struktur Baja
Anet = (691 mm2) – (14,7 mm) . (6 mm) = 602,8 mm2.
Faktor tahanan 0,75 untuk penampang batang tarik berlobang.
Kekuatan batang tarik dihitung sebagai berikut,
a. Pembebanan Tetap
fy
σ ≤ (faktor tahanan). , atau
1, 5
P fy
≤ (0,75). , atau
Anet 1, 5
(210 MPa)
P ≤ (0,75).(602,8 mm 2 ).
1, 5
= 63294 N = 63,3 kN = 6,3 ton
b. Pembebanan Sementara
fy
σ ≤ (faktor tahanan).(1,3)
1, 5
P fy
≤ (0,75).(1,3). , atau
Anet 1, 5
(210 MPa)
P ≤ (0,75).(602,8 mm 2 ).(1,3).
1, 5
= 82282,2 N = 82,3 kN = 8,2 ton
Maka, untuk pembebanan tetap, beban maksimum yang dapat
dipikul kurang dari 6,3 ton, dan untuk pembebanan sementara
kurang dari 8,2 ton
Batang Tarik 43
44 Struktur Baja
PERTEMUAN 3
BIDANG TEKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Dapat memahami konsep batang tekan
2. Dapat menganalisis perencanaan batang tekan
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pendahuluan
2. Tekuk Euler
3. Tahanan tekan nominal
4. Panjang tekuk
5. Kelangsingan
Batang Tekan 45
3.1 PENDAHULUAN
B atang tekan yang hanya menerima gaya tekan secara sentris saja
dijumpai pada struktur rangka atap, jembatan, menara dan struktur
lain yang bersifat rangka. Pada struktur rangka atap dan jembatan
umumnya dijumpai pada batang-batang tepi atas, sedikit pada batang-
batang diagonal dan vertikal, lihat gambar berikut. Batang ini tidak
mengalami momen dan gaya lintang, hanya ada gaya normal tekan
yang bekerja sentris, tepat pada garis berat penampang, oleh karena sifat
dari struktur rangka itu sendiri dimana buhul-buhulnya dapat berotasi
sehingga gaya-gaya dalam yang lain seperti momen dan gaya lintang
akan tereduksi dengan sendirinya.
46 Struktur Baja
momen lentur tambahan sekunder yang besarnya,
Mx = P . y ...(1)
Garis lentur diberikan oleh persamaan berikut,
d 2 y − Mx P
= = . y ...(2)
dx 2 EI EI
Batang Tekan 47
Untuk jari-jari inertia,
I
r ...(6)
Ag
Maka,
2.E.r 2
fcr ...(7)
Lk 2
untuk kelangsingan batang,
Lk
...(8)
r
Diperoleh,
48 Struktur Baja
Pada daerah tekuk inelastik besaran modulus elastis E menurun
menjadi Et (E > Et), dan kurva tegangan-regangan tidak lagi linear, dan
rumus EULER diatas berubah menjadi,
2.Et
fcr ...(10)
2
Grafik yang menggambarkan hubungan tegangan – kelangsingan
seperti berikut,
Batang Tekan 49
Dimana,
Øn = adalah faktor reduksi kekuatan (lihat SNI, Tabel 6.4-2),
= 0,85
Nu = beban terfaktor
Nn = kekuatan tekan nominal
f cr = fy ...(15)
ω
Untuk c
0,25 maka = 1 ...(16.a)
1,43
Untuk 0,25 < < 1,2 maka ω = ...(16.b)
c
1, 6 − 0, 67 λ c
50 Struktur Baja
Untuk c
≥ 1,2 maka = 1,25 c
2
...(16.c)
Keterangan:
Ag = luas penampang bruto, mm2
fcr = tegangan kritis penampang, Mpa
fy = tegangan leleh material, Mpa
= koefisien tekuk
CONTOH 3.1
Lakukanlah evaluasi terhadap komponen struktur tekan berikut
dengan memakai profil WF 300.200.9.14. Kondisi perletakan jepit –
sendi. Beban aksial terfaktor Nu = 120 ton = 1200 kN. Mutu baja BJ-37
(fy = 240 MPa, fu = 370 MPa). Panjang batang L = 4500 mm.
DATA-DATA :
WF 300.200.9.14
d = 298 mm
b = 201 mm
tf = 9 mm
L = 4500 mm
r = 18 mm
Ag = 8336 mm
rx = 126 mm
rv = 47,7 mm
h = d – 2.(tf + r)
= 298–2.(14+18)
h = 234 mm
Batang Tekan 51
EVALUASI
a. Kelangsingan batang
Faktor panjang tekuk, k = 0,80 (jepit-sendi, tabel 1)
– Tekuk ke arah sumbu –X,
Lkx = k . L =0,8 . (4500) = 3600 mm
L 3600
λ x = kx = = 28, 57 < 200 (memenuhi )
rx 126
– Tekuk ke arah sumbu –Y,
Lkx = k . L =0,8 . (4500) = 3600 mm
Lky 3600
λy = = = 75, 47 < 200 (memenuhi )
ry 47,7
b. Kekuatan nominal terfaktor batang tekan
– Ke arah sumbu –X,
1 Lkx fy
λ cx =
π rx E
1 240
λ cx = .(28,57) = 0, 3152 (untuk π = 3,14 )
π 200000
1,43
Untuk 0,25 < λ cx < 1,2 maka ωx =
1, 6 − 0, 67 λ cx
1,43
ωx = = 1, 0297
1, 6 − 0,, 67.(0, 3152 )
52 Struktur Baja
Kekuatan nominal terfaktor,
Nu = øn . Nn = 0,85 . (1942,9) kN = 1651,5 kN > 1200 kN
(memenuhi)
– Ke arah sumbu –Y,
1 Lkx fy
λ cy =
π rx E
1 240
λ cy = .(75,47) = 0, 8326 (untuk π = 3,14 )
π 200000
1,43
Untuk 0,25 < λ cy < 1,2 maka ω y =
1, 6 − 0, 67 λ cx
1,43
ωy = = 1, 3722
1, 6 − 0,, 67.(0, 8326 )
Batang Tekan 53
seperti berikut,
Jepit-rol Sendi-rol
Jepit- Jepit- Sendi- Jepit-
tanpa tanpa
jepit sendi sendi lepas
rotasi rotasi
k 1
0,50 1,00 1,00 2,00 2,00
teoritis 2
k
0,65 0,80 1,20 1,00 2,10 2,00
desain
Sumber : SNI03-1729-2002
Untuk kolom pada struktur portal, faktor panjang tekuknya (k)
dipengaruhi oleh nilai G pada ujung-ujung kolom. Nilai G pada salah
54 Struktur Baja
satu ujung adalah ratio jumlah kekakuan semua kolom terhadap jumlah
kekakuan semua balok yang bertemu di ujung tersebut yang ditulis
dengan rumus:
GA =
∑( I cA
LcA ) ...(17.a)
∑( I bA
LbA )
GB =
∑( I cB
LcB ) ...(17.b)
∑( I bB
LbB )
Lk = k . L ...(18)
Batang Tekan 55
LbA = Panjang balok yang bertemu di titik A.
LbB = Panjang balok yang bertemu di titik B.
