Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Skala Braden Skala

Braden
e. Nyeri Sampai saat ini hanya sedikit tulisan atau penelitian yang dilakukan
tentang nyeri dan luka dekubitus. AHCPR 1994 telah merekomendasikan
pengkajian dan manajemen nyeri termasuk dalam perawatan pasien luka
dekubitus. Selain itu AHCPR 1994 menegaskan perlunya penelitian tentang
nyeri pada pasien luka dekubitus. Salah satu studi yang pertama kali
menghitung pengalaman nyeri pasien yang dirawat di rumah sakit karena
luka dekubitus telah dilakukan oleh Dallam et el 1995. Pada studi ini 59,1
pasien melaporkan adanya nyeri dengan menggunakan skala analog visual,
68,2 melaporkan adanya nyeri akibat luka dekubitus dengan menggunakan
skala urutan nyeri faces berlawanan dengan banyaknya nyeri yang
dilaporkan, obat-obatan nyeri yang telah digunakan klien sebesar 2,3.
Beberapa implikasi praktik yang disarankan para peneliti Dallam dkk, 1995
dalam Potter Perry, 2005 adalah menambah evaluasi tingkat nyeri pasien
kedalam pengkajian luka dekubitus, yaitu pengontrollan nyeri memerlukan
pengkajian ulang yang teratur untuk mengevaluasi efektifitas dan program
pendidikan diperlukan untuk meningkatkan sensitifitas pemberi pelayanan
kesehatan terhadap nyeri akibat luka dekubitus.
B. Skala Braden

