Anda di halaman 1dari 14

Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan

Dwi.)

ANALISIS FINANSIAL DIVERSIFIKASI USAHA PERKEBUNAN


KAKAO RAKYAT DAN TERNAK KAMBING DI TINGKAT PETANI
FINANCIAL ANALYSIS OF BUSINESS DIVERSIFICATION OF COCOA PLANTATION
AND GOAT IN FARMER’S LEVEL

Supardi Rusdiana1) dan Budi Martono2)


1)
Balai Penelitian Ternak
Jl. Veteran III, PO. BOX 221 Ciawi Bogor 16002
Telp. (0251) 8240752 Faks. (0251) 8240754
rusdiana20@gmail.com
2)
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
JL. Raya Pakuwon km. 2 Parungkuda, Sukabumi 43357
Tlp. (0266) 7070941, Faks. (0266) 6542087

ABSTRAK
Prospek tanaman kakao sangat menjanjikan untuk diusahakan terutama pada lahan yang sesuai dengan tanaman kakao. Jika
teknologi budidaya anjuran dapat diterapkan dengan baik, maka tanaman kakao menghasilkan kualitas yang baik, keuntungan
usahatani terpadu yang mampu meningkatkan pendapatan petani, mengurangi resiko kegagalan panen, memberikan
tambahan lapangan kerja, dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya. Limbah kakao seperti kulit buah dapat
dipergunakan sebagai pakan ternak yang potensial. Kulit buah kakao merupakan produk sampingan yang ditinggalkan di
kebun setelah biji kakao diambil. Padahal, limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia oleh para
petani. Tujuan tulisan ini adalah menganalisis kelayakan finansial diversifikasi usaha perkebunan kakao rakyat dan ternak
kambing di petani. Hasil dari usaha tanaman kakao seluas 1 ha yang diusahakan oleh petani terbukti memberikan
keuntungan bersih sebesar Rp. 12.225.000 dengan R/C rationya sekitar 2,4. Integrasi kakao-kambing dalam suatu sistem
usahatani terpadu sudah banyak dilakukan petani dan memberikan hasil yang menguntungkan. Berdasarkan hasil usaha
ternak kambing yang dipelihara skala 8 ekor, 6 ekor betina muda dan 2 ekor jantan diperoleh keuntungan bersih Rp.
3.278.500,-/tahun, nilai R/C ratio 1,3 sehingga usahatani kakao dan kambing layak dipadukan dan dapat dipertahankan oleh
petani.

Kata kunci : kakao, kambing, diversifikasi, keuntungan, petani

ABSTRACT
Cocoa has a good prospect for business, especially in area that has suitability for cocoa plantation. If famers adopt good
agricultural practices and integrated with livestock, cocoa plantation can produce high quality cocoa beans, increase
farmer’s income, reduce risk, and increase job opportunity and efficiency in using of resources. Cocoa waste such as husk
that was not used by a farmers, can use as livestock feed. It can be used as a feed for ruminant livestock such as goat, cattle,
and others. This paper aimed to analyze financial feasibility for diversification of cocoa plantation integrated with goat in
farmer level. Result showed that cocoa plantation by 1 ha can give benefit for farmers Rp. 12.225.000,- and R/C ratio 2,4.
Based on farmers experiences, goat in the scale 8 (6 females and 2 males), can give a profit by Rp. 3.278.500,- per year, R/C
ratio by 1,3. So, cocoa-goat integrated farming system feasible and profitable for farmers.

Keywords : cocoa, goat, diversification, benefit, farmer

PENDAHULUAN mencari kerja di luar sektor pertanian


(Swastika, et al., 2008).
Di Indonesia petani umumnya Kakao (Theobroma cacao L.)
menguasai lahan yang relatif sempit sehingga merupakan salah satu komoditas perkebunan
pendapatan dari usahatani saja sering tidak yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di
mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga. Indonesia. Tanaman ini termasuk golongan
Selain itu, sifat pertanian yang musiman dan tumbuhan tropis. Karena hasil komoditasnya
terbatasnya pendapatan dari sektor pertanian yang bernilai ekonomi tinggi mendorong minat
menyebabkan rumah tangga di pedesaan para petani di pedesaan untuk
membudidayakannya. Namun, budidaya kakao

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 157


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

tidaklah mudah. Persiapan naungan dan lahan Di samping itu, kakao juga merupakan
merupakan dua hal penting yang perlu komoditas ekspor yang harganya sangat
diperhatikan. Naungan yang dapat digunakan dipengaruhi oleh perkembangan harga di pasar
adalah tanaman pelindung, seperti lamtoro, dunia. Gejolak harga di pasar dunia akan
glirisidae, dan albazia. Prospek bisnis budidaya berpengaruh pada penawaran dan permintaan
tanaman kakao sangat menjanjikan jika di pasar dalam negeri dan ekspor, dan akan
tanam pada tanah yang sesuai, tanaman kakao mempengaruhi prilaku petani dalam berusaha
perlu di tanam di tanah yang kaya unsur hara tani kakao.
dan mikro alami, tanaman kakao juga perlu Kemungkinan jatuhnya harga kakao di
perhatian ekstra dalam perawatan agar bersih petani rakyat disebabkan kurangnya perawatan
dari hama dan penyakit. Jika hal tersebut dan serangan hama penyakit kakao sehingga
diperhatikan maka tanaman kakao akan dapat menurunkan produksi dan kualitas kakao
menghasilkan kualitas yang baik dan hasil juga yang dihasilkan. World Bank (2005), serangan
berlimpah. Usaha perkebunan kakao rakyat hama penggerek buah kakao (PBK) dapat
merupakan usaha yang berperan penting bagi menurunkan hasil produksi hingga 50% dan
perekonomian nasional antara lain sebagai menurunkan kualitas kakao yang dihasilkan.
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan Wardojo (1984) dan Suparno (2000),
petani, sumber bahan industri dan sumber berpendapat bahwa dikhawatirkan jika terjadi
kebutuhan pokok serta devisa negara. serangan Conopomorpha cramerella pada
Disamping itu, perkebunan juga berperan tanaman rambutan akan menjadi sumber
sebagai penyedia lapangan kerja bagi ratusan serangan bagi pertanaman kakao di sekitarnya,
tenaga kerja pedagang sarana produksi dan kekhawatiran ini tidak perlu ada, karena PBK
pedagang hasil perkebunan serta industri yang menyerang tanaman rambutan dan kakao
penghasil perkebunan. berbeda secara ras biologi.
Menurut Balitbang Pertanian Hasil penelitian Untung (2002) dalam
Departemen Pertanian, pada tahun 2002, Hendiarto (2009), menunjukkan bahwa PHT
perkebunan kakao telah menyediakan lapangan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus
kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 kualitas produk disamping peningkatan kualitas
ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar lingkungan, namun di sisi lain pedagang tidak
berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI). membedakan harga produk bermutu baik, kakao
Komoditas ini juga memberikan sumbangan fermentasi dengan tidak terfermentasi, kualitas
devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan hasil fermentasi atau terfermentasi dalam
setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai menentukan harga kakao di petani. Untuk
sebesar US$ 701 juta, meskipun pada tahun mencapai kualitas kakao yang bermutu baik,
2005 menurun sumbangan devisanya menjadi petani harus melalui pembentukan kelompok
sebesar US$ 664,35 juta karena fluktuasi rupiah tani dan bimbingan dari penyuluh sehingga ada
terhadap dolar dan diterapkannya peraturan jaminan. Dengan kondisi tersebut, usahatani
WTO yang memberikan hak kepada negara kakao perlu dikelola secara terpadu.
importir untuk mengklaim mutu kakao yang Keuntungan dari usahatani terpadu antara lain,
diimpor (Anonimous, 2013). Sementara itu mampu meningkatkan pendapatan petani,
pada umumnya petani kecil kakao menghadapi mengurangi resiko kegagalan panen,
berbagai masalah antara lain, skala pemilikan memberikan tambahan lapangan kerja bagi
lahan yang relatif sempit, lokasi usahatani yang keluarga, meningkatkan efisiensi penggunaan
terpencar dan kurang didukung sarana dan sumberdaya, dan dapat menyediakan pangan
prasarana yang baik serta modal, pengetahuan sepanjang tahun. Naik (2000) dan Susilawati et
dan keterampilan yang terbatas, akibatnya al. (2002) berpendapat bahwa semakin banyak
produktivitas kakao kurang optimal dan mutu di anggota keluarga rumah tangga yang bekerja
bawah baku mutu (Hendiarto, 2009). makin besar peluang petani tersebut malakukan
diversifikasi pendapatan.