Untuk tumpuan jepit nilai G = 1
Untuk tumpuan sendi nilai G = 10
Faktor panjang tekuk (k) dihitung dengan memasukan nilai G
kedua ujung-ujungnya pada nomogram gambar 8. Dari kedua titik nilai
G tersebut ditarik garis yang memotong garis skala k. Titik potong ini
menunjukan nilai k dari kolom tersebut. Perlu diperhatikan bahwa ada
dua nomogram, yaitu untuk struktur tak bergoyang dan untuk struktur
bergoyang. Struktur tak bergoyang artinya jika ujung-ujung dari kolom
yang ditinjau tidak dapat berpindah kearah lateral.
56 Struktur Baja
CONTOH 3.2
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom pada struktur portal
seperti gambar 9.
Penyelesaian :
a. Kekakuan tiap elemen balok dan kolom, dihitung dalam tabel
berikut,
Batang Tekan 57
b. Faktor G tiap titik buhul (Joint)
58 Struktur Baja
Contoh memakai nomogram untuk portal bergoyang, kolom AB,
3.5 KELANGSINGAN
Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka
perbandingan kelangsingan,
= Lk/r < 200
Dimana,
Lk = panjang tekuk = k . L ; r = jari-jari inertia.
Batang Tekan 59
60 Struktur Baja
PERTEMUAN 4
SAMBUNGAN BAUT
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Dapat menghitung kapasitas baut sebagai alat sambung dalam suatu
konstruksi baja
2. Dapat menganalisis dan mendesain sambungan baja yang
menggunakan baut sebagai alat sambungnya
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pendahuluan
2. Tahanan Nominal Baut
3. Geser Eksentris
4. Kombinasi Geser dan Tarik
5. Sambungan yang Mengalami Beban Tarik Aksial
6. Geser dan Tarik Akibat Beban Eksentris
Sambungan Baut 61
4.1 PENDAHULUAN
62 Struktur Baja
1. Tahanan Geser Baut
Tahanan nominal satu buah baut yang memikul gaya geser
memenuhi persamaan:
Rn = mr1 f ub Ab
Dengan: r1 = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1 = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
Rn = mr1 f u Aadalah
b
b kuat tarik baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak
berulir
m adalah jumlah bidang geser
Rn = mr1 f ub Aadalah
Dengan: b kuat tarik baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
untuk lubang baut selot panjang tegak lurus arah gaya berlaku :
Sambungan Baut 63
Rn = 2,0db tp fu
Tata letak baut diatur dalam SNI pasal 13.4. Jarak antar pusat lubang
baut harus diambil tidak kurang dari 3 kali diameter nominal baut, dan
jarak antara baut tepi dengan ujung pelat harus sekurang kurangnya 1,5
diameter nominal baut. Dan jarak maksimum antar pusat lubang baut
tak boleh melebihi 15tp (dengan tp adalah tebal pelat lapis tertipis dalam
sambungan) atau 200 mm, sedangkan jarak tepi maksimum harus tidak
melebihi (4 tp + 100 mm) atau 200 mm.
64 Struktur Baja
Gambar Contoh sambungan geser eksentris
1. Analisa Elastik
Prosedur analisa ini didasarkan pada konsep mekanika bahan
sederhana, dan digunakan sebagai prosedur konservatif. Untuk
menurunkan persamaan yang digunakan dalam analisa ini, perhatikan
sambungan yang menerima beban momen M dalam gambar di bawah.
Sambungan Baut 65
M = R1 d1 + R1 d1 + . . . + R6 d6 = Rd
66 Struktur Baja
Dengan cara yang sama, maka gaya pada baut – baut yang lain
adalah:
Md 2 Md 3
R2 = ; R3 =
Σd 2
Σd 2
Atau secara umum dituliskan:
Md
R=
Σd 2
Apabila gaya R, diuraikan dalam arah x dan y seperti dalam Gambar
dibawah, maka dapat dituliskan komponen gaya dalam arah x dan y:
y
Rx = R
d
x
Ry = R
d
Subtitusikan
My
Rx =
Σd 2
Mx
Ry =
Σd 2
Sambungan Baut 67
Karena d 2 = x2 + y2 maka persamaannya secara umum dapat
dituliskan lagi
My
Rx =
Σx + Σy 2
2
Mx
Ry =
Σx + Σy 2
2
R = Rx2 + R y2
Untuk P
Ru = menghitung gaya total akibat beban eksentris, maka pengaruh
R = Σ
R N
2
+ R
gaya Ru memberikan
x
2
y konstribusi gaya kepada tiap baut sebesar:
R = RPx2 + ( R y + Ru )
2
Ru = 2
R = ΣRN
x + Ry
2
DenganP2N adalah jumlah baut. Dan total resultan gaya pada tiap
R == Rx + ( R y + Ru )
2
Ru
baut yang mengalami
ΣN gaya eksentris adalah:
R = Rx2 + ( R y + Ru )
2
2. Analisa Plastis
Cara analisa ini dianggap lebih rasional dibandingkan dengan cara
elastik. Beban P yang bekerja dapat menimbulkan translasi dan rotasi
pada kelompok baut. Translasi dan rotasi ini dapat direduksi menjadi
rotasi murni terhadap pusat rotasi sesaat. Lihat gambar berikut ini
68 Struktur Baja
Dari persamaan kesetimbangan diperoleh hubungan :
∑
n
ΣFh = 0 i =1
Ri sin θi − P sin δ = 0
∑
n
ΣFv = 0 i =1
Ri sin θi − P sin δ = 0
∑
n
ΣM = 0 i =1
Ri d i − P (e + X n cos δ + yn sin δ = 0
∑
n
ΣM = 0 i =1
Ri d i − P (e + r0 ) = 0
Sambungan Baut 69
i
adalah deformasi baut i dalam mm
max
dari hasil eksperimental adalah sama dengan 8,6 mm
CONTOH 4.1
Hitung Pn yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini, lakukan
analisa plastis. Alat sambung yang digunakan adalah baut A325 (db = 22
mm, fub = 825 MPa tanpa ada dalam bidang geser
JAWAB:
e = 75 + 50 = 125 mm
Rni = 0,5. fub. Ab. m = 0,5(825)(1/4 222)(1)=15,68 ton
Ri = Rni [1 – exp(–0,4 i)0,55
70 Struktur Baja
Persamaan di atas diselesaikan dengan trial and error
1. Misalkan r0 diambil sama dengan 75 mm, proses hitungan ditabelkan
sebagai berikut:
7605, 219
Didapat Pn = = 43, 0988 ton OK.
(125 + 51, 46 )
Sambungan Baut 71
Sambungan Tipe Friksi
Analisa hampir sama dengan tipe tumpu hanya saja Ri konstan yaitu:
Ri = 1,13 Proof Load m
CONTOH 4.2
Kerjakan soal sambungan tipe tumpu sebagai sambungan tipe friksi.