1. Pengertian Skala Braden

Skala Braden untuk memprediksi resiko dekubitus adalah alat yang


dikembangkan pada tahun 1987 oleh Barbara Braden dan Nancy Bergstorm.
Universitas Sumatera Utara Tujuan dari skala ini adalah untuk membantu
para profesional kesehatan khususnya perawat, dalam menilai resiko
terjadinya luka dekubitus. Dalam menilai resiko tekanan ulkus Skala Braden
dengan memeriksa enam kriteria yaitu : a. Persepsi Sensori Parameter ini
mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi dan menanggapi
ketidaknyamanan atau nyeri yang berhubungan dengan tekanan pada
bagian-bagian tubuh pasien. Pada subskala ini terdapat 4 tingkat nilai yaitu :
1 adalah nilai terendah resiko tinggi dan 4 adalah nilai tertinggi resiko rendah.
Nilai 1 diberikan apabila terjadi keterbatasan total, yaitu tidak adanya respon
pada stimulus nyeri akibat kesadaran yang menurun ataupun karena
pemberian obat sedasi atau keterbatasan kemampuan untuk merasakan
nyeri pada sebagian besar permukaan tubuh. Nilai 2 diberikan apabila sangat
terbatas, yaitu hanya berespon hanya pada stimulus nyeri tidak dapat
mengkomunikasikan ketidaknyamanannya, kecuali dengan merintih dan
gelisah. Atau mempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan
untuk merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada separuh permukaan
tubuh. Nilai 3 diberikan pada saat hanya terjadi sedikit keterbatasan yaitu
dalam keadaan klien berespon pada perintah verbal, tetapi tidak selalu dapat
Universitas Sumatera Utara mengkomunikasikan ketidaknyamanan atau
harus dibantu membalikkan tubuh. Atau mempunyai gangguan sensorik yang
membatasi kemampuan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada 1 atau
2 ekstremitas. Nilai 4 diberikan pada saat tidak terjadi gangguan, yaitu dalam
berespon pada perintah verbal dengan baik. Tidak ada penurunan sensorik
yang akan membatasi kemampuan untuk merasakan atau mengungkapkan
nyeri atau ketidaknyamanan b. Kelembaban Pada subskala ini terdapat 4
tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai terendah resiko tinggi dan 4 adalah nilai
tertinggi resiko rendah. Nilai 1 diberikan apabila terjadi kelembaban kulit yang
konstan, yaitu saat kulit selalu lembab karena perspirasi, urine dsb.
Kelembaban diketahui saat klien bergerak, membalik tubuh atau dengan
dibantu perawat. Nilai 2 diberi apabila kulit sangat lembab, yaitu saat
kelembaban sering terjadi tetapi tidak selalu lembab. Idealnya alat tenun
dalam keadaan ini harus diganti setiap pergantian jaga. Nilai 3 diberikan saat
kulit kadang lembab, yait pada waktu tertentu saja terjadi kelembaban. Dalam
keadaan ini, idealnya alat tenun diganti dengan 1 kali pertambahan ekstra 2x
sehari. Universitas Sumatera Utara Nilai 4 diberikan pada saat kulit jarang
lembab, yaitu pada saat keadaan kulit biasanya selalu kering alat tenun
hanya perlu diganti sesuai jadwal 1x sehari. c. Aktivitas Pada subskala ini
terdapat 4 tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai terendah resiko tinggi dan 4
adalah nilai tertinggi resiko rendah. Nilai 1 diberikan kepada klien dengan
tirah baring, yang beraktifitas terbatas diatas tempat tidur saja. Nilai 2
diberikan kepada klien yang dapat bergerak berjalan dengan keterbatasan
yang tinggi atau tidak mampu berjalan. Tidak dapat menopang berat
badannya sendiri atau harus dibantu pindah keatas kursi. Nilai 3 diberikan
kepada klien yang dapat berjalan sendiri pada siang hari, tapi hanya dalam
jarak dekat, dengan atau tanpa bantuan. Sebagian besar waktu dihabiskan
diatas tempat tidur atau kursi. Nilai 4 diberikan kepada klien yang dapat
sering berjalan keluar kamar sedikitnya 2 kali sehari dan didalam kamar
sedikitnya 1 kali setiap 2 jam selama terjaga. d. Mobilisasi Pada subskala ini
terdapat 4 tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai terendah resiko tinggi dan 4
adalah nilai tertinggi resiko rendah. Universitas Sumatera Utara Nilai 1
diberikan kepada klien dengan imobilisasi total. Tidak dapat melakukan
perubahan posisi tubuh atau ekstremitas tanpa bantuan, walau hanya sedikit.
Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan yang sangat terbatas, yaitu
klien dengan kadang-kadang melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh
dan ekstremitas, tapi tidak mampu melakukan perubahan yang sering dan
berarti secara mandiri. Nilai 3 diberikan kepada klien yang mobilisasinya agak
terbatas, yaitu klien yang dapat dengan sering melakukan perubahan kecil
pada posisi tubuh dan ekstremitas secara mandiri. Nilai 4 diberikan kepada
klien yang tidak memiliki keterbatasan dalam hal mobilisasi, yaitu keadaan
klien dapat melakukan perubahan posisi yang bermakna dan sering tanpa
bantuan. e. Nutrisi Pada subskala ini terdapat 4 tingkat nilai yaitu : nilai 1
adalah nilai terendah resiko tinggi dan 4 adalah nilai tertinggi resiko rendah.
Nilai 1 diberikan kepada klien dengan keadaan asupan gizi yang sangat
buruk, yaitu klien dengan keadaan tidak pernah makan makanan lengkap.
Jarang makan lebih dari 13 porsi makanan yang diberikan. Tiap hari asupan
protein dagingsusu 2x atau kurang. Kurang minum, tidak minum suplemen
Universitas Sumatera Utara makanan cair atau puasa dan hanya minum air
putih atau mendapat infus 5hari. Nilai 2 diberikan kepada klien dengan
keadaan mungkin kurang asupan nutrisi, yaitu klien dengan jarang makan
makanan lengkap dan umumnya makan kira-kira hanya ½ porsi makanan
yang diberikan. Asupan protein, daging dan susu hanya 3 kali sehari.
Kadang-kadang mau makan makanan suplemen atau menerima kurang dari
jumlah optimum makanan cair dari sonde NGT. Nilai 3 diberikan kepada klien
dengan keadaan cukup asupan nutrisi, yaitu klien dengan keadaan makan
makanan ½ porsi makanan yang diberikan. Makan protein daging sebanyak 4
kali sehari. Kadang-kadang menolak makan, tapi biasa mau makan suplemen
yang diberikan. Atau diberikan melalui sonde NGT atau regimen nutrisi
parenteral yang mungkin dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan nutrisi.
Nilai 4 diberikan kepada klien yang baik asupan nutrisnya, yaitu klien dengan
keadaan makan makanan yang diberikan. Tidak pernah menolak makan.
Biasa makan 4 kali atau lebih dengan protein dagingsusu. Kadang- kadang
makan diantara jam makan. Tidak memerlukan suplemen. f. friksi dan
Gesekan Pada subskala ini terdapat 3 tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai
terendah resiko tinggi dan 3 adalah nilai tertinggi resiko rendah. Universitas
Sumatera Utara Nilai 1 diberikan kepada klien dengan masalah, yaitu klien
yang memerlukan batuan sedang sampai maksimum untuk bergerak. Tidak
mampu mengangkat tanpa terjatuh. Seringkali terjatuh dari atas tempat tidur
atau kursi, sering membutuhkan bantuan maksimum untuk kembali keposisi,
sering mengalami kejang atau kontraktur yang menyebabkan friksi terus
menerus. Nilai 2 diberikan kepada klien dengan masalah yang berpotensi,
yaitu klien yang bergerak dengan lemah dan membutuhkan bantuan
minimum. Selama bergerak kulit mungkin akan menyentuh alas tempat tidur,
kursi, alat pengikat atau alat lain. Sebagian besar mampu mempertahankan
posisi yang relatif baik diatas kursi atau tempat tidur, tapi kadang-kadang
jatuh kebawah. Nilai 3 diberikan kepada klien yang tidak memiliki masalah,
yaitu klien yang bergerak diatas tempat tidur maupun kursi dengan mandiri
dan mempunyai otot yang cukup kuat untuk mengangkat sesuatu sambil
bergerak. Mampu mempertahankan posisi yang baik diatas tempat tidur atau
kursi. Nilai total dalam Skala Braden ini berada pada rentang 6-23,
tergantung pada hasil penilaian perawat tersebut. Total nilai rendah 10
menunjukkan resiko sangat tinggi terjadinya dekubitus, nilai 10-12
menunjukkan resiko tinggi terjadinya dekubitus, nilai 13-14 menunjukkan
resiko sedang terjadinya dekubitus, nilai 15-18 menunjukkan resiko rendah
terjadinya dekubitus dan nilai 19-23 menunjukkan tidak adanya resiko atau
normal. Dalam penelitian Lahmann dkk 2009 di jerman, menemukan bahwa
tidak semua subskala dalam skala Braden memiliki pengaruh yang sama
dalam Universitas Sumatera Utara menentukan resiko terjadinya dekubitus.
Subskala yang paling mempengaruhi terjadinya dekubitus menurut penelitian
tersebut adalah subskala friksi dan gesekan. Subskala yang dianggap
penting selanjutnya adalah nutrisi dan aktifitas. Sedangkan yang dianggap
paling tidak mempengaruhi dalam subskala tersebut adalah persepsi sensori.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka penelitian
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko
dekubitus pada pasien yang dirawat dengan tehnik Observasi. Sesuai
dengan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut : Skema 1. Resiko dekubitus pada pasien yang
dirawat Faktor yang mempengaruhi : 1. Persepsi sensori 2. Kelembaban 3.
Aktivitas 4. Mobilitas 5. Nutrisi 6. Gesekan dan pergeseran Pasien rawat inap
Resiko dekubitus Universitas Sumatera Utara
Lihat dokumen lengkap (75 Halaman - 4.15MB) 