158 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan Dwi.)

Usaha ternak kambing yang terintegrasi pengadaan limbah dari kulit kakao yang
antara kakao-ternak, dapat meningkatkan dua peluang besar dapat dikembangkan sebagai
arah pendapatan yang berbeda antara hasil pakan ternak kambing alternatif, sehingga dapat
usaha kakao rakyat, petani dan usaha ternak diperoleh diversifikasi usaha yang
kambing petani, sehingga diversifikasi tersebut menguntungkan untuk mengantisipasi harga biji
dapat meningkatkan pendapatan yang optimum kakao kering yang selalu mengalami pasang
bagi petani. Selain itu, kulit kakao yang selama surut karena tergantung kepada harga pasaran
ini hanya sebagai limbah dan dianggap tidak dunia (Saktyanu et al., 2009). Demikian juga
berguna ternyata dapat dimanfaatkan sebagai dengan hasil ternak tergantung dari banyaknya
ternak ruminansia besar dan kecil seperti sapi, impor daging yang mengakibatkan Indonesia
kambing dan domba. Hal tersebut dapat sangat berpatokan dengan impor. Untuk
memberikan nilai tambah bagi petani kakao. mengatasi hal tersebut dimungkinkan usaha
Dengan melihat masalah yang terjadi pada kakao dan ternak kambing dapat ditingkatkan
kawasan perkebunan kakao dan tantangan yang keberadaan luas lahan dan populasi ternak.
dihadapi oleh usaha kakao petani, ternak Produk ikutan dari buah kakao dapat
kambing, justru merupakan peluang besar bagi dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak
petani untuk mengembangkan usaha ternak ruminansia dan diharapkan sebagai terobosan
kambingnya. dan berbagai upaya serta pola integrasi kakao
Pemberdayaan petani dalam melakukan dan ternak dapat dilakukan oleh peternak di
usaha integrasi kakao-ternak dalam suatu sistem sekitar lingkungan perkebunan kakao. Salah
usahatani dari berbagai sumber usaha ternyata satu diantaranya adalah pola integrasi kakao-
belum berkembang sesuai dengan yang kambing dapat dilakukan dengan cara
diharapkan petani. Syahyuti (2004) mengoptimalkan pemanfaatan produk ikutan
berpendapat bahwa kenyataannnya kelompok tanaman kakao maupun ternaknya sendiri.
petani dalam kegiatan pemberdayaan tersebut Diperlukan langkah yang strategis dalam
tidak berkembang sesuai harapan, sehingga kaitannya dengan jumlah luas lahan petani
tidak mampu mendukung pencapaian tujuan kakao dan pemanfaatan limbah kakao sebagai
yang diharapkan. Di negara berkembang pakan ternak serta model pengembangan dan
umumnya petani sangat jarang berada dalam dukungan kebijakan dari pihak swasta maupun
organisasi formal dan jika pun ada kapasitas pemerintah. Dari permasalahan di atas, tujuan
keorganisasian petani sangat lemah (Bourgeois tulisan ini adalah untuk analisis finansial
et al., 2003). Kondisi tersebut banyak terjadi di keragaman usaha perkebunan kakao rakyat dan
negara lain (Grootaet dan Bastelaer, 2001). ternak kambing di petani.
Kondisi tersebut menyebabkan upaya
membangun organisai atau kelompok petani POTENSI PENGEMBANGAN KAKAO
menjadi tidak mudah (Hellin et al., 2007),
karena petani cenderung merasa lebih baik tidak Potensi produk primer kakao
berorganisasi (Stockbridge et al., 2003). Hutagaol (2004), berpendapat bahwa
Sosiologi dan ekologi petani sektor primer termasuk didalamnya subsektor
mempunyai dua pilihan yaitu relasi yang perkebunan sedang berjuang untuk mengatasi
bersifat individual dan relasi dalam bentuk aksi masalah besar yaitu proses pemiskinan.
kolektif maupun non formal (Samingan, 1996). Pengertian dari barang strategis bagi komoditas
Pilihan petani tersebut harus seimbang dengan primer hasil perkebunan dapat diketahui
kemampuan petani pada saat melakukan bersifat ambigous dalam arti kriteria yang
usahanya sehingga petani dapat menerima digunakan dan bermakna ganda bisa jadi tidak
teknologi, untuk mengimbangi kemampuan konsisten. Sukardji (2001), berpendapat bahwa
petani dan sekaligus menerima tingkat dari pengertian komoditas primer perluasan
teknologi. Untuk itu, perlu dicarikan suatu strategis adalah sebagai komoditas yang dipetik
metoda yang mampu untuk mengurangi biaya dari sumbernya langsung dan diserahkan oleh

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 159


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

petani atau keluarga petani tetapi tidak sesuai perbandingan antara kebutuhan investasi dan
dengan kualitas yang dipersyaratkan sehingga pertumbuhan output sangat tinggi, Daryanto
biji kakao tetap merupakan komoditas primer (2010), berpendapat bahwa penyebab potensial
hasil perkebunan. Perkebunan kakao dan ternak infisensi teknis adalah informasi tidak
merupakan suatu daya tarik tersendiri akan sempurna, kapasitas lahan atau teknis yang
kebutuhan konplementer pada konsumen luar rendah serta motivasi yang tidak memadai
dan dalam negeri. Tujuannya adalah yang akibatnya investasi yang ditanamkan tidak
mendapatkan suatu keuntungan yang layak dan sebanding dengan hasil yang dicapai. Saptana
dapat meningkatkan devisa negara melalui (2012), berpendapat bahwa dalam teori
usaha ekspor dan impor dari hasil produksi ekonomi mikro yang standar dari konsep fungsi
kakao dan ternak Indonesia. Produk primer produksi membentuk dasar untuk diskripsi
kakao dan ternak juga sangat penting hubungan input-output bagi petani.
peranannya untuk pengembangan dan daya Sementara itu sumber pertumbuhan
saing industri. produktivitas beberapa komoditas hasil
Esensi dari daya saing suatu industri pertanian dan perkebunan yang masih ada ruang
perusahaan atau komoditas adalah efisiensi dan cukup luas baik di Jawa maupun Luar Pulau
produktivitas hasil produk yang dapat diolah Jawa untuk perkembangan pertanaman kakao,
untuk menghasilkan produk utama yang karet, dan kopi yang dapat diintegrasikan
diinginkan. Daryanto (2010), menyatakan dengan peternakan. Limbah perkebunan kakao
bahwa sumber pertumbuhan produksi pertanian dapat dimanfaatkan limbahnya sebagai pakan
berasal dari pengembangan luas areal tanaman ternak ruminansia, dengan sendirinya dapat
dan peningkatan produktivitasnya. menghasilkan output yang dapat dipergunakan
Pertumbuhan produksi hasil pertanian melalui oleh konsumen (Kuswandi & Inounu, 2009).
perluasan areal semakin terbatas untuk Pulau Indonesia merupakan negara produsen kakao
Jawa, namun masih terbuka secara luas untuk (Theobroma cacao) terbesar ketiga di dunia,
luar Pulau Jawa. Colli et al. (1998) dalam dengan kontribusi sekitar 13,6%, dunia masih
Daryanto (2010), sumber pertumbuhan menghadapi masalah klasik terbatasnya
produktivitas antara lain adalah perubahan ketersediaan pakan konvensional seiring
teknologi (tehnical change, TC), efisiensi teknis pengembangan ternak ruminansia sehingga
(tehnical efficiency) dan skala usaha (economic perlu menekankan pemanfaatan hasil ikutan
of scale). Hampir pada semua komoditas tanaman pertanian untuk pakan ternak,
pertanian sumber pertumbuhan produktivitas diantaranya yang berasal dari perkebunan kakao
dari ketiga aspek tersebut masih terbuka secara yang perkembangannya cukup menggembira-
luas dan realisasinya melalui revitalisasi kan (Kuswandi & Inounu, 2009).
pertanian. Melihat pesatnya perkembangan areal
tanaman dan produksi kakao, maka pemerintah
Peluang pengembangan integrasi kakao- mengharapkan Indonesia menjadi produsen
ternak kakao utama dalam perkakaoan dunia, dan
Iklim investasi yang dapat apabila sistem produksi kakao diperbaiki, maka
mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan akan meningkatnya produksi kakao secara
dengan investasi perkebunan kakao dapat nasional. Pada kenyataannya pemanfaatan
dibentuk kesempatan dan intensif bagi pemilik cangkang kakao masih langka bahkan biasanya
modal untuk melakukan usaha investasi ditinggalkan di sekitar kebun kakao yang dapat
perkebunan kakao yang secara produktif dan menimbulkan penyakit pada tanaman kakao.
berkembang untuk mendapatkan hasil produksi Pemeliharaan ternak dengan integrasi tanaman
kakao yang optimal. Daryanto (2010) kakao dapat dilakukan secara intensif maupun
menyatakan bahwa investasi di Indonesia semi intensif, tergantung pada kondisi
selama ini dinilai tidak efisien karena tingkat lingkungan setempat. Bamualim et al. (1994)
inceremental capital output ratio (ICOR) atau dan Bamualim (2010), menyatakan bahwa,

160 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan Dwi.)

untuk mengimbangi permintaan dan kebutuhan dengan eskpansi PT. Nestle Indonesia yang
pakan diperlukan delineasi dan pemetaan telah berani berbuat bagi perkakaoan nasional.
sumberdaya pakan dan daya dukung lahan yang Cakrawala perkakaoan nasional ini makin
didasarkan kalkulasi antara sumber pakan dan terbuka sejalan dengan makin berkembangnya
daya dukung lahan serta penyebaraan ternak di industri kakao dalam negeri, dengan semakin
setiap komunitas peternak. berkembang dan meningkatnya para pelaku
usaha perkakaoan nasional maka obsesi
Kebijakan pemerintah untuk pengembangan Indonesia sebagai produsen kakao nomor satu
kakao dunia dapat terwujud dalam waktu relatif
Anonimous (2013) menyebutkan singkat. Model pemberdayaan petani dan
bahwa kemitraan usaha kakao selama ini kelembagaan melalui sistem kebersamaan
berjalan dengan koperasi-koperasi petani kakao ekonomi (SKE) rapat koordinasi nasional
yang tersebar di Wilayah Sumatera, Jawa, Bali gerakan peningkatan nasional produksi dan
dan Sulawesi. Prospek pengembangan kakao mutu kakao tahun 2011 percepatan alih
saat ini masih terbuka lebar antara lain teknologi untuk mendukung agribisnis kopi
meningkatnya permintaan kakao dunia dengan berkelanjutan
terbukanya pasar baru di China, Rusia, India,
Jepang dan Timur Tengah. Pengembangan Peluang peningkatan produksi kakao
industri kakao menjadi produk jadi dan produk Perkakaoan Indonesia masih
setengah jadi serta pengembangan pasar dalam dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara
negeri juga menunjukkan peningkatan yang lain mutu produk yang masih rendah dan masih
signifikan seiring dengan ditetapkannya BK belum optimalnya pengembangan produk hilir
(biaya keluar) atas ekspor biji kakao, kakao. Kondisi ini merupakan suatu peluang
tersedianya lahan potensial untuk yang baik untuk segera dimanfaatkan, upaya
pengembangan kakao dan minat petani yang peningkatan produksi kakao mempunyai arti
tinggi untuk menanam kakao. Hal tersebut yang strategis karena pasar ekspor biji kakao
dapat sebagai kekuatan untuk mendorong Indonesia masih sangat terbuka dan pasar
pengembangan kakao Indonesia lebih maju lagi. domestik masih belum tergarap. Berdasarkan
Kebijakan pemerintah untuk kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil
mendukung pengembangan kakao berkelanjut- dan cukup tinggi tersebut maka perluasan areal
an telah diamanatkan dalam Undang-Undang perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan
Dasar 1945 pasal 33 dan Undang-Undang terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat
nomor 18 tentang perkebunan. Ditjen dukungan agar kebun yang berhasil dibangun
Perkebunan segera menyusun Kakao dapat memberikan produktivitas yang tinggi.
Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Perkebunan kakao Indonesia mengalami
Sustainable Cocoa/ISC) yang akan menjadi perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an.
panduan dalam pengembangan kakao areal perkebunan kakao Indonesia tercatat
berkelanjutan di Indonesia. Tujuan Indonesian seluas 1.167.046 ha dimana sebagian besar
Sustainable Cocoa adalah untuk meningkatkan (92,6%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya
kepedulian terhadap pentingnya memproduksi 3,3% perkebunan besar negara serta 4,1 %
kakao berkelanjutan, meningkatkan kompetisi perkebunan besar swasta, jenis tanaman kakao
kakao Indonesia di pasar dunia dan mendukung yang diusahakan sebagian besar adalah jenis
komitmen Indonesia, total investasi untuk The kakao lindak dengan sentra produksi utama
Cocoa Plan di Indonesia sampai dengan tahun adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
2015 bernilai US$ 4 juta (Anonimous, 2013). dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga
Komitmen pemerintah tersebut telah diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan
membuka pandangan para pemangku besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
kepentingan bahwa kakao Indonesia cukup Keberhasilan perluasan areal tersebut telah
diminati dunia usaha, hal ini telah dibuktikan memberikan hasil nyata bagi peningkatan