Karena Ri konstan, maka persamaan menjadi:
yi
Ri Σ =0
di
xi
Ri Σ =P
di
Ri Σd i = P (e + r0 )
yi
Ri Σ =0
di
xi
Ri Σ =P
di
Ri Σd i = P (e + r0 )
JAWAB:
Dengan cara trial and error, diperoleh hasil r0 = 59,569 mm
Didapat P = R . 2,90351 ton
n i
Ri ( 535, 91272 )
Didapat Pn = = Ri ⋅ 2, 90359
(125 + 59, 569)
Karena Ri = 1,13 0,35 1/4 222 0,75 585 1 = 6,5963 ton
(digunakan baut A325, db = 22 mm), sehingga Pn = 2,90359 6,5963
= 19,153 ton.
72 Struktur Baja
4.4 KOMBINASI GESER DAN TARIK
2 2
Rut Ruv
+ ≤1
∅i Rnt ∅v RNV
Dengan:
Rut adalah beban tarik terfaktor pada baut
Ruv adalah beban geser terfaktor pada baut
R adalah tahanan rencana pada baut dalam tarik saja
i nt
v
, i
= 0,75
Rnt dan RNV masing – masing adalah tahanan nominal tarik dan geser
yang besarnya:
Rnt = 0,75 fub Ab
R = m . 0,5 f b A
nv u b
(persamaan baut tanpa ulir dalam bidang geser)
atau Rnv = m . 0,4 fu Ab (persamaan baut dengan ulir dalam bidang geser)
b
Sambungan Baut 73
Peraturan menyederhanakan persamaan interaksi geser-tarik
menjadi sebuah persamaan garis lurus:
2 2
Rut Ruv
+ ≤C
∅i Rnt ∅v RNV
Dengan C adalah suatu konstanta.
Dapat dituliskan lagi menjadi:
∅i Rut
Rut ≤ C ⋅ ∅i ⋅ Rut − .RNV
∅v RNV
74 Struktur Baja
Diperoleh :
Rut ∅ ( 0,75 f ub ) ⋅ Ab ∅ ( 0,75 f ub ) ⋅ Ab Rut
≤C −
Ab Ab 0, 75 ⋅ ( 0,5 f ub ) ⋅ Ab Ab
Sambungan Baut 75
Dalam perencanaan sambungan yang memikul kombinasi geser
dan tarik, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi :
vu 0,5∅f ub m
1. f ut = ≤ Tanpa ulir di bidang geser/Dengan ulir
n ⋅ Ab 0,4∅f ub m
di bidang geser
Sambungan Tipe Friksi
Untuk sambungan tipe friksi berlaku hubungan:
Tn
vn n
≤ ∅ Vn 1 −
n 1,13 × proofload
Dengan: Vn = 1,13 .proofload.m
proofload = 0,75 Ab proofstress
Ab adalah luas bruto baut
Tu adalah beban tarik terfaktor
n adalah jumlah baut
CONTOH 4.3
Hitung kecukupan jumlah baut bagi sambungan berikut ini (tipe
tumpu dan tipe friksi), diketahui beban terdiri dari 10% beban mati dan
90% beban hidup. Baut A325 tanpa ulir di bidang geser.
JAWAB:
76 Struktur Baja
Pu = 1,2(0,1)(35) + 1,6(0,9)(35)
Pu = 54,6 ton
Tu = Pux = 0,8 54,6 = 43,68 ton
Tu = Puy = 0,6 54,6 = 32,76 ton
a. Sambungan tipe tumpu :
Geser :
vn 32, 76
f uv = = = 143, 634 MPa
nab 6. 1 4 π222
f uv < 0, 5∅f ub m
Tarik :
ft = 807 – 1,5 fuv = 807 – (1,5 143,634) = 591,549 MPa
Rn = ft Ab = 0,75 591,549 1/4 222 = 16,865 ton
Tu 43, 68 = 7, 28ton
n = 6
Tu
n < ∅Rn
b. Sambungan tipe friksi :
vn = 1,13 proof load m
vn = 1,13 0,35 1 proof load = 0,3955
proof load = 1/4 222 0,75 585 = 16,68 ton
Vn = 1 0,3955 16,68 = 6,597 ton
Vu 32, 76 = 5, 46 ton
n = 6
Tu
43,86
∅ Vn 1 − n
= 6, 597 1 − 6
= 4, 038 ton
1,13 ⋅ proof load 1,13 × 16, 68
Tu Sambungan Baut 77
n > ∅ V n (baut tak mencukupi untuk sambungan tipe friksi)
Vu 32, 76 = 5, 46 ton
n = 6
Tu
43,86
∅ Vn 1 − n
= 6, 597 1 −
6
= 4, 038 ton
1,13 ⋅ proof load 1,13 × 16, 68
Tu
n > ∅Vn (baut tak mencukupi untuk sambungan tipe friksi)
Pada saat pemasangan awal, baut mutu tinggi sudah diberi gaya
pra tarik awal Tb , hal ini mengakibatkan pelat tertekan sebesar Ci dari
keseimbangan gaya:
Ci = Tb
78 Struktur Baja
Beban luar akhirnya bekerja, sehingga keseimbangan gaya sekarang
seperti nampak dalam dalam di atas.
P + Cf = Tf
Gaya P mengakibatkan baut memanjang sebesar:
T f − Tb
δb = ⋅t
Ab ⋅ Eb
Pada saat yang sama tekanan di antara pelat mengakibatkan pelat
memendek sebesar:
Ci − C f
δb = ⋅t
Ap ⋅ E p
Dengan:
Eb, Ep adalah modulus elastisitas baut dan pelat
Tf adalah gaya akhir yang bekerja pada baut setelah beban bekerja
Cf adalah gaya tekan akhir antara pelat seteah beban bekerja
Menyamakan b
dan p
diperoleh hubungan:
T f − Tb Ci − C f
=
Ab ⋅ Eb Ap ⋅ E p
Substitusikan Ci dan Cf sehingga didapatkan:
T f − Tb Tb − T f + P
=
Ab ⋅ Eb Ap ⋅ E p
Karena Eb dan Ep sama untuk material baja, maka dapat ditulis
dalam bentuk:
P
T f = Tb +
Ap
1+ Ab
Sambungan Baut 79
CONTOH 4.4
Baut A325 berdiameter 22 mm menerima gaya tarik aksial seperti
dalam gambar. Jika Ap = 6000 mm². Hitung gaya tarik akhir pada baut
Tf bila beban kerja terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban hidup.
JAWAB:
Rn = 0,75fub0,7Ab = 0,75(825)(0,75)(1/4 222) = 17,64 ton
Rn = 1,2(0,2R) + 1,6(0,8R) = 1,52R = 17,64
Rn = 11,61 ton
Tb = proof stress 0,75Ab = 585(0,75)(1/4 222) = 16,678 ton
Ap 6000
= = 15.784
4 π22
2
Ab 1
P 11, 61
T f = Tb + = 16, 678 +
Ap 1 + 15, 78
1+ Ab
T f = 17, 37 ton
80 Struktur Baja
4.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN EKSENTRIS
Tekanan tumpu awal fbi akibat gaya pratarik, dianggap seragam
sepanjang daerah kontak b . d yang sama dengan :
∑Tb
f bi =
b ⋅d
Dengan Tb adalah proof load kali jumlah baut. Tegangan tarik ftb
pada bagian atas bidang kontak akibat momen M, adalah:
M ⋅d 2 6⋅M
f tb = Tb + =
I bd 2
Beban T pada baut teratas sama dengan perkalian antara daerah
pengaruhnya (lebar b kali jarak antara baut, p) dengan ftb atau:
T=f .b.p
tb
Sambungan Baut 81
6 Mp
T =
d2
Jika baut terluar berjarak p/2 terhadap bagian atas bidang kontak,
maka T menjadi:
6 Mp d − p
T =
d2 d
CONTOH 4.5
Hitung beban kerja P dalam sambungan berikut ini, jika digunakan
baut A325, db = 19 mm (tanpa ulir di bidang geser). Beban yang bekerja
terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban hidup.
