Anda di halaman 1dari 12

RUU Kejaksaan Harus Jadi Momentum Ciptakan Hukum

Berkeadilan
Mohammad Atik Fajardin
Rabu, 21 Oktober 2020 - 19:01 WIB
views: 851

Guru Besar Hukum Tata Negara IPDN, Juanda menilai Rancangan Undang-undang (RUU)
Kejaksaan harus jadi momentum ciptakan penegakan hukum yang lebih berkeadilan.
Foto/SINDOnews

JAKARTA - Guru Besar Hukum Tata Negara Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN),
Juanda menilai Rancangan Undang-undang (RUU) Kejaksaan harus dijadikan momentum
menciptakan penegakan hukum yang lebih berkeadilan. Kemudian, harus dapat memperkuat
lembaga Kejaksaan Agung (Kejagung).
“Bahasa saya diharapkan, untuk memperkuat Kejaksaan baik secara kelembagaan maupun
secara tugas wewenang dan fungsinya, sehingga bisa lebih efektif, lebih berwibawa, lebih
dirasakan kehadirannya oleh negara dalam rangka penegakan hukum di Indoneisa,” ujar
Juanda kepada wartawan, Rabu (21/10/2020).

Dia berpendapat, RUU itu merupakan sebuah kebutuhan organisasi maupun kebutuhan
kelembagaan dengan perkembangan berbagai dinamika di lapangan yang berkaitan dengan
tugas dan fungsi Kejaksaan sebagai penegak hukum.

“Khususnya dalam kerangka melakukan penuntutan dalam sebuah perkara pidana atau
melakukan penyidikan dalam rangka untuk melakukan tindak pidana khusus misalnya seperti
korupsi, kalau itu dalam kerangka itu saya kira perlu didukung oleh semua pihak,” tuturnya.

Dia mengatakan, menghadapi dinamika berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas pokok
dan fungsi (Tupoksi) Kejaksaan, tidak cukup hanya berhenti merevisi Undang-Undangnya
saja. Melainkan juga perlu memperbaiki kualitas budaya, mental, sikap dari para Jaksa itu
sendiri.
“Oleh karena itu ini yang kita harapkan, dua aspek, aspek Undang-Undangnya diperbaiki,
aspek personilnya, aparatur Kejaksaan juga harus dilakukan pembenahan baik kualitasnya,
maupun intgeritasnya, komitmennya untuk mengacu dan menjalan kan Undang-Undang yang
nanti akan disahkan itu atau diberlakukan itu,” imbuhnya.

Dia menyarankan para petinggi di Kejagung harus benar-benar melakukan berbagai upaya
untuk membenahi internal Kejaksaan atau personilnya jika terdapat kelemahan. “Tentunya
untuk membenahi internal dan tentu memberi contoh-contoh sebagai pimpinan tinggi di
Kejaksaan Agung misalnya, di jajaran Jaksa Agung, di jajaran wakil Jaksa Agung, jajaran
Jaksa Agung muda, misalnya, itu benar-benar memberi contoh bersikap tegas untuk
mereformasi hal-hal yang belum bagus,” ungkapnya
Penerapan UU ITE Sulit Bedakan Penegakan
Hukum dan Pemasungan HAM
Rakhmatulloh
Kamis, 15 Oktober 2020 - 08:19 WIB
views: 2.656

Polisi menggunakan pasal karet dalam UU ITE untuk menjerat para aktivis kritis sehingga
sulit membedakan antara penegakan hukum dan pemasungan HAM. Foto/dok.SINDOnews
A+ A-

JAKARTA - Pakar Hukum Pidana asal Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar
mengatakan, sulit membedakan antara penegakan hukum dan pemasungan
terhadap hak asasi manusia (HAM)terkait hak mengeluarkan pikiran dan pendapat bila
pasal-pasal ujaran kebencian dalam UU ITE digunakan terhadap tokoh politik dan aktivis

"Karena itu sejak lama kritik terhadap pasal-pasal ini (pasal 28 UU ITE) sebagai pasal
karet masih terjadi," kata Fickar kepada SINDOnews, Kamis (15/10/2020), menanggapi
penangkapan tokoh dan aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) belum lama
ini.