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 161


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

pangsa pasar kakao Indonesia di kancah kambing. Komposisi pakan yang terbuat dari
perkakaoan dunia dan Indonesia berhasil limbah kakao termasuk kriteria yang dapat
menempatkan diri sebagai produsen kakao dinilai dari beberapa aspek, baik aspek kualitas,
terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading ekonomis, kuantitas, kontinuitas dari bahan-
pada tahun 2002, walaupun kembali tergeser ke bahan penyusun komposisi pakan yang terbuat
posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003, dari limbah kakao dapat bermanfaat untuk
tergesernya posisi Indonesia tersebut salah kebutuhan ternak.
satunya disebabkan oleh makin mengganasnya Didasarkan pada pertimbangan daya
serangan hama pengerek buah kakao (PBK). dukung wilayah (pakan), ketersediaan tenaga
kerja, sarana dan prasarana maka pendekatan
dalam upaya pengembangan ternak kambing di
LIMBAH KAKAO SEBAGAI kawasan perkebunan kakao dapat
ALTERNATIF PAKAN TERNAK dikelompokkan dalam tiga langkah yang
KAMBING strategis yaitu perbanyakan pemeliharaan ternak
kambing untuk bibit, bakalan atau untuk
Potensi limbah kakao sebagai pakan pembudidayaan, pembesaran jantan atau betina,
alternatif dan penggemukan. Mathius (2009), menyatakan
Perkebunan kakao memberikan peluang bahwa agar biaya produksi dapat ditekan baik
yang sangat memungkinkan dalam penyediaan dari biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan
pakan alternatif sebagai sumber pakan. Limbah tenaga kerja maupun untuk pembelian pakan,
kakao dan hijauan yang terdapat di lahan khususnya pakan hijauan. Dengan demikian,
perkebunan kakao dapat dipergunakan untuk pola pemeliharaan sebaiknya dilakukan secara
pengembangan usaha ternak kambing. Pada saat intensif. Pola pemeliharaan dimaksud adalah
tanaman kakao belum menghasilkan, hijauan menggabungkan pola dikandangkan pada
tumbuh disembarang tempat yang dapat malam hari dan digembalakan secara terbatas
dimanfaatkan untuk pakan ternak dan tanaman (dibawah pengawasan/diikat) pada siang hari.
kakao yang sudah menghasilkan dapat
diperoleh dari limbah kulit dan hasil pangkasan Tabel 1. Kandungan zat gizi kulit buah kakao
kakao, sehingga usaha ternak kambing yang Komponen 1 2 3
Bahan kering 84,00 - 90,00 91,33 90,40
dijalankan oleh petani ternak menjadi lancar.
Protein kasar 6,00 - 10,00 6,00 6,00
Saat ini limbah kulit buah kakao sudah banyak
Lemak 0,50 - 1,50 0,90 0,90
digunakan untuk pakan ternak. Kulit buah Serat kasar 19,00 – 28,00 40,33 31,50
kakao merupakan limbah perkebunan tanaman Abu 10,00 – 13,80 14,80 16,40
kakao, limbah ini di peroleh dari hasil Betn 50,00 – 55,60 34,26 -
pemisahan biji kakao. Kalsium - - 0,67
Anonimous (2013) menyebutkan Pospor - - 0,10
bahwa limbah kulit buah kakao (KBK) Keterangan : Roesmanto (1991) dalam Zohdin (2012)
merupakan pakan yang potensial karena
tersedia sepanjang tahun, mudah diperoleh dan Pengolahan limbah kulit kakao sebagai
mengandung nutrisi tinggi. Buah kakao pakan ternak kambing
(pod) terdiri atas 70-80% kulit dan plasenta Integrasi dan bentuk model pembuatan
yang merupakan limbah, selebihnya adalah biji. pakan ternak kambing yang terbuat dari kulit
Dalam 1 hektar areal pertanaman kakao kakao yang dapat diolah dengan cara fermentasi
produktif dapat menghasilkan limbah kulit buah kulit kakao terlebih dahulu maupun tanpa
segar sebanyak 5 ton/ha/tahun, atau setara perlakukan fermentasi. Fermentor yang dapat
dengan 812 kg tepung limbah kulit buah dengan digunakan untuk proses fermentasi dapat
kandungan protein kasar sebesar 6-9% (Tabel menggunakan Aspergillus niger. Caranya
1). Limbah tersebut sangat baik dimanfaatkan adalah kulit kakao dipotong dan dicincang
sebagai pakan ternak ruminansia seperti terlebih dahulu, kemudian dibasahi

162 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan Dwi.)