JAWAB:
Tu = 1,2(0,2P) + 1,6(0,8P) = 1,52P
6 ⋅ Mu ⋅ P d − p 6 × 1, 52 ⋅ P × 75 × 80 320 − 80
Tu = ⋅ =
d2 d 3202 320
= 0, 40 ⋅ P
Pu 1, 52 ⋅ P
Vu = = = 0,19P
N 8
82 Struktur Baja
u
d2 d 3202 320
= 0, 40 ⋅ P
Pu 1, 52 ⋅ P
Vu = = = 0,19P
N 8
Rnv = 0,75(0,5fub)mAb = 0,75(0,5)(825)(1)(1/4 192) = 8,77 ton
f A = A (807 – 1,5f ) < .621. A
ut b b uv b
Sambungan Baut 83
84 Struktur Baja
PERTEMUAN 5
SAMBUNGAN LAS
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Dapat memahami konsep perancangan sambungan las
2. Dapat menganalisis perencanaan sambungan las
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pendahuluan
2. Jenis-Jenis Sambungan
3. Jenis-Jenis Las
4. Batasan Ukuran Las
5. Luas Efektif Las
6. Tahanan Nominal Sambungan Las
7. Geser Eksentris-Metoda Elastik
8. Geser Eksentris-Metoda Plastis
9. Beban Eksentris Normal pada Bidang Las
Sambungan Las 85
5.1 PENDAHULUAN
86 Struktur Baja
buhul dapat dikurangi.
2. Terdapat beberapa jenis elemen struktur tertentu yang tidak
memungkinkan memakai baut atau keling untuk menyambungnya,
contohnya adalah proses penyambungan kolom bundar, tentu lebih
memungkinkan untuk memakai las.
3. Struktur yang disambung dengan las akan lebih kaku daripada baut/
keling.
4. Komponen struktur dapat tersambung secara kontinu.
5. Mudah untuk membuat perubahan desain dalam struktur.
6. Tingkat kebisingan dalam pekerjaan las lebih rendah daripada baut/
keling.
Sambungan Las 87
2. Sambungan lewatan (lap joint), jenis sambungan ini paling
banyak dijumpai karena sambungan ini mudah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan, penyambungannya relatif lebih mudah, dan
juga cocok untuk tebal plat yang berlainan. Jika menggunakan
proses las SMAW, GMAW atau FCAW pengelasannya sama dengan
sambungan fillet.
4. Sambungan sudut (corner joint), dipakai untuk penampang
tersusun berbentuk kotak yang digunakan untuk kolom atau balok
yang menerima gaya torsi yang besar.
88 Struktur Baja
5. Sambungan sisi (edge joint), sambungan ini bukan jenis struktural
dan digunakan untuk menjaga agar dua atau lebih pelat tidak
bergeser satu dengan lainnya.
Sambungan Las 89
Kedua batang yang disambung tidak perlu selalu merupakan
perpanjangan satu terhadap yang lain. Dapat juga membentuk sudut
sebagai berikut:
Pada suatu pelaksanaan yang baik, di mana penampang las sesuai
dengan penampang batang, tegangan pada las sama dengan tegangan
pada batang, sehingga apabila batang itu telah cukup kuat, maka las itu
tidak perlu dihitung lagi.
Macam-macam las tumpul:
90 Struktur Baja
2. Las sudut (fillet welds)
Las jenis ini tidak memerlukan presisi tinggi dalam pengerjaannya.
Las sudut tergantung dari tempat di mana ia harus memikul. Jenis las ini
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. las kepala (koplas), di sini tegak lurus pada arah gaya
b. Las sisi, di sini sejajar dengan arah gaya
Sambungan Las 91
3. Las baji dan pasak (slot and plug welds)
Jenis las ini biasanya digunakan bersama-sama dengan las sudut.
Manfaat utamanya adalah menyalurkan gaya geser pada sambungan
lewatan bila ukuran panjang las terbatas oleh panjang yang tersedia
untuk las sudut.
92 Struktur Baja
Tabel 5.1 Ukuran Minimum Las Sudut
Ukuran Minimum Las Sudut
Tebal Pelat (t, mm) Paling Tebal
(a, mm)
t≤7 3
7 < t ≤ 10 4
10 < t ≤ 15 5
15 < t 6
Sedangkan pembatasan ukuran maksimum las sudut adalah:
a. Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil tebal
komponen
b. Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm atau lebih, diambil 1,6 mm
kurang dari tebal komponen
Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut berukuran
penuh dan paling tidak harus 4 kali ukuran las, jika kurang maka ukuran
las untuk perencanaan dianggap sebesar ¼ kali panjang efektif.
Sambungan Las 93
Las Tumpul
Tebal efektif las tumpul penetrasi penuh adalah tebal pelat yang
tertipis dari komponen yang disambung. Untuk las penetrasi sebagian
perhatikan gambar.
94 Struktur Baja
Gambar Tebal Efektif Las Sudut
Sambungan Las 95
Ø.Rnw = 0,80.te.(0,6.fyw) (las)
Dengan fy dan fyw adalah kuat leleh dan kuat tarik putus.
Las Sudut
Kuat rencana per satuan panjang las sudut, ditentukan sebagai
berikut:
Ø.Rnw = 0,75.te.(0,6.fuw) (las)
Ø.Rnw = 0,75.te.(0,6.fu) (bahan dasar)
Las Baji dan Pasak
Kuat rencana untuk las baji dan pasak ditentukan:
Ø.Rnw = 0,75.te.(0,6.fuw).Aw
Dengan Aw adalah luas geser efektif las
fuw adalah kuat tarik putus logam las
CONTOH 5.1
Tentukan ukuran dan tebal las sudut pada sambungan lewatan
berikut ini.
96 Struktur Baja
JAWAB:
Persyaratan ukuran las:
Maksimum = tebal pelat – 1,6 = 16 – 1,6 = 14,4 mm
Minimum = 6 mm (Tabel 5.1)
Gunakan las ukuran 10 mm
te = 0,707 . a = 0,707 10 - 7,07 mm
Kuat rencana las sudut ukuran 10 mm per mm panjang:
Ø.Rnw = Ø.te .(0,60.fuw ) = 0,75(7,07)(0,60 490) = 1558,935 N/mm
Dan kapasitas las ini tak boleh melebihi kuat runtuh geser pelat:
Max Ø.Rnw = Ø.t.(0,60.fu ) = 0,75(16)(0,60 400) = 2880 N/mm
Beban tarik terfaktor, Tu:
Tu = 1,2D + 16L = 1,2(10) + 16(30) = 60 ton
Panjang total las dibutuhkan, Lw:
60.104
Lw = = 384, 8 mm ≈ 390 mm
1558, 935
Jika las sudut yang digunakan hanya berupa las memanjang saja
pada batang tarik datar, panjang tiap las sudut tidak boleh kurang dari
jarak tegak lurus di antara keduanya, dan panjang total tidak melebihi
1,5 kali panjang yang dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk persoalan
di atas, maka diambil panjang las tiap sisi adalah 250 mm (Gambar
a). Dapat pula digabung antara las memanjang dan las melintang, yang
dapat mengurangi panjang sambungan lewatan (Gambar b).
