Anda di halaman 1dari 65

SISTEM

ENDOKRIN DAN METABOLISME

Manual Kegiatan Alih Keterampilan Klinik


(CSL)

Disajikan pada Mahasiswa Semester IV

Program Studi Kedokteran


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-
Nya maka buku manual Alih Ketrampilan Klinik ini dapat disusun. Tidak lupa kita
sampaikan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Buku Manual CSL ini dibuat dan disusun oleh tim dosen Program Studi Kedokteran
FKK UMJ yang merupakan revisi dari Manual CSL yang sebelumnya disusun oleh
Tim Sistem Endokrin dan Metabolisme FK Unhas. Manual keterampilan klinik ini
mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012 dan
pelaksanaan ujian OSCE Nasional. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa yang
telah melewati Sistem Endokrin telah diperkenalkan kepada sistem ujian keterampilan
klinik yang saat ini diperlakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir sebelum mereka
menjadi seorang dokter.

Manual CSL ini terdiri dari 5 ketrampilan klinis yaitu:


1. Keterampilan Anamnesis Penyakit Sistem Endokrin dan Metabolisme
2. Keterampilan Pemeriksaan Fisik dan Tiroid pada Sistem Endokrin dan
Metabolisme
3. Penentuan Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Perhitungan Kebutuhan Energi pada Pasien DM
4. Keterampilan Konseling pada Pasien DM
5. Keterampilan Suntikan Insulin Pen Subkutan.

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan dan seluruh dosen
Program Studi Kedokteran FKK UMJ yang telah memberikan dukungan sehingga
buku manual ini dapat terwujud. Harapan kami semoga buku manual ini bermanfaat
bagi para seluruh mahasiswa terutama yang sedang mengambil Sistem Endokrin dan
Metabolisme.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Februari 2021


Tim Dosen Sistem Endokrin dan Metabolisme
Prodi Kedokteran FKK UMJ

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................1


DAFTAR ISI .................................................................................................................2
TATA-TERTIB LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK .............................................3
KETERAMPILAN ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK DAN TIROID PADA SISTEM
ENDOKRIN DAN METABOLISME.................................................................................5
KETERAMPILAN ANAMNESIS .....................................................................................6
KETERAMPILAN ....................................................................................................................... 14

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN PEMERIKSAAN KELENJAR TIROID


PADA SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME ........................................................15
PENENTUAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI PADA PASIEN DM ..........................................29
KETERAMPILAN KONSELING PADA PASIEN DM .......................................................41
KETERAMPILAN SUNTIKAN INSULIN PEN SUBKUTAN ..............................................47

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 2


TATA-TERTIB LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Mahasiswa yang melakukan praktek di Laboratorium Keterampilan Klinik harus mematuhi


tata-tertib seperti di bawah ini.

A. Sebelum Pelatihan, setiap mahasiswa:


1. Membaca Penuntun Belajar Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan
2. Menyediakan alat atau barang sesuai dengan petunjuk pada buku Penuntun yang
bersangkutan

B. Pada saat pelatihan, setiap mahasiswa:


1. Datang tepat waktu
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan
3. Diharuskan berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan
layaknya seorang dokter. Selama kegiatan pembelajaran, semua mahasiswa tidak
diperkenankan memakai celana jeans, baju kaos (T shirt), dan sandal. Mahasiswa pria
yang berambut panjang sampai menyentuh kerah baju, tidak diperkenankan
mengikuti semua kegiatan pembelajaran di Prodi Kedokteran FKK UMJ.
4. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
5. Diharuskan mengenakan jas laboratorium yang bersih pada setiap kegiatan di
Laboratorium Fak. Kedokteran UMJ. Bagi mahasiswi yang berhijab, bagian bawah
hijab harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
6. Diharuskan memakai papan nama dan nomor pokok mahasiswa dengan tulisan besar
dan jelas. Nama bisa dengan nama pendek atau nama panggilan.
7. Diharuskan menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan.
8. Diharuskan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
9. Diharuskan memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian
tubuh manusia
10. Diharuskan bekerja dengan hati-hati. Setiap kerusakan yang terjadi akibat ulah
mahasiswa, maka semua risiko yang terjadi menjadi tanggungjawab mahasiswa yang
bersangkutan. Misalnya kerusakan “model” yang disebabkan ulah mahasiswa maka
mahasiswa yang bersangkutan harus mengganti kerusakan “model” tersebut dengan

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 3


biaya sesuai dengan harga “model pengganti”. Penggantian melalui Prodi Kedokteran
FKK UMJ.
11. Tidak diperkenankan merokok di dalam ruangan belajar.
12. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan
13. Pengulangan CSL dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Membuat surat permohonan pengulangan CSL ke bagian pendidikan dengan
tembusan ke bagian CSL dan melampirkan materi yang akan diulang. Jumlah
minimum mahasiswa yang mengajukan adalah 10 orang dan paling lambat sudah
mengajukan 3 hari sebelum pelaksanaan CSL
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal perkuliahan dengan
atau tanpa pendamping dari instruktur
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 21.00 WIB
C. Penilaian
Mahasiswa dapat mengikuti ujian CSL dengan syarat telah mengikuti kegiatan
CSL minimal 75% dari seluruh kegiatan CSL Sistem Endokrin dan
Metabolisme.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 4


KETERAMPILAN ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK
DAN TIROID PADA SISTEM ENDOKRIN DAN
METABOLISME

Disajikan pada Mahasiswa Semester IV


PS KEDOKTERAN FKK UMJ

Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 5


KETERAMPILAN ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK DAN TIROID
PADA SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

KETERAMPILAN ANAMNESIS
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter bekerja berdasarkan keluhan utama
yang menjadi masalah pasien / klien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran
riwayat penyakit, pemeriksaan fisis dan tiroid, dan pemeriksaan penunjang. Selama
melaksanakan semua kegiatan tersebut, dokter harus memperhatikan kondisi pasien
secara holistik dan komprehensif, menjunjung tinggi profesionalisme dan etika profesi
di atas kepentingan pribadi. Selama pendidikan, mahasiswa perlu dipaparkan pada
berbagai masalah, keluhan/gejala yang dirasakan dan pemeriksaan fisis dan tiroid
yang ditemukan, serta dilatih cara menganalisis data data yang ditemukan kemudian
mensintesis data tersebut dan membuat kesimpulan / rumusan masalah / diagnosis
kerja dan diagnosis bandingnya.
Anamnesis adalah suatu keterampilan wawancara antara dokter (pemeriksa)
dengan pasien/klien-nya. Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal yang dapat
membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang
diajukan seorang pasien yang diambil dengan teliti akan banyak membantu
menentukan diagnosis dari suatu penyakit. Banyak macam keluhan yang diajukan
oleh seorang penderita. Walaupun demikian, tidak selalu keluhan-keluhan mengenai
penderitaan pasien dengan mudah dapat tergali oleh dokter sehingga diperlukan suatu
kesabaran dalam mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Teknik wawancara terpimpin yang diajukan terdiri dari beberapa pertanyaan
yang diajukan secara sistematis, terarah dan sesuai dengan kasus sehingga diakhir
wawancara, dokter dapat menarik suatu resume dan kesimpulan yang mendekatkan
seorang dokter kepada penegakan suatu diagnosis kerja. Diawali dengan menanyakan
keluhan utama yang dirasakan, yang biasanya menjadi sebab si pasien datang berobat
ke dokter. Selanjutnya digali tentang riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
sebelumnya yang pernah diderita, riwayat pengobatan, riwayat alergi, riwayat
penyakit keluarga, faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang berhubungan.
Daftar masalah/penyakit yang mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) 2012 memuat daftar masalah/penyakit yang banyak dijumpai dan
merupakan alasan utama yang sering menyebabkan pasien/klien datang menemui
dokter di tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar penyakit ini disusun dengan

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 6


tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi pendidikan dokter agar dokter yang
dihasilkan memiliki kompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat,
memberi penanganan awal atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam
rangka penatalaksanaan pasien. Tingkat kompetensi setiap penyakit merupakan
kemampuan yang harus dicapai pada akhir pendidikan dokter, sebagai berikut:

Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan


Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit
dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi
pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penetalaksanaan awal, dan


merujuk
3A: Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3B: Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penetalaksanaan secara


mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 7


Daftar Penyakit pada Sistem Endokrin dan Metabolik berdasarkan SKDI 2012
Tingkat
No Daftar PenyakiT
Kemampuan
Kelenjar Endokrin
1 Diabetes melitus tipe 1 4A
2 Diabetes melitus tipe 2 4A
3 Diabetes melitus tipe lain (intoleransi glukosa
3A
akibat penyakit lain atau obat-obatan)
4 Ketoasidosis diabetikum 3B
5 Status Hiperglikemi hiperosmolar 3B
6 Hipoglikemia ringan 4A
7 Hipoglikemia berat 3B
8 Hipoparatiroid 3A
9 Hipertiroid 3A
10 Tirotoksikosis 3B
11 Goiter 3A
12 Cushing’s disease 3B
13 Krisis adrenal 3B
Gizi dan Metabolisme
1 Malnutrisi energi-protein 4A
2 Defisiensi vitamin 4A
3 Defisiensi mineral 4A
4 Dislipidemia 4A
5 Hiperurisemia 4A
6 Obesitas 4A
7 Sindrom Metabolik 3B

Daftar Keterampilan Klinis Sistem Endokrin dan Metabolik berdasarkan SKDI 2012
Tingkat
No. Keterampilan
Keterampilan
1 Penilaian status gizi (termasuk pemeriksaan antropometri) 4A
2 Penilaian kelenjar tiroid: hipertiroid dan hipotiroid 4A
3 Pengaturan diet 4A
4 Penatalaksanaan diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
5 Pemberian insulin pada diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
6 Pemeriksaan glukosa darah (dengan Point of Care Test, POCT) 4A
7 Pemeriksaan glukosa urin (Benedict) 4A
8 Anamnesis dan konseling kasus gangguan metabolisme dan
4A
endokrin)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 8


TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN ANAMNESIS
Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Pada akhir latihan keterampilan anamnesis ini, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan anamnesis yang menuntun ke arah diagnosis penyakit, khususnya yang
ada di Sistem Endokrin dan Metabolisme.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK):


1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien/keluarga pasien.
2. Mampu dan terampil membina sambung rasa dan menunjukkan rasa empati
terhadap keluhan yang dialami pasien.
3. Mampu dan terampil menggali informasi dan menentukan keluhan utama
pasien.
4. Mampu dan terampil melakukan anamnesis terpimpin yang mengarah ke
diagnosis penyakit sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien.
5. Mampu dan terampil membuat resume dari semua informasi yang didapat
pada anamnesis.

