Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

ANDI SULTAN DAENG RADJA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VI

NAMA : ANDI ALFIRA REZKIYANTI (03)

ANDI NURMALA DJAMALUDDIN (05)

HARI WICAKSANA (13)

MOAMAR RIDFAH (20)

NUR HIDAYAH (26)

RISWANDI SAPUTRA (34)

KELAS : XI MIPA 3

MATA PELAJARAN: BAHASA DAERAH

SMA NEGERI 1 SELAYAR

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3
A. Latar Belakang...................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
A. Biografi Andi Sultan Daeng Radja....................................................... 4
B. Sejarah Perjuangan Andi Sultan Daeng Radja..................................... 5
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 8
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 8

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga
negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di
wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan
negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan
atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan
dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah
perwira militer yang gugur dalam tragedi Gerakan 30 September yang
terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada tanggal 30 September 1965.
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, saat ini sudah
banyak device yang diciptakan untuk mempermudah dalam mengakses
informasi. Sistem informasi tentang sejarah para pahlawan Indonesia saat
ini masih banyak di dominasi buku. Oleh karena itu, akan dibuat suatu
aplikasi pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi
berbasis mobile android yang berkembang pesat saat ini.
Aplikasi ini akan membahas tentang materi sejarah dan biografi
pahlawan revolusi dan pahlawan nasional Indonesia karena saat ini banyak
siswa kurang memahami sejarah dari tokoh–tokoh pahlawan yang telah
bejuang demi bangsa dan negara.Sehingga diharapkan aplikasi ini dapat
menarik minat pengguna untuk mempelajari materi yang ada di dalamnya.
Aplikasi ini dibuat sebagai sarana pembelajaran pahlawan revolusi
dan pahlawan nasional Indonesia. Aplikasi ini berisi materi tentang sejarah
dan biografi tokoh pahlawan yang disajikan dengan tampilan yang
menarik sehingga pengguna tidak mudah bosan dan tertarik dengan materi
yang disajikan dalam bentuk teks dan grafis. Untuk mendukung aplikasi
ini juga disertakan form pencarian (searching) dan kuis yang interaktif
berupa soal pilihan ganda, guna mengetahui sejauh mana kemampuan
pengguna mendalami materi yang didapat dari aplikasi ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul Andi Sultan Daeng Radja?
2. Bagaimana sejarah perjuangan Andi Sultan Daeng Radja?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Usul Andi Sultan Daeng Radja

Haji Andi Sultan Daeng Radja (lahir di Matekko, Gantarang,


Bulukumba, 20 Mei 1894 – meninggal di Rumah Sakit Pelamonia
Makassar, Sulawesi Selatan, 17 Mei 1963 pada umur 68 tahun) adalah
seorang tokoh kemerdekaan Indonesia dan pahlawan nasional dari
Sulawesi Selatan. Ia adalah putra pertama pasangan Passari Petta Tanra
Karaeng Gantarang dan Andi Ninong. Semasa muda, Sultan Daeng Radja
dikenal taat beribadah dan aktif dalam kegiatan Muhamamadiyah. Ia
merupakan pendiri Masjid Tua di Ponre yang pada jamannya terbesar di
Sulawesi Selatan.
Tahun 1902, Sultan Daeng Radja masuk sekolah Volksschool
(Sekolah Rakyat) tiga tahun di Bulukumba. Tamat dari Volksschool, dia
melanjutkan pendidikannya ke Europeesche Lagere School (ELS) di
Bantaeng. Selesai mengenyam pendidikan di ELS, Sultan Daeng Radja
melanjutkan pendidikannya di Opleiding School Voor Inlandsche
Ambtenaren (OSVIA) di Makassar.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di OSVIA pada tahun 1913,
Sultan Daeng Radja yang saat itu, masih berusia 20 tahun diangkat
menjadi juru tulis kantor pemerintahan Onder Afdeeling Makassar.
Bebeberapa bulan kemudian, dia diangkat menjadi calon jaksa dan
diperbantukan di Inl of Justitie Makassar. Tanggal 7 Januari 1915 diangkat
menjadi Eurp Klerk pada Kantor Asisten Residen Bone di Pompanua.
Selanjutnya, dia dipindahkan lagi ke Kantor Controleur Sinjai
sebagai Klerk. Dari Sinjai ditugaskan ke Takalar dan mendapat jabatan
wakil kepala pajak. Selanjutnya ditugaskan ke Enrekang dengan jabatan

4
kepala pajak. Tahun 1918, dia ditugaskan sebagai Inlandsche Besteur
Asistant di Campalagian, Mandar.
Tanggal 2 April 1921, pemerintah mengeluarkan surat keputusan
mengangkat Sultan Daeng Radja menjadi pejabat sementara Distrik Hadat
Gantarang menggantikan Andi Mappamadeng Daeng Malette yang
mengundurkan diri karena tidak bisa bekerjasama lagi dengan pemerintah
kolonial Belanda. Pengunduran diri Andi Mappamadeng tersebut hingga
kini masih menjadi kontroversi, sebab Andi Mappamadeng Daeng Malette
merupakan sepupu satu kali dari Sultan Daeng Radja. Pada waktu itu pula,
Sultan Daeng Radja mendapat kepercayaan menjadi pegawai pada kantor
Pengadilan Negeri (Landraad) Bulukumba.
Kembalinya Andi Sultan Daeng Radja ke Bulukumba, mendorong
Dewan Hadat Gantarang (Adat Duapulua) mengadakan rapat memilih
calon kepala adat. Rapat tersebut kemudian memutuskan Andi Sultan
Daeng Radja menjadi Regen (Kepala Adat) Gantarang. Jabatan ini
diembannya hingga pemerintahan Belanda menyatakan pengakuannya atas
kedaulatan Republik Indonesia.
Tahun 1930, Andi Sultan Daeng Radja mendapat kehormatan
menjadi Jaksa pada Landraad Bulukumba. Setelah proklamasi
Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pemerintah NICA menuduh Andi
Sultan Daeng Radja terlibat dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan RI sehingga ia tidak lagi digunakan sebagai pemerintah.
NICA kemudian menahan dan mengasingkan Sultan Daeng Radja
ke Menado, Sulawesi Utara. Tanggal 8 Januari 1950, setelah Konferensi
Meja Bundar (KMB) dan pengakuan kedaulatan RI oleh Pemeritah
Belanda, Sultan Daeng Radja kemudian dibebaskan oleh Belanda dan
kembali ke Bulukumba. Pada 1 Juli 1950 Andi Sultan Daeng Radja
mundur dari jabatannya sebagai Kepala Adat Gantarang dan digantikan
oleh putranya Andi Sappewali Andi Sultan.
Setelah mundur dari jabatannya selaku Kepala Adat Gantarang,
Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan tertanggal 11 Juni
1951 mengangkatnya menjadi bupati pada kantor Gubernur Sulsel.
Tanggal 4 April 1955, dia ditugaskan sebagai Bupati Daerah Bantaeng dan
diangkat menjadi pegawai negeri tetap.
Tahun 1956, Sultan Daeng Radja diangkat menjadi residen
diperbantukan pada Gubernur Sulsel sesuai keputusan presiden. Setahun
kemudian dia diangkat menjadi Anggota Konstituante. Andi Sultan Daeng
Radja wafat pada 17 Mei 1963 di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dalam
usia 70 tahun. Semasa hidupnya, Andi Sultan Daeng Radja memiliki
empat istri dan 13 anak.

B. Sejarah Perjuangan Andi Sultan Daeng Radja


Andi Sultan Daeng Radja berjuang menentang penjajahan kolonial
Belanda dimulai sejak masih menjadi siswa di Opdeling School Voor
Indlandsche Ambtenar (OSVIA) di Makassar. Ketidak-sukaan Sultan
Daeng Radja terhadap pemerintah kolonial dipicu oleh kesewenangan dan

5
penindasan yang dilakukan pemerintah Belanda terhadap rakyat
Bulukumba.
Semangat untuk membela rakyat dan bangsa Indonesia yang
terpateri dalam jiwa Sultan Daeng Radja, semakin berkobar saat dia aktif
mengikuti perkembangan dan pertumbuhan organisasi kebangsaan yang
muncul di Pulau Jawa. Seperti Budi Utomo dan Serikat Dagang Islam
yang didirikan sebagai wadah perjuangan melawan penjajahan kolonial
Belanda.
Semangat Sultan Daeng Radja untuk membebaskan bangsanya dari
penjajahan, membuat dia secara diam-diam mengikuti kongres pemuda
Indonesia 28 Oktober 1928, yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Sepulang mengikuti kongres ini, tekad Sultan Daeng Radja semakin
berkobar untuk mengusir kolonial Belanda dari Indonesia.
Bersama Dr Ratulangi dan Andi Pangerang Pettarani, Andi Sultan
Daeng Radja diutus sebagai wakil Sulsel mengikuti rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta. PPKI adalah badan yang
bekerja mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945.
Usai mengikuti rapat PPKI, Sultan Daeng Radja, langsung pulang
ke Bulukumba untuk memberi penjelasan kepada rakyatnya mengenai
hasil rapat PPKI dan menyusun rencana dalam rangka menindaklanjuti
persitiwa bersejarah kemerdekaan RI. Kabar kemerdekaan RI yang
disampaikan Sultan Daeng Radja, disambut rasa haru dan gembira oleh
seluruh rakyat Bulukumba.
Akhir bulan Agustus 1945, Sultan Daeng Radja mengusulkan
pembentukan organisasi Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia (PPNI).
Organisasi ini, dipimpin Andi Panamun dan Abdul Karim. PPNI dibentuk
sebagai wadah menghimpun pemuda dalam rangka mengamankan dan
membela Negara Indonesia.
Beberapa hari setelah kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, tentara
sekutu mendarat di Indonesia termasuk di Bulukumba. Kehadiran tentara
sekutu, diboncengi tentara Belanda lengkap dengan pemerintahan sipil
yang disebut Nederlands Indisch Civil Administration (NICA). Kehadiran
NICA sama halnya kehadiran tentara Jepang, ingin menjajah Indonesia.
Sepak terjang Andi Sultan Daeng Radja sebelum kemerdekaan RI
dan sesudah kemerdekaan dalam memperjuangkan kemerdekaan RI,
ternyata membuat khawatir NICA. Apalagi, Sultan Daeng Radja
menyatakan tidak bersedia bekerjasama dengan NICA. Tanggal 2
Desember 1945 NICA menangkap Andi Sultan Daeng Radja di
kediamannya, Kampung Kasuara, Gantarang.
Andi Sultan Daeng Radja kemudian dibawa ke Makassar untuk
ditahan. Pemerintah kolonial berharap, penangkapan Sultan Daeng Radja
akan mematikan perlawanan rakyat Bulukumba. Tetapi yang terjadi malah
sebaliknya. Penangkapan dia semakin membangkitkan perlawanan rakyat
Bulukumba terhadap NICA.

6
Para pejuang Bulukumba, kemudian membentuk organisasi
perlawanan bersenjata yang dinamakan Laskar Pemberontak Bulukumba
Angkatan Rakyat (PBAR) yang dipimpin Andi Syamsuddin. Dalam
organisasi PBAR, Andi Sultan Daeng Radja didudukkan sebagai Bapak
Agung. Meski dipenjara, seluruh kegiatan PBAR dipantau oleh Sultan
Daeng Radja. Melalui keluarga yang menjenguknya, Sultan Daeng Radja
memberi perintah kepada Laskar PBAR.
Setelah lima tahun di penjara di Makassar, pada tanggal 17 Maret
1949, pengadilan kolonial kemudian mengadili dan memvonis Sultan
Daeng Radja dengan hukuman pengasingan ke Menado, Sulawesi Utara
hingga 8 Januari 1950.
Perjuangan Andi Sultan Daeng Radja dalam melawan penjajahan
di Indonesia, akhirnya mendapat penghargaan tinggi dari Pemerintah
Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 085/TK/Tahun 2006
tertanggal 3 November 2006, Presiden SBY menganugerahkan gelar
Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera
Adipradana kepada Andi Sultan Daeng Radja, di Istana Negara pada
tanggal 9 November 2006.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Andi Sultan Daeng Radja merupakan seorang tokoh kemerdekaan
Indonesia dan pahlawan nasional dari Sulawesi Selatan. Ia adalah putra
pertama pasangan Passari Petta Tanra Karaeng Gantarang dan Andi
Ninong. Semasa muda, Sultan Daeng Radja dikenal taat beribadah dan
aktif dalam kegiatan Muhamamadiyah. Ia merupakan pendiri Masjid Tua
di Ponre yang pada jamannya terbesar di Sulawesi Selatan. Saat Andi
Sultan Daeng Radja masih berusia 20 tahun, ia diangkat menjadi juru tulis
kantor pemerintahan Onder Afdeeling Makassar. Bebeberapa bulan
kemudian, dia diangkat menjadi calon jaksa dan diperbantukan di Inl of
Justitie Makassar. Tanggal 7 Januari 1915 diangkat menjadi Eurp Klerk
pada Kantor Asisten Residen Bone di Pompanua. Tahun 1956, Sultan
Daeng Radja diangkat menjadi residen diperbantukan pada Gubernur
Sulsel sesuai keputusan presiden. Setahun kemudian dia diangkat menjadi
Anggota Konstituante.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat
termotivasi untuk melanjutkan perjuangan para pejuang kemerdekaan
Indonesia, khususnya yang dibahas dalam makalah ini adalah Andi Sultan
Daeng Radja. Kita dapat melanjutkan perjuangan beliau dengan cara
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perjuangan-perjuangan yang
telah dilakukan oleh para pejuang kita, menghormati para pahlawan yang
telah memperjuangkan kemerdekaan, menjaga  ketertiban dan keamanan
di Indonesia, dan ikut serta menjaga dan mengharumkan nama Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Andi_Sultan_Daeng_Radja
http://eprints.ums.ac.id/27274/2/4._bab_1_dhani.pdf

Anda mungkin juga menyukai