Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Penelitian Global di Kesehatan Masyarakat ISSN: 2528-066X (Cetak), 2599-2880 (Online)

Vol. 4, No 2, Desember 2019, hlm.183-188 183

Edukasi Hipoglikemik Kejadian Hipoglikemia

Puguh Santoso 1, Novita Setyowati 1


1 Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

puguhsantoso12@yahoo.co.id

INFO PASAL ABSTRAK

Kata kunci: Untuk mencegah terjadinya komplikasi hipoglikemia pada penderita diabetes, penyuluhan kesehatan
Hipoglikemia, yang baik dan tepat dapat meningkatkan kesadaran para penderita diabetes untuk ingin mengubah
Pendidikan,
perilaku dalam menjalani program pengobatan sehingga kadar gula dapat terkontrol dan mencegah
Diabetes mellitus
berbagai komplikasi akut terutama komplikasi hipoglikemia. . Peningkatan pengetahuan merupakan
prinsip dasar mengatasi hipoglikemia pada penderita diabetes melitus secara mandiri dan intensif.
Pendidikan dan perilaku telah menunjukkan penurunan risiko hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi hipoglikemik terhadap
kejadian hipoglikemia.

Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment, desain eksperimen yang digunakan adalah The
Pretest-Posttest design without control group. Teknik yang digunakan adalah total sampling. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penderita DM yang datang ke posyandu lansia
Desa Balowerti yang mengalami gangguan kesehatan penderita diabetes melitus.
Analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik dependent sample t-test (uji t berpasangan). Jumlah
sampel yang diambil adalah penderita Diabetes Mellitus yang datang ke posyandu lansia
balowerti sebanyak 20 responden. Penelitian dilakukan pada September 2019.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,048 yang artinya p value lebih kecil dari alpha (P
<0,05) yang artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar
gula darah pasien diabetes melitus sebelum edukasi dan usai senam diabetes posyandu lansia
desa balowerti kediri

PENDAHULUAN

Hipoglikemia adalah komplikasi akut yang paling umum dari taruhan tipe 1 bêtes dan juga dapat terjadi pada
diabetes tipe 2, yang dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah mengalami komplikasi yang serius. (1) Diabetes
yang dikendalikan gula darahnya tetap menjadi prioritas dalam pengobatan Pengendalian gula darah akan menurunkan
resiko hipoglikemia dan mengurangi rawat inap pasien yang akan berdampak pada biaya perawatan. (1-3) Mencegah,
mengenali hipoglikemia lebih efektif daripada mengobati, sehingga penderita diabetes mengetahui cara mencegahnya. dari
terjadinya hipoglikemia dan penyuluhan atau edukasi merupakan cara yang efektif untuk dilakukan. (1,2)

Hipoglikemia merupakan penyakit gawat darurat yang membutuhkan pertolongan segera, karena
hipoglikemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia dapat
menyebabkan koma hingga kematian (Kedia, 2011). (4) Risiko hipoglikemia jangka pendek meliputi keadaan berbahaya
yang dapat timbul ketika seseorang mengalami hipoglikemia, baik di rumah maupun di tempat kerja (misalnya
mengemudi, mengoperasikan mesin). Selain itu, koma berkepanjangan terkadang dikaitkan dengan gejala neurologis
sementara, seperti paresis, kejang, dan ensefalopati. Potensi komplikasi jangka panjang dari hipoglikemia berat adalah
gangguan intelektual ringan dan jeritan neurologis permanen, seperti hemiparesis dan disfungsi pentana.

Yang terakhir ini jarang dan hanya dilaporkan dalam studi kasus. Hipoglikemia berulang dapat mengganggu
kemampuan individu untuk merasakan sub-urutan hipoglikemia (5-7) Diabetes dan komplikasinya menjadi beban yang sangat
berat pada sistem perawatan kesehatan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa beban diabetes dan Komplikasinya
Disesuaikan dengan Penyesuaian Tahun Hidup

W: http://jgrph.org/index.php/JGRPH/

E: jurnal.grph@gmail.com
184 Jurnal Penelitian Global di Kesehatan Masyarakat ISSN: 2528-066X (Cetak)
Vol. 4, No 2, Desember 2019, hlm.183-188 ISSN: 2599-2880 (Online)

(DALYs) berusia 306.440 tahun (2), penelitian di negara bagian Iran menekankan bahwa pencegahan penyakit ini dan
komplikasinya penting (3) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien diabetes mellitus tidak memiliki
pengetahuan tentang hipoglikemia . Tenaga profesional kesehatan memiliki peran penting dalam mendidik penderita
diabetes tentang hipoglikemia sehingga episode dan morbiditas hipoglikemik dapat dikurangi atau dicegah. (3,6),

Banyak pasien yang mengalami hipoglikemia dan tidak mengkhawatirkannya. penting bagi
tenaga kesehatan dan pasien untuk mengetahui tanda dan gejala hipoglikemia dan apa yang harus
dilakukan, terutama bagi pasien yang berisiko tinggi mengalami hipoglikemia. (6,8), dan koma
berkepanjangan yang berhubungan dengan gejala neurologis transien, seperti paresis, kejang dan
ensefalopat. Ada hubungan yang jelas antara hipoglikemia berat dan gangguan kognitif, gangguan
kognitif Orang dengan risiko tinggi episode hipoglikemik, Penurunan kinerja kognitif yang terkait dengan
komplikasi pembuluh darah mikro atau kontrol metabolik yang buruk. (1,2,5,9), Peningkatan
pengetahuan merupakan prinsip dasar pencegahan hipoglikemia pada penderita diabetes melitus
secara mandiri dan intensif.

Penyakit Diabetes Mellitus dapat dicegah dan dicegah dengan pemberian penyuluhan kesehatan, karena
akan sangat efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus. Pendidikan yang baik dan kesehatan yang
baik dapat meningkatkan kesadaran penderita DM untuk merubah perilaku dalam menjalani pengobatan yang diberikan
sehingga kadar gula yang diberikan terkendali dan mencegah berbagai komplikasi terutama komplikasi akut hipoglikemia.
Pasien DM yang tidak mendapat promosi kesehatan memiliki risiko komplikasi empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien DM yang mendapat penyuluhan kesehatan (10)

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan Quasi-Experimental, desain eksperimen yang digunakan adalah PretestPosttest
design without control group, desain eksperimen dilakukan dengan pretest before treatment dan post-test setelah
diberikan perlakuan, serta untuk mengetahui pengaruh edukasi diabetes terhadap perubahan Kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus diberikan pengobatan edukatif. Rancangan penelitian ini tidak ada kelompok
pembanding (kontrol), tetapi minimal telah melakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan untuk
menguji perubahan yang terjadi setelah percobaan (program) (Notoatmodjo, 2010). Teknik yang digunakan adalah
total sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien DM yang datang ke Posyandu Lansia
Desa Balowerti yang mengalami gangguan kesehatan diabetes melitus. Analisis bivariat dilakukan dengan uji
statistik dependent sample t-test (paired t test.) Atau dua uji beda untuk mengetahui perbedaan mean dependent
kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi edukasi diabetes. Uji statistik untuk keseluruhan
analisis dianalisis dengan tingkat signifikansi 95% (alpha 0,05). keabsahan. (Notoatmodjo, 2005). Uji statistik untuk
keseluruhan analisis dianalisis dengan tingkat signifikansi 95% (alpha 0,05). keabsahan. (Notoatmodjo, 2005). Uji
statistik untuk keseluruhan analisis dianalisis dengan tingkat signifikansi 95% (alpha 0,05). keabsahan.
(Notoatmodjo, 2005) Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus yang datang ke Posyandu
Balowerti, sampel yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel yang diambil
adalah pasien Diabetes Mellitus yang datang ke Posyandu Lansia Balowerti sebanyak 20 responden. Penelitian
dilakukan pada September 2019.

Puguh Santoso, et.al. (Edukasi Hipoglikemik Peristiwa Hipoglikemia ……………… ..)


ISSN: 2528-066X (Cetak) Jurnal Penelitian Global di Kesehatan Masyarakat 185
ISSN: 2599-2880 (Online) Vol. 4, No 2, Desember 2019, hlm.183-188

HASIL DAN DISKUSI


Karakteristik variabel disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Distribusi Kadar Gula Darah Kapan (dalam mg / dl) sebelum dan sesudah intervensi

variabel pra - posting berarti median Standar Min-Max


Deviasi
pra 214.03 198,00 310 833 160-255
Tingkat gula
Darah Pos 178.03 197,00 29 571 129-233

Sumber data primer pada tahun 2019


Dari tabel diatas menggambarkan bahwa terjadi penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah
intervensi. Hal ini terlihat dari rata-rata kadar gula darah sebelum intervensi sebesar 214,03 mg / dl
sedangkan rata-rata kadar gula darah setelah intervensi 178,03 mg / dl.

Pengujian hipotesis.

Hipotesis penelitian bahwa perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah pendidikan diabetes dapat dilihat seberapa
besar pengaruh pendidikan diabetes terhadap perubahan kadar gula darah, dengan menganalisis hasil selama 3 minggu dan
memantau kadar gula darah sebelum dilakukan intervensi pada minggu pertama. sampai minggu ketiga setelah intervensi. Jenis
analisis yang digunakan adalah uji statistik sederhana dependen (uji-t berpasangan). Uji statistik untuk keseluruhan analisis analisis
di atas dengan tingkat signifikansi 95% (alpha 0,05%), untuk menganalisis perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah
pendidikan senam.

Berikut ini akan diuraikan nilai nilai P untuk melihat seberapa besar pengaruh edukasi diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah sebelum dan sesudah edukasi yang dilakukan oleh peneliti.

Analisis Perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah memberikan edukasi diabetes pada penderita diabetes melitus.

September 2013 (n = 20)

Tabel 2. Analisis gula darah

variabel pra-posting berarti SD Nilai p T N

Darah pra 214.03 30.833


Gula intervensi 0048 2.124 20

Level Pos 178.03 29 571


intervensi
Perbedaan 16:00
data primer 2019

Berdasarkan tabel di atas rata-rata kadar gula darah pre-test sebelum pendidikan di PT
214,03 dengan standar deviasi 30,833, dan rata-rata kadar gula darah post-test dengan standar deviasi
29.571 178,03 . Data tersebut menggambarkan perbedaan kadar gula darah pasien sebelum dan
sesudah edukasi diabetes, serta menunjukkan

Puguh Santoso, et.al. (Edukasi Hipoglikemik Peristiwa Hipoglikemia ……………… ..)


186 Jurnal Penelitian Global di Kesehatan Masyarakat ISSN: 2528-066X (Cetak)
Vol. 4, No 2, Desember 2019, hlm.183-188 ISSN: 2599-2880 (Online)

pengaruh edukasi diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien dm. Hal ini dapat
disimpulkan dari perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat
dari nilai p. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0.048 yang artinya p value lebih kecil dari
alpha (P <0.05) yang berarti Ho ditolak.

Pengujian hipotesis

Hubungan peran keluarga dengan pengaturan kadar gula darah pada penderita diabetes. Hasil pengujian
menggunakan uji korelasi sederhana, dengan uji chi square menunjukkan (p = 0,005) sehingga Ho ditolak dan Hi diterima
artinya peran keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan pengaturan kadar gula darah pada penderita diabetes.

Diskusi
Pendidikan yang memadai bagi pasien dan kerabatnya dapat membantu mengurangi risiko episode hipoglikemik yang parah.
Pasien mungkin tidak memahami informasi langsung dan dasar tentang mengenali dan mengelola hipoglikemia. Sekalipun
informasi tersebut diberikan, dapat dengan mudah diabaikan dan terkadang, konsekuensinya diabaikan. Dokter harus tetap
waspada terhadap potensi risiko hipoglikemia pada individu pasiennya dan harus meninjau kembali pengobatan pasien yang
menjalani risiko tinggi. (6,8,11) Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas dan juga
memungkinkan seseorang untuk dapat mengendalikan diri dalam mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, berpengalaman, dan memiliki perkiraan yang tepat tentang bagaimana meliput suatu peristiwa dan dengan mudah
memahami apa yang direkomendasikan oleh petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Edukasi diabetes yang tepat bagi pasien diabetes dapat menjadi alat yang sangat berharga untuk pencegahan
hipoglikemia. Namun kendala utama yaitu terhambatnya jadwal yang padat dan padatnya tenaga kesehatan, tingkat
pendidikan yang rendah dan efektifitas pelayan dengan diabetes melitus, kesibukan beberapa pasien dan tingkat sosial
ekonomi yang rendah. Terlepas dari kendala tersebut, pendidikan yang berkelanjutan dan teratur, motivasi dan
dorongan pasien tidak hanya dapat meningkatkan pengetahuan pasien tetapi juga untuk mengurangi kesenjangan
antara pengetahuan dan praktik. (5 hingga 7.12)

Hubungan pendidikan dengan Pencegahan Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus, Hasil penelitian menunjukkan responden dengan
pendidikan tinggi sebagian besar pencegahan baik dan responden dengan pendidikan rendah pencegahan sebagian besar kurang baik.
Hal tersebut menunjukkan semakin tingginya tingkat pendidikan untuk meningkatkan kesadaran pencegahan komplikasi kronik pada
penderita diabetes melitus, hal ini memberikan bukti bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku sehat dalam pencegahan diabetes.
Meningkatnya pendidikan akan meningkatkan kesadaran hidup sehat dan memperhatikan gaya hidup dan pola makan. Pada individu
yang memiliki risiko pendidikan rendah kurang memperhatikan gaya hidup dan kebiasaan makan serta apa yang harus dilakukan untuk
mencegah DM (Notoadmodjo, 2011). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Falea, dkk (2014) penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian dan penelitian pencegahan diabetes. Hasil penelitian membuktikan p (0.00) <0 0.05 artinya ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan pencegahan komplikasi kronik DM tipe 2 di Puskesmas Purwosari Surakarta. Nilai odds ratio (OR)
sebesar 13,05 artinya responden yang berpendidikan lebih tinggi (SMA keatas) memiliki peluang pencegahan yang baik sebesar 13,05
lebih besar daripada responden yang membuktikan rendah. Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pencegahan komplikasi
diabetes melitus kronis. Hal ini menguatkan beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan kejadian diabetes. Penelitian yang dilakukan Monginsidi (2014) menunjukkan proporsi penduduk yang mengalami
diabetes pada 05 artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pencegahan komplikasi kronik DM tipe 2 di Puskesmas
Purwosari Surakarta. Nilai odds ratio (OR) sebesar 13,05 artinya responden yang berpendidikan lebih tinggi (SMA keatas) memiliki
peluang pencegahan yang baik sebesar 13,05 lebih besar daripada responden yang membuktikan rendah. Faktor pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pencegahan komplikasi diabetes melitus kronis. Hal ini menguatkan beberapa penelitian yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes. Penelitian yang dilakukan Monginsidi (2014) menunjukkan proporsi pendu

Puguh Santoso, et.al. (Edukasi Hipoglikemik Peristiwa Hipoglikemia ……………… ..)


ISSN: 2528-066X (Cetak) Jurnal Penelitian Global di Kesehatan Masyarakat 187
ISSN: 2599-2880 (Online) Vol. 4, No 2, Desember 2019, hlm.183-188

Indonesia paling banyak ditemukan pada penduduk dengan pendidikan sekolah menengah atas (26%). Pendidikan rendah dan menengah
lebih protektif dibandingkan dengan latar belakang pendidikan tinggi. Pendidikan yang lebih rendah memiliki resiko 1,43 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pendidikan tinggi (Nainggolan et al,
2013). Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kemampuan seseorang dalam menyerap informasi kesehatan dan
meningkatkan pencegahan diabetes serta meningkatkan deteksi kejadian diabetes (Cai Le, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Hipoglikemia merupakan komplikasi akut yang dapat berakibat fatal bagi penderita DM. Oleh karena itu
diperlukan tindakan preventif seperti dengan mengontrol kadar gula darah secara teratur, pemberian pendidikan
kesehatan preventif hipoglikemia.