dengan Aspergillus niger dan selanjutnya ANALISIS PENDAPATAN USAHA


ditutup dengan karung goni maupun TERNAK KAKAO DAN KAMBING
menggunakan plastik, setelah kulit kakao Analisis usahatani tanaman kakao rakyat
terfermentasi kemudian dikeringkan selama 2-3 Dalam proses tingkat keuntungan
hari untuk kemudian digiling menjadi tepung maksimum yang dicapai petani berkaitan erat
sebagai bahan pakan penguat ternak kambing dengan efisiensi produksi yang dihasilkan oleh
(Zohdin, 2012). petani. Ellis (2003) dan Sumaryono et al.
Pengolahan kulit kakao tanpa (2003) menyatakan bahwa efisiensi secara
fermentasi dilakukan dengan cara memotong teknis menjadi tidak efisien karena ketidak
dan mencincang kulit kakao terlebih dahulu, berhasilan mewujudkan produktivitas
kemudian dijemur dibawah sinar matahari maksimal, artinya per unit paket masukan
sampai kering, setelah benar-benar kering kulit (input bundel) tidak dapat menghasilkan
buah kakao ini ditumbuk dan diayak, produksi maksimal, secara alokatif tidak efisien
pemberiannya dapat dicampur dengan bahan karena pada tingkat harga masukan dan
pakan lain seperti bekatul maupun jagung giling keluaran tertentu, proporsi penggunaan
atau dengan dedak padi sesuai kebutuhan masukan tidak optimum disebabkan karena
ternak. produk penerimaan marginal (marginal revenue
product) tidak sama dengan biaya marginal.
Diantara hasil tersebut pada proses usaha
tanaman kakao rakyat pendapatan bersih
merupakan suatu tolak ukur untuk melihat
profitabilitas pendapatan selama setahun.
Tabel 2. Analisis usaha kakao rakyat 1 ha di pedesaan
Uraian Volume Harga Jumlah
A. Biaya produksi
-Bibit kakao 1010 buah 2500 2.525.000
-Pupuk urea 550 kg 1.500 825.000
-Pupuk SP 250 kg 2.000 500.000
-Pupuk KCL 200kg 2.800 560.000
-Pupuk ZA 200 kg 1.500 300.000
-Herbisida/gramexon 5 liter 55.000 275.000
-Pestisida/ decis 25 EC 500ml 500 250.000
-Pajak lahan 1 tahun - 90.000
B.Biaya tenaga kerja produksi
-pembersihan lahan 25 hok 40.000 1.000.000
-pembuatan lubang 20 hok 40.000 800.000
-angkutan bibit 3 hok 40.000 120.000
-penanaman 20 hok 40.000 800.000
-pemupukan 2 hok 40.000 80.000
-pemberantasan penyakit/hama 5 hok 40.000 200.000
-pemangkasan 10 hok 40.000 400.000
Panen dan pasca panen
-pemetikan buah 5 hok 40.000 200.000
-pembelahan buah 2 hok 40.000 80.000
-pengeringan 4 hok 40.000 160.000
-pengepakan 2 hok 40.000 80.000
Total biaya produksi A+B 9.105.000
C.Pendapatan
Hasil produksi 1030 21.000 21.630.000
Keuntungan 21.630.000
Keuntungan bersih 12.225.000
R/C 2,5
Sumber : Aziz (2012)
Keterangan : harga/kg Rp. 21.000 dan berat bersih 995 kg/ha

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 163


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

Pendapatan bersih usaha tani baik buah sebanyak 72% dan sisanya adalah biji
kakao maupun ternak kambing diperoleh hasil beserta kulit biji (shell) sebanyak 27%.
pengurangan dari seluruh biaya secara riil yang Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan
dikeluarkan oleh petani selama proses bahwa hasil ikutan kakao mempunyai porsi
perawatan atau pemuliaan tanaman dan ternak. tersendiri yang dapat dimanfaatkan sebagai
Beberapa faktor biaya variabel dan biaya pakan.
produksi yang dapat dihitung berdasarkan Kulit kakao merupakan limbah pada
usaha yang dilakukan dan biasanya untuk perkebunan rakyat yang selalu berlimpah dan
tenaga kerja keluarga sendiri, modal sendiri dan belum dikelola secara baik, sebagian petani
tanah milik sendiri petani jarang memanfaatkannya sebagai pakan ternak,
menghitungnya. Adapun pendapatan produksi sehingga kekurangan pakan hijauan pada
tanaman kakao dalam analisis finansial dari musim kemarau petani tidak kesulitan dalam
usaha tanaman perkebunan kakao rakyat seluas mencari pakan ternak. Ketersediaan limbah
1 ha memberikan keuntungan bersih selama kakao petani ternak tidak merasa dibebani
satu tahun sebesar Rp.12.255.000 dengan nilai dengan mencari pakan ternak dan sudah cukup
R/C sebesar 2,5 (Tabel 2). Hal tersebut tersedia (Zohdin, 2012). Semakin meningkatnya
mengindikasikan usaha kakao petani atau usaha pengembangan ternak di pedesaan perlu
rakyat layak untuk diusahakan karena telah dicanangkan pemanfaatannya limbah kakao
terbukti petani setiap mengeluarkan modal sebagai pakan ternak secara luas ditingkat
usahanya sebesar Rp.1 akan mendapatkan petani, hal tersebut selain sebagai upaya
keuntungan sebesar Rp 2,5. antisipasi saat kekurangan sediaan pakan dan
juga dapat meningkatkan bobot ternak (sapi
Bali 358 g/ekor/hari), menghemat tenaga kerja
PELUANG USAHA TERNAK dalam penyediaan pakan hijauan sebesar 50%
KAMBING BERBASIS INTEGRASI serta meningkatkan hasil dan bobot telur ayam.
KAKAO Limbah kakao bisa dimanfaatkan secara
maksimal, dan bisa dijadikan sebagai sumber
Limbah kakao sebagai perbaikan mutu pupuk organik yang dapat mengurangi
pakan kambing penggunaan pupuk anorganik. Isbandi (2003),
Perkebunan kakao dapat pula berpendapat bahwa pakan menjadi solusi
diintegrasikan dengan ternak ruminansia untuk pertanian berkelanjutan yang lebih mengacu
menghasilkan output secara bersamaan. Limbah pada pertanian peternakan zero waste selain
kakao dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak untuk mengatasi masalah pakan dan mengatasi
dan juga untuk mengatasi kendala penumpukan penurunan kualitas ternak kambing juga
limbah kakao yang dapat menimbulkan merupakan masalah utama. Berkaitan dengan
penyakit. Di daerah Sulawesi Tenggara hal tersebut karena jumlah dan kurangnya areal
penggunaan limbah kulit kakao sebagai pakan penanaman komoditi tanaman pangan sehingga
ternak sudah diteliti untuk pakan ternak sapi ketersediaan limbah menjadi berkurang.
Bali (Agussalim et al., 2006). Dengan sistem
produksi perkebunan kakao yang diperbaiki Perkembangan ternak kambing di Indonesia
akan diperoleh bermacam-macam sumber Kambing berasal dari daerah Asia Barat
pakan dari buah kakao yang dapat diperoleh dan Persia, dan mulai dibudidayakan sejak
dari hasil ikutan berupa kulit buah (cangkang) tahun 7000-8000 SM. Dalam perkembangan-
dan lumpur kakao (pulp) hasil fermentasi. nya kambing hasil domestikasi menyebar ke
Munir (2009), melaporkan bahwa dari buah berbagai pelosok dan beradaptasi menghasilkan
kakao yang dihasilkan dari kebun, hasil kulit nilai fungsional berbeda beda yaitu sebagai
(cangkang) sekitar 68,5%, plasenta 2,5% dan kambing pedaging, penghasil susu, diambil
biji 29%. Guntoro et al. (2006) dalam bulunya maupun kambing penghasil susu
Kuswandi et al. (2009) menyebutkan hasil kulit sekaligus daging. Hasil adaptasi muncul

164 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan Dwi.)

berbagai spesies dan karakter spesifik di menjadi suatu usaha yang patut mendapat
berbagai daerah, hasilnya kambing Etawa dari perhatian, baik dari pemerintah pusat maupun
Jamnapari India, kambing Apin dari daerah dan lembaga penyandang dana
pegunungan Alpen di Swiss, kambing Saanen (Winarso, 2010). Tingginya permintaan ternak
dari Swiss, kambing Anglo Nubian dari Nubian kambing tidak serta merta membuat usaha
timur laut Afrika, kambing Beetel dari ternak kambing mengalami peningkatan yang
Rawalpindi dan Lahore, Pakistan serta di signifikan. Selama ini usaha kambing dijadikan
Punjab, India. Namun demikian dari banyaknya sebagai usaha sampingan oleh para petani di
jenis kambing yang ada di dunia kambing pedesaan dengan jumlah populasi masih berada
Etawa dari India adalah yang paling terkenal. pada kisaran 4-5 ekor/kk tani (Dermawan,
Hal ini disebabkan karena kambing Etawa 2010). Belum adanya sentuhan teknologi baik
merupakan kambing unggul dwiguna yang berupa perbaikan mutu ternak maupun pakan
sangat potensial sebagai penghasil daging dan dan semakin sempitnya lahan untuk
susu (Zainal, 2013). pengembangan ternak ditambah lagi minimnya
Setiap tahun Arab Saudi memesan sumber daya petani serta kurangnya modal
kambing sedikitnya 2,5 juta ekor dari luar menyebabkan usaha peternakan kambing tidak
negaranya dan kambing Indonesia belum masuk begitu pesat dalam pengembangan populasi
ke pasarnya. Pasar Malaysia menunjukkan kambing.
besarnya serapan kambing Indonesia. Pada Diharapkan dengan adanya adopsi
tahun 2004, Malaysia mengimpor kambing dari teknologi dapat meningkatkan populasi
Indonesia sekitar 400 ekor, 2005 sebanyak kambing sehingga akan berbanding lurus
1.225 ekor, 2006 sebesar 6.220 ekor dan 2007 dengan peningkatan kebutuhan konsumen
sebanyak 31.535 ekor dan bertambah dari tahun daging kambing. Keinginan petani untuk
ke tahun (Ditjennak, 2009). Peluang pasar mengembangkan usaha ternak kambing masih
ekspor kambing sebenarnya tidaklah semata sangat terkendala pada persoalan klasik pakan
Arab Saudi dan Malaysia, Brunei Darusalam yang hampir tidak bisa diselesaikan secara
pun terbuka. tuntas oleh petani itu sendiri. Hal ini hanya
Selama ini, sebagian besar permintaan akan bisa dicarikan jalan keluarnya jika petani
kambing Arab Saudi untuk memenuhi dan semua stakeholder yang terkait berusaha
kebutuhan hewan qurban saat musim haji, menganalisa akar persoalan dan mencari solusi
Australia serta China adalah negara-negara yang sifatnya solutif. Salah satu teknologi yang
yang sejauh ini mampu mengisi dan dipandang bisa mengatasi persoalan pakan
memanfaatkan kuota tersebut. Paling tidak adalah dengan integrasi. Integrasi adalah
China mampu memasok 750 ribu ekor kambing penggabungan dua jenis usaha komoditi dalam
ke negeri padang pasir itu dan Indonesia belum suatu area tertentu dan merupakan suatu ikatan
bisa menjamin kontinyuitas dan kualitas. Bobot yang dapat menghasilkan out put secara
badan kambing asal Indonesia umumnya masih bersama.
di bawah standar (minimal 40 kg berat hidup) Usaha ternak kambing secara intensif
sehingga kambing Indonesia tidak memasuki dan semi intensif sangat berkaitan erat dengan
pasar itu (Dinas Peternakan dan Kesehatan inovasi teknologi yang dapat digunakan sebagai
Hewan Jawa Tengah, 2012). bahan acuan dalam usaha ternak di pedesaan.
Hambatan utama petani ternak dalam
Analisis usaha ternak kambing di petani peningkatan populasi ternaknya sangat sedikit
Usaha peternakan kambing merupakan karena dianggap terbatasnya pakan sebagai
suatu usaha yang menjanjikan keuntungan yang pakan ternak, mengingat sempitnya lahan
berlipat ganda untuk kesejahteraan petani. penggembalaan, maka usaha pemanfaatan sisa
Pertambahan jumlah penduduk dan tingkat limbah hasil pertanian dan hasil perkebunan
kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber kakao untuk pakan ternak sangat diperlukan
pangan hewani, membuat usaha kambing sekali oleh peternak kambing. Perpaduan bahan

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 165


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

pakan hijauan dan limbah kakao di pedesaan Dengan melihat masalah yang terjadi pada
belum banyak digunakan sebagai pakan ternak, kawasan perkebunan kakao dan tantangan yang
karena tidak semua wilayah di pedesaan di dihadapi oleh usaha ternak kambing, justru
Indonesia terdapat perkebunan kakao. merupakan peluang besar bagi peternak kecil
Limbah kakao memiliki peran yang dan peternak besar untuk mengembangkan
cukup penting dan berpotensi untuk penyediaan usaha ternak kambingnya (Baharrudin, 2007).
pakan bagi ternak ruminansia baik sapi Pola integrasi kakao dalam suatu sistem
kambing dan domba. Lambatnya pertumbuhan usahatani dari berbagai sumber usaha ternyata
ternak kambing pada usaha peternakan rakyat pengembangan kambing masih belum
sebagian besar diduga akibat kendala berkembang sesuai dengan yang diharapkan
ketersediaan hijauan pakan secara kualitas petani. Estimasi perhitungan analisis ekonomi
maupun kuantitas masih belum banyak sederhana yang dilakukan di peternak dan
diproduksi, mengakibatkan ternak lambat dalam berdasarkan hasil ekonomi pada usaha ternak
pertumbuhannya. Petani hanya sebatas kambing yang dipelihara sengan skala 8 ekor, 6
mengandalkan limbah dari hasil tanaman ekor betina muda dan 2 ekor jantan muda
pangan dan ternak digembalakan mencari dengan rata-rata umur pada saat dipelihara
rumput sendiri, sehingga kondisi tubuh ternak sekitar + 7 bulan. Dari hasil perhitungan
tidak terkontrol, pertumbuhannya sangat ekonomi diperoleh keuntungan bersih
lambat. Penggunaan kulit kakao yang selama Rp.3.278.500,- /tahun, dengan nilai R/C ratio
ini hanya sebagai limbah tentu akan dapat 1,3 hasil yang diperoleh cukup menguntungkan
memberikan nilai tambah bagi petani kakao. petani (Tabel 3).

