Anda di halaman 1dari 2

Seorang 

laki-laki berusia 50 tahun datang kembali ke klinik drg dengan keluhan sensasi terbakar


dan nyeri pada bibir atas. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu setelah
pasien mendapatkan perawatan restorasi komposit pada gigi depan atas. Berdasarkan
anamnesis, riwayat alergi, penyakit sistemik, pengobatan atau riwayat atopi dalam
keluargadisangkal.Gejala penyerta seperti demam, malaise juga disangkal. Pemeriksaan ekstra-
oral tidak ada kelainan. Pemeriksaan intraoral menunjukkan lesi ulserasi, vesiculardengan dasar
lesi berwarna kemerahan pada mukosa labial atas. Terdapat tumpatan komposit resin pada gigi
12, 11, 21 dan 22 seperti pada gambar.

1. Diagnosis dan ddx?


 stomatitis aphthous : lesi ulserasi yang terjadi secara kambuhan pada mukosa mulut tanpa
adanya tanda-tanda suatu penyakit lainnya Gejala awal SAR bisa dirasakan penderita
sebagai rasa sakit dan ditandai dengan adanya ulser tunggal atau multiple yang terjadi
secara kambuhan pada mukosa mulut, berbentuk bulat atau oval, batas jelas, dengan pusat
nekrotik berwarna kuning-keabuan dan tepi berwarna kemerahan dan pemphigus (lihat
935) ddx
Allergic Contact Stomatitis from Composite Restoration :

Allergic contact reaction (ACR) adalah istilah yang menggambarkan reaksi yang disebabkan oleh kontak
suatu zat dengan mukosa mulut yang dimediasi oleh mekanisme imunologi [2]. Utama Faktor etiologi
penyebab ACR di mulut adalah bahan gigi, produk makanan dan kebersihan mulut.

Manifestasi klinis dari ACR di rongga mulut luas karena tidak ada gambaran klinis patognomonik atau
spesifik; terdiri dari lesi dasar biasa eritema, edema, deskuamasi, pembentukan vesikel dan ulserasi, lesi
mirip leukoplakia, dan reaksi lichenoid
Ciri-ciri bervariasi dari kesulitan subjektif seperti rasa terbakar, nyeri dan kekeringan pada mukosa
(burning mouth syndrome) hingga perubahan obyektif berupa stomatitis nonspesifik dan cheilitis
dengan kemerahan, mukosa edema, erosi dan ulkus [11]. Yang lebih khas Manifestasinya adalah reaksi
lichenoid yang biasanya terlokalisasi di bukal mukosa, lidah dan bibir [1]. Reaksi alergi potensial terlihat
pada rongga mulut selain stomatitis kontak alergi termasuk stomatitis alergi obat, reaksi obat tetap,
stomatitis (cheilitis) venenata, stomatitis granulomatosa dan cheilitis, geografis lidah dan sindrom Reiter.

Daerah yang terlibat biasanya berwarna merah, meradang, kadang disertai pembentukan vesikel
dan erosi

Alergi karena :
1. Paparan konstan terhadap komponen air dan air liur seperti enzim: Di rongga mulut, air dari air
liur menyusup jaringan tiga dimensi polimer dengan elektrolisis dan hidrolisis, menyebabkan
pembengkakan jaringan dengan bertambahnya jarak antar rantai. Ini memfasilitasi difusi residu
monomer dan aditif bebas (mis. stabilisator inhibitor dll.) dari jaringan polimer ke rongga mulut.
Umumnya, Triethyleneglycol-dimetacrylate (TEGDMA) ditemukan dari komposit terpolimerisasi,
tetapi juga zat lain seperti Bisphenol-A-glycidyl-di methacrylate (Bis-GMA), urethane-di methyl
acrylate (UDMA), etilen glikol metakrilat (EGDMA) dan formaldehida, telah terdeteksi, dalam
jumlah yang lebih kecil. Juga, itu ditampilkan bahwa permukaan luar yang dihambat oksigen
yang tidak terpolimerisasi material menyebabkan degradasi yang lebih besar
2. Mikroorganisme dalam rongga mulut: Biodegradasi bahan berbasis resin akibat mikroorganisme
dalam rongga mulut dapat terjadi tetapi tidak cukup diselidiki
3. Tekanan mekanis karena menggigit dan mengunyah: Tentang sifat mekanik material, hasil dari
biodegradasi mengurangi kekerasan dan keausan permukaan dan ketahanan lelah, menambah
jumlah zat yang dilepaskan. Kebocoran dari material ini bisa terlihat lama waktu setelah
polimerisasi.
4. Variasi suhu, pH, dan bahan kimia dari makanan: Diperkirakan juga berdampak pada
biodegradasi dari bahan gigi. Telah terbukti kebocoran itu produk sampingan dalam lingkungan
asam tinggi (misalnya lingkungan kariogenik) lebih tinggi daripada larutan netral. Karena ini,
sebuah peningkatan kebersihan mulut dapat mengurangi kebocoran produk sampingan.

Alergi merupakan salah satu penyebab stomatitis, stomatitis yang disebabkan oleh alergi terdiri
dari 2 macam yaitu, stomatitis medikamentosa yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan dan
stomatitis venneta yang disebabkan oleh kontak langsung dengan bahan kausatif.

Stomatitis kontak alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas (tipe IV) yang terjadi pada individu
yang sebelumnya telah peka terhadap allergen.

Pada tahap aktif dari stomatitis kontak, gejala umumnya berupa sensasi terbakar.
Manifestasi klinis pada mukosa oral bervariasi dari mukosa merah ringan hingga lesi
eritematosa dengan/tanpa edema. Selain itu, lesi jarang terlihat dengan vesikel (vesikel cepat
ruptur dan membentuk erosi). Ulserasi superfisial mirip aphtosa terkadang meningkat diserati
rasa gatal menyengat serta adanya edema.

Sedangkan tahap kronis dari stomatitis kontak terlihat berupa mukosa eritematosa atau putih dan
hiperkeratosis. Timbul erosi pada area alergi dapat terjadi secara periodis. Beberapa agen
alergen, terutama pasta gigi dapat menyebabkan eritema meluas dengan deskuamasi lapisan
epitel superfisial. Cheilitis akibat alergi kontak merupakan gambaran klinis akibat iritasi kronik
yang timbul sebagai chronic dryness atau cracking pada batas vermilion bibir. Selain itu,
terkadang terlihat gambaran klinis yaitu plasma cell gingivitis akibat terjadi attached gingiva
sebagai masa bilateral berwarna merah terang

Anda mungkin juga menyukai