Bahan dan Alat:


1. Meja kerja
2. Kursi dokter
3. Kursi pasien
4. Buku status pasien dengan lembaran anamnesis

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 9


DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 10 menit Pengantar
Instruktur menerangkan tentang tujuan keterampilan ini.
2. Demonstrasi 20 menit 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien.
2. Instruktur memperlihatkan cara menggali informasi
mengenai keluhan yang dialami pasien
3. Instruktur memperlihatkan cara melakukan
anamnesis terpimpin yang mengarah ke diagnosis
penyakit pada sistem Endokrin dan Metabolisme.
4. Instruktur memperlihatkan cara menginformasikan
kepada pasien mengenai tindakan selanjutnya yang
akan dilakukan berdasarkan hasil anamnesis yang
telah dikumpulkan.
5. Instruktur memperlihatkan cara membuat resume
dari semua informasi yang didapat pada anamnesis.
6. Mahasiswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas sehubungan dengan kegiatan
keterampilan ini.

3. Praktek 110 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi berpasang-pasangan, satu


bermain peran orang berperan sebagai dokter dan satu orang
dengan Umpan berperan sebagai pasien.
Balik 2. Yang berperan sebagai dokter melakukan kegiatan:
menggali informasi tentang keluhan utama,
melakukan anamnesis terpimpin yang mengarah ke
diagnosis penyakit, menginformasikan kepada
pasien mengenai tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan berdasarkan hasil anamnesis yang telah
dikumpulkan dan membuat resume dari semua
informasi yang didapat.
3. Bertukar peran
4. Instruktur berkeliling di antara mahasiswa dan
melakukan supervisi.
5. Instruktur mengoreksi hal-hal yang belum
sempurna.

4. Curah pendapat 10 menit Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengemukakan


dan diskusi pendapatnya tentang kegiatan yang telah dilakukan.

Total waktu 150 menit

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 10


PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN ANAMNESIS

No. LANGKAH KLINIK NILAI


0 1 2
1. Sambung rasa:
• Mengucapkan / membalas salam
• Mempersilakan pasien masuk ke dalam ruangan
• Menyapa pasien dan keluarganya dengan penuh keakraban
• Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien
• Mempersilakan pasien dan keluarganya untuk duduk

2. Informed consent:
• Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang
anamnesis yang akan anda lakukan, tujuan dan manfaat
anamnesis tersebut untuk keadaan pasien.
• Berikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang
kerahasiaan semua informasi yang didapatkan pada anamnesis
tersebut
• Jelaskan tentang hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya
tentang hak untuk menolak menjawab pertanyaan yang
dianggapnya tidak perlu dijawabnya.
• Menanyakan kesediaan pasien.

3. Tanyakanlah data pribadi pasien: nama, umur, alamat, pekerjaan.


Untuk heteroanamnesis tanyakan hubungan pasien dengan
pengantar

4. Tanyakanlah apa yang menyebabkan pasien datang ke dokter


(Keluhan Utama) dan sudah berapa lama.

5. Menggali informasi tambahan terkait keluhan utama


• Hal-hal yang memperburuk keluhan
• Hal-hal yang mengurangi keluhan

6 Menggali riwayat penyakit sekarang dan informasi yang berkaitan


dengan sistem lain:
• Sistem Indra:
• Mata: penglihatan kabur, mata terasa perih, mata menonjol
keluar, mata tidak bisa menutup rapat, pandangan doubel
• Kulit: gatal (terutama di daerah lipat paha), luka sulit sembuh,
banyak keringat, kulit lembab, kulit kering, keringat dingin,
rambut kulit banyak dan tebal
• Leher: ada benjolan, susah menelan.
• Sistem Respirasi: sesak nafas, batuk, batuk darah
• Sistem Kardiovaskuler: jantung berdebar-debar, hipertensi,
claudicatio intermitten dan rasa dingin pada kaki
• Sistem Gastrointestinal: ada gangguan selera makan atau justru
banyak makan tapi berat badan menurun, perasaan cepat lapar,

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 11


gangguan buang air besar (konstipasi, diare atau sering BAB),
mual, muntah, sering merasa haus, rasa cepat penuh / kenyang
jika makan, perut membesar dan timbul striae
• Kebidanan: pernah melahirkan anak dengan BB lahir lebih dari
4000 gram, keguguran, dan lahir mati, belum punya anak
• Ginekologi: keputihan, menstruasi tidak teratur, belum mens
• Sistem Urogenitalia: banyak kencing, sakit jika berkemih,
disfungsi ereksi
• Sistem Muskuloskeletal: badan terasa lemas, tremor, muka
gembul, kaki terasa pegal jika berjalan
• Sistem Syaraf: baal / kebas, terasa pana atau seperti ditusuk
tusuk pada ekstremitas, tidak tahan dingin / panas

Tanyakanlah apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama


7. pada masa lalu atau penyakit lain yang mungkin berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat operasi.
8. Tanyakanlah riwayat penyakit yang sama dalam lingkup keluarga
9. Tanyakanlah kebiasaan pasien, seperti kebiasaan makan, merokok,
minum alkohol, olahraga, dan lain-lain.
10. Tanyakanlah riwayat pengobatan yang pernah diterima dari
dokter, obat yang dibeli sendiri oleh pasien tanpa resep dokter,
riwayat alergi. (nama obat, dosis, frekuensi penggunaan, teratur /
tidak)
11. Melakukan cek silang dan memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menambahkan data-data yang belum didapat ataupun
memberikan koreksi terhadap data-data yang kurang tepat.
12. • Menarik kesimpulan dari anamnesis untuk mendapatkan
beberapa kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
sementara.
• Jelaskanlah pada pasien bahwa wawancara ini hanyalah fase
awal dari serangkaian pemeriksaan untuk dapat mengetahui
penyakit yang diderita pasien, dan masih diperlukan
pemeriksaan fisis dan tiroid untuk mempertajam diagnosis.
13. Melakukan penulisan rekam medik berbasis masalah (Problem
Oriented Medical Record/POMR) yang mencantumkan:
• Resume / kesimpulan dari hasil anamnesis, terutama
mencantumkan hal-hal penting yang mengarah ke penegakan
diagnosis
• Membuat beberapa kemungkinan diagnosis sementara
(Diagnosis Banding)
• Membuat satu diagnosis utama (Diagnosis Kerja)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 12


CONTOH LEMBARAN STATUS PASIEN

No. Register :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tangal Lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal/jam :

ANAMNESIS / HETEROANAMNESIS (hubungan dengan pasien...................


jika heteroanamnesis)

Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :

Riwayat Penyakit Sekarang :

Riwayat Penyakit Dahulu :


(beserta evaluasinya)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Psikososial :

Riwayat Pengobatan :
(secara lengkap dan keteraturan minumnya)

Resume :

Diagnosis Kerja :

Diagnosis Banding :

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 13


KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN
PEMERIKSAAN KELENJAR TIROID
PADA SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

Disajikan pada Mahasiswa Semester IV


PS KEDOKTERAN FKK UMJ

Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 14


KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN PEMERIKSAAN
KELENJAR TIROID PADA SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Pada akhir latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan


pemeriksaan fisik dan tiroid yang menuntun ke arah diagnosis penyakit pada sistem
Endokrin dan Metabolisme.

SASARAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien.
2. Mampu dan terampil menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik dan tiroid yang
akan dilakukan.
3. Mampu dan terampil mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan fisik dan
tiroid.
4. Mampu dan terampil melakukan penilaian status pasien secara umum (sakit
ringan / sedang / berat; cara berjalan dan lain lain) dan pengukuran tanda vital.
5. Mampu dan terampil melakukan pemeriksaan fisik dan tiroid secara sistematis
yang berkaitan dengan keluhan yang diutarakan pada saat anamnesis.
6. Mampu dan terampil melakukan pemeriksaan khusus pada sistem Endokrin
dan Metabolik
7. Mampu dan terampil membuat resume anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
tiroid
8. Mampu dan terampil menarik kesimpulan (sintesis data data anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan tiroid) dan membuat diagnosis serta diagnosis banding
9. Mampu dan terampil melakukan perencanaan tatalaksana sementara dan
perencanaan diagnosis (pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan atau
mengeluarkan diagnosis dan diagnosis banding)
10. Mampu dan terampil menginformasikan diagnosis dan diagnosis banding
beserta rencana tindak lanjutnya kepada pasien dan atau keluarganya.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 15


INDIKASI:
Pasien dengan suspek:
1. Diabetes Melitus
2. Penyakit tiroid
3. Kegemukan
4. Sindroma Metabolik
5. Cushing syndrome
6. Gangguan tumbuh kembang (perawakan pendek atau gangguan pubertas
sekunder)

MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN:


• Air mengalir
• Sabun cair
• Handuk kecil / tisu
• Termometer
• Stetoskop
• Tensimeter
• Hammer
• Pencahayaan yang cukup
• Alat pengukur tinggi badan, berat badan dan lingkar pinggang
• Video, slide atau gambar untuk menampilkan tanda klinis yang khas pada
beberapa penyakit pada sistem Endokrin dan Metabolik
• Tempat sampah medis dan non-medis
• Buku status pasien untuk mencatat hasil pemeriksaan fisis dan tiroid.