Sambungan Las 97
Sambungan Seimbang (Balanced Connection)
Dalam beberapa kasus, batang menerima tarik aksial yang memiliki
eksentrisitas terhadap sambungan las. Pada profil siku yang menerima
beban tarik aksial dan disambung dengan memakai las sudut. Gaya T
bekerja pada titik berat profil siku. Beban T ini akan ditahan oleh gaya
F1,F2, dan F3 dari sambungan las. Gaya F1 dan F3 diasumsikan bekerja
tepat pada sisi profil siku. Gaya F2 akan bekerja pada titik berat las 2 yang
berjarak d/2 dari sisi profil siku. Ambil keseimbangan momen terhadap
titik A:
d
ΣM A = − F1 .d − F2 . + T .e = 0
2
T .e F2
F1 = −
2 2
Gaya F2 dihitung berdasarkan tahanan las Ø.Rnw kali panjang las, Lw:
F2 = Ø.Rnw .Lw
Dari keseimbangan gaya horizontal diperoleh:
FH = T – F1 – F2 – F3 = 0
98 Struktur Baja
Maka, didapat persamaan:
e F
F3 = T 1 − − 2
d 2
F3
Lw 3 =
∅.Rnw
Sambungan Las 99
CONTOH 5.2
Rencanakan sambungan las sudut untuk menahan gaya tarik sekuat
profil siku L 100.100.10 dari BJ 37. Mutu las fuw = 490 MPa.
JAWAB:
Hitung tahanan rencana dari profil siku, diambil harga terkecil dari:
Ø.Tn = 0,90.fy. Ag = 0,90(240)(1920) = 41,472 ton
Ø.Tn = 0,75.fu. Ae = 0,75(370)(0,85 1920) = 42,288 ton
Sambungan akan didesain terhadap Ø.Tn = 41,472 ton
Pilih ukuran las dan hitung Ø.Rnw
Ukuran minimum = 4 mm (Tabel 5.1)
Ukuran maksimum = 10 – 1,6 = 8,4 mm
Pakai ukuran las 4 mm
Ø.Rnw = Ø.te .(0,60.fuw ) = 0,75(7,07 4)(0,60 490) = 623,6 N/mm
max Ø.Rnw = Ø.te .(0,60.fu ) = 0,75(10)(0,60 370) = 1665 N/mm
Menentukan ukuran las
F1 8, 58 × 104
Lw1 = = = 137, 58 ≈ 140 mm
∅.Rnww 623, 6
F3 26, 656 × 104
Lw 3 = = = 427, 45 ≈ 430 mm
∅.Rnw 623, 6
Dengan:
r adalah jarak dari titik berat ke titik tegangan
Ip adalah momen inersia polar
T.y ( Px .e y + Py .e x ) . y
f"= =
Ip Ip
T.x ( Px .e y + Py .e x ) .x
f "y = =
Ip Ip
Dengan:
I p = I x + I y = ΣI xx + ΣA.y 2 + ΣI yy + ΣA.x 2
I p = I x +Inersia
Momen I y = Σpolar,
I xx + ΣIA.y 2
, untuk + ΣIlas
yy + ΣA.x 2
3dalam gambar 5.8b
L .t 3 p tL t
I p = 2 w w3 + 2 Lw t e y 2 + 2 e 3w = e Lw .t w2 + 12.Lw . y 2 + L3w
Lw12.t w t L t
Ip = 2 + 2 Lw t e y 2 + 2 12e w
= 6e Lw .t w2 + 12.Lw . y 2 + L3w
12 12 6
Karena te cukup kecil, maka:
te
Ip = 12.Lw . y 2 + L3w
6
Σf y = 0 Pn = Σ ( Ri ) y + Σ ( R j ) y
JAWAB:
Beban kerja terfaktor, Pu:
Pu = 1,2.(0,20 4,5)+1,6.(0,8 4,5) = 6,84 ton
P P 6,84.104
( Rn )v = = = = 136,, 8 N / m
A 2 × 1 × Lw 2 × 1 × 250
Akibat momen P.e :
12
Gaya Resultan :
BALOK TERLENTUR
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa dapat memahami balok terlentur.
2. Mahasiswa dapat mendimensi dimensi gording.
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pendahuluan
2. Lentur Sederhana Profil Simetris
3. Balok Terkekang Lateral
4. Desain Balok Terkekang Lateral
5. Lendutan Balok
6. Beban Terpusat Pada Balok
7. Perencanaan Gording
Mx M y
f = +
Sx Sy
Ix Iy
dengan Sx = dan S y =
cy cx
Mx ⋅c y M y ⋅ cx
sehingga f = +
Ix Iy
Keterangan :
f = tegangan lentur
Mx, My = momen lentur arah x dan y
Sx, Sy = Modulus penampang arah x dan y
CONTOH 6.1:
Tentukan faktor bentuk penampang persegi berikut, dalam arah
sumbu kuat (sumbu x)!
Jawab :
CONTOH 6.2:
Tentukan faktor bentuk dari profil WF berikut, terhadap sumbu y!
3. Langsing : > r
• PENAMPANG KOMPAK
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan
penampang kompak:
M =M =Z.f
n p y
λp − λ λ − λp
Mn = Mp + Mr
λr − λ p λr − λ p
b
Dengan: = kelangsingan penampang balok =
2t f
r , p = tabel 7.5-1 Peraturan Baja
Untuk balok-balok hibrida di mana fyf > fyu maka perhitungan Mr
harus didasarkan pada nilai terkecil antara (fyf – fy) dengan fyw’
Jawab:
qu = 1, 2D + 1, 6L = 1, 2(350) + 1, 6(1500)
kg ton
= 2820 = 2, 82
m m
1 1
M u = qu L2 = ⋅ 2, 82 ⋅122 = 50, 76 ton.m
8 8
M u 50, 76
Mu = = = 56, 4 ton.m
φu 0, 90
1
Z x = b ⋅ t f ( d − t f ) + ⋅ t u ’ ⋅ ( d − 2t f )
2
4
1 2 1
Zx = ⋅ b ⋅ t f + ⋅ t u ’2 ⋅ ( d − 2t f )
2 4
b = d − 2 ( r0 + t f )
116 Struktur Baja
4
1 2 1
Zx = ⋅ b ⋅ t f + ⋅ t u ’2 ⋅ ( d − 2t f )
2 4
b = d − 2 ( r0 + t f )
Untuk fy = 240 MPa
Coba profil WF 350.350.12.19
b 350
λf = = = 9, 21
2 ⋅ t f 2 × 19
b 350 − 2(20 + 19)
λ u’ = = = 22, 67
t u’ 12
λp λr
170 170
= = 10, 97
fy 240
370 370
= = 28, 37
f y − fr 240 − 70
Penampang kompak!
1
Z x = b ⋅ t f ( d − t f ) + ⋅ t w ⋅ ( d − 2t f )
2
4
1
Z x = 350(19)(350 − 19) + (12)(350 − 2 (19 ) )2 = 2493182 mm3
4
M p = Z x ⋅ f y = 2493182(240) = 59,84 ton.m
Mu
M p = 59,84 ton.m > 2 = 56,4 ton.m
φ
Untuk fy = 450 MPa
Coba profil 350.350.12.19
370 370
= = 18, 98
f y − fr 450 − 70
40300 ⋅104
M r = ( 450 − 70 ) ⋅ 850
= 87, 5 ton.m
2
4
1
Z x = 300(15)(300 − 15) + (10)(300 − 2 (15 ) )2 = 1464750 mm3
4
M p = Z x ⋅ f y = 1464750(450) = 65,91 ton.m
Ix
M r = ( f y − f r ) ⋅ Sx = ( f y − f r ) ⋅ d
2
20400 ⋅104
M r = ( 450 − 70 ) ⋅ 800
= 51, 68 ton.m
2
λp − λ λ − λp
Mn = Mp + Mr
λr − λ p λr − λ p
18, 98 − 10 10 − 8, 01
Mn = ⋅ 65,91 + ⋅ 51,68 = 63, 32 ton.m
18, 98 − 8, 01 18, 98 − 8, 01
Mu
M p = 63, 32 ton.m > φ = 56, 4 ton.m OK!
M1 ⋅ L2
∆ L/ 2 = −
16 ⋅ E ⋅ I
5 ⋅ q0 ⋅ L4 5 1 L
2
∆ L/ 2 = = q0 ⋅ L2 =
384 ⋅ E ⋅ I 48 8 EI
M1 ⋅ L2
∆ L/ 2 = −
16 ⋅ E ⋅ I
5 ⋅ q0 ⋅ L4 5 1 L
2
5 M 0 ⋅ L2
∆ L/ 2 = = q0 ⋅ L2 = ⋅
384 ⋅ E ⋅ I 48 8 EI 48 E ⋅ I
P ⋅ b ( 3L2 − 4b 2 )
∆ L/ 2 = −
48 ⋅ EI
P ⋅ b ( 3L22 − 4b 2 ) 2
∆ = 5 M 0 ⋅ L M1 ⋅ L M 2 ⋅ L2
∆ L/ 2
L/ 2 =− −
48 ⋅ EI −
48 EI 16EI 16EI
2 0 ⋅L M1 ⋅ L M 2 ⋅ L2
2 2
5 LM
∆ L/ 2 = −
= 48 EI( 5M 0 −163EI M1 −−3 M
∆ L/ 2 )
162EI
48 ⋅ EI
L2
∆ L/ 2 = ( 5 M 0 − 3 M1 − 3 M 2 )
48 ⋅ EI
5 ⋅ L2
∆ L/ 2 = ( M s − 0,1 ⋅ M1 − 0,1 ⋅ M 2 )
48 ⋅ EI
CONTOH 6.4
Rencanakanlah komponen struktur balok baja berikut ini dengan
menggunakan profil WF seekoomis mungkin. Asumsikan terdapat
kekangan lateral yang cukup pada bagian flens tekan profil. Disyaratkan
pula bahwa lendutan tidak boleh melebiki L/300. Gunakan mutu baja
BJ 37!
Jawab:
Penampang kompak!
M = Z . f = 2096,36(240)= 50,31 ton.m
n x y
CONTOH 6.5
Rencanakanlah struktur gording pada suatu rangka atap dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Jarak antar gording = 1,25 m
Jarak antar kuda-kuda =4m
Sudut kemiringan atap = 25°
Penutup atap genteng, berat = 50 kg/m²
Tekanan tiup angin = 40 kg/m²
Jawab:
Coba menggunakan profil light lip channel 150.65.20.3.2, dengan
data-data:
I = 332.104 mm4
x
Iy = 54.104 mm4
Z = 44,331.103 mm3
x
Zy = 12,268.103 mm3
Beban mati:
Berat gording = 7,51 kg/m
Berat atap = 1,25 (50) = 62,5 kg/m
q = 70,01 kg/m
Beban hidup:
Di tengah-tengah gording P = 100 kg
M x = 18 ( 5 )( 4 ) = 10 kg.m
2
angin tekan :
M y = 18 ( −20 )( 4 ) = −40 kg.m
2
angin hisap:
Kombinasi Beban:
Kombinasi Beban Arah x (kg.m) Arah y (kg.m)
1. U = 1,4D 177,66 20,713
2. U = 1,2D + 0,5La 197,5955 28,3195
3. U = 1,2D + 1,6La 297,2896 51,5636
U = 1,2D + 1,6La + 0,8W 305,2896 51,5636
4. U = 1,2D + 1,3W + 0,5La 210,5955 28,3195
5. U = 0,9D ± 1,3W 127,21 13,3155
74,21 13,3155
Jadi Mux = 305,2896 kg.m = 305,2896.104 N.mm
Muy = 51,5636 kg.m = 51,5636.104 N.mm
Asumsikan penampang kompak:
Mnx = Zx·fy = 44,331·103(240) = 10639440 N.mm
Mny = Zy·fy = 12,268·103(240) = 2944320 N.mm
Untuk mengantisipasi masalah puntir maka Mny dapat dibagi 2
sehingga:
M
M ux uy
+ ≤ 1, 0
φb ⋅ M nx φb ⋅ M2ny
M ux M uy
+ ≤ 1, 0
φb ⋅ M px φb ⋅ M py
η η
C mx ⋅ M ux C my ⋅ M uy
+ ≤ 1, 0
φb ⋅ M nx φb ⋅ M ny
Dengan ketentuan:
Untuk bf/d < 0,5 : = 1,0
Untuk 0,5 ≤ bf/d ≤ 1,0 : = 1,6
Untuk bf/d < 0,3 : = 1,0
Untuk 0,3 ≤ bf/d ≤ 1,0 : = 0,4 + bf /d ≥ 1,0
PEMBEBANAN
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Dapat memahami jenis pembebanan.
2. Dapat memahami gaya gaya batang
3. Dapat memahami defeksi kuda – kuda.
4. Dapat mendimensi batang tarik dan tekan.
POKOK PEMBAHASAN :
1. Pendahuluan
2. Jenis-Jenis Pembebanan
3. Kuda – kuda
4. Batang tarik dan batang tekan
Pembebanan 127
7.1 PENDAHULUAN
Pembebanan 129
struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu
(termasuk di dalamnya beban tekanan tanah).
4. Beban Hujan ( R ) adalah semua beban yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang disebabkan oleh hujan.
5. Beban Atap ( A ) adalah beban yang berasal dari konstruksi atap (
berat keseluruhan dari struktur atap ).
6. Beban Angin ( W ) adalah beban yang diakibatkan oleh pergerakan
angin yang mengenai atau melalui bagian dari struktur bangunan.
