110 205 1 SM
110 205 1 SM
Floratek 3: 26 – 34
Mardhiah Hayati
ABSTRACT
28
Mardhiah Hayati (2008) J. Floratek 3: 26 – 34
Tabel 1. Rata-rata Saat Inisiasi, Jumlah Tunas, Tinggi Tunas, dan Jumlah Akar Umur 2 dan
4 MSI pada Berbagai Konsentrasi NAA
Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa pada oleh auksin sangat efektif terjadi pada
konsentrasi NAA 2 mg/l (N1), eksplan jaringan tunas muda (Widarto, 1996).
cenderung memberikan nilai rata-rata Hasil penelitian menunjukkan
respons yang lebih baik dibandingkan bahwa perlakuan konsentrasi NAA tidak
dengan konsentrasi NAA 0 mg/l (N0) dan 4 berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas
mg/l (N2) terhadap jumlah tunas umur 2 umur 2 MSI, tinggi tunas dan jumlah akar.
MSI, tinggi tunas umur 2 dan 4 MSI, Tidak nyatanya pengaruh konsentrasi
namun untuk jumlah akar, konsentrasi NAA terhadap peubah yang diamati
NAA 4 mg/l (N2) cenderung memberikan diduga karena pertumbuhan tanaman
nilai rata-rata yang lebih baik masih berada dalam fase logaritmik.
dibandingkan dengan konsentrasi NAA 0 Wattimena et al. (1992)
mg/l (N0) dan 2 mg/l (N1). Hal ini sesuai menambahkan, bahwa senyawa-senyawa
dengan pendapat Hendaryono dan organik seperti auksin, sitokinin dan
Wijayani (1994) yang menyatakan bahwa giberelin dapat bertindak sebagai zat
zat pengatur tumbuh sangat diperlukan penggerak/pemacu dalam mendorong
sebagai komponen medium bagi dimulainya proses-proses biokimia dan
pertumbuhan dan diferensiasi. selanjutnya menuju pada pembentukan
Pembentukan kalus dan organ- organ dan aspek-aspek pertumbuhan
organ tertentu, ditentukan oleh penggunaan lainya. Hormon tanaman dan zat pengatur
yang tepat dari zat pengatur tumbuh yang tumbuh pada umumnya mendorong
ditambahkan. NAA sebagai auksin terjadinya suatu pertumbuhan dan
berperan dalam pembesaran dan perkembangan.
perpanjangan sel, proses pemanjangan sel Menurut Katuuk (1989) bahwa
jumlah auksin yang terkandung dalam
29
Mardhiah Hayati (2008) J. Floratek 3: 26 – 34
30
Mardhiah Hayati (2008) J. Floratek 3: 26 – 34
Tabel 2. Rata-rata Saat Inisiasi, Jumlah Tunas, Tinggi Tunas dan Jumlah Akar Umur 2 dan 4
MSI pada Berbagai Konsentrasi BAP.
31
Mardhiah Hayati (2008) J. Floratek 3: 26 – 34
relatif sempit dan titik optimal antara 5,0 - campuran garam mineral, unsur makro dan
6,0, bila eksplan sudah mulai tumbuh, pH mikro gula, protein, vitamin dan hormon
dalam lingkungan kultur jaringan tumbuh, dengan demikian keberhasilan
umumnya akan naik Apabila nutrien habis kultur jaringan jelas ditentukan oleh media
terpakai, hal ini menjadi faktor penyebab tanam dan macam tanaman (Hendaryono
tidak ada pertumbuhan selanjutnya, karena dan Wijayani,1994)
terlalu lama waktu pergantian ke media
baru sehingga menyebabkan pH berubah Evaluasi Keberhasilan Kultur
dimana ini akan mempengaruhi media. Tabel 3 menunjukkan persentase
Media tanam harus berisi semua zat yang hidup kultur keseluruhan adalah 71,1 %,
diperlukan untuk menjamin pertumbuhan persentase eksplan yang mati keseluruhan
eksplan, bahan-bahan yang diramu berisi yaitu 8,8% dan kontaminasi 20 %.
Tabel 3. Persentase Hidup, Mati, dan Kontaminasi Kultur Eksplan Kaktus pada Berbagai
Perlakuan.