Saran
Meningkatkan kegiatan edukasi masyarakat melalui penyuluhan kesehatan preventif hipoglikemia, serta memberikan
dukungan kepada pasien.

REFERENSI
1. AbrahamMB, TW Jones, Naranjo D, Karges B, Oduwole A, Tauschmann M, dkk. KLINIS
ISPADPRACTICE ISPAD CONSENSUS GUIDELINES Clinical Practice Consensus Guidelines 2018:
Asesmen dan penatalaksanaan hipoglikemia pada anak dan remaja penderita diabetes. 2018; 19
(Mei): 178-92.

2. Canada D, Practice C, G. Expert Diabetes Canada Clinical Practice Guidelines Komite Ahli.
2018; 42: 104-8.

3. Shafiee G, Mohajeri-Tehrani M, Pajouhi M, Larijani B. Pentingnya hipoglikemia pada


pasien diabetes. 2012; 11 (1): 1.

4. Parellanggi A, Rahman G. Hubungan pengetahuan dengan tanda dan gejala hipoglikemia yang
dipersepsikan sebagai penderita diabetes melitus yang dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
samarinda. 2011; III (2): 1-7.

5. Ismail S, Juni MH, Shahar HK. Pengaruh Intervensi Pendidikan terhadap Dokumentasi Pressure
Ulkus Diantara Perawat di Jordan Kementerian Kesehatan Rumah Sakit Tersier: Pendekatan
Penelitian Kuasi-Eksperimental PENGARUH INTERVENSI PENDIDIKAN ANTARA
DOKUMENTASI TERHADAP PRESSURE Maag Perawat JORDAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT TERTIER: Pendekatan Riset Eksperimental semu. 2018; (Februari).

6. Thenmozhi P, Vijayalakshmi Hypoglycemia M. PENGETAHUAN TENTANG DIABETES ANTARA PENDERITA


HIPOGLIKEMIA ANTARA PENGETAHUAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS. 2018; (Februari).

7. Bhutani G, Kalra S, S Lamba, PK Verma, Saini R, Grewal M. Artikel Asli Pengaruh pendidikan
diabetes pada pengetahuan, sikap dan praktek Penderita Diabetes terhadap pencegahan
hipoglikemia. 2015; 19 (517): 383-6.

8. Cho NH, Kim NK, Han E, Hong JH, EJ Jeon, Moon JS, dkk. Pemahaman Pasien tentang Hipoglikemia
di Pusat Rujukan Tersier. 2018; 43-52.

9. Martín-Timon I, Cañizo-gómez FJ, Martín-Timon I, Cañizo-gómez FJ. Mekanisme


Puguh Santoso, et.al. (Edukasi Hipoglikemik Peristiwa Hipoglikemia ……………… ..)
188 Jurnal Penelitian Global di Kesehatan Masyarakat ISSN: 2528-066X (Cetak)
Vol. 4, No 2, Desember 2019, hlm.183-188 ISSN: 2599-2880 (Online)

ketidaksadaran hipoglikemia dan implikasinya pada pasien diabetes. 2015; 6 (7): 912-26.

10. K Healthcare, P Sehat, S. Departemen Kesehatan Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan


Keperawatan. 2016; 1-8.

11. Ahmed B. Hipoglikemia: Pengaruhnya pada Penderita Diabetes. 2019; 15 (9).

12. Pendidikan N, El SA, Swiss S. Pengaruh pelaksanaan pendidikan tentang program pengendalian ulkus
tekanan pada pengetahuan perawat dan keselamatan pasien imobilisasi. 2016; (Desember 2014).

Puguh Santoso, et.al. (Edukasi Hipoglikemik Peristiwa Hipoglikemia ……………… ..)

Anda mungkin juga menyukai