Tabel 3. Estimasi input-output usaha ternak kambing (rupiah/tahun)


Volume/
No Uraian
(Rp)
A Biaya variabel
Pembuatan kandang 1 unit @ Rp.2.500.000 2.500.000
B Biaya produksi
- Bibit 2 ekor jantan muda umur rata-rata 7 bulan = 2 x Rp.850.000 1.700.000
- Bibit 6 ekor betina muda umur rata-rata 7 bulan = 5 x Rp.675.000 3.375.000
- Penyusutan kandang/tahun 500.000,-
- Tenaga kerja keluarga/tahun @Rp.15.000/orang/hari x 360 hari 5.400.000
Total biaya A+B 10.975.000
C Pendapatan:
- Penjualan anak 2 ekor anak/induk/tahun 12 ekor (dijual pada
umur rata-rata 9-12 bulan, terdiri dari
- 5 betina dewasa x harga rata-rata Rp.886.500,- 4.432.500,-
- 3 jantan dewasa x harga-rata-rata Rp.1.520.000,- 4.560.000,-
- Penjualan induk : 2 ekor induk x Rp.765.000,- 1.530.000,-
2 ekor jantan x Rp.1.865.500,- 3.731.000,-
Total pendapatan 14.253.500
C. - Keuntungan bersih/tahun 3.278.500
D - R/C 1,3
Keterangan: kambing yang tidak terjual masih dipelihara untuk investasi tahun berikutnya.

Estimasi dari usaha pemeliharaan Masalah klasik terbatasnya ketersediaan pakan


ternak kambing yang dipadukan dengan kakao konvensional seiring pengembangan ternak
kambing menunjukkan hasil yang optimal ruminansia menjadikan perlunya penekanan
untuk usaha petani di pedesaan dan disesuaikan pemanfaatan hasil ikutan tanaman pertanian
dengan kemampuan daya dukung kulit kakao untuk pakan ternak diantarnya berasal dari
dan kapasitas skala usaha 6 ekor betina muda perkebunan kakao yang perkembangannya
dan 2 ekor jantan muda, modal bibit ternak menggembirakan. Sebaiknya pengembangan
sebagai modal tetap (harga jual di petani). usaha ternak ruminansia dapat mendasarkan

166 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan Dwi.)

melalui pemanfaatan limbah kakao sebagai Anonimous. 2013. Pemanfaatan limbah


pakan ternak. kulit kakao menjadi pakan ternak
kambing Sulbar Litbang.
http://deptan.go.id/index.php?...kakao.
KESIMPULAN ..ternak-kambing. [3 Jul 2013].

Keuntungan dari usahatani terpadu Azis. 2012. Analisis usaha kakao. Blogspot.
antara lain, mampu meningkatkan pendapatan com/2012/05/analisis-usaha-tani-
petani, mengurangi resiko kegagalan panen, kakao.html.[28 Mei 2012]
memberikan tambahan lapangan kerja bagi
keluarga, meningkatkan efisiensi penggunaan Baharrudin, W. 2007. Mengelola kulit buah
kakao menjadi pakan ternak. http://
sumberdaya, dan dapat menyediakan pangan
disnak.sulsel.info/. [3 Desember 2013].
sepanjang tahun. Kakao dan ternak sangat
menjajikan bila usahanya dipadukan dalam Bamualim, A., Saleh, P.T.H. Afernandez & C.
divesifikasi. Selain itu juga kulit kakao yang Liem. 1994. Komposisi jenis makanan
selama ini dianggap sebagai limbah dapat yang diberikan petani pada ternak sapi
dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing yang dipelihara dengan sistem semi-
oleh para petani. intensif di Nusa Tenggara. In Final
Seminar of the Cattle Health and
Hasil dari usaha tanaman kakao seluas Productivity Survey (CHAPS) held at the
1 ha yang diusahakan oleh petani memberikan Disease Investigation Centre, Denpasar-
keuntungan bersih sebesar Rp.12.225.000 dan Bali, Mei 15-17-1994. Hlm. 235-253.
R/C rationya sekitar 2,5, artinya usaha tersebut
layak dapat dipertahankan untuk usaha Bamualim, A. 2010. Pengembangan teknologi
berikutnya. Estimasi ekonomi berdasarkan hasil pakan sapi potong di daerah semi arid
Nusa Tenggara. Orasi Pengukuhan
usaha ternak kambing yang dipelihara skala 8
Profesor Riset Bidang Pemuliaan
ekor, 6 ekor betina muda dan 2 ekor jantan Ruminansia (Pakan dan Nutrisi
diperoleh keuntungan bersih Rp.3.278.500,- Ternak). Badan Penelitian dan
/tahun, nilai R/C ratio 1,3 sehingga hasil yang Pengembangan Pertanian Kementerian
diperoleh cukup menguntungkan petani. Pertanian Bogor, 29 Nopember 2010.
Diharapkan petani kakao dan petani kambing Hlm. 1-59.
dapat merubah tingkat adopsi inovasi dan
Bourgeois, R.F. Jesus, M. Roesch, N.
mampu merubah perilaku peternak terhadap
Soeprapto, A. Renggana & A. Gouyon.
pengolahan limbah kakao sebagai pakan ternak
2003. Indonesia Em-Powering Rural
untuk mengatasi masalah kekurangan pakan
Producers Orgnanization Rural
hijauan pada saat musim kemarau. Selain itu,
Developments and Natural Resources
diharapkan peternak bisa memanfaatkan limbah
East Asia and Pacific Regional (Easrd).
kulit buah kakao, hijauan pakan ternak yang
tumbuh disekitar perkebunan kakao yang dapat
Colli, T.J., D.S.P. Rao & G.E. Battese. 1998.
meningkatkan jumlah ternak yang dipelihara An introduction to efficiency and
sehingga pendapatan petani akan lebih productivity analysis. Kluwer-Nijhoff.
meningkat. Bosyon.

DAFTAR PUSTAKA Daryanto, A. 2010. Posisi daya saing pertanian


Indonesia dan upaya peningkatannya.
Prosiding Seminar Nasional Pusat
Agussalim, Z. Abidin & A. Syam. 2006. Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pengkajian sistem usaha tani integrasi Pertanian, Kementerian Pertanian.
tanaman kakao-ternak sapi pada lahan Maret 2010. Hlm. 1-35.
kering di lahan kering Kecamatan
Ladongi, Kabupaten Kolaka, Sulawesi
Tenggara. Seminar Hasil-hasil
Penelitian di BPTP Sulawesi Tenggara.