PARTS

» Patofisiologi luka dekubitus Klasifikasi luka dekubitus

» Komplikasi luka dekubitus Tempat terjadinya luka dekubitus


Pengkajian luka dekubitus

» Desain penelitian Lokasi dan waktu penelitian Pertimbangan etik


Instrumen penelitian Prosedur pengunpulan data

» Pengolahan Data Analisis Data


Show more

DOKUMEN YANG TERKAIT

Karakteristik Pasien Kanker Kolorektal di RSUP Haji Adam Malik Tahun

2011 - 2013

 4  98  60

Prevalensi Endometriosis Di RSUP Haji Adam Malik Periode 2011-2013

 2  61  55

The Effect of Double Lument Catheter Reversal on Dialysis Adequacy of

Hemodialysis Patients in Haji Adam Malik General Hospital Center Medan

 9  124  64

The Anxiety Levels of Preoperative Patients in General Hospital of Dr

Pirngadi Medan

 8  79  65
Frekuensi Penderita Kanker Payudara Di RSUP Haji Adam Malik Tahun

2010

 1  64  63

Histopathology Types of Polyposis in Adam Malik Hospital

 1  33  3

Incidence of Acute Myeloid Leukemia in Children in Haji Adam Malik

Hospital Medan

 0  24  8

Analisa Rasio Laporan Keuangan pada RSUP H. Adam Malik Medan

 2  40  69

The Risk of Decubitus Incidence Based on Patients’ Dependency Level in

Neurological Ward

 0  0  7
Association Between Degree of Gastritis and Malondialdehyde Level