Peubah
Perlakuan
Hidup (%) Mati (%) Kontaminasi (%)
N0B0 2 (40.00) 1 (20.00) 2 (40.00)
N0B1 5 (100.00) 0 (0.00) 0 (0.00)
N0B2 2 (40.00) 0(0.00) 3(60.00)
N1B0 3(60.00) 1(20.00) 1(20.00)
N1B1 3(60.00) 2 (40.00) 0(0.00)
N1B2 4(80.00) 0 (0.00) 1(20.00)
N2B0 4(80.00) 0(0.00) 1(20.00)
N2B1 5(100.00) 0(0.00) 0(0.00)
N2B2 4(80.00) 0(0.00) 1(20.00)
Total 32(640) 4(80.00) 9(180)
Rata-rata 3.5(71.10) 0.4(8.80) 1(20.00)
32
Mardhiah Hayati (2008) J. Floratek 3: 26 – 34
cepat sehingga menutupi permukaan media sehingga suhu dan kelembaban sering
dan eksplan. berubah-ubah yang berdampak pada
Sterilisasi bahan tanaman kondisi lingkungan tumbuh eksplan yang
berhubungan erat dengan jenis dan kadang-kadang tidak sesuai dengan
konsentrasi bahan sterilisasi serta metode kebutuhan kultur.
sterilisasi yang digunakan. Bahan tanaman
yang mengalami pemutihan jaringan
disebabkan tingginya konsentrasi bahan KESIMPULAN DAN SARAN
sterilisasi, kematian eksplan dapat juga
terjadi akibat pembilasan eksplan yang A. Kesimpulan
kurang baik saat setelah dilakukan 1. Konsentrasi NAA berpengaruh nyata
perendaman dalam larutan sterilisasi. Hal pada saat ininsiasi, jumlah tunas umur
ini sejalan dengan pendapat Gunawan 4 MSI, namun tidak berpengaruh nyata
(1995) yang menyatakan bahwa terhadap jumlah tunas umur 2 MSI,
konsentrasi bahan sterilisasi yang terlalu tinggi tunas dan jumlah akar umur 2
tinggi dan lamanya perendaman dapat dan 4 MSI. Saat inisiasi terbaik
menyebabkan pemutihan jaringan yang dijumpai pada konsentrasi NAA 4
berakibat matinya sel-sel pada eksplan, mg/l. Jumlah tunas kaktus terbaik
sedangkan pembilasan yang tidak dijumpai pada konsentrasi NAA 2 dan
sempurna dapat menyebabkan 4 mg/l.
tertinggalnya bahan sterilisasi 2. Konsentrasi BAP berpengaruh sangat
dipermukaan eksplan sehingga dapat nyata terhadap jumlah tunas 4 MSI,
bersifat toksik pada sel-sel dari jaringan tinggi tunas 2 MSI dan juga terhadap
eksplan saat dikulturkan. Penggunaan jumlah akar 2 dan 4 MSI, namun
antibiotik dengan konsentrasi yang tinggi berpengaruh tidak nyata terhadap saat
dapat mengakibatkan efek phototoksik inisiasi, jumlah tunas 2 MSI dan tinggi
pada tanaman, keadaan lingkungan ruang tunas 4 MSI. Jumlah tunas pada umur 4
inkubasi yang kurang baik memudahkan MSI dan tinggi tunas 2 MSI terbaik
terjadinya kontaminasi pada eksplan yang kita jumpai pada BAP 3 dan 6 mg/l.
dapat mengakibatkan kematian pada Jumlah akar terbanyak pada umur 2
jaringan. dan 4 MSI didapat pada perlakuan
Karjadi et al. (1995) menyatakan tanpa BAP .
bahwa organogenesis atau perkembangan 3. Tidak terdapat interaksi yang nyata
jaringan menjadi organ melibatkan antara konsentrasi NAA dengan BAP
interaksi antara zat pengatur tumbuh yang terhadap saat inisiasi, jumlah tunas,
diberikan dengan faktor lainya seperti zat tinggi tunas dan jumlah akar eksplan
pengatur tumbuh endogen dan media, kaktus.
ketepatan dalam konsentrasi zat pengatur
tumbuh yang digunakan sangat penting
dan jumlah ini akan berinteraksi dengan DAFTAR PUSTAKA
hormon tumbuh dari eksplan yang
digunakan. Arief, A. 1990. Hortikultura. Andi Offset.
Selain hal tersebut di atas faktor Yogyakarta. 217 hlm.
lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan eksplan adalah lingkungan, Djaafarer, R. dan L. Budiatmaja. 1987.
dimana lingkungan sangat penting untuk Aneka Kaktus dan Cara
pertumbuhan eksplan karena lingkungan Merawatnya dalam Trubus.
baik maka eksplan akan tumbuh baik pula, Jakarta. (XVIII) : 178-181.
seperti arus listrik yang sering mati
33
Mardhiah Hayati (2008) J. Floratek 3: 26 – 34
34