Kelenjar Tiroid :
• Terletak di leher depan bagian bawah (arah distal).
• Berbentuk seperti kupu-kupu,
• Terdiri dari dua lobus (kanan dan kiri) yang dihubungkan oleh isthmus.
• Isthmus menutupi cincin trakhea 2 dan 3,
• Kapsul fibrosus menggantungkan kelenjar ini pada fascia pre tracheal
sehingga pada saat “menelan” kelenjar tiroid terangkat ke arah kranial.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 16


Klasifikasi pembesaran Tiroid (Goiter) menurut WHO:
TINGKAT TANDA-TANDA

Tingkat 0 Tiroid Normal. Kelenjar tiroid tidak teraba dan tidak terlihat.
Pembesaran tiroid teraba tetapi tidak terlihat pada posisi leher yang
normal (tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid). Jika nodul teraba
Tingkat I dan ukurannya tidak lebih besar dari ukuran normal harus
dikategorikan pada kelompok ini.
Benjolan di leher terlihat dengan jelas pada posisi leher normal.
Tingkat II
Jika dipalpasi, benjolan tersebut sesuai dengan pembesaran tiroid.

Klasifikasi Pembesaran Tiroid (Klasifikasi PAHO)


Derajat Deskripsi
Derajat 0 Normal Thyroid
Goiter teraba hanya dengan palpasi dan tidak tampak
Derajat Ia meskipun dengan leher ekstensi
Goiter teraba, terlihat hanya jika leher ekstensi penuh.
Derajat Ib Termasuk nodul (hanya jika tidak membesar)
Goiter terlihat pada posisi leher normal, palpasi tidak perlu
Derajat II untuk diagnosis
Derajat III Goiter sangat besar yang bisa dikenali dari jarak cukup jauh.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 17


INDEKS WAYNE

Indeks Wayne adalah suatu sistem penilaian berdasarkan gejala-gejala dan


tanda-tanda yang dijumpai pada pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
biasa digunakan untuk membantu penegakan diagnosis hipertiroidisme. Indeks Wayne
memiliki akurasi diagnostik hingga 85%. Terdapat 9 gejala dan 10 tanda yang
masing-masing memiliki nilai skoring yang berbeda. Rentang skor antara +45 sampai
-25, dengan interpretasi sebagai berikut:
> 19 : hipertiroidisme toksik
11 – 19 : meragukan
< 11 : eutiroidisme

Tabel Indeks Wayne


Gejala Tidak
Skor Tanda Ada
Ada
Sesak nafas +1 Tiroid teraba +3 -3
Palpitasi +2 Bruit di sekitar tiroid +2 -2
Kelelahan +2 Eksophtamus +2 -
Lebih suka panas -5 Retraksi kelopak mata +2 -
Pergerakan kelopak mata
Lebih suka dingin +5 +1 -
yang tertinggal (lid lag)
Banyak keringat +3 Hiperkinesis +4 -2
Gugup +2 Telapak tangan teraba panas +2 -2
Selera makan
+3 Telapak tangan lembab +1 -1
meningkat
Selera makan
-3 Denyut nadi >80 x/mnt
menurun - -3
Berat badan
-3 > 90 x/mnt +3 -
meningkat
Berat badan
+3 Fibrilasi atrium +4 -
menurun

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 18


PEMERIKSAAN BRUIT
Bruit didefinisikan sebagai suara aliran darah yang terdengar karena adanya
turbulensi. Suara ini dapat didengar melalui auskultasi dengan stetoskop, dan sebagian
bruit dapat dideteksi melalui palpasi sebagai thrill. Pemeriksaan bruit umumnya
dilakukan di area kepala, seperti area karotis, area temporal, area orbital, dan area
mastoid.
Bruit di area leher paling sering terdengar pada daerah bifurkasio arteri karotis, area
karotis komunis proksimal dan fosa supraklavikular. Terdengarnya bruit pada area ini
biasanya menunjukkan adanya oklusi pembuluh darah di area tersebut. Bruit juga
dapat terdengar pada pasien dengan sirkulasi hiperdinamik atau pada pasien dengan
peningkatan curah jantung seperti pada pasien hipertiroidisme atau pasien dalam
hemodialisis.
Pemeriksaan bruit karotis, diawali dengan melakukan palpasi ringan pada area karotis
untuk mendeteksi adanya thrill. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dalam
posisi berbaring ataupun duduk. Jika pemeriksaan dilakukan pada posisi duduk,
pemeriksa berada di belakang pasien sehingga dapat melakukan palpasi dan auskultasi
secara optimal. Pasien diminta untuk duduk dengan pandangan lurus ke depan dan
pemeriksa melakukan auskultasi di area karotis dengan menggunakan stetoskop sisi
lonceng (bell). Secara simultan, tangan pemeriksa yang lain melakukan palpasi pada
area karotis kontralateral. Pasien kemdian diminta untuk menarik nafas dalam dan
menahan nafas. Manuver ini bertujuan untuk meminimalisasi suara nafas yang dapat
mengganggu pemeriksa mendengarkan suara bruit.
Adanya murmur jantung juga dapat ditransmisikan ke pembuluh darah besar sehingga
terdengar sebagai bruit. Seringkali sulit untuk membedakan bruit karotis dan murmur
jantung. Murmur jantung biasanya akan terdengar lebih jelas saat stetoskop digeser
mendekati prekordial. Selain itu, murmur jantung jarang menjalar hingga ke area
orbital, sedangkan bruit karotis seringkali dapat terdengar di area orbital.

Referensi:
Rakhmad Hidayat, Melke Joanne Tumboimbela. Pemeriksaan Bruit. Dalam: Riwanti
E, Ramdinal AZ, Wardah RI, editor. Pemeriksaan klinis neurologi praktis umum.
Edisi pertama. Kolegium Neurologi Indonesia. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. 2018.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 19


Gambar 1. Kelenjar tiroid

Gambar 2. Inspeksi kelenjar tiroid

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 20


Gambar 3. Palpasi kelenjar tiroid

Gambar 4. Auskultasi kelenjar tiroid.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 21


DESKRIPSI KEGIATAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK DAN
TIROID PADA PENYAKIT SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 5 menit Pengantar
Instruktur menerangkan tentang tujuan ketrampilan ini.
Instruktur memperlihatkan bahan dan alat yang diperlukan untuk
melakukan keterampilan ini.
2. Demonstrasi 15 menit 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien.
2. Instruktur memperlihatkan cara mempersiapkan pasien
sebelum pemeriksaan fisik.
3. Instruktur memperlihatkan cara melakukan penilaian status
pasien secara umum dan pengukur tanda vital.
4. Instruktur memperlihatkan cara melakukan pemeriksaan fisik
secara sistematis untuk menegakkan diagnosis pasien sesuai
dengan yang dikeluhkan oleh pasien ketika anamnesis.
5. Instruktur memperlihatkan cara menginformasikan hasil
yang ditemukan, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
dan rencana pengobatan kepada pasien/ keluarganya.
6. Instruktur memperlihatkan cara membuat resume untuk arsip
pasien
7. Mahasiswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas sehubungan dengan kegiatan keterampilan ini
3.Praktek 55 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi berpasang pasangan, satu orang
bermain peran berperan sebagai dokter dan satu orang berperan sebagai
dengan umpan pasien.
balik 2. Yang berperan sebagai dokter melakukan kegiatan:
menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik yang akan
dilakukan, mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan
fisik, melakukan penilaian status pasien secara umum dan
pengukur tanda vital, melakukan pemeriksaan fisik secara
sistematis untuk menegakkan diagnosis berdasarkan yang
dikeluhkan pada saat anamnesis. menginformasikan hasil
yang ditemukan, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
dan rencana pengobatan kepada pasien/keluarganya dan
membuat resume untuk arsip pasien
3. Berganti peran.
4. Instruktur berkeliling di antara mahasiswa dan melakukan
supervisi
5. Instruktur mengoreksi hal-hal yang belum sempurna
4. Curah 10 menit Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan pendapatnya tentang kegiatan yang dilakukan
diskusi
Total waktu 90 menit

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 22


LANGKAH KEGIATAN

No. Kegiatan yang dilakukan Nilai


Persiapan dokter dan pasien 0 1 2
1 Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, tujuan dan
manfaatnya
2 Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan
semua informasi yang didapatkan pada pemeriksaan fisik tersebut.
3 Menjelaskan mengenai hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang
hak untuk menolak untuk diperiksa.
4 Mempersilakan pasien untuk bersiap sebelum pemeriksaan
5 Pemeriksa melakukan cuci tangan rutin sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan dan melakukan pemeriksaan dari sebelah kanan pasien.
Penilaian status pasien secara umum dan tanda vital
6 Lihat dan catatlah keadaan umum pasien: sakit ringan, sakit sedang atau
sakit berat.
7 Tentukanlah status gizi : ukur tinggi dan berat badan (sesuai panduan
penentuan status gizi), Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang
8 Nilailah tingkat kesadaran: Glasgow coma score (GCS)
9 Ukur dan nilai tanda-tanda vital pasien: suhu tubuh, tekanan darah, denyut
nadi dan pernapasan, tipe nafas.
10 Perhatikanlah adanya tanda renjatan, tanda dehidrasi.
Pemeriksaan lokalisata
11 Perhatikan dan nilailah ada tidaknya kelainan pada mata dan kelopak mata:
eksoftalmus, edema kelopak mata, gerakan kelopak mata, memejamkan
mata.
12 Periksalah mulut dan rongga mulut: terutama perhatikan adanya tanda-tanda
dehidrasi
Pemeriksaan kelenjar tiroid
13 Persilakanlah pasien duduk atau berdiri menghadap ke sumber cahaya
sehingga sumber cahaya cukup menerangi bagian leher yang diperiksa.

14 Aturlah posisi pasien sedemikian rupa sehingga posisi mata pemeriksa


harus sejajar (horizontal) dengan leher orang yang diperiksa. Mintalah
pasien untuk menunjukkan ruas ibu jarinya sebagai acuan ukuran kelenjar
tiroid.
15 Inspeksi kelenjar tiroid dan leher:
• Lakukanlah pengamatan bagian depan leher klien pada posisi normal
• Amatilah adanya pembesaran kelenjar tiroid yang tampak nyata.
• Jika kelenjar tiroid tidak tampak, mintalah klien untuk mengekstensikan
kepala dan gerakan menelan.
• Jika kelenjar tiroid tampak jelas pada posisi ekstensi leher penuh,
dikatakan pembesaran kelenjar tiroid tingkat II / Ib.
• Pemberton’s sign

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 23


16 Palpasi kelenjar tiroid:
• Identifikasi kartilago tiroid, membran thyrocricoid, dan cartilago
cricoid, struktur horizontal dengan lebar 5 mm, penanda batas superior
ithsmus. Palpasi isthsmus (sering tidak teraba meskipun tiroid
membesar).
• Saat berdiri di sisi pasien geser jari anda sehingga bagian palmar
berhenti di trachea dan permukaan dorsal ke arah m.
sternocleidomatoideus. Lobus ipsilateral dapat dipalasi secara
bersamaan dengan ibu jari atau dengan jari tangan lain.
• Jika anda berdiri di belakang pasien identifikasi batas dan isthmus
dengan satu tangan dan jika sudah berada di posisi rasakan lobus tiroid
pada sisi tersebut, letakkan jari tangan anda yang lain secara simetris
pada sisi lain trakhea. Identifikasi lagi setiap lobus pada saat pasien
menelan. Rasakan permukaan, asimetri atau tidak, tekstur, nyeri tekan
atau tidak serta perkiraan ukuran tiap lobus (normal: 7-10 gram).
(tingkat 0 atau Ia)
• Jika terdapat Goiter, ukur massa yang teraba dan juga ukur lingkar leher
yang terbesar. Gambar garis goiter untuk catatan perbandingan ke
depan. (pembesaran tingkat II atau III)
• Palpasi juga untuk mengidentifikasi adanya limfadenopati atau massa
(terutama di linea mediana, adanya ductus thyroglossus) atau jaringan
parut.

17 Auskultasi kelenjar tiroid : apakah terdengar bruit ?


18 Lakukanlah pemeriksaan fisik toraks: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
19 Lakukanlah pemeriksaan fisik abdomen: inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi
20 Perhatikan ada tidaknya effloresensi kulit terutama di daerah-daerah lipatan.
Bila ada, nilailah tipe dan lokasi effloresensi kulit: makula, papula, vesikel,
krusta, polimorf.
21 Periksalah sistem muskuloskeletal, terutama untuk menilai kekuatan otot,
rabalah telapak tangan apakah teraba kering/lembab, hangat/dingin, tremor.
Apakah ditemukan luka pada kulit? Lakukan pemeriksaan reflex
ekstremitas. Lakukan pemeriksaan a.dorsalis pedis, a.tibialis posterior,
a.poplitea, dan a.femoralis.
22 Melakukan pemeriksaan sensoris
Menginformasikan hasil pemeriksaan yang ditemukan kepada pasien
dana keluarganya.
22 Menjelaskan tentang kemungkinan diagnosis penyakitnya, rencana
diagnostik, tatalaksana selanjutnya serta prognosis.
Membuat resume untuk arsip pasien
23 Tulislah resume hasil pemeriksaan fisik, kemungkinan diagnosis dan
rencana pemeriksaan penunjang diagnostik dan tatalaksana serta prognosis.

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 24


DAFTAR TILIK UJIAN
KETERAMPILAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA
PENYAKIT SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

No. ASPEK YANG DINILAI SKOR


0 1 2
ANAMNESIS
1* Sambung rasa dan informed consent dengan baik
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menanyakan keluhan tambahan
5 Menggali riwayat penyakit sekarang dan keluhan yang berkaitan
dengan sistem lain
6 Menggali riwayat penyakit dahulu dan evaluasinya
7 Menggali riwayat penyakit keluarga
8 Menggali riwayat psikososial
9 Menggali riwayat pengobatan sebelumnya secara lengkap dan
keteraturan konsumsinya
10 Melakukan cek silang
PEMERIKSAAN FISIK
11* Melakukan informed consent pada pasien dan keluarganya
12* Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
13 Melihat keadaan umum pasien, menilai status gizi dan tanda vital
pasien
14 Menilai kesadaran: GCS dan melihat tanda renjatan, tanda dehidrasi
15 Menilai ada tidaknya eksoftalmus, kelainan kelopak mata (lid lag)
16 Melakukan pemeriksaan mulut dan rongga mulut
17 Melakukan pemeriksaan leher, tiroid dan tanda Pemberton
18 Melakukan pemeriksaan fisik toraks
19 Melakukan pemeriksaan fisik abdomen (dengan kedua lutut
ditekuk)
20 Menilai efloresensi kulit
21 Melakukan pemeriksaan sistem muskuloskeletal (tangan
lembab/kering, berkeringat, tremor halus, reflex tendon) dan
pemeriksaan CRT (capillary refill test)
22 Membuat resume klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
23 Membuat diagnosis kerja dan diagnosis banding
24 Menjelaskan pada pasien/keluarganya tentang hasil pemeriksaan
yang ditemukan, diagnosis klinis dan rencana tindak lanjut
(pemeriksaan penunjang diagnostik yang diperlukan dan rencana
tatalaksana / pengobatan)

* critical point

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 25


Keterangan: 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

Nilai = -------------- x 100% = %


48

Jakarta, ..........................
Penguji.

(...............................................)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 26


CONTOH KASUS

1. Seorang laki-laki usia 67 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan kaki


terasa pegal setiap berjalan kaki 200 m sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan
membaik dengan istirahat. Pasien penyandang diabetes sejak 15 tahun yang
lalu.
Tugas:
A. Lakukan pemeriksaan fisik umum dan kaki.
B. Usulkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Catatan:
- Ankle brachial index/ABI, yaitu rasio antara tekanan darah sistolik
ankle dan brakhialis, nilai normal 0,9-1,1; jika > 1,1 kemungkinan
aterosklerosis, jika 0,6-0,9 iskemik ringan, 0,4-0,6 iskemik sedang, <
0,4 iskemik berat
- USG Doppler kaki
- CT angiokaki
- arteriografi kaki.

2. Seorang perempuan usia 17 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan


berdebar-debar sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai keringat banyak,
tangan basah dan gemetar, dan mata tampak menonjol.
Tugas:
A. Lakukan pemeriksaan fisik umum dan tanda-tanda hipertiroid (indeks
Wayne).
B. Usulkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. (free T4
dan TSHs atau T4 total dan TSH; jika diperlukan USG tiroid jika dicurigai
ada nodul).

3. Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas diantar keluarganya


karena sesak nafas sejak 2 jam yang lalu. Pasien adalah penyandang diabetes
sejak 9 tahun yang lalu. Mendapatkan terapi insulin long acting (contoh:
detemir, glargine) dosis 25 unit diberikan jam 22 dan insulin rapid
acting/insulin prandial (aspart, glulisine, lispro) 3x12 unit sesaat sebelum
makan. Sejak seminggu yang lalu, pasien mengeluh batuk dan demam dan
Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 27
pasien menghentikan terapi insulin sejak 2 hari yang lalu. Pemeriksaan
glukosa darah 427 mg/dL.
Tugas:
A. Lakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi akut diabetes dan
pemeriksaan umum.
B. Usulkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
C. Lakukan tatalaksana awal pada kasus tersebut
D. Buatlah surat rujukan.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 28


PENENTUAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS
MASSA TUBUH (IMT) DAN PERHITUNGAN
KEBUTUHAN ENERGI PADA PASIEN DM

Disajikan pada Mahasiswa Semester IV


Sistem Endokrin dan Metabolisme
Program Studi Kedokteran
FKK UMJ

Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 29


ANTROPOMETRI

Antropometri adalah ilmu yang mendeskripsikan tubuh dengan serangkaian


pengukuran dari morfologi eksternal. Pengukuran antropometri merupakan komponen
utama penilaian status gizi yang dapat menggambarkan status gizi sekarang, lampau,
dan akan datang. Penilaian antropometri ini meliputi :
a. Penilaian antropometri untuk pertumbuhan/ukuran tubuh
b. Penilaian antropometri untuk komposisi tubuh

