Anda di halaman 1dari 22

JAKARTA, KOMPAS.

com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melelang tiga bidang tanah dan
bangunan hasil rampasan dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan, lelang tersebut merupakan upaya KPK dalam memberi
pemasukan kepada negara.

"Sebagai upaya untuk terus memberikan pemasukan kepada negara melalui pemulihan aset dari hasil
tindak pidana korupsi, KPK akan melaksanakan lelang barang rampasan," kata Ali, Senin (4/1/2021).

Tiga aset yang akan dilelang itu terdiri satu bidang tanah dan bangunan di Jalan Abdullah Syafii, Jakarta
Selatan, seluas 187 meter persegi dan 123 meter persegi dengan harga limit Rp 14,3 miliar dan uang
jaminan Rp 3 miliar.

Kemudian, satu bidang tanah dan bangunan seluas 120 meter persegi di Kompleks Kejaksaan Agung,
Pasar Minggu, dengan harga limit Rp 2,06 miliar dan uang jaminan Rp 415 juta.

Selanjutnya, tanah dan bangunan di Jalan Samali Ujung Kompleks LAN, Pasar Minggu, seluas 127 meter
persegi dengan harga limir Rp 1,9 miliar dan uang jaminan Rp 400 juta.

Lelang tersebut dilaksanakan tanpa kehadiran peserta lelang dengan menggunakan Aplikasi Lelang
Internet dengan perantaraan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III.

Lelang akan diselenggarakan pada Selasa (26/1/2021) mendatang dengan batas akhir waktu penawaran
pukul 13.00 WIB.

"Penetapan pemenang setelah batas akhir penawaran," ujar Ali.

Adapun lelang eksekusi barang rampasan ini berdasarkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 159/Pid.Sus/TPK/2015/PN.Jkt.Pst tanggal 15 Juni 2016

Diketahui, Nazaruddin divonis bersalah dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet serta kasus
penerimaan gratifikasi dan pencucian uang.

Dalam kasus korupsi Wisma Atlet, Mahkamah Agung menghukum Nazaruddin 7 tahun penjara dan
denda Rp 300 juta.
Sementara itu, dalam kasus gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang, Nazaruddin dihukum 6 tahun
penjara dan denda Rp 1 miliar.

BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI

Home News Nasional

KPK Sebut Nazaruddin Bukan "Justice Collaborator" tetapi "Whistleblower"

Selasa, 23 Juni 2020 | 19:03 WIB

Komentar
Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).

Lihat Foto

Penulis: Ardito Ramadhan | Editor: Krisiandi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.

Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.

"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).

Baca artikel lebih nyaman dan mudah melalui aplikasi Kompas.com

DAPATKAN

BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI
Home News Nasional

KPK Sebut Nazaruddin Bukan "Justice Collaborator" tetapi "Whistleblower"

Selasa, 23 Juni 2020 | 19:03 WIB

Komentar

Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).

Lihat Foto

Penulis: Ardito Ramadhan | Editor: Krisiandi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.

Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.

"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).

Baca juga: [POPULER NASIONAL] Rekor Baru Kasus Covid-19 | Bebasnya Nazaruddin yang Menuai Kritik
Alex mengatakan, ada beberapa kasus yang diungkap Nazaruddin, salah satunya adalah kasus korupsi
pengadaan KTP elektronik (e-KTP).

"Itulah kami beri surat untuk kasus e-KTP yang bersangkutan bekerja sama. Tetapi untuk kasus dia
sendiri, kasus sebelumnya, KPK tidak pernah beri status sebagai justice collaborator," kata Alex.

Sebelumnya, pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyebut
Nazaruddin memperoleh status justice collaborator dari KPK sehingga memenuhi syarat untuk
memperoleh remisi.

Pihak Ditjen Pemasyarakatan menyebut Nazaruddin menerima remisi sebanyak 49 bulan yang
membuatnya berhak bebas melalui program cuti bersyarat pada Minggu (14/6/2020) lalu.

