Manual CSL Sistem Endokrin Metabolisme Instruktur Mahasiswa 2021
Manual CSL Sistem Endokrin Metabolisme Instruktur Mahasiswa 2021
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-
Nya maka buku manual Alih Ketrampilan Klinik ini dapat disusun. Tidak lupa kita
sampaikan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Buku Manual CSL ini dibuat dan disusun oleh tim dosen Program Studi Kedokteran
FKK UMJ yang merupakan revisi dari Manual CSL yang sebelumnya disusun oleh
Tim Sistem Endokrin dan Metabolisme FK Unhas. Manual keterampilan klinik ini
mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012 dan
pelaksanaan ujian OSCE Nasional. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa yang
telah melewati Sistem Endokrin telah diperkenalkan kepada sistem ujian keterampilan
klinik yang saat ini diperlakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir sebelum mereka
menjadi seorang dokter.
Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan dan seluruh dosen
Program Studi Kedokteran FKK UMJ yang telah memberikan dukungan sehingga
buku manual ini dapat terwujud. Harapan kami semoga buku manual ini bermanfaat
bagi para seluruh mahasiswa terutama yang sedang mengambil Sistem Endokrin dan
Metabolisme.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme
KETERAMPILAN ANAMNESIS
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter bekerja berdasarkan keluhan utama
yang menjadi masalah pasien / klien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran
riwayat penyakit, pemeriksaan fisis dan tiroid, dan pemeriksaan penunjang. Selama
melaksanakan semua kegiatan tersebut, dokter harus memperhatikan kondisi pasien
secara holistik dan komprehensif, menjunjung tinggi profesionalisme dan etika profesi
di atas kepentingan pribadi. Selama pendidikan, mahasiswa perlu dipaparkan pada
berbagai masalah, keluhan/gejala yang dirasakan dan pemeriksaan fisis dan tiroid
yang ditemukan, serta dilatih cara menganalisis data data yang ditemukan kemudian
mensintesis data tersebut dan membuat kesimpulan / rumusan masalah / diagnosis
kerja dan diagnosis bandingnya.
Anamnesis adalah suatu keterampilan wawancara antara dokter (pemeriksa)
dengan pasien/klien-nya. Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal yang dapat
membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang
diajukan seorang pasien yang diambil dengan teliti akan banyak membantu
menentukan diagnosis dari suatu penyakit. Banyak macam keluhan yang diajukan
oleh seorang penderita. Walaupun demikian, tidak selalu keluhan-keluhan mengenai
penderitaan pasien dengan mudah dapat tergali oleh dokter sehingga diperlukan suatu
kesabaran dalam mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Teknik wawancara terpimpin yang diajukan terdiri dari beberapa pertanyaan
yang diajukan secara sistematis, terarah dan sesuai dengan kasus sehingga diakhir
wawancara, dokter dapat menarik suatu resume dan kesimpulan yang mendekatkan
seorang dokter kepada penegakan suatu diagnosis kerja. Diawali dengan menanyakan
keluhan utama yang dirasakan, yang biasanya menjadi sebab si pasien datang berobat
ke dokter. Selanjutnya digali tentang riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
sebelumnya yang pernah diderita, riwayat pengobatan, riwayat alergi, riwayat
penyakit keluarga, faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang berhubungan.
Daftar masalah/penyakit yang mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) 2012 memuat daftar masalah/penyakit yang banyak dijumpai dan
merupakan alasan utama yang sering menyebabkan pasien/klien datang menemui
dokter di tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar penyakit ini disusun dengan
Daftar Keterampilan Klinis Sistem Endokrin dan Metabolik berdasarkan SKDI 2012
Tingkat
No. Keterampilan
Keterampilan
1 Penilaian status gizi (termasuk pemeriksaan antropometri) 4A
2 Penilaian kelenjar tiroid: hipertiroid dan hipotiroid 4A
3 Pengaturan diet 4A
4 Penatalaksanaan diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
5 Pemberian insulin pada diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
6 Pemeriksaan glukosa darah (dengan Point of Care Test, POCT) 4A
7 Pemeriksaan glukosa urin (Benedict) 4A
8 Anamnesis dan konseling kasus gangguan metabolisme dan
4A
endokrin)
2. Informed consent:
• Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang
anamnesis yang akan anda lakukan, tujuan dan manfaat
anamnesis tersebut untuk keadaan pasien.
• Berikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang
kerahasiaan semua informasi yang didapatkan pada anamnesis
tersebut
• Jelaskan tentang hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya
tentang hak untuk menolak menjawab pertanyaan yang
dianggapnya tidak perlu dijawabnya.
• Menanyakan kesediaan pasien.
No. Register :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tangal Lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal/jam :
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
Riwayat Psikososial :
Riwayat Pengobatan :
(secara lengkap dan keteraturan minumnya)
Resume :
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Banding :
Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme
TUJUAN PEMBELAJARAN:
SASARAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien.
2. Mampu dan terampil menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik dan tiroid yang
akan dilakukan.
3. Mampu dan terampil mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan fisik dan
tiroid.
4. Mampu dan terampil melakukan penilaian status pasien secara umum (sakit
ringan / sedang / berat; cara berjalan dan lain lain) dan pengukuran tanda vital.
5. Mampu dan terampil melakukan pemeriksaan fisik dan tiroid secara sistematis
yang berkaitan dengan keluhan yang diutarakan pada saat anamnesis.
6. Mampu dan terampil melakukan pemeriksaan khusus pada sistem Endokrin
dan Metabolik
7. Mampu dan terampil membuat resume anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
tiroid
8. Mampu dan terampil menarik kesimpulan (sintesis data data anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan tiroid) dan membuat diagnosis serta diagnosis banding
9. Mampu dan terampil melakukan perencanaan tatalaksana sementara dan
perencanaan diagnosis (pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan atau
mengeluarkan diagnosis dan diagnosis banding)
10. Mampu dan terampil menginformasikan diagnosis dan diagnosis banding
beserta rencana tindak lanjutnya kepada pasien dan atau keluarganya.
Kelenjar Tiroid :
• Terletak di leher depan bagian bawah (arah distal).
• Berbentuk seperti kupu-kupu,
• Terdiri dari dua lobus (kanan dan kiri) yang dihubungkan oleh isthmus.
• Isthmus menutupi cincin trakhea 2 dan 3,
• Kapsul fibrosus menggantungkan kelenjar ini pada fascia pre tracheal
sehingga pada saat “menelan” kelenjar tiroid terangkat ke arah kranial.
Tingkat 0 Tiroid Normal. Kelenjar tiroid tidak teraba dan tidak terlihat.
Pembesaran tiroid teraba tetapi tidak terlihat pada posisi leher yang
normal (tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid). Jika nodul teraba
Tingkat I dan ukurannya tidak lebih besar dari ukuran normal harus
dikategorikan pada kelompok ini.
Benjolan di leher terlihat dengan jelas pada posisi leher normal.
Tingkat II
Jika dipalpasi, benjolan tersebut sesuai dengan pembesaran tiroid.
Referensi:
Rakhmad Hidayat, Melke Joanne Tumboimbela. Pemeriksaan Bruit. Dalam: Riwanti
E, Ramdinal AZ, Wardah RI, editor. Pemeriksaan klinis neurologi praktis umum.
Edisi pertama. Kolegium Neurologi Indonesia. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. 2018.
* critical point
Jakarta, ..........................
Penguji.
(...............................................)
Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme
2. Informed consent :
• Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang
pemeriksaan yang akan anda lakukan, tujuan, cara melakukan
dan manfaatnya untuk klien
• Berikan jaminan pada pasien tentang kerahasiaan semua
informasi yang didapatkan dari pemeriksaan
• Jelaskan tentang hak pasien untuk menolak pemeriksaan
• Menanyakan kesediaan pasien.
BB (kg)
IMT =
[TB (m)]2
Risiko komorbid
Klasifikasi IMT (kg/m2) Lingkar perut
< 90 cm (pria)
< 80 cm (wanita)
BB kurang < 18,5 rata-rata
Normal 18,5 – 22,9 meningkat
BB lebih
Pre-obesitas 23 – 24,9 sedang
Obesitas tk. I 25 – 29,9 berat
Obesitas tk.2 ≥ 30 sangat berat
* Critical Point
Jumlah
Nilai = ---------- X 100% = %
24
Jakarta, ..........................
Instruktur
(.....................................)
Seorang perempuan usia 45 tahun, berat badan 78 kg dan tinggi badan 152 cm bekerja
sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan jasa. Ia telah menderita DM tipe 2
sejak dua tahun yang lalu. Bagaimanakah pola makan yang dianjurkan untuknya?
(tingkat aktivitas ringan)
JAWABAN:
Langkah 1:
Hitung IMT dan nilai status gizi pasien
IMT = 33,76 à obesitas 2
Langkah 2:
Karena pasien obesitas, maka berat badan yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan energi basal adalah berat badan ideal
BBI = (152 – 100) – 10%(152 – 100) = 46,8 kg
Langkah 3:
Hitung kebutuhan energi basal (KEB) menggunakan BBI
KEB = 655,1 + (9,6 x 46,8) + (1,9 x 152) – (4,7 x 45) = 1181,68 kkal
Langkah 4:
Hitung kebutuhan energi total dengan mengalikan faktor aktivitas pasien
KET = 1181,68 kkal x 1,55 = 1831,604 kkal
Langkah 5:
Hitung jumlah karbohidrat yang diberikan yaitu sebesar 55% KET dengan rincian:
45% (dari KET) dalam bentuk karbohidrat kompleks dan 10% (dari KET) karbohidrat
sederhana:
Karbohidrat sederhana:
10% x 1831, 604 = 183, 16 kkal à konversi ke gram (1 g = 4 kkal) = 45,79 à
konversi ke porsi (1 sendok makan = 10 g) = 4,6 sdm gula atau karbohidrat
simpleks lainnya
Karbohidrat kompleks:
45% x 1831,604 = 824,22 kkal à konversi ke gram (1 g = 4 kkal) = 206,05
Konversi karbohidrat ke dalam bentuk porsi (1 satuan bahan makanan penukar
golongan karbohidrat mengandung 40 g karbohidrat dan 4 g protein)
Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme
3. Perencanaan Makan :
Menganjurkan pasien untuk mengikuti pola makan gizi
seimbang, dengan prinsip 3J :
1. Jumlah Kalori : mengikuti kebutuhan energi dan
komposisi zat gizi makro yang dianjurkan dan sesuai
kebutuhan kalori/hari (55% karbohidrat, 15-20% protein,
25-30% lemak), vitamin, mineral, serat dalam jumlah
cukup.
2. Jenis Makanan : memilih jenis makanan yang sehat, yaitu
jenis karbohidrat kompleks dan serat, menghindari/
mengurangi jenis karbohidrat sederhana, memilih jenis
lemak baik dan menghindari/ mengurangi jenis lemak
jenuh dan lemak trans, lebih mengutamakan jenis protein
nabati daripada protein hewani.
3. Jadwal Makan : 3x makanan utama dan 3x makanan
selingan
5 Intervensi Medikamentosa :
- Obat hipoglikemik oral (OHO)
* Critical Point
Jumlah
Nilai = ---------- X 100% = %
14
Jakarta, ..........................
Instruktur
(....................................)
Tim Dosen
Sistem Endokrin dan Metabolisme
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari keterampilan ini, mahasiswa mampu :
1. Memahami jenis-jenis insulin, indikasi pemberian insulin, mampu
menginisiasi pemberian insulin pada pasien DM tidak komplikasi
2. Melakukan teknik suntikan insulin subkutan
3. Melakukan edukasi teknik suntikan insulin pada pasien dan keluarganya.
TARGET PEMBELAJARAN :
Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami jenis-jenis insulin
2. Memahami indikasi pemberian insulin pada pasien Diabetes tidak komplikasi
rawat jalan
3. Melakukan persiapan pasien (edukasi tentang alasan membutuhkan insulin dan
tentang hipoglikemia)
4. Melakukan teknik suntikan insulin sub kutan dengan benar :
o Insulin dan alat yang diperlukan dan cara penyimpanannya
o Mempersiapkan insulin pen untuk disuntikkan (termasuk dosis)
o Mengetahui lokasi dan cara penyuntikan insulin dengan benar.
5. Mampu melakukan pengolahan sampah medis dengan benar
6. Melakukan prosedur penyuntikan dengan benar.
METODE PEMBELAJARAN :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui daftar tilik dengan sistem skor.
0 1 2
6. Melakukan priming
* Critical Point
Ket: 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar
Jumlah
Nilai = ---------- X 100% = %
22
Jakarta, ..........................
Instruktur
(........................................)
Indikasi Insulin
2. Indikasi relatif :
Preparat Insulin
1. Basal supplement:
• Preparat kerja menengah – kerja panjang /Intermediate to long-acting (NPH,
neutral protamine lispro [NPL], glargine, detemir, atau degludec)
• Untuk menekan produksi glukosa hati dan mempertahankan glukosa darah
puasa mendekati normoglikemia
2. Premeal (prandial)
• Kerja Pendek / short-acting (regular) atau kerja cepat / rapid-acting (lispro,
aspart, glulisine)
• Untuk memenuhi kebutuhan setelah makanan diabsorbsi. Mempertahankan
glukosa darah setelah makan mendekati normoglikemia
3. Premixed kombinasi antara of intermediate-acting and short- or rapid-acting insulin
Sebagai regimen awal dapat digunakan insulin basal dengan dosis 0,1-0,2 unit kg BB,
yang waktu pemberiannya disesuaikan dengan ru nitas pasien dan jenis insulin yang
digunakan. Peningkatan dosis dapat dilakukan sesuai dengan table di bawah ini.
Cara pemberian insulin yang umum dilakukan adalah dengan semprit insulin (1 mL
dengan skala 100 unit per mL) dan jarum, pen insulin, atau pompa insulin (con nuous
subcutaneous insulin infusion/CSII). Beberapa tahun yang lalu yang paling banyak
digunakan adalah semprit dengan jarum, tetapi saat ini banyak penyandang yang merasa
lebih nyaman menggunakan pen insulin. Pen insulin lebih sederhana dan mudah
digunakan, jarumnya juga lebih kecil sehingga lebih nyaman pada saat diinjeksikan,
pengaturan dosisnya lebih akurat, dan dapat dibawa ke mana-mana dengan mudah.
Penggunaan CSII membutuhkan keterampilan. Meskipun demikian, cara ini merupakan
cara pemberian yang paling mendeka keadaan siologis.
Persiapan pasien
• Edukasi kepada pasien tentang mengapa butuh insulin, manfaat insulin (indikasi
Insulin)
1. Insulin disimpan pada suhu 8-25o (insulin yang tidak digunakan harus disimpan dalam
kulkas bukan freezer). Insulin yang baru dikeluarkan dari kulkas diamkan beberapa
saat sampai sesuai untuk disuntikkan
2. Pastikan tipe atau jenis insulin yang akan diberikan benar sesuai dengan resep, lihat
tanggal kadaluwarsanya, dan wujud atau tampilan insulin (berubah warna atau keruh)
3. Mempersiapkan insulin pen untuk disuntikkan (lihat gambar)
4. Lokasi dan cara penyuntikkan insulin
5. Cara mengolah sampah medis / jarum
6. Persiapan insulin jika bepergian jauh dan lama
Lepas Penutup Pen Tarik Cartridge holder Masukkan insulin Pasangkan kembali
dari Pen Cartridge kedalam cartridge holder
cartridge holder
PRIMING