PENILAIAN PERTUMBUHAN / UKURAN TUBUH


Penilaian pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan (BB), tinggi badan
(TB) atau panjang badan (PB), lingkar kepala, dan indeks atau rasio dari dua
pengukuran. Pada CSL sistem Endokrin ini, penekanan hanya diberikan pada
bagaimana pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), indeks massa tubuh
(IMT) dan lingkar pinggang (penentuan obesitas sentral).
Berat badan dapat bervariasi atau berubah dari hari ke hari sehingga perubahan
BB merupakan indikator terbaik untuk kekurangan atau kelebihan protein dan kalori.
Pengukuran BB berseri dapat menjadi alat prognostik terapi nutrisi bila dilakukan
dengan baik dan benar. Pengukuran BB berseri biasa dilakukan pada pasien rawat
inap, di mana penimbangan berikutnya harus dilakukan pada waktu yang sama dan
setelah defekasi. Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada pengukuran BB
adalah: (1) peningkatan BB mendadak pada pasien seperti pada penderita sirosis
hepatis, dekompensasi jantung, dan gangguan fungsi ginjal. (2) Penurunan BB pada
penderita luka bakar dan diare. (3) Penurunan BB 500 g/hari pada pasien pasca bedah
menandakan dehidrasi. (4) Penurunan BB 10 % dari BB awal dalam waktu 6 bulan
menunjukkan bermakna secara klinik. (5) Penurunan BB dimana individu masih dapat
dipertahankan hidup adalah 48 - 55 % dari BB ideal atau BMI 13-15 kg/m2.
Penurunan BB 10-20 % dari BB awal dalam waktu 6 bulan menunjukkan adanya
gangguan fungsi sistem organ multipel. Pengukuran BB menggunakan timbangan
yang harus kuat dan mudah digerakkan. Timbangan yang dianjurkan adalah yang
memiliki akurasi 0,1 kg seperti :
a. Beam balance, timbangan tidur (bed scale), timbangan duduk
b. Timbangan bayi, dan timbangan per (spring balance) atau timbangan
menggunakan wadah untuk anak < 2 tahun

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 30


(A) (B)
Gambar 1. (A) Upright balance beam scale; (B) Bed scale
Pengukuran TB dilakukan pada individu dewasa dan anak-anak dengan TB
>85 cm, untuk anak-anak dengan TB ≤ 85 cm disebut pengukuran PB. Pengukuran
TB harus dilakukan pada waktu yang sama, misalnya pertama dilakukan pada pagi
hari, pengukuran kedua harus dilakukan pada waktu yang sama karena terdapat
perbedaan hasil ukuran pada waktu yang berbeda. Pengukuran pada waktu malam
memberikan hasil lebih kecil dibandingkan dengan pagi hari.
Indeks massa tubuh merupakan alat penilaian status gizi yang mudah, murah
dan tidak invasif. Penilaian IMT ini dapat dikombinasikan dengan pengukuran
antropometri komposisi tubuh lainnya seperti TLBK untuk menentukan status gizi,
dan sering dihubungkan dengan risiko komorbid. Indeks massa tubuh dipengaruhi
oleh jenis kelamin, usia, dan ras sehingga untuk populasi Indonesia dianjurkan untuk
menggunakan Klasifikasi Asia- Pasifik. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat
membedakan apakah BB tersebut berasal dari otot atau lemak.
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (kg/m2)
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 22,9 Berat badan normal
23 – 24,9 Pre obesitas
25 - 29,9 Obesitas tingkat 1
³ 30 Obesitas tingkat 2

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 31


TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah selesai mengikuti keterampilan Penentuan Status Gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang serta Perhitungan Kebutuhan Energi pada
Pasien, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengukuran berat badan dengan baik dan benar
2. Melakukan pengukuran tinggi badan dengan baik dan benar
3. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan baik dan benar
4. Melakukan pengukuran lingkar pinggang dengan baik dan benar
5. Menentukan Berat Badan Ideal
6. Menentukan status obesitas sentral dengan baik dan benar.
7. Menghitung kebutuhan energi pada pasien
8. Menentukan komposisi dan jumlah zat gizi makro (Karbohidrat, Protein,
Lemak)

Bahan dan Alat:


1. Timbangan Berat Badan
2. Microtoise (stature meter)
3. Pita ukur
4. Kalkulator
5. Daftar satuan penukar bahan makanan.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 32


KETERAMPILAN
PENENTUAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH
dan
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI PADA PASIEN DM

Petunjuk : Berilah v pada angka :


(0) jika keterampilan / kegiatan tidak dilakukan
(1) jika keterampilan / kegiatan dilakukan tapi belum memuaskan
(2) jika keterampilan / kegiatan dilakukan dengan memuaskan

NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS


0 1 2
1. Sambung rasa:
• Mengucap/ membalas salam
• Persilahkan pasien masuk ke dalam ruangan
• Sapalah pasien dan keluarganya dengan penuh keakraban
• Perkenalkanlah diri sambil menjabat tangan pasien
• Persilakan pasien dan keluarganya untuk duduk

2. Informed consent :
• Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang
pemeriksaan yang akan anda lakukan, tujuan, cara melakukan
dan manfaatnya untuk klien
• Berikan jaminan pada pasien tentang kerahasiaan semua
informasi yang didapatkan dari pemeriksaan
• Jelaskan tentang hak pasien untuk menolak pemeriksaan
• Menanyakan kesediaan pasien.

A. PENGUKURAN BERAT BADAN (posisi berdiri)


1. • Menyiapkan dan memeriksa timbangan apakah kondisinya
masih baik untuk digunakan.
• Pastikan jarum penunjuk timbangan pada posisi nol.

2. Pasien menanggalkan alas kaki, ikat pinggang, seluruh perhiasan


atau benda yang dapat mempengaruhi berat badan.
3. Pasien berdiri di tengah timbangan dengan posisi tegak. Pemeriksa
membaca angka yang tertera pada timbangan dan mencatat pada
status pasien

B. PENGUKURAN TINGGI BADAN


4. Menyiapkan dan memeriksa alat pengukur tinggi badan
(microtoise), apakah kondisinya masih baik untuk digunakan.
• Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok) sebagai
tempat untuk meletakkan.
• Pasang microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan
cara meletakkannya di dasar bidang/lantai), kemudian tarik
ujung meteran hingga 2 meter ke atas secara vertikal/lurus

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 33


hingga microtoise menunjukkan angka nol.
• Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung microtoise
agar posisi alat tidak bergeser.

5. • Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki


(sepatu dan kaos kaki).
• Persilahkan subjek untuk berdiri di tengah pita pengukur dengan
posisi tegak, dimana garis antara tepi atas aurikula dengan orbita
sejajar dengan lantai.
• Pasien diminta untuk inspirasi.
• Turunkan balok pengukur sampai rapat pada kepala bagian atas,
siku-siku balok harus lurus menempel pada dinding.
• Pemeriksa membaca angka yang tertera pada pita pengukur.
• Pastikan posisi mata pemeriksa sejajar balok pengukur.
• Catatlah hasilnya pada lembaran status pasien.

C. PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG


6. Pasien berdiri tegak dengan kaki terbuka sekitar 25-30 cm,
menghadap pemeriksa dengan posisi abdomen relaks, lengan
menggantung bebas di sisi tubuh.

7. Tentukan tempat pengukuran lingkar pinggang yaitu pertengahan


antara kosta 12 dengan krista iliaka.
8. Letakkan pita pengukur sejajar pada tempat yang telah ditentukan.
Pasien diminta untuk bernafas seperti biasanya agar tidak
mempengaruhi kontraksi otot abdomen. Pemeriksa membaca angka
yang tertera pada pita pengukur dan mencatat hasilnya.
D. MENETAPKAN STATUS GIZI
9. Menghitung Indeks Massa Tubuh pasien dengan rumus:

BB (kg)
IMT =
[TB (m)]2

10. Menentukan status gizi dan risiko komorbid subyek pengukuran


berdasarkan kriteria Asia- Pasifik sebagai berikut:

Risiko komorbid
Klasifikasi IMT (kg/m2) Lingkar perut
< 90 cm (pria)
< 80 cm (wanita)
BB kurang < 18,5 rata-rata
Normal 18,5 – 22,9 meningkat
BB lebih
Pre-obesitas 23 – 24,9 sedang
Obesitas tk. I 25 – 29,9 berat
Obesitas tk.2 ≥ 30 sangat berat

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 34


11. Menentukan status obesitas sentral, dengan acuan lingkar pinggang:
• Laki-laki > 90 cm
• Perempuan > 80 cm

12. Menentukan Berat Badan Ideal dengan rumus:


[(TB-100) – (10% x (TB-100)] x 1 kg
Untuk laki-laki dengan TB < 160 cm dan perempuan dengan TB <
150 cm, rumus: (TB – 100) x 1 kg.
E. MENGHITUNG KEBUTUHAN ENERGI
13. Menghitung Kebutuhan Energi Basal (K.E.B.) pasien dalam 24 jam,
menggunakan rumus Harris-Bennedict:

Perempuan = 655,1 + 9,6 (BB) + 1,9 (TB) – 4,7 (U)


Laki-laki = 66,5 + 13,8 (BB) + 5,0 (TB) – 6,8 (U)
Keterangan:
BB = Berat Badan (dalam Kg)
TB = Tinggi Badan (dalam cm)
U = Umur (dalam tahun)
Jika status gizi kurang atau normal, gunakan BB aktual.
Jika status gizi lebih: gunakan berat badan ideal pasien.

14. Menghitung Kebutuhan Energi Total (K.E.T.) sehari:


Untuk pasien rawat jalan: K.E.B. x Faktor Aktivitas (F.A.)
Untuk pasien rawat inap : K.E.B. x F.A x Faktor Stress
Faktor aktivitas untuk pasien rawat jalan:

Tingkat Jenis Kelamin


aktivitas
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan 1,3 1,3
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,7
Berat 2,1 2

Faktor aktivitas dan faktor stress untuk pasien rawat inap:

Faktor aktivitas Faktor stress


Tirah baring 1,2 Luka Pembedahan
saja bakar 1,5 Minor 1,1
≤ 20% Major 1,2
BSA
(area 1,8
terbakar) 1,8
20 – 40% –
BSA 2,0

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 35


> 40%

Dapat 1,3 Infeksi Trauma


bergerak Ringan 1,2 Skeletal 1,2
bebas/bangun Sedang 1,4 Blunt 1,35
dari tempat Berat 1,8 Close Head 1,4
tidur Injury
Tidak 0,85
makan
selama 3
hari atau
lebih
15. Cara cepat perhitungan energi dengan menggunakan rumus rule of
thumb:
Normal tanpa stress metabolik: 25 – 30 kkal/kg berat badan
Dengan stress metabolik
• Ringan: 30 – 35 kkal/berat badan
• Sedang –berat: 35 – 45 kkal/kg berat badan

Berat badan yang digunakan sesuai status gizi.


• Gizi kurang atau normal: gunakan berat badan aktual
• Gizi lebih: gunakan berat badan ideal

F. MENGHITUNG KOMPOSISI DAN JUMLAH ZAT GIZI MAKRO


16. Menentukan komposisi dan jumlah zat gizi makro (Karbohidrat,
Protein, Lemak) dengan mengalikan K.E.T dengan persentase zat
gizi makro di bawah ini:
- KH (45 – 65%), dalam latihan ini digunakan 55%:
• KH sederhana maksimal 10% KET
• KH kompleks 45% KET
• Serat: 14 gram per 1000 kkal.
- P 15-20%
- L 25-30% (lemak jenuh maks 7%)
Jika dijumpai penurunan fungsi ginjal akibat penyakit ginjal kronik,
asupan protein diturunkan menjadi 0,8 g/kgBB/hari atau 10% KET
dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi.

Konversi nilai-nilai tersebut menjadi ukuran gram dengan:


- 1 gr KH = 4 kkal
- 1 gr P = 4 kkal
- 1 gr L = 9 kkal.
Untuk melakukan konversi ke ukuran rumah tangga menggunakan
Daftar Satuan Penukar Bahan Makanan

Nilai = - ------------------- X 100% = %


32

Tanda tangan instruktur______________ Tanggal_________________

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 36


DAFTAR TILIK KETERAMPILAN
PENENTUAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH
dan
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI PADA PASIEN DM

No. ASPEK YANG DINILAI SKOR


0 1 2
1* Keterampilan sambung rasa dan informed consent dengan baik
2* Melakukan pengukuran berat badan dengan benar
3* Melakukan pengukuran tinggi badan dengan benar
4* Melakukan pengukuran lingkar pinggang dengan benar
5 Menghitung IMT, menentukan status gizi dan risiko komorbid
subjek yang diukur
6 Menentukan status obesitas sentral
7 Menentukan berat badan ideal
8 Menghitung kebutuhan energi basal
9 Menghitung kebutuhan energi total sehari
10 Menghitung kebutuhan karbohidrat (KH sederhana dan kompleks)
11 Menghitung kebutuhan protein (protein hewani dan nabati)
12 Menghitung kebutuhan lemak(lemak jenuh dan tak jenuh)
JUMLAH

* Critical Point

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ---------- X 100% = %
24

Jakarta, ..........................
Instruktur

(.....................................)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 37


CONTOH KASUS

Seorang perempuan usia 45 tahun, berat badan 78 kg dan tinggi badan 152 cm bekerja
sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan jasa. Ia telah menderita DM tipe 2
sejak dua tahun yang lalu. Bagaimanakah pola makan yang dianjurkan untuknya?
(tingkat aktivitas ringan)

JAWABAN:
Langkah 1:
Hitung IMT dan nilai status gizi pasien
IMT = 33,76 à obesitas 2
Langkah 2:
Karena pasien obesitas, maka berat badan yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan energi basal adalah berat badan ideal
BBI = (152 – 100) – 10%(152 – 100) = 46,8 kg
Langkah 3:
Hitung kebutuhan energi basal (KEB) menggunakan BBI
KEB = 655,1 + (9,6 x 46,8) + (1,9 x 152) – (4,7 x 45) = 1181,68 kkal
Langkah 4:
Hitung kebutuhan energi total dengan mengalikan faktor aktivitas pasien
KET = 1181,68 kkal x 1,55 = 1831,604 kkal
Langkah 5:
Hitung jumlah karbohidrat yang diberikan yaitu sebesar 55% KET dengan rincian:
45% (dari KET) dalam bentuk karbohidrat kompleks dan 10% (dari KET) karbohidrat
sederhana:
Karbohidrat sederhana:
10% x 1831, 604 = 183, 16 kkal à konversi ke gram (1 g = 4 kkal) = 45,79 à
konversi ke porsi (1 sendok makan = 10 g) = 4,6 sdm gula atau karbohidrat
simpleks lainnya
Karbohidrat kompleks:
45% x 1831,604 = 824,22 kkal à konversi ke gram (1 g = 4 kkal) = 206,05
Konversi karbohidrat ke dalam bentuk porsi (1 satuan bahan makanan penukar
golongan karbohidrat mengandung 40 g karbohidrat dan 4 g protein)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 38


Jumlah porsi karbohidrat = 206,05 g/40 = 5,15 porsi bahan makanan sumber
karbohidrat kompleks
Dalam 5,15 porsi bahan makanan sumber karbohidrat mengandung protein sebanyak:
5,15 x 4 g = 20,61 g protein
Serat: 1831,604/1000 x 14 gr = 25,6 gram serat per hari
Langkah 6:
Hitung jumlah protein total yang akan diberikan
15% x 1831,604 kkal = 274, 74 kkal à konversi ke gram (1 g = 4 kkal) = 68,69 g
Hitung koreksi protein total setelah mengurangi jumlah protein yang berasal dari
karbohidrat komplek (lihat langkah 5):
68,69 g – 20,61 g = 48, 08 g
Hitung jumlah protein hewani
(65% dari protein total yang sudah dikoreksi) yang diberikan (pilih protein hewani
lemak sedikit atau sedang, sesuai kondisi pasien. Bila terdapat dyslipidemia sebaiknya
pilih protein lemak sedikit)
65% x 48,08 = 31,25 g à (1 porsi bahan sumber protein hewani lemak sedang
mengandung 7 g protein dan 5 g lemak) = 4,46 porsi protein hewani
Jumlah lemak yang berasal dari protein hewani = 4,46 x 5 g = 22,32 g
Hitung protein nabati (35% dari protein total yang sudah dikoreksi)
35% x 48,08 = 16,83 g à (1 porsi bahan makanan sumber protein nabati mengandung
5 g protein dan 3 g lemak) = 3,37 porsi protein nabati
Jumlah lemak dalam protein nabati = 3 x 3,37 = 10,11 g
Total lemak dari protein = 22,32 + 10,11 = 32,43 g
Langkah 7:
Hitung jumlah lemak jenuh yang diberikan
7% x 1831,604 kkal = 128,21 kkal à (1 g lemak = 9 kkal) = 14,24 g à ( 1 porsi
bahan makanan sumberlemak jenuh mengandung 5 g lemak) = 2,85 porsi lemak
jenuh
Hitung jumlah lemak tak jenuh yang diberikan
23% x 1831,604 kkal = 421, 27 kkal à (1 g lemak = 9 kkal) = 46,81 g
Hitung jumlah lemak tak jenuh koreksi dengan mengurangi lemak yang berasal dari
protein = 46,81 – 32,43 = 14,38 g à ( 1 porsi bahan makanan sumber lemak tak jenuh
mengandung 5 g lemak) = 2,88 porsi lemak tak jenuh

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 39


Catatan:
Jangan melakukan pembulatan dari awal perhitungan, maksimal pembulatan adalah 2
angka di belakang koma. Pembulatan dapat dilakukan di akhir pada hitungan porsi.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 40


KETERAMPILAN KONSELING PADA PASIEN DM

Disajikan pada Mahasiswa Semester IV


Sistem Endokrin dan Metabolisme
Program Studi Kedokteran
FKK UMJ

Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme

KETERAMPILAN KONSELING PASIEN DM

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 41


Petunjuk : Berilah v pada angka :
(0) jika keterampilan / kegiatan tidak dilakukan
(1) jika keterampilan / kegiatan dilakukan tapi belum memuaskan
(2) jika keterampilan / kegiatan dilakukan dengan memuaskan

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KONSELING PASIEN DM


NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS
PERSIAPAN KONSELING 0 1 2
1. Menunjukkan rasa empati, menggunakan bahasa yang sederhana
dan dapat dimengerti pasien serta mengurangi rasa kecemasan
pasien.
MELAKUKAN KONSELING (5 pilar Diabetes)
2 Pengetahuan Diabetes secara umum dan memberikan motivasi
pasien untuk meningkatkan pengetahuan diabetes melalui
penyuluhan dan seminar dari sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan dan untuk selalu konsisten serta kontrol
dengan teratur.

3. Perencanaan Makan :
Menganjurkan pasien untuk mengikuti pola makan gizi
seimbang, dengan prinsip 3J :
1. Jumlah Kalori : mengikuti kebutuhan energi dan
komposisi zat gizi makro yang dianjurkan dan sesuai
kebutuhan kalori/hari (55% karbohidrat, 15-20% protein,
25-30% lemak), vitamin, mineral, serat dalam jumlah
cukup.
2. Jenis Makanan : memilih jenis makanan yang sehat, yaitu
jenis karbohidrat kompleks dan serat, menghindari/
mengurangi jenis karbohidrat sederhana, memilih jenis
lemak baik dan menghindari/ mengurangi jenis lemak
jenuh dan lemak trans, lebih mengutamakan jenis protein
nabati daripada protein hewani.
3. Jadwal Makan : 3x makanan utama dan 3x makanan
selingan

4. Aktivitas Fisik/Olahraga Teratur (FITT)


Menganjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik dan
berolahraga secara teratur dengan prinsip :
a. Frekwensi : 3-5 kali per minggu
b. Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60%-70% MHR
(Max. Heart Rate : 220 – umur dalam tahun)
c. Time/Waktu : 30-60 menit per kali latihan
d. Type/Jenis olah raga : jalan, jogging, berenang, senam,
bersepeda.

5 Intervensi Medikamentosa :
- Obat hipoglikemik oral (OHO)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 42


- Obat hipoglikemik Injeksi (Insulin, GLP-1 agonist)

6. Target pengendalian tatalaksana Diabetes dan pemeriksaan


glukosa darah mandiri (PDGM) :
• Pemeriksaan glukosa darah 7 point (sebelum dan 2 jam
sesudah makan pagi, siang, dan malam serta sebelum tidur,
jika diperlukan pemeriksaan glukosa darah saat dini hari.
Target glukosa darah sebelum makan dan sebelum tidur
adalah 80-130 mg/dL dan glukosa darah 2 jam sesudah
makan adalah 80-180 mg/dL.
• Pemeriksaan glukosa darah rerata 3 bulan (Hb A1C). Target
yang diharapkan adalah < 7%

7 Melakukan edukasi tentang komplikasi diabetes :


• Komplikasi Akut (Hipoglikemia) : gejala dan tanda
hipoglikemia dan cara mengatasinya
• Komplikasi Kronik :
Makrovaskular : strok, penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah perifer
mikrovaskular : Retinopati, neuropati dan nefropati
Melakukan edukasi tentang perawatan kaki

* Cek HbA1C (Glycated Hemoglobin/Glycosylated Hemoglobin) :


• Memberikan gambaran kondisi glukosa darah 2-3 bulan terakhir.
• Cara kerja : Glukosa darah yang tinggi akan diikat pada molekul hemoglobin
(Hb) dalam darah dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia
hemoglobin, yaitu 2-3 bulan.
• Tes ini dipakai untuk memantau terapi diabetes, serta menilai keberhasilan diet
dan olahraga yang dilakukan.

Nilai = - ------------------- X 100% = %


14

Tanda tangan instruktur______________ Tanggal_________________

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 43


DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KONSELING PADA PASIEN DM

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR


0 1 2
1. * Keterampilan sambung rasa.dan informed consent
2. Menjelaskan Diabetes secara umum, memberikan motivasi
pasien untuk meningkatkan pengetahuan tentang diabetes, serta
kontrol secara teratur.
3. Menganjurkan pasien untuk mengikuti pola makan seimbang
dengan prinsip 3J.
4. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik dan
berolahraga secara teratur dengan prinsip FITT.
5. * Menjelaskan tentang terapi medikamentosa Diabetes.
6. Menjelaskan target pengendalian tatalaksana Diabetes dan
pemeriksaan glukosa darah mandiri.
7. * Melakukan edukasi tentang komplikasi Diabetes.

* Critical Point

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ---------- X 100% = %
14

Jakarta, ..........................
Instruktur

(....................................)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 44


CONTOH KASUS

1. Seorang laki-laki berusia 63 tahun datang ke puskesmas dengan


keluhan sering lemas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien adalah
seorang penyandang diabetes sejak 8 tahun yang lalu dan
mendapatkan terapi tablet glimepiride 2 mg diminum sekali sehari
sebelum makan pagi dan metformin 500 mg 3 x sehari sesudah
makan. Pasien sering mengeluh lemas terutama sekitar jam 11 atau
stelah berkebun, membaik dengan minum manis atau makan snek
(kue). Aktivitas pasien suka berkebun. Setelah dilakukan
anamnesis lebih lanjut, pasien mengalami gejala-gejala
hipoglikemia. TB 170 cm, BB 65 kg, LP 96 cm. Lakukanlah
konseling pada pasien tersebut (penekanan pada efek samping obat
hipoglikemik oral/OHO; pola makan, aktivitas dan waktu minum
obat harus selaras).

2. Seorang perempuan 44 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan


kaki kesemutan atau kebas terutama saat malam hari sejak 4 bulan
yang lalu. Pasien adalah penyandang diabetes sudah 12 tahun. TB
160 cm, BB 55 kg, LP 90 cm. Mendapatkan terapi metformin 850
mg 3x1, glipizide extended release 60 mg 1x2 tablet sebelum
makan pagi, pioglitazone 15 mg 1x1 malam hari, tetapi pasien
sering lupa minum obat saat suiang hari. Kadar gula darah sebelum
makan 180 mg/dL (target 80-130 mg/dL), GD 2 jam sesudah
makan 235 mg/dL (target 80-180 mg/dL), HbA1c 8,9% (target
<7%). Pasien masih suka ngemil makanan kering dan kadang
manis. Lakukanlah konseling (pola makan, keteraturan minum
obat, penjelasan tentang target terapi, komplikasi diabetes).

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 45


3. Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik 24 jam dengan
keluhan ada luka di ibu jari kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu,
bengkak dan bernanah, serta kadar glukosa darah yang sering
tinggi. Pasien penyandang diabetes sejak 5 tahun yang lalu.
Mendapatkan terapi sitagliptin (DPP-4 inhibitor) 50 mg/metformin
500 mg fixed dose combination (FDC) 2x sehari tiap makan pagi
dan makan malam dan dapagliflozin (golongan SGLT-2 inhibitor )
1x1 saat makan siang. Pemeriksaan lekosit 16.000, Hb 13,5 gr%,
GD puasa 200 mg/dL, GD 2 jam sesudah makan 340 mg/dL,
HbA1c 12,5%, TB 170 cm, BB 60 kg, LP 92 cm. Lakukanlah
konseling untuk indikasi terapi insulin, perawatan kaki dan
komplikasi DM.

4. Seorang laki-laki usia 53 tahun datang ke puskesmas dengan


keluhan nyeri dada sejak 1 bulan yang lalu yang memberat saat
melakukan aktivitas. Pasien adalah penyandang diabetes, obesitas,
hipertensi, dan hiperkolesterol sejak 8 tahun yang lalu. Pasien juga
seorang perokok 20 batang sehari sejak lebih dari 30 tahun yang
lalu. BB 76 kg, TB 167 cm, LP 98 cm. GD sebelum makan 157
mg/dL, GD 2 jam setelah makan 187 mg/dL, HbA1c 8,7%.
Lakukan konseling:
A. tatalaksana faktor risiko penyakit kardiovaskuler: obesitas,
hipertensi, dislipidemia, merokok, aktivitas fisik/gaya hidup
sedentari.
B. Komplikasi diabetes makro/mikrovaskular.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 46


KETERAMPILAN SUNTIKAN INSULIN PEN
SUBKUTAN

Disajikan pada Mahasiswa Semester IV


Sistem Endokrin dan Metabolisme
Program Studi Kedokteran
FKK UMJ

Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 47


KETERAMPILAN SUNTIKAN INSULIN PEN SUBKUTAN

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari keterampilan ini, mahasiswa mampu :
1. Memahami jenis-jenis insulin, indikasi pemberian insulin, mampu
menginisiasi pemberian insulin pada pasien DM tidak komplikasi
2. Melakukan teknik suntikan insulin subkutan
3. Melakukan edukasi teknik suntikan insulin pada pasien dan keluarganya.

TARGET PEMBELAJARAN :
Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami jenis-jenis insulin
2. Memahami indikasi pemberian insulin pada pasien Diabetes tidak komplikasi
rawat jalan
3. Melakukan persiapan pasien (edukasi tentang alasan membutuhkan insulin dan
tentang hipoglikemia)
4. Melakukan teknik suntikan insulin sub kutan dengan benar :
o Insulin dan alat yang diperlukan dan cara penyimpanannya
o Mempersiapkan insulin pen untuk disuntikkan (termasuk dosis)
o Mengetahui lokasi dan cara penyuntikan insulin dengan benar.
5. Mampu melakukan pengolahan sampah medis dengan benar
6. Melakukan prosedur penyuntikan dengan benar.

MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN :


1. Air mengalir
2. Sabun cair
3. Handuk kecil / tisu
4. Pencahayaan yang cukup
5. Dummy Insulin Pen / Pen dengan cartridge
6. Boneka dengan gambar lokasi penyuntikan
7. Needle penfil
8. Alkohol swab, atau kapas dan air hangat
9. Tempat sampah medis dan non-medis

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 48


10. Video, slide atau gambar untuk menampilkan tanda klinis yang khas pada
beberapa penyakit pada sistem Endokrin dan Metabolik
11. Buku status pasien untuk mencatat hasil pemeriksaan fisis dan tiroid.

METODE PEMBELAJARAN :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui daftar tilik dengan sistem skor.

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 49


DESKRIPSI KEGIATAN :
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran 30 menit 1. Diawali dengan mengucapkan basmallah
tanya jawab 2. Mengatur posisi duduk mahasiswa
3. Memilih tipe dan menghitung dosis insulin
4. Instruktur menjelaskan bagaimana
mempersiapkan suntikan insulin pen/cartridge
5. Instruktur memberikan contoh cara
menyuntikkan insulin subkutan dengan insulin
pen
6. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk bertanya dan instruktur memberikan
penjelasan tentang aspek-aspek yang penting.
7. Mahasiswa dapat memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
dan instruktur menanggapinya.

3. Praktek bermain 50 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan


peran dengan 2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang
umpan balik berperan sebagai dokter, dan yang lainnya
sebagai pasien.
3. Mahasiswa bergantian melakukan persiapan
dan injeksi subkutan insulin pen.
4. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan
melakukan supervisi menggunakan check list
5. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu
kali.

4. Curah pendapat/ 15 menit Curah pendapat/diskusi: apa yang dirasa mudah,


diskusi apa yang sulit dan kendala-kendala yang dialami.

Total waktu 100 menit

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 50


PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN SUNTIKAN INSULIN PEN SUBKUTAN

Petunjuk : Berilah v pada angka :


(0) jika keterampilan / kegiatan tidak dilakukan
(1) jika keterampilan / kegiatan dilakukan tapi belum memuaskan
(2) jika keterampilan / kegiatan dilakukan dengan memuaskan

NO LANGKAH KLINIK NILAI


0 1 2
1. Keterampilan sambung rasa.dan informed consent
2. Memastikan tipe insulin, tanggal kadaluwarsa, dan wujud
insulin pen sesuai resep. Pastikan dosis insulin benar
Melakukan persiapan
3. Mencuci tangan dengan benar
4. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
Mempersiapkan insulin pen / cartridge siap suntik
5. Melepas penutup pen, usap ujungnya dengan kapas alkohol
6. Buka jarum penfil dan pasangkan ke insulin pen dengan benar
7. Melakukan priming
Melakukan suntikan insulin pen subkutan
8. Menentukan lokasi suntikan
9. Membersihkan area yang akan disuntik dengan kapas alkohol
atau kapas dengan air hangat
10. Putar dosis insulin
11. Melakukan suntikan insulin pen subkutan dengan benar
MEMBERESKAN ALAT
12. Membereskan alat dan bahan. Buanglah jarum ke tempat
sampah tajam.
13. Mencuci tangan dengan benar

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

Nilai = -------------- x 100% = %


26

Tanda tangan instruktur______________ Tanggal_________________

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 51


DAFTAR TILIK UJIAN
KETERAMPILAN SUNTIKAN INSULIN PEN SUBKUTAN

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR

0 1 2

1.* Keterampilan sambung rasa dan informed consent

2. Melakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah tindakan

3. * Memastikan insulin yang akan disuntikkan sesuai dengan yang


diresepkan, dan mengecek alat dalam keadaan baik

4. Membuka penutup pen, bagian ujung usap dengan kapas alkohol

5. Melakukan pemasangan jarum penfil dengan benar

6. Melakukan priming

7. Menentukan lokasi suntikan dan membersihkan areanya

8.* Memutar dosis insulin

9. Melakukan suntikan insulin pen subkutan, ditekan sampai kembali


ke angka nol dan menunggu beberapa detik untuk memastikan
insulin masuk

10. Membuang sampah pada tempatnya

* Critical Point
Ket: 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ---------- X 100% = %
22

Jakarta, ..........................
Instruktur
(........................................)

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 52


LAMPIRAN

Sistem Endokrin dan Metabolisme FKK UMJ 53


1

Lampiran Untuk Tutor

TEKNIK SUNTIKAN INSULIN SUB KUTAN PADA PASIEN DIABETES

Sistem Endokrin dan Metabolisme


Program Studi FKK UMJ

Indikasi Insulin

1. Indikasi mutlak : DM tipe 1 


2. Indikasi relatif :

a. Gagal mencapai target dengan penggunaan kombinasi obat 
hiperglikemia oral


(OHO) dosis optimal (3 - 6 bulan)
b. DMT2 rawat jalan dengan:
i. Kehamilan
ii. Dekompensasi metabolik, yang ditandai antara lain dengan: gejala klasik diabetes
dan penurunan berat badan, glukosa darah puasa (GDP) > 250 mg/dL, glukosa
darah sewaktu > 300 mg/dL, HbA1c> 9%, dan sudah mendapatkan terapi OHO
sebelumnya
iii. Terapi steroid dosis tinggi yang menyebabkan glukosa darah tidak terkendali
iv. Perencanaan operasi yang kadar glukosa darahnya perlu segera diturunkan
v. Beberapa kondisi tertentu yang dapat memerlukan pemakaian insulin, seperti
infeksi (tuberkulosis), penyakit hati kronik, dan gangguan fungsi ginjal.

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


2

Ganbar Pemakaian insulin sesuai perjalanan penyakit DM

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


3

Preparat Insulin

1. Basal supplement:
• Preparat kerja menengah – kerja panjang /Intermediate to long-acting (NPH,
neutral protamine lispro [NPL], glargine, detemir, atau degludec)
• Untuk menekan produksi glukosa hati dan mempertahankan glukosa darah
puasa mendekati normoglikemia
2. Premeal (prandial)
• Kerja Pendek / short-acting (regular) atau kerja cepat / rapid-acting (lispro,
aspart, glulisine)
• Untuk memenuhi kebutuhan setelah makanan diabsorbsi. Mempertahankan
glukosa darah setelah makan mendekati normoglikemia
3. Premixed kombinasi antara of intermediate-acting and short- or rapid-acting insulin

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


4

Tabel Karakteristik Preparat Insulin

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


5

Strategi praktis memulai insulin

Sebagai regimen awal dapat digunakan insulin basal dengan dosis 0,1-0,2 unit kg BB,
yang waktu pemberiannya disesuaikan dengan ru nitas pasien dan jenis insulin yang
digunakan. Peningkatan dosis dapat dilakukan sesuai dengan table di bawah ini.

Tabel . Penyesuaian dosis Insulin Basal


Kadar glukosa darah puasa (mg/dL) Dosis Insulin Basal
90 atau terdapat gejala hipoglikemia Turunkan Dosis
90-130 atau sesuai dengan 5onsensus perkeni terbaru Pertahankan Dosis
> 130 mg/dL Naikkan Dosis 2-3 unit setiap 3-7 hari

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


6

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


7

Cara pemberian Insulin

Cara pemberian insulin yang umum dilakukan adalah dengan semprit insulin (1 mL
dengan skala 100 unit per mL) dan jarum, pen insulin, atau pompa insulin (con nuous
subcutaneous insulin infusion/CSII). Beberapa tahun yang lalu yang paling banyak
digunakan adalah semprit dengan jarum, tetapi saat ini banyak penyandang yang merasa
lebih nyaman menggunakan pen insulin. Pen insulin lebih sederhana dan mudah
digunakan, jarumnya juga lebih kecil sehingga lebih nyaman pada saat diinjeksikan,
pengaturan dosisnya lebih akurat, dan dapat dibawa ke mana-mana dengan mudah.
Penggunaan CSII membutuhkan keterampilan. Meskipun demikian, cara ini merupakan
cara pemberian yang paling mendeka keadaan siologis.

Persiapan pasien

• Edukasi kepada pasien tentang mengapa butuh insulin, manfaat insulin (indikasi
Insulin)

• Edukasi tentang hipoglikemia dan cara mengatasinya

Cara penggunaan insulin

1. Insulin disimpan pada suhu 8-25o (insulin yang tidak digunakan harus disimpan dalam
kulkas bukan freezer). Insulin yang baru dikeluarkan dari kulkas diamkan beberapa
saat sampai sesuai untuk disuntikkan
2. Pastikan tipe atau jenis insulin yang akan diberikan benar sesuai dengan resep, lihat
tanggal kadaluwarsanya, dan wujud atau tampilan insulin (berubah warna atau keruh)
3. Mempersiapkan insulin pen untuk disuntikkan (lihat gambar)
4. Lokasi dan cara penyuntikkan insulin
5. Cara mengolah sampah medis / jarum
6. Persiapan insulin jika bepergian jauh dan lama

Persiapan Insulin pen cartridge

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


8

Lepas Penutup Pen Tarik Cartridge holder Masukkan insulin Pasangkan kembali
dari Pen Cartridge kedalam cartridge holder
cartridge holder

Pasang jarum lurus Putar jarum searah


Komponen needle PF Tekan needle
dengan Pen jarum jam

PRIMING

• Needle penfil : Single Use

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


9

• Penggunaan berulang berisiko: jarum tersumbat, pen macet, atau infeksi


• Priming:
1. Atur 1-2 unit dosis dengan memutar kenop dosis
2. Arahkan pen ke atas dan Ketuk pemegang catridge agar udara terkumpul di
bagian atas
3. Tekan Kenop Dosis sampai angka 0 terlihat, tahan sekitar 5 detik
4. Priming selesai jika muncul buble atau aliran insulin pada ujung jarum

Needle Penfil (Jarum Penfil)

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


10

Lokasi Injeksi Insulin

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018


11

Sampah Medis (Jarum)

• Single use only


• Buang pada tempat yang aman (botol air mineral RS)

Sistem Endokrin dan Metabolisme 2018

Anda mungkin juga menyukai