"Narapidana atas nama Muhammad Nazaruddin SE telah ditetapkan sebagai pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator) oleh KPK," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan
Kemenkumham Rika Aprianti, Rabu (17/6/2020).

BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI

Home News Nasional


KPK Sebut Nazaruddin Bukan "Justice Collaborator" tetapi "Whistleblower"

Selasa, 23 Juni 2020 | 19:03 WIB

Komentar

Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).

Lihat Foto

Penulis: Ardito Ramadhan | Editor: Krisiandi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.

Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.

"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).

Baca juga: [POPULER NASIONAL] Rekor Baru Kasus Covid-19 | Bebasnya Nazaruddin yang Menuai Kritik

Alex mengatakan, ada beberapa kasus yang diungkap Nazaruddin, salah satunya adalah kasus korupsi
pengadaan KTP elektronik (e-KTP).
"Itulah kami beri surat untuk kasus e-KTP yang bersangkutan bekerja sama. Tetapi untuk kasus dia
sendiri, kasus sebelumnya, KPK tidak pernah beri status sebagai justice collaborator," kata Alex.

Sebelumnya, pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyebut
Nazaruddin memperoleh status justice collaborator dari KPK sehingga memenuhi syarat untuk
memperoleh remisi.

Pihak Ditjen Pemasyarakatan menyebut Nazaruddin menerima remisi sebanyak 49 bulan yang
membuatnya berhak bebas melalui program cuti bersyarat pada Minggu (14/6/2020) lalu.

"Narapidana atas nama Muhammad Nazaruddin SE telah ditetapkan sebagai pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator) oleh KPK," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan
Kemenkumham Rika Aprianti, Rabu (17/6/2020).

Penetapan Nazaruddin sebagai justice collaborator itu berdasarkan pada Surat Nomor R-
2250/55/06/2014 tanggal 9 Juni 2014 perihal surat keterangan atas nama Muhammad Nazaruddin dan
Surat Nomor R.2576/55/06/2017 tanggal 21 Juni 2017 perihal permohonan keterangan telah bekerja
sama dengan penegak hukum atas nama Mohammad Nazaruddin.

Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri membenarkan keberadaan dua surat tersebut. Namun, ia membantah bahwa
surat itu menandakan Nazaruddin telah berstatus JC.

BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI
Home News Nasional

KPK Sebut Nazaruddin Bukan "Justice Collaborator" tetapi "Whistleblower"

Selasa, 23 Juni 2020 | 19:03 WIB

Komentar

Muhammad Nazaruddin bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan e-KTP di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Senin (20/11/2017).

Lihat Foto

Penulis: Ardito Ramadhan | Editor: Krisiandi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Alexander Marwata
menyebut mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bertindak sebagai
whistleblower.

Alex pun menegaskan bahwa KPK tidak pernah memberikan status justice collaborator.
"KPK tidak pernah beri JC. Tetapi, dalam beberapa dalam pemeriksaan, KPK beri surat yang
bersangkutan kerja samanya untuk mengungkap kasus yang lain. kemudian dia bertindak bukan JC,
tetapi whistleblower," kata Alex, Selasa (23/6/2020).

Baca juga: [POPULER NASIONAL] Rekor Baru Kasus Covid-19 | Bebasnya Nazaruddin yang Menuai Kritik

Alex mengatakan, ada beberapa kasus yang diungkap Nazaruddin, salah satunya adalah kasus korupsi
pengadaan KTP elektronik (e-KTP).

"Itulah kami beri surat untuk kasus e-KTP yang bersangkutan bekerja sama. Tetapi untuk kasus dia
sendiri, kasus sebelumnya, KPK tidak pernah beri status sebagai justice collaborator," kata Alex.

Sebelumnya, pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyebut
Nazaruddin memperoleh status justice collaborator dari KPK sehingga memenuhi syarat untuk
memperoleh remisi.