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 167


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

Dermawan. 2010. Integrasi kakao kambing. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia. 13


http://amanahkakao.wordpress.com/20 (2): 74-82.
10/12/17/integrasi kakao kambing.
Kuswandi & I. Inounu. 2009. Teknologi
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa pengayaan pakan sapi terintegrasi
Tengah. 2012. Buku laporan Propinsi dengan tanaman kakao. Sistem
Jawa Tengah. Integrasi Ternak Tanaman Padi-Sawit-
Kakao. LIPI Press. Hlm. 111-139.
Ditjennak. 2009. Direktorat kesehatan hewan.
http://www.ditjennak.go.id/d-keswan.asp. Mathius, I.W. 2009. Produk samping industri
[15 Februari 2012]. kelapa sawit dan teknologi pengayaan
sebagai bahan pakan sapi yang
Ellis, F. 2003. Peasant Economics: Petani terintegrasi. Sistem Integrasi Ternak
Gurem: Rumah Tangga Usahatani dan Tanaman Padi - Sawit - Kakao. LIPI
Pembangunan Pertanian. UMM Press. Press. Hlm. 65-139.
Malang.
Munir, F.F. 2009. Potensi ketersediaan kulit
Grootaet, C. & T. Van Bastelaer. 2001. buah kakao (Theobroma cacao L.),
Understanding and measuring social sebagai sumber pakan alternatif
capital a. synthesis of findings and untuk ternak ruminanasia di Daerah
recommendations from the social Istimewa Yogyakarta. Seminar
capital initiative. Social Capital Teknologi Peternakan dan
Initiative Working Paper No. 24 Veteriner, Puslitbangnak, Bogor,
Washington. D.C.: The World Bank. 13-14 Agustus 2009.

Hellin, J., M. Lundy & M. Meijer. 2007. Naik. 2000. Integrated farming system and
Farmer organization collective action and micro level agricultural palnning key
market access in Meso-America. Capri areas to sustainable agriculture in
Working Paper No. 67 October 2007. Orrisa, India. In B. Arifin and H.S.
Research Working On Collective Action Dillon. The 21s1 Centrury.
and Market Access For Smalholders. Proceedings. The Second Conference
October 2-5, 2006-Call, Colombia Institute Agricultural Economists. Jakarta.
(Ifpri) Washington.
Saktyanu, K. Dermoredjo & A. Setyanto. 2009.
Hendiarto. 2009. Faktor-faktor yang Analisis perdagangan kakao Indonesia
mempengaruhi keuntungan petani ke Spanyol. Prosiding Seminar
dengan menerapkan pengendalian hama Nasional Pusat Analisis Sosial
terpadu (PHT) perkebunan kakao rakyat Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
dan usaha untuk meningkatkan Departemen Pertanian. Hlm. 329-354.
pendapatannya. Prosiding Seminar
Nasional Pusat Analisis Sosial Samingan, T. 1996. Dasar-dasar ekologi. Edisi
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Ketiga. Gajah Mada University Press
Departemen Pertanian. Hlm. 346-354. Yogyakarta. 1- 697 hlm.

Hutagaol, P. 2004. Pajak pertumbuhan nilai Saptana. 2012. Konsep efisiensi usahatani
(PPN) apakah sudah diterapkan pada pangan dan implikasinya bagi
sektor pertanian, khususnya subsektor peningkatan produktivitas. Forum Agro
perkebunan. Makalah pembanding dan Ekonomi 30 (2): 109-128.
produksi hasil penelitian tentang PPN
pada komoditas primer perkebunan. Stockbridge, M.A. Dorward & J. Kydd. 2003.
Tim LRPI, 20 Desember 2004. Farmer organization for market access.
A. Briefing Paper. Wye Campus. Kent
Isbandi. 2003. Integrasi tanaman ternak di lahan England. Imperial College. London, pp.
pasang surut: Potensi, kendala dan 67-75.
alternatif pemecahannya. Wartazoa:

168 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (Supardi Rusdiana dan Dwi.)

Sukardji, U. 2003. Perbandingan UU pajak Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan


pertanian bahan nilai 1984 dengan UU Pertanian Bogor FAE. 27 (1): 43-51.
No.18 tahun 2000. PT. Raka Grafita
Persada. Jakarta. Wardojo, S. 1984. Kemungkinan pembebasan
Maluku Utara daripada masalah
Sumaryono, W. & M. Siregar. 2003. Efisiensi penggerek buah cokelat, Acrocercops
teknis usahatani di lahan sawah irigasi. cramerella Sn. Menara Perkebunan.
Jurnal Agro Ekonomi. 21 (1): 71-96. 52: 57-64.
Susilawati, S. H., Sipadi & C. Saleh. 2002. Winarso, B. 2010. Prospek dan kendala
Diversifikasi sumber pendapatan rumah pengembangan agribisnis ternak
tangga di pedesaan Jawa Barat. Jurnal kambing dan domba di Indonesia.
Agro Ekonomi. 20 (1). Prosiding Seminar Nasional.
Peningakatan Daya Saing Agribisnis
Suparno, T. 2000. Infestasi penggerek buah Berorientasi Kesejahteraan Petani.
kakao di perkebunan kakao swasta Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
PT Way Sebayur, Provinsi Kebijakan Pertanian Kementerian
Bengkulu dan pengendaliannya. Pertanian. Hlm. 246-264.
Program Studi IHPT Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu. World Bank. 2005. Public private partnership
www.himita.freehomepage.com/1T for agricultura in eastern Indonesia : A
EDWAY.htm. [6 Januari 2014]. Comparetives Study of Beet. Coffee
and Cocoa.
Swastika, D.K.S, E. Rosganda & H. Juni.
2008. Analisis keberagaman usaha Zainal. 2013. Peternakan Kambing "Berdikari"
rumah tangga pertanian di daerah ahro Batang Jawa Tengah Peternakan
ekosistem lahan marginal. Prosiding kambing berdikari. blogspot.com. [13
Seminar Nasional Pusat Analisis Sosial Januari 2013].
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Departemen Pertanian. Hlm. 110-127. Zohdin. 2012. Pemanfaatan limbah kulit buah
kakao (coklat) sebagai pakan ternak
Syahyuti. 2004. Pemerintah pasar dan ruminansiali. http://livestock.blogspot.
komunitas utama dalam pengembangan com/pemanfaatan-limbah-kulit-buah-
kakao.
agribisnis di pedesaan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi Pusat

SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170) 169


Analisis Finansial Diversifikasi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat dan Ternak Kambing di Tingkat Petani (S. Rusdiana dan Dwi Priyatno)

170 SIRINOV, Vol 2, No 3, Desember 2014 (Hal : 157-170)

Anda mungkin juga menyukai