7. Beban Tekanan Tanah ( H ) adalah beban akibat tekanan yang
berasal dari dalam tanah.
8. Beban Tekanan Fluida ( F ) adalah beban yang dihasilkan oleh
tekanan fluida yang bekerja pada struktur bangunan.
9. Beban Struktural lainnya adalah beban akibat pengaruh rangkak,
susut, dan ekspansi beton atau pengaruh perubahan temperatur.
10. Beban Additional (Tergantung kondisi dan situasi) adalah beban
yang memiliki nilai lebih besar dari nilai beban mati atau beban
hidup dan merupakan bagian dari struktur yang harus ditinjau
ulang.
Plafon
Dan beban dari kuda2 itu sendiri, adanya beban maka titik
pertemuan kedua kaki kuda-kuda bagian atas (P) mengalami perubahan
Pembebanan 131
letak yaitu turun ke P’, sehingga kaki kuda-kuda menekan kedua tembok
kearah samping. Bila tembok tidak kokoh maka tembok akan roboh.
Pembebanan 133
Dengan adanya pelenturan pada kaki kuda-kuda maka bidang atap akan
kelihatan cekung kedalam, ini tidak boleh terjadi.
Untuk detail lengkap dari kuda kuda kayu bisa dilihat disini.
Konstruksi kuda kuda kayu untuk rumah tinggal sederhana.
Pembebanan 135
Gambar Bentuk profil elemen batang
Pembebanan 137
Luas Penampang Netto
Batang tarik yang disambung dengan paku keling (rivet) atau baut
(bolt) harus dilubangi.
Adanya lubang mengakibatkan berkurangnya luas penampang
batang tarik tersebut, sehingga kekuatannya menjadi berkurang.
SNI 03-1729-2002 Pasal 10.2.1. menyebutkan bahwa dalam
suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15%
luas penampang utuh.
• Luas penampang netto lubang sejajar
Pembebanan 139
• Luas penampang netto profil siku lobang berselang-seling
Pembebanan 141
CONTOH 7.1
Soal (Soal tentang luas penampang netto) :
Sambungan seperti gambar berikut yaitu dua buah pelat tebal 4
mm disambung dengan tiga buah pelat dengan tebal 2 mm, diameter
alat penyambung dn = 12 mm, jumlah alat penyambung
8 (delapan) buah. Hitunglah luas penampang netto.
Pembebanan 143
7.5 BATANG TEKAN
Batang tekan yang hanya menerima gaya tekan secara sentris saja
dijumpai pada struktur rangka atap, jembatan, menara dan struktur lain
yang bersifat rangka. Pada struktur rangka atap dan jembatan umumnya
dijumpai pada batang-batang tepi atas, sedikit pada batang-batang
diagonal dan vertikal, lihat gambar berikut. Batang ini tidak
mengalami momen dan gaya lintang, hanya ada gaya normal tekan
yang bekerja sentris, tepat pada garis berat penampang, oleh karena sifat
dari struktur rangka itu sendiri dimana buhul-buhulnya dapat berotasi
sehingga gaya-gaya dalam yang lain seperti momen dan gaya lintang
akan tereduksi dengan sendirinya.
Pembebanan 145
Tekuk Elastis Euler
Pada tekuk elastis, komponen struktur yang dibebani gaya
tekan, masih dalam dalam keadaan elastis, akan melengkung secara
perlahan-lahan, seperti gambar 2. Gaya yang bekerja sentris pada
batang menyebabkan batang tersebut melentur sejauh y, sehingga terjadi
momen lentur tambahan sekunder yang besarnya,
Mx = P . y
Dimana :
E = modulus elastisitas baja
I = momen inertia batang
Pembebanan 147
Grafik yang menggambarkan hubungan tegangan – kelangsingan
seperti berikut,
Panjang Tekuk
Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada jenis
perletakannya, seperti kolom dengan tumpuan jepit dapat mengekang
ujungnya dari berotasi dan translasi, sehingga mampu menahan beban
yang lebih besar dibandingkan tumpuan sendi. Panjang tekuk
dihitung seperti berikut :
Pembebanan 149
150 Struktur Baja
PERTEMUAN 8
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiwa mampu merancang desain kuda-kuda baja.
2. Mahasiswa mampu menghitung perencanaan kuda-kuda baja.
POKOK PEMBAHASAN :
1. Gambar kuda-kuda dan spesifikasi bahan, beban, muta baja, lokasi
bangunan.
2. Dimensi gording.
3. Analisis pembebanan, beban mati dan beban hidup.
4. Input data (output SAP 2000).
5. Dimensi batang.
6. Dimensi sambungan.
7. Dimensi plat buhul.
8. Gambar kuda-kuda.
2
jarak kuda - kuda
Beban mati arah y = 0.125× qx ×
2
2
3.5
= 0.125× 7.725×
2
= 2.957 kgm
= 14.963
3. Akibat Beban Angin
– Angin tekan
Angin tekan = 0,125 angin tekan jarak kuda-kuda2
= 0.125 0 3.52
= 0 kgm
Mux Muy
+ ≤ 1.0
φb × Mnx φ Mnx
2
1704 ×106 2749×105
+ = 1.029
0,9×393×106 1296 ×106
0,9
2
1.029 ≥ 1.0 "OKE"
Penampang kompak:
Selanjutnya dihitung Ix perlu untuk memenuhi syarat lendutan:
1
ML = × L × Jarak kuda - kuda1 = 4.375 × 105 Nmm
8
Untuk memenuhi syarat lendutan, hanya beban hidup saja yang
dipertimbangkan :
Ix perlu =
(5 × ML × Jarak kuda - kuda1 ) 2
Cek lendutan
Jarak kuda-kuda1 = 3.5 x 103 mm
I = Ix x 10000 = 5.84 x 105 mm4
( Jarak kuda - kuda1)
= 11.667
300
Syarat :
48 × E × 1
Jarak kuda - kuda1
48 < "OKE"
300
Tegangan
Kontrol :
Mux Muy fy
+ <
Zx Zy 1.5
1704000 274900 290
+ = 97.196 <
25400 9130 1.5
97.196 < 193.33
Gaya geser
Profil baja Light Lip Chanal : 100.50.20.1.6
d = 100 mm r0 = 3.6 mm
b = 50 mm h = d – [2(r0 + tf )]
tw = 20 mm = 89.6 mm
tf = 1.6 mm
Cek :
h 1100
= 4.48 < + = 64.594
20 fy
Kuat geser rencana harus memenuhi :
Vn = 0.6 fy d tw = 3.48 105
Vd = 0.9 Vn = 3.132 105
Vn > Vd
3.48 105 > 3.132 105 “OKE”
2. PERHITUNGAN PEMBEBANAN
Dari data diperoleh:
= 20
Bentang KK = 20 m
Jarak KK = 3,5 m
Tekanan Angin = 25 kg/m2
Berat Asbes = 11 kg/m2
BJ = 50
0,5 . Wtekany = 0 kg
Akibat angin hisap
Whisapx = Whisap . cos = –47,47 kg
Whisap = Whisap . sin
y
= –17,278 kg
Beban angin hisap pada tumpuan
0,5 . Whisap = –23,735 kg
x
4. PENDIMENSIAN BATANG
Setelah melakukan perhitungan di SAP, maka didapat data berupa
momen dan gaya tekan pada tiap batang. Maka yang perlu dilakukan
selanjutnya adalah melakukan perhitungan dan menentukan batang
tarik dan tekan. Data yang dipakai dari SAP dalam perhitungan batang
tekan dan tarik adalah P (tekanan).
Untuk membedakan antara batang tekan dan batang tarik, maka
lihat tanda positif dan negative pada P di data output SAP. Jika itu
positif, dihitung sebagai batang tarik. Sebaliknya, jika negative maka
dihitung sebagai batang tekan.
A. BATANG TEKAN
1. Batang Atas (a1 sampai a8)
Panjang Batang = 2,887 x 100 = 288 cm
Ptekan = 100223,22 kg (dari SAP)
Nu (Beban Terfaktor) = Ptekan x 10 = 1,0022 x 106 N
BJ = 50
fu = 500 MPa
fy = 290 MPa
( λc × π )
= = 99,003
fy
E
Panjang Batang
imax = = 2,916 cm
λ
= λ2 fy
cx = 1,194 (SNI 03-1729-2002)
π E
c2 = λ2 fy = 0,862
π E
Jadi, 0,862 < 1,2
1,43
Maka = = 0,929
1,6 − 0, 67 λc
fy
Nn = Ag = 1,921 x 106 N
ω
Nu
Syarat: ≤ 1
Nn
0,72 ≤ 1 “AMAN”
Jadi, Batang Diagonal c2 sampai d2 memakai profil baja sesuai
perhitungan yaitu menggunakan profil 2L 100.100.20
3. Batang Diagonal (c1, c3, dan d1, d3)
Panjang Batang = 1,048 x 100 = 104,8 cm
Ptekan = 6667,09 kg
Nu = Ptekan x 10 = 6,667 x 104 N
BJ = 50
fu = 500 MPa
fy = 290 MPa
E = 2 x 105 MPa
=
( λc × π ) = 99,003
fy
E
Panjang Batang
imax = = 3,113 cm
λ
c2 = λ2 fy = 1,275
π E
Jadi, 1,275 > 1,2
=
( λc × π ) = 99,003
fy
E
Panjang Batang
imax = = 3,036 cm
λ
c2 = λ2 fy = 1,244
π E
B. BATANG TARIK
1. Batang Miring Bawah (b1, b2, b5, b6)
Panjang batang = 3,072 x 100 = 307,2 cm
Tu (gaya tarik terfaktor) = 87359,59 x 10 = 8,736 x 105 cm
(Dari ouput SAP)
tu (factor tahanan kondisi leleh) = 0,9
BJ = 50
fu = 500 MPa
fy = 290 MPa
Kondisi leleh:
Tu
φfy
Ag2 = = 33,471 cm2 (SNI 03-1729-2002)
100
Tn =
( φ2 Ag fy ) = 1,89 x 105 kg (SNI 03-1729-2002 pasal 10)
10
Kondisi Fraktur
Tu = 8,736 x 105 N
fr = 0,75 (factor tahanan untuk kondisi fraktur)
U = 0,85 (koefesien reduksi berdasarkan AISC)
BJ = 50
fu = 500 MPa
fy = 290 MPa
Tu
φfr Ufy
An = = 47,253 (luas netto, lihat buku LRFD hal. 32)
100
Tn1 =
( φfr ×U × Ag ×Tu ) = 1,15 4x 105 mm2 (lihat buku LRFD
hal.32) 10
( φfr × 2 Ag fy ×U )
Tn = 10 = 1,338 x 105 kg
Syarat : Tu < Tn
Tu
= 4,726 x 104 < Tn = 1,338 x 105 “AMAN”
10
Cek Kelangsingan:
panjang batang
Syarat: = 243,765 < 300
1, 62
“AMAN”
Maka, batang bawah (b1, b3) batang tarik sekunder dipakai profil
sesuai dengan hasil perhitungan kondisi leleh dan fraktur, yakni
menggunakan profil 2L 100.100.20
3. Batang Vertikal (v1)
Panjang batang = 4,660 x 100 = 466 cm
Tu = 3258,89 x 10 = 3,259 x 104 cm
tu = 0,9
Kondisi leleh:
Tu
φfr Ufy
Agt = = 33,471 cm2
100
Karena menggunakan profil rangkap 2L, jadi:
Agt
= 16,736 cm2
2
Dari data table baja dicoba profil 2L 100.100.20
Kontrol Dimensi:
Tn
=
( φfr × 2 Ag fy ×U )
= 1,338 x 105 kg
10
Syarat : Tu < Tn
Tu
= 3,259 x 104 < Tn = 1,338 x 105 “AMAN”
10
Cek Kelangsingan:
panjang batang
Syarat: = 287, 654 < 300 “AMAN”
1, 62
Maka, batang vertikal (v1) batang tarik sekunder dipakai profil
sesuai dengan hasil perhitungan kondisi leleh dan fraktur, yakni
menggunakan profil 2L 100.100.20
F 33 × h1 × 22 × 10000
F 3×
f1 = F × hh11 ××2× × 10000
10000 = 7,775 x 103 kg
38
38 , 55
,
38, 5
F 1 × h 2 × 22 × 10000
F 11 ×
f2 = F × hh 22 ×
×2× × 10000
10000 = 4,067 x 104 kg
16
16
16
F 1 × h 3 × 22 ×
F 1 × h 3 × 10000
× 10000
f3 = F 1 × h 3 × 2 × 10000 = 3,775 x 104 kg
16
16
16
F 3 × h 3 × 2 × 100
10000
F 33 ×
F × hh 33 ×
× 22 × × 1000000
f4 = 16 = 2,679 x 104 kg
16
16
POTONGAN I – I
Pada penampang I – I terjadi:
{( − f 1 × cos α ) + ( − f 2 × cos α ) + f 3 + f 4}
σ= +
t plat × h
{( − f 1 × cos α ) + ( − f 2 × cos α × 5,, 43 ) + ( f 3 × 5, 87 )}
= 435, 253
6 t plat × h
1 2
(
σ 2 + 3 τ2 ) kg= 2,054 x 10 5
( σ + 3τ ) kg
2
≤ fy x 10 = 2,9 x 10
2
3
2 cm 2 2 cm 2
“TIDAK AMAN”
POTONGAN II – II
Diketahui:
Hb = 15,47 cm
A = 20
BJ = 50
Fu = 500
Fy = 290
H4 = 25,51
H5 = 28,51
( f 1 × sin α ) + ( f 2 × sin α ) kg
Tτ = = 692, 867
t plat × h cm 2
{( − f 1 × cos α ) + f 4} {( − f 1 × cos α × 7, 73 ) + ( f 4 × 7, 73 )}
Eσ = +
t plat × h 6 t plat × h
1 2
kg
= 2, 97 × 103
cm 2
Cek tegangan yang diizinkan:
Syarat:
Tu ≤
( σ 2 + 3 τ2 ) kg= 3,203 x 10 3
( σ + 3τ ) kg
2
≤ fy x 10 = 2,9 x 10
2
2 cm 2 2 cm 2
“TIDAK AMAN”