Pihak Ditjen Pemasyarakatan menyebut Nazaruddin menerima remisi sebanyak 49 bulan yang
membuatnya berhak bebas melalui program cuti bersyarat pada Minggu (14/6/2020) lalu.

"Narapidana atas nama Muhammad Nazaruddin SE telah ditetapkan sebagai pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator) oleh KPK," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan
Kemenkumham Rika Aprianti, Rabu (17/6/2020).

Penetapan Nazaruddin sebagai justice collaborator itu berdasarkan pada Surat Nomor R-
2250/55/06/2014 tanggal 9 Juni 2014 perihal surat keterangan atas nama Muhammad Nazaruddin dan
Surat Nomor R.2576/55/06/2017 tanggal 21 Juni 2017 perihal permohonan keterangan telah bekerja
sama dengan penegak hukum atas nama Mohammad Nazaruddin.

Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri membenarkan keberadaan dua surat tersebut. Namun, ia membantah bahwa
surat itu menandakan Nazaruddin telah berstatus JC.
Baca juga: Ini Penjelasan Menkumham soal Remisi dan Cuti Menjelang Bebas Nazaruddin

"Kami sampaikan kembali bahwa KPK tidak pernah menerbitkan surat ketetapan JC untuk tersangka
MNZ," kata Ali, Rabu (17/6/2020).

Menurut Ali, surat tersebut dikeluarkan karena Nazaruddin telah mengungkap sejumlah perkara korupsi,
yakni pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang,
pengadaan e-KTP di Kemendagri, perkara dengan terdakwa Anas Urbaningrum.

"Surat keterangan bekerja sama tersebut menegaskan bahwa pimpinan KPK saat itu tidak pernah
menetapkan M. Nazarudin sebagai Justice collaborator," ujar Ali.

Home News Nasional

Ini Penjelasan Menkumham soal Remisi dan Cuti Menjelang Bebas Nazaruddin

Senin, 22 Juni 2020 | 20:16 WIB


Komentar

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Senin (19/2/2018).

Lihat Foto

Penulis: Haryanti Puspa Sari | Editor: Bayu Galih

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menjelaskan pemberian
remisi dan cuti menjelang bebas (CMB) yang diterima mantan Bendahara Umum Partai Demokrat
Nazaruddin.

Yasona mengatakan, pihaknya sudah hati-hati dalam mempertimbangkan pemberian remisi tersebut.

Menurut dia, Nazaruddin diberikan remisi karena sudah menunjukkan kerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengungkap tindak pidana korupsi di pembangunan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional (P3SON).

"Itu surat KPK ke Lapas Sukamiskin tanggal 9 Juni 2014. Bahwa saudara Nazarudin bersedia bekerja sama
untuk mengungkap dan membongkar perkara dimaksud, ini surat dari KPK," kata Yasonna dalam raker
dengan Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Home News Nasional

Ini Penjelasan Menkumham soal Remisi dan Cuti Menjelang Bebas Nazaruddin

Senin, 22 Juni 2020 | 20:16 WIB

Komentar

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Senin (19/2/2018).

Lihat Foto

Penulis: Haryanti Puspa Sari | Editor: Bayu Galih

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menjelaskan pemberian
remisi dan cuti menjelang bebas (CMB) yang diterima mantan Bendahara Umum Partai Demokrat
Nazaruddin.

Yasona mengatakan, pihaknya sudah hati-hati dalam mempertimbangkan pemberian remisi tersebut.

Menurut dia, Nazaruddin diberikan remisi karena sudah menunjukkan kerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengungkap tindak pidana korupsi di pembangunan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional (P3SON).
"Itu surat KPK ke Lapas Sukamiskin tanggal 9 Juni 2014. Bahwa saudara Nazarudin bersedia bekerja sama
untuk mengungkap dan membongkar perkara dimaksud, ini surat dari KPK," kata Yasonna dalam raker
dengan Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020).