Setidaknya delapan aktivis KAMI, tiga di antaranya Jumhur Hidayat, Syahganda


Nainggolan dan Anton Permana telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
Menurut Fickar, UU ITE yang sejatinya sebagai UU yang bersifat administratif, yang
mengatur transaksi beraspek komersial, justru lebih banyak digunakan sebagai aturan
pidana yang bersinggungan dengan hak berdemokrasi.

Padahal, pengaturan pasal ini dalam KUHP sebagai pasal 'hetzei artikelen' yang sudah
dibatalkan Mahkamah Konstitusi (MK) pasal ini bersifat kolonial yang bertentangan
dengan iklim demokrasi berdasarkan UUD45.

Di sisi lain, diksi berita bohong dan diksi antar golongan dari unsur SARA yang tidak
pasti dan dapat ditafsirkan secara subjektif. Itulah ketentuan ini lebih bersifat pasal karet
yang bersifat kolonial.

"Karena itu juga sulit untuk tidak mengatakan bahwa ketentuan ini bisa terjebak menjadi
alat utk memukul lawan politik oleh penguasa siapapun juga," pungkas dia.
(muh)
Bupati Agus Pimpin Rakor Penegakan Hukum
Protokol Kesehatan
SINDOnews
Jum'at, 18 September 2020 - 19:10 WIB
views: 2.854

Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa pimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Penegakan Hukum
Protokol Kesehatan COVID-19, di ruangan rapat Bupati, Jumat (18/9/2020)
PASANGKAYU - Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa pimpin Rapat Koordinasi (Rakor)
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan COVID-19, di ruangan rapat Bupati, Jumat (18/9/2020)

Dalam rakor tersebut diikuti Kapolres Pasangkayu, Leo H. Siagian Kepala Kejaksaan Negeri
Pasangkayu Imam MS Sidabutar, Dandim 1427 Pasangkayu Novyaldi, Wakil Ketua Pengadilan
Negeri Pasangkayu, Komisioner KPU Alamsyah, Komisioner Bawaslu Nurliana, Staf Khusus
Bupati Anas, Kadis Kominfopers Suri Fitriah, dan OPD Terkait lainnya.

Agus mengatakan, dalam rangka Pilkada Desember 2020 di masa pandemi COVID-19 harus
dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Untuk itu diperlukan sinkronisasi
aturan PKPU dan Peraturan Bupati. "Atas dasar itulah dirinya mengadakan Rapat Koordinasi
(Rakor) Penegakan Hukum Protokol Kesehatan pada Tahapan Pilkada Serentak 2020,"kata Agus
kepada SINDONews usai melaksanakan Rakor.

Agus juga menjelaskan, Pemilihan Kepala Daerah tahun ini berbeda dengan pemilihan periode
sebelumnya. Masa pandemi COVID-19 membuat penyelenggara pilkada 2020 dengan berbagai
penyesuaian yang baru. “Protokol kesehatan COVID-19 dijadikan regulasi pada pilkada tahun ini
dan menjadi salah satu kewajiban moral yang harus kita sosialisasikan kepada seluruh masyarakat
di Kabupaten Pasangkayu," jelasnya.

Kita berharap pilkada serentak di Kabupaten Pasangkayu berlangsung sukses, Aman, Damai dan
semua sehat, dan terbebas dari COVID-19. "Dengan rakor terssbut kita harapkan dapat diperoleh
rumusan yang komprehensif dan antisipatif guna mewujudkan pemilihan bupati dan wakil bupati
Pasangkayu yang terbebas dari COVID-19," harap Ketua DPD PDIP Sulbar ini.
(alf)
KAHMI: Penyerangan Syekh Ali Jaber Bukti
Longgarnya Penegakan Hukum
Adam Prawira
Selasa, 15 September 2020 - 10:35 WIB
views: 3.535

Penyerangan terhadap Syekh Ali Jaber saat berceramah di Lampung, Senin (14/9/2020).
Foto/Tangkapan layar Youtube

JAKARTA - Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI)
menyatakan keprihatinan sangat mendalam atas peristiwa tragis yang menenimpa
penceramah Syekh Ali Jabersaat berceramah di Masjid Falahudin, Kota Bandar
Lampung pada Minggu 13 September 2020 sore.

KAHMI menilai tindakan penusuk tersebut sangat zalim dan tidak berprikemanusiaan.
"Merupakan perilaku teror yang nyata terhadap ulama. Kekejian penusuk ditunjukkan
dengan sangat tega melukai seorang ulama yang sedang melaksanakan aktivitas
dakwah Islamiyah," kata Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN
KAHMI) Sigit Pamungkas dalam siaran persnya, Senin 14 September 2020.

MN KAHMI mendesak aparat kepolisian untuk segera mengusut tuntas latar belakang,
motif dan tokoh intelektual di balik peristiwa yang sangat keji dan tidak beradab tersebut.

Menurut Sigit, penyerangan kepada ulama dan para dai yang berulang kali belakangan
ini menunjukkan betapa longgarnya penegakan hukum saat ini sehingga perbuatan
yang sama terus berulang.

"Hal ini tak cukup dengan menjelaskan bahwa pelaku penusukan mengalami gangguan
jiwa. Sementara secara kasat mata pelaku penusukan terhadap Syekh Moh Ali Jaber
secara leluasa tanpa penjagaan melakukan aksinya di depan umum," tuturnya.

Untuk menghindari berbagai spekulasi di tengah masyarakat yang merugikan banyak


pihak, MN KAHMI mendesak agar aparat penegak hukum bekerja secara cepat dan
profesional, agar motif dari peristiwa tersebut segera terungkap

MN KAHMI mendoakan Syekh Ali Jaber dan keluarga senantiasa dalam lindungan-Nya.
"Diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini, serta tetap
Istikamah dalam melaksanakan tugas mulia, dakwah Islamiyah, khususnya kegiatan
pembinaan kepada Hafiz dan Hafizah Alquran," katanya.
(dam)
13 Warga di Wasuponda Terjaring Operasi Yustisi
karena Tak Pakai Masker
Fitra BudinSenin, 14 September 2020 - 16:11 WIB
views: 2.306

13 Warga di Kecamatan Wasuponda terjaring operasi yustisi penerapan disiplin dan


penegakan hukum tentang protokol kesehatan pencegahan COVID-19, Senin (14/09/2020).
Foto : SINDOnews/Fitra Budin

LUWU TIMUR - 13 Warga di Kecamatan Wasuponda terjaring operasi yustisi penerapan disiplin
dan penegakan hukum tentang protokol kesehatan pencegahan COVID-19, Senin (14/09/2020).

Ke-13 warga yang terjaring itu kedapatan tidak menggunakan masker sehingga diberi sanksi
teguran. "Adapun sangsi yang akan diberikan kepada warga yang melanggar akan diberikan
sangsi berupa teguran, lisan, tertulis dan juga sanksi sosial," ungkap Kapolsek Wasuponda, Iptu
Simon Siltu.

Ia mengaku jika Operasi Yustisi tersebut akan terus dilakukan hingga Bulan Oktober 2020.
Adapun sanksi yang akan diberikan bervariasi, yakni mulai teguran lisan, tertulis dan snaksi
sosial, hingga sanksi penghentian sementara operasional usaha dan pencabutan izin usaha bagi
pelaku usaha yang melanggar.

Giat ini sendiri dilaksanakan oleh Polres Luwu Timur dan dibackup oleh Satpol PP Pemkab Luwu Timur.

(sri)
Keterbatasan Anggaran Bakamla Berdampak
pada Kesiapsiagaan Operasi dan Penegakan
Hukum
Kiswondari
Kamis, 10 September 2020 - 17:09 WIB
views: 2.581

Sekretaris Utama (Sestama) Bakamla RI S Irawan dalam RDP Komisi I DPR RI tentang
Pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L) di Kompleks
Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Tangkapan layar
A+ A-

JAKARTA - Badan Keamanan Laut (Bakamla) mengeluhkan bahwa selama tiga tahun yakni
2017-2019 mengalami penurunan anggaran. Penurunan anggaran itu sangat berdampak pada
kesiapsiagaan operasi dan penegakan hukum dalam penjagaan wilayah laut Indonesia.

"Untuk 2021 Bakamla mendapat alokasi Rp515 miliar. Dapat dilihat dari grafik berikut bahwa
Bakamla RI secara konstan mengalami penurunan mulai dari tahun 2017 hingga tahun 2019,"
kata Sekretaris Utama (Sestama) Bakamla RI S Irawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP)
Komisi I DPR RItentang Pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA
K/L) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (10/9/2020).

Kemudian, Irawan melanjutkan, untuk tahun 2020, terdapat sedikit kenaikan pagu anggaran yang
tidak signifikan yakni hanya sekitar Rp455 miliar. Dibanding pagu anggaran Bakamla RI 2020,
pagu anggaran Bakamla RI tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar Rp60 miliar. "Namun
pagu tersebut hanya dapat memenuhi 8,43% dari usulan Bakamla," ujar Irawan.

Menurut Irawan, keterbatasan anggaran Bakamla RI secara langsung berdampak pada


kesiapsiagaan operasi dan penegakan hukum di wilayah laut RI. Selain itu, keterbatasan anggaran
juga membatasi rencana pembangunan kekuatan Bakamla RI periode 2020-2024 yang meliputi
pembangunan Puskodalops Kamla, kapal patroli pantai, pesawat dan sistem persenjataan. "Adapun
skema pendanaan melalui rupiah murni, pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri,"
katanya.

Karena itu, Irawan menambahkan, Bakamla melakukan berbagai upaya dalam mengatasi
keterbatasan anggaran. Pertama, meskipun kekuatan operasi berkurang, Bakamla menyiasati
dengan pelaksanaan operasi kamla di wilayah perairan rawan selektif. Kedua, meningkatkan
sinergitas dalam pelaksanaan operasi kamla bersama stakeholder lainnya. Lalu, meningkatkan
kemampuan intelijen dan information sharing dengan stakeholder terkait. "Dan ini terus kami
laksanakan sampai dengan hari ini."
(zik)

Indonesia dan Singapura Teken Kerja Sama


Penegakan Hukum Perpajakan
Rina Anggraeni
Minggu, 09 Agustus 2020 - 16:00 WIB
views: 5.228

Foto/SINDOnews
JAKARTA - Pemerintah memastikan akan memperkuat kerja sama dengan
Singapura. Menteri Keuangan Sri Mulyanimengatakan, Indonesia dan Singapura telah
membina hubungan diplomatik yang sangat baik selama lebih dari 50 tahun. Hubungan
kerja sama keduanya semakin diperkuat dengan adanya penandatangan kesepahaman
mengenai penegakan hukum perpajakan serta bea dan cukai.

"Dengan kesepahaman ini, saya yakin Indonesia dan Singapura dapat maju bersama-
sama menuju kehidupan ekonomi dan sosial yang jauh lebih baik," kata Sri Mulyani
dalam akun instagram, Jakarta, Minggu (9/8/2020).


Dia pun mengatakan, pada hari spesial ini, dunia masih diselimuti oleh pandemi Covid-
19. Indonesia terkena dampaknya, Singapura pun demikian. Makanya, momen luar
biasa ini membuat kerja sama antara Indonesia dan Singapura menjadi lebih penting
lagi. ⁣

"Mari gunakan momentum ini untuk saling berbagi pengalaman dan perkuat jalinan kerja
sama agar Indonesia dan Singapura dapat mengatasi dampak negatif Covid-19 dengan
lebih baik," katanya.

Di akhir pernyataannya, Sri Mulyani kemudian mengucapkan selamat atas perayaan
kemerdekaan Singapura yang ke-55. ⁣

"Di Hari Nasional Singapura 2020, saya mendoakan Singapura dapat mencapai
pemulihan ekonomi dan sosial dengan kuat dan cepat.⁣ Majulah Singapura. Together a
stronger Singapore," tandasnya.
Maria Pauline Diekstradisi dari Serbia, DPR:
Angin Segar Penegakan Hukum
Rico Afrido Simanjuntak
Kamis, 09 Juli 2020 - 10:50 WIB
views: 465

Maria Pauline Lumowa, tersangka kasus pembobolan Bank Negara Indonesia (BNI) yang
baru saja tertangkap di Serbia (kanan). Foto/Istimewa
A+ A-

JAKARTA - Penuntasan ekstradisi pelaku pembobolan Bank BNI, Maria Pauline Lumowadari
Serbia diapresiasi oleh Ketua Komisi III DPR, Herman Herry.

Herman berpendapat, proses ekstradisi itu tak lepas dari sinergi yang baik antara sesama lembaga
penegak hukum, termasuk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

"Tentu kita harus mengapresiasi pendekatan yang dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM
dan Menteri Yasonna Laoly yang melakukan diplomasi hukum terhadap otoritas Serbia sehingga
ekstradisi ini terwujud, begitu juga kepada pihak kepolisian dan kejaksaan atas upaya terpadu
dalam proses penegakan hukum atas Maria Pauline Lumowa. Proses ekstradisi ini kan tidak
mudah dan bahkan sempat ditolak oleh Belanda," tutur Herman dalam keterangan persnya, Kamis
(9/7/2020).

Dia mengatakan, keberhasilan mengekstradisi Maria Pauline Lumowa ini juga merupakan bukti
komitmen dan kehadiran negara dalam penegakan hukum. "Ini sekaligus memberi pesan bahwa
negara tidak akan berhenti melakukan penindakan terhadap siapa pun yang melakukan tindak
pidana di negeri ini," kata politikus yang akrab disapa HH ini.

Sekadar diketahui, delegasi Indonesia yang dipimpin Menkumham Yasonna Laoly tiba si Tanah
Air pada Kamis (9/7/2020) dari Serbia dengan membawa Maria Pauline Lumowa yang telah
buron 17 tahun

Adapun Maria Pauline Lumowa disebut melarikan diri ke Singapura pada September 2003 atau
sebulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka pembobolan kas BNI.

Maria Pauline Lumowa sebelumnya menggondol uang senilai Rp 1,7 triliun dari BNI dengan
Letter of Credit fiktif. "Kabar ini adalah angin segar bagi penegakan hukum di Indonesia," ucap
Herman, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
"Kini saatnya lembaga penegak hukum untuk menyelesaikan proses peradilan terhadap Maria
Pauline Lumowa dan menuntaskan kasus ini secara menyeluruh," tutur legislator asal Ende, Nusa
Tenggara Timur, tersebut.
(dam)

Kasus Jiwasraya, OJK Dukung Proses Penegakan


Hukum
KORAN SINDO
Jum'at, 26 Juni 2020 - 08:29 WIB
views: 332

Foto/Istimewa
A+ A-

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan selalu mendukung proses penegakan
hukum terkait kasus PT Asuransi Jiwasraya oleh Kejaksaan Agung dengan tetap menjunjung
tinggi azas praduga tidak bersalah.

Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan sejak
dimulainya proses penyelidikan oleh pihak Kejaksaan Agung, OJK telah dan selalu memberikan
dukungan dalam bentuk penyediaan data dan informasi serta asistensi yang diperlukan oleh pihak
Kejaksaan Agung

“Sehubungan dengan pemberitaan adanya penetapan tersangka terhadap pegawai OJK mengenai
proses penegakan hukum terkait Jiwasraya oleh Kejaksaan Agung, OJK mendukung proses
penegakan hukum terkait kasus Jiwasraya oleh Kejaksaan Agung dengan tetap menjunjung tinggi
azas praduga tidak bersalah,” kata Anto dalam keterangan rilisnya di Jakarta, kemarin

OJK selama ini telah bekerjasama dengan Kejaksaan Agung untuk membangun sistem keuangan
yang sehat, stabil dan kredibel dalam rangka melindungi konsumen dan memacu pertumbuhan
ekonomi. Salah satu falsafah penting Otoritas Jasa Keuangan menegakkan pelaksanaan
pengaturan dan pengawasan untuk terselenggaranya sistem jasa keuangan yang menjunjung
tinggi aspek governance. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan kewenangan OJK tetapi juga
berhubungan dengan pelaksanaan operasional di industri perbankan, pasar modal dan industri
keuangan non-bank.

Menurutnya, sejak OJK efektif menerima amanat peraturan perundang-undangan untuk


melakukan pengaturan dan pengawasan pasar modal dan IKNB (sejak 1 Januari 2013) dan
perbankan (sejak 1 Januari 2014), OJK terus menerus melakukan berbagai penguatan dan
perubahan untuk menciptakan praktik-praktik industri jasa keuangan yang sejalan dengan prinsip-
prinsip tata kelola yang baik (good governance). (Hafid Fuad)
(ysw)
Refleksi Akhir Tahun, Demokrasi dan Penegakan
Hukum Masih Jadi Catatan
Rakhmatulloh
Jum'at, 27 Desember 2019 - 09:28 WIB
loading...

Refleksi Akhir Tahun, Demokrasi dan Penegakan Hukum Masih Jadi Catatan

JAKARTA - Direktur Politik Hukum Wain Advisory Indonesia, Sulthan Muhammad Yus
memberikan catatan terkait refleksi akhir tahun 2019 yang segera berakhir. Namun
demikian, pekerjaan rumah bagi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin
yang tersisa masih cukup banyak.

"Beberapa persoalan masuk catatan kami, dua hal di antara yang fundamental adalah
demokrasi dan penegakan hukum," kata Sulthan saat dihubungi SINDOnews, Jumat
(27/12/2019).

Sulthan mengatakan, ruang demokrasi yang ada perlahan mulai terkikis, di mana ada
banyak masalah hukum yang menjerat masyarakat kita. Padahal salah satu faktornya
akibat ketidaktahuan dengan terseret 'pasal karet'.

"Bukankah sebaiknya regulasi itu lahir dari kebutuhan masyarakat? Saya pikir 2020
peraturan yang bertentangan dengan prinsip negara demokratis segera ditinjau kembali.
Itu pesan konstitusi," tutur dia.

Kemudian lanjut dia, di sektor penegakan hukum. Ia menilai, secara kasat mata terlihat
negara tajam ke kanan tumpul ke kiri. Begitu juga sebaliknya, asas equality before the
law dikesampingkan begitu saja.

"Saya pikir pemerintahan dan pemimpin politik punya kewajiban mewujudkan


kenyamanan," ujarnya.

Alumni UIN Jakarta ini menganggap, ketentraman hidup rakyat itu hanya mungkin
dicapai dengan pertumbuhan ekonomi. Dan kestabilan ekonomi hanya mungkin tumbuh
subur dalam iklim demokratis. Menurutnya, langkah awal bisa dimulai dengan reformasi
regulasi.

Dalam hal ini, perlu diapresiasi upaya pemerintah melahirkan undang-undang yang
menjadi omnibus law. Tinggal berikutnya memperkuat peran pencegahan dan
pengawasan.

Untuk itu, kata Sulthan, negara perlu 'banyak mata' di luar mata-mata politisi, di tengah
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik yang relatif rendah. "Hemat
saya, pemerintah komit saja dengan demokrasi dan equality before the law. Dengan
begitu negara kita lebih mudah mencapai tujuan kesejahteraan rakyat," imbuhnya.
(maf)

KLIPING
PEMBERITAAN LEMBAGA
LEMBAGA PENEGAK HUKUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

IRDA

KELAS: XII IPA 4

SMA NEGERI 4 LUWU UTARA


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KLIPING
PEMBERITAAN LEMBAGA
LEMBAGA PENEGAK HUKUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

IRMHA

KELAS: XII IPA 4

SMA NEGERI 4 LUWU UTARA


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai