com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melelang tiga bidang tanah dan
bangunan hasil rampasan dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan, lelang tersebut merupakan upaya KPK dalam memberi
pemasukan kepada negara.
"Sebagai upaya untuk terus memberikan pemasukan kepada negara melalui pemulihan aset dari hasil
tindak pidana korupsi, KPK akan melaksanakan lelang barang rampasan," kata Ali, Senin (4/1/2021).
Tiga aset yang akan dilelang itu terdiri satu bidang tanah dan bangunan di Jalan Abdullah Syafii, Jakarta
Selatan, seluas 187 meter persegi dan 123 meter persegi dengan harga limit Rp 14,3 miliar dan uang
jaminan Rp 3 miliar.
Kemudian, satu bidang tanah dan bangunan seluas 120 meter persegi di Kompleks Kejaksaan Agung,
Pasar Minggu, dengan harga limit Rp 2,06 miliar dan uang jaminan Rp 415 juta.
Selanjutnya, tanah dan bangunan di Jalan Samali Ujung Kompleks LAN, Pasar Minggu, seluas 127 meter
persegi dengan harga limir Rp 1,9 miliar dan uang jaminan Rp 400 juta.
Lelang tersebut dilaksanakan tanpa kehadiran peserta lelang dengan menggunakan Aplikasi Lelang
Internet dengan perantaraan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III.
Lelang akan diselenggarakan pada Selasa (26/1/2021) mendatang dengan batas akhir waktu penawaran
pukul 13.00 WIB.
Adapun lelang eksekusi barang rampasan ini berdasarkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 159/Pid.Sus/TPK/2015/PN.Jkt.Pst tanggal 15 Juni 2016
Diketahui, Nazaruddin divonis bersalah dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet serta kasus
penerimaan gratifikasi dan pencucian uang.
Dalam kasus korupsi Wisma Atlet, Mahkamah Agung menghukum Nazaruddin 7 tahun penjara dan
denda Rp 300 juta.
Sementara itu, dalam kasus gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang, Nazaruddin dihukum 6 tahun
penjara dan denda Rp 1 miliar.
JELAJAHI
Komentar
Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).
Lihat Foto
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.
Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.
"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).
DAPATKAN
JELAJAHI
Home News Nasional
Komentar
Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).
Lihat Foto
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.
Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.
"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: [POPULER NASIONAL] Rekor Baru Kasus Covid-19 | Bebasnya Nazaruddin yang Menuai Kritik
Alex mengatakan, ada beberapa kasus yang diungkap Nazaruddin, salah satunya adalah kasus korupsi
pengadaan KTP elektronik (e-KTP).
"Itulah kami beri surat untuk kasus e-KTP yang bersangkutan bekerja sama. Tetapi untuk kasus dia
sendiri, kasus sebelumnya, KPK tidak pernah beri status sebagai justice collaborator," kata Alex.
Sebelumnya, pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyebut
Nazaruddin memperoleh status justice collaborator dari KPK sehingga memenuhi syarat untuk
memperoleh remisi.
Pihak Ditjen Pemasyarakatan menyebut Nazaruddin menerima remisi sebanyak 49 bulan yang
membuatnya berhak bebas melalui program cuti bersyarat pada Minggu (14/6/2020) lalu.
"Narapidana atas nama Muhammad Nazaruddin SE telah ditetapkan sebagai pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator) oleh KPK," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan
Kemenkumham Rika Aprianti, Rabu (17/6/2020).
JELAJAHI
Komentar
Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).
Lihat Foto
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.
Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.
"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: [POPULER NASIONAL] Rekor Baru Kasus Covid-19 | Bebasnya Nazaruddin yang Menuai Kritik
Alex mengatakan, ada beberapa kasus yang diungkap Nazaruddin, salah satunya adalah kasus korupsi
pengadaan KTP elektronik (e-KTP).
"Itulah kami beri surat untuk kasus e-KTP yang bersangkutan bekerja sama. Tetapi untuk kasus dia
sendiri, kasus sebelumnya, KPK tidak pernah beri status sebagai justice collaborator," kata Alex.
Sebelumnya, pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyebut
Nazaruddin memperoleh status justice collaborator dari KPK sehingga memenuhi syarat untuk
memperoleh remisi.
Pihak Ditjen Pemasyarakatan menyebut Nazaruddin menerima remisi sebanyak 49 bulan yang
membuatnya berhak bebas melalui program cuti bersyarat pada Minggu (14/6/2020) lalu.
"Narapidana atas nama Muhammad Nazaruddin SE telah ditetapkan sebagai pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator) oleh KPK," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan
Kemenkumham Rika Aprianti, Rabu (17/6/2020).
Penetapan Nazaruddin sebagai justice collaborator itu berdasarkan pada Surat Nomor R-
2250/55/06/2014 tanggal 9 Juni 2014 perihal surat keterangan atas nama Muhammad Nazaruddin dan
Surat Nomor R.2576/55/06/2017 tanggal 21 Juni 2017 perihal permohonan keterangan telah bekerja
sama dengan penegak hukum atas nama Mohammad Nazaruddin.
Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri membenarkan keberadaan dua surat tersebut. Namun, ia membantah bahwa
surat itu menandakan Nazaruddin telah berstatus JC.
JELAJAHI
Home News Nasional
Komentar
Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).
Lihat Foto
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.
Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.
"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: [POPULER NASIONAL] Rekor Baru Kasus Covid-19 | Bebasnya Nazaruddin yang Menuai Kritik
Alex mengatakan, ada beberapa kasus yang diungkap Nazaruddin, salah satunya adalah kasus korupsi
pengadaan KTP elektronik (e-KTP).
"Itulah kami beri surat untuk kasus e-KTP yang bersangkutan bekerja sama. Tetapi untuk kasus dia
sendiri, kasus sebelumnya, KPK tidak pernah beri status sebagai justice collaborator," kata Alex.
Sebelumnya, pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyebut
Nazaruddin memperoleh status justice collaborator dari KPK sehingga memenuhi syarat untuk
memperoleh remisi.
Pihak Ditjen Pemasyarakatan menyebut Nazaruddin menerima remisi sebanyak 49 bulan yang
membuatnya berhak bebas melalui program cuti bersyarat pada Minggu (14/6/2020) lalu.
"Narapidana atas nama Muhammad Nazaruddin SE telah ditetapkan sebagai pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator) oleh KPK," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan
Kemenkumham Rika Aprianti, Rabu (17/6/2020).
Penetapan Nazaruddin sebagai justice collaborator itu berdasarkan pada Surat Nomor R-
2250/55/06/2014 tanggal 9 Juni 2014 perihal surat keterangan atas nama Muhammad Nazaruddin dan
Surat Nomor R.2576/55/06/2017 tanggal 21 Juni 2017 perihal permohonan keterangan telah bekerja
sama dengan penegak hukum atas nama Mohammad Nazaruddin.
Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri membenarkan keberadaan dua surat tersebut. Namun, ia membantah bahwa
surat itu menandakan Nazaruddin telah berstatus JC.
Baca juga: Ini Penjelasan Menkumham soal Remisi dan Cuti Menjelang Bebas Nazaruddin
"Kami sampaikan kembali bahwa KPK tidak pernah menerbitkan surat ketetapan JC untuk tersangka
MNZ," kata Ali, Rabu (17/6/2020).
Menurut Ali, surat tersebut dikeluarkan karena Nazaruddin telah mengungkap sejumlah perkara korupsi,
yakni pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang,
pengadaan e-KTP di Kemendagri, perkara dengan terdakwa Anas Urbaningrum.
"Surat keterangan bekerja sama tersebut menegaskan bahwa pimpinan KPK saat itu tidak pernah
menetapkan M. Nazarudin sebagai Justice collaborator," ujar Ali.
Ini Penjelasan Menkumham soal Remisi dan Cuti Menjelang Bebas Nazaruddin
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Senin (19/2/2018).
Lihat Foto
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menjelaskan pemberian
remisi dan cuti menjelang bebas (CMB) yang diterima mantan Bendahara Umum Partai Demokrat
Nazaruddin.
Yasona mengatakan, pihaknya sudah hati-hati dalam mempertimbangkan pemberian remisi tersebut.
Menurut dia, Nazaruddin diberikan remisi karena sudah menunjukkan kerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengungkap tindak pidana korupsi di pembangunan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional (P3SON).
"Itu surat KPK ke Lapas Sukamiskin tanggal 9 Juni 2014. Bahwa saudara Nazarudin bersedia bekerja sama
untuk mengungkap dan membongkar perkara dimaksud, ini surat dari KPK," kata Yasonna dalam raker
dengan Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Home News Nasional
Ini Penjelasan Menkumham soal Remisi dan Cuti Menjelang Bebas Nazaruddin
Komentar
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Senin (19/2/2018).
Lihat Foto
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menjelaskan pemberian
remisi dan cuti menjelang bebas (CMB) yang diterima mantan Bendahara Umum Partai Demokrat
Nazaruddin.
Yasona mengatakan, pihaknya sudah hati-hati dalam mempertimbangkan pemberian remisi tersebut.
Menurut dia, Nazaruddin diberikan remisi karena sudah menunjukkan kerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengungkap tindak pidana korupsi di pembangunan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional (P3SON).
"Itu surat KPK ke Lapas Sukamiskin tanggal 9 Juni 2014. Bahwa saudara Nazarudin bersedia bekerja sama
untuk mengungkap dan membongkar perkara dimaksud, ini surat dari KPK," kata Yasonna dalam raker
dengan Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Baca juga: Beda KPK dan Ditjen Pas Soal JC Nazaruddin, Ini Pendapat Pakar Pidana
Yasona juga mengatakan, pemberian remisi tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
"Itu ketentuannya demikian, PP 99. Kalau tidak, dia tidak akan membongkar jaringan, tidak akan bekerja
sama dengan penegak hukum," ujarnya.
Kemudian, KPK kembali mengirimkan surat 11 Agustus bahwa rekomendasi pemberian remisi
diserahkan kepada Dirjen Pemasyarakatan sebagai pihak yang memiliki kewenangan.
JELAJAHI
Tampak Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin keluar dari kantor Bapas
Bandung, Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Hari ini Nazarudin dinyatakan bebas murni, Kamis
(13/8/2020).
Lihat Foto
BANDUNG, KOMPAS.com - Setelah menjalani bimbingan cuti menjelang bebas (CMB), mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin akhirnya menghirup udara bebas hari ini,
Kamis (13/8/2020).
Seperti diketahui, Nazaruddin sempat menjalani CMB sejak 14 Juni 2020 sampai dengan 13 Agusutus
2020 lalu.
Hal itu berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor: PAS-738.PK.01.04.06 tahun
2020 tanggal 10 Juni 2020 tentang cuti menjelang bebas atas nama Muhammad Nazaruddin bin Latief
(alm).
"Sudah selesai menjalani bimbingan cuti menjelang bebas. Hari ini sudah bebas murni," kata
pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Bandung, Budiana, di kantor Bapas Bandung, Jalan Ibrahim
Adjie, Kota Bandung
Menurut Budi, selama CMB, Nazaruddin mengikuti aturan yang telah ditetapkan seperti kewajiban lapor
setiap satu minggu sekali.
DAPATKAN
BACA HARIAN KOMPAS
JELAJAHI
Komentar
Tampak Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin keluar dari kantor Bapas
Bandung, Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Hari ini Nazarudin dinyatakan bebas murni, Kamis
(13/8/2020).
Lihat Foto
BANDUNG, KOMPAS.com - Setelah menjalani bimbingan cuti menjelang bebas (CMB), mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin akhirnya menghirup udara bebas hari ini,
Kamis (13/8/2020).
Seperti diketahui, Nazaruddin sempat menjalani CMB sejak 14 Juni 2020 sampai dengan 13 Agusutus
2020 lalu.
Hal itu berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor: PAS-738.PK.01.04.06 tahun
2020 tanggal 10 Juni 2020 tentang cuti menjelang bebas atas nama Muhammad Nazaruddin bin Latief
(alm).
"Sudah selesai menjalani bimbingan cuti menjelang bebas. Hari ini sudah bebas murni," kata
pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Bandung, Budiana, di kantor Bapas Bandung, Jalan Ibrahim
Adjie, Kota Bandung.
Baca juga: Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin Bebas Murni
Menurut Budi, selama CMB, Nazaruddin mengikuti aturan yang telah ditetapkan seperti kewajiban lapor
setiap satu minggu sekali.
"Sampai terakhir hari ini sudah 9 kali lapor. Selama menjalani bimbingan selalu komunikasi dengan PK, di
mana pun keadaan yang bersangkutan, saya selaku pembimbing kemasyarakatannya mengetahui secara
pasti," kata Budi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti beragam yakni
tindakan merusak atau menghancurkan.
Hal ini berdasarkan buku Sosiologi Korupsi: Kajian Multiperspektif, Integralistik, dan Pencegahannya oleh
Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, M.Si., Ak., CA. dkk.
Ada pula yang menyatakan corruptio artinya kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.
Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi
corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia menjadi
korupsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.
detikNews
Home
Berita
Daerah
Jawa Timur
Internasional
detikX
Kolom
Blak blakan
Pro Kontra
Infografis
Foto
Video
Hoax Or Not
Suara Pembaca
Jawa Barat
Makassar
Medan
Indeks
detikNews
Berita
Pengertian Korupsi, dari Penyebab hingga Jenisnya
Jakarta - Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti beragam
yakni tindakan merusak atau menghancurkan.
Hal ini berdasarkan buku Sosiologi Korupsi: Kajian Multiperspektif, Integralistik, dan Pencegahannya oleh
Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, M.Si., Ak., CA. dkk.
Ada pula yang menyatakan corruptio artinya kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.
Baca juga:
Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi
corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia menjadi
korupsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.
1. Faktor Politik
Politik adalah salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi instabilitas politik,
kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bagkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari aspek undang-undang dan sisi lain lemahnya penegakan hukum.
Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak
adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga multi tafsir, kontradiksi, dan overlappingdengan
peraturan lain.
3. Faktor Ekonomi
Salah satu penyebab korupsi yakni terjadinya korupsi. Hal ini karena pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan.
4. Faktor Organisasi
Organisasi yang menjadi korban korupsi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka
pelungan atau kesempatan untuk terjadinya korupsi. Apabila organisasi tidak membuka peluang
sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi.
Jenis-jenis Korupsi menurut Buku Korupsi, Bukan Budaya tetapi Penyakit oleh Syahroni, Maharso dan
Tomy Sujarwadi:
Merugikan keuangan negara adalah perbuatan yang dapat merugikan semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang seharusnya
dapat dijadikan milik negara. Korupsi ini sering terjadi dengan ditangkapnya koruptor oleh KPK.
b. Penyuapan
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumah pemberian kepada seorang
dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga, suara
atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan politik.
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencucian uang, properti atau barang
berharga. Hal itu dilalukan oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang,
properti atau barang berharga tersebut.
d. Pemerasan
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang menghancurkan
guna membujuk seseorang agar mau bekerja sama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi
pemeras atau korban pemerasan.
e. Nepotisme
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbangan hubungan
kekeluargaan, bukan karena kemampuannya. Kata nepotisme berasal dari kata latin nepos yang artinya
keponakan atau cucu.
Akibat korupsi seperti dikutip dari buku Sejarah Korupsi di Indonesia yakni melumpuhkan perekonomian
negara. Akibat lain, korupsi dapat mengakibatkan bertambahkan volume uang yang beredar dengan
demikian mempercepat deras inflasi dari mata uang rupiah. Bahkan rupiah dapat memperburuk
hubungan dagang dengan luar negeri.