Baca juga: Beda KPK dan Ditjen Pas Soal JC Nazaruddin, Ini Pendapat Pakar Pidana

Yasona juga mengatakan, pemberian remisi tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

"Itu ketentuannya demikian, PP 99. Kalau tidak, dia tidak akan membongkar jaringan, tidak akan bekerja
sama dengan penegak hukum," ujarnya.

Menurut Yasonna, Nazaruddin sudah membayar denda untuk kedua kasusnya.

Kemudian, KPK kembali mengirimkan surat 11 Agustus bahwa rekomendasi pemberian remisi
diserahkan kepada Dirjen Pemasyarakatan sebagai pihak yang memiliki kewenangan.

"Dan Dirjen PAS melakukannya berdasarkan PP 99," ucapnya.


BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI

Home News Regional

Bebas Murni, Nazaruddin Ingin Bangun Masjid dan Pesantren

Kamis, 13 Agustus 2020 | 14:44 WIB


Komentar

Tampak Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin keluar dari kantor Bapas
Bandung, Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Hari ini Nazarudin dinyatakan bebas murni, Kamis
(13/8/2020).

Lihat Foto

Penulis: Kontributor Bandung, Agie Permadi | Editor: Farid Assifa

BANDUNG, KOMPAS.com - Setelah menjalani bimbingan cuti menjelang bebas (CMB), mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin akhirnya menghirup udara bebas hari ini,
Kamis (13/8/2020).

Seperti diketahui, Nazaruddin sempat menjalani CMB sejak 14 Juni 2020 sampai dengan 13 Agusutus
2020 lalu.

Hal itu berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor: PAS-738.PK.01.04.06 tahun
2020 tanggal 10 Juni 2020 tentang cuti menjelang bebas atas nama Muhammad Nazaruddin bin Latief
(alm).

Hari ini Nazaruddin akhirnya dinyatakan bebas murni.

"Sudah selesai menjalani bimbingan cuti menjelang bebas. Hari ini sudah bebas murni," kata
pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Bandung, Budiana, di kantor Bapas Bandung, Jalan Ibrahim
Adjie, Kota Bandung

Menurut Budi, selama CMB, Nazaruddin mengikuti aturan yang telah ditetapkan seperti kewajiban lapor
setiap satu minggu sekali.

DAPATKAN
BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI

Home News Regional

Bebas Murni, Nazaruddin Ingin Bangun Masjid dan Pesantren

Kamis, 13 Agustus 2020 | 14:44 WIB

Komentar

Tampak Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin keluar dari kantor Bapas
Bandung, Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Hari ini Nazarudin dinyatakan bebas murni, Kamis
(13/8/2020).
Lihat Foto

Penulis: Kontributor Bandung, Agie Permadi | Editor: Farid Assifa

BANDUNG, KOMPAS.com - Setelah menjalani bimbingan cuti menjelang bebas (CMB), mantan
Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin akhirnya menghirup udara bebas hari ini,
Kamis (13/8/2020).

Seperti diketahui, Nazaruddin sempat menjalani CMB sejak 14 Juni 2020 sampai dengan 13 Agusutus
2020 lalu.

Hal itu berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor: PAS-738.PK.01.04.06 tahun
2020 tanggal 10 Juni 2020 tentang cuti menjelang bebas atas nama Muhammad Nazaruddin bin Latief
(alm).

Hari ini Nazaruddin akhirnya dinyatakan bebas murni.

"Sudah selesai menjalani bimbingan cuti menjelang bebas. Hari ini sudah bebas murni," kata
pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Bandung, Budiana, di kantor Bapas Bandung, Jalan Ibrahim
Adjie, Kota Bandung.

Baca juga: Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin Bebas Murni

Menurut Budi, selama CMB, Nazaruddin mengikuti aturan yang telah ditetapkan seperti kewajiban lapor
setiap satu minggu sekali.

"Sampai terakhir hari ini sudah 9 kali lapor. Selama menjalani bimbingan selalu komunikasi dengan PK, di
mana pun keadaan yang bersangkutan, saya selaku pembimbing kemasyarakatannya mengetahui secara
pasti," kata Budi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti beragam yakni
tindakan merusak atau menghancurkan.

Hal ini berdasarkan buku Sosiologi Korupsi: Kajian Multiperspektif, Integralistik, dan Pencegahannya oleh
Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, M.Si., Ak., CA. dkk.

Ada pula yang menyatakan corruptio artinya kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.

Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi
corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia menjadi
korupsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.

detikNews

Home

Berita

Daerah

Jawa Timur

Internasional

detikX

Kolom

Blak blakan

Pro Kontra

Infografis

Foto

Video

Hoax Or Not

Suara Pembaca

Jawa Barat

Jawa Tengah & DIY

Makassar

Medan

Indeks

detikNews

Berita
Pengertian Korupsi, dari Penyebab hingga Jenisnya

Tim detikcom - detikNews

Selasa, 10 Nov 2020 10:43 WIB

Poster Foto: Edi Wahyono/Pengertian Korupsi, dari Penyebab hingga Jenisnya

Jakarta - Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti beragam
yakni tindakan merusak atau menghancurkan.

Hal ini berdasarkan buku Sosiologi Korupsi: Kajian Multiperspektif, Integralistik, dan Pencegahannya oleh
Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, M.Si., Ak., CA. dkk.

Ada pula yang menyatakan corruptio artinya kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.

Baca juga:

Korupsi sebagai Musuh Investasi

Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi
corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia menjadi
korupsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.

Penyebab korupsi seperti dikutip dari sumber yang sama:

1. Faktor Politik
Politik adalah salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi instabilitas politik,
kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bagkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.

Perilaku korup faktor ini seperti penyuapan dan politik uang.

2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa dilihat dari aspek undang-undang dan sisi lain lemahnya penegakan hukum.

Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak
adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga multi tafsir, kontradiksi, dan overlappingdengan
peraturan lain.

3. Faktor Ekonomi

Salah satu penyebab korupsi yakni terjadinya korupsi. Hal ini karena pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan.

4. Faktor Organisasi

Organisasi yang menjadi korban korupsi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka
pelungan atau kesempatan untuk terjadinya korupsi. Apabila organisasi tidak membuka peluang
sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi.

Jenis-jenis Korupsi menurut Buku Korupsi, Bukan Budaya tetapi Penyakit oleh Syahroni, Maharso dan
Tomy Sujarwadi:

a. Merugikan Keuangan Negara

Merugikan keuangan negara adalah perbuatan yang dapat merugikan semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang seharusnya
dapat dijadikan milik negara. Korupsi ini sering terjadi dengan ditangkapnya koruptor oleh KPK.
b. Penyuapan

Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumah pemberian kepada seorang
dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga, suara
atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan politik.

c. Penggelapan dan Pemalsuan

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencucian uang, properti atau barang
berharga. Hal itu dilalukan oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang,
properti atau barang berharga tersebut.

d. Pemerasan

Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang menghancurkan
guna membujuk seseorang agar mau bekerja sama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi
pemeras atau korban pemerasan.

e. Nepotisme

Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbangan hubungan
kekeluargaan, bukan karena kemampuannya. Kata nepotisme berasal dari kata latin nepos yang artinya
keponakan atau cucu.

Akibat korupsi seperti dikutip dari buku Sejarah Korupsi di Indonesia yakni melumpuhkan perekonomian
negara. Akibat lain, korupsi dapat mengakibatkan bertambahkan volume uang yang beredar dengan
demikian mempercepat deras inflasi dari mata uang rupiah. Bahkan rupiah dapat memperburuk
hubungan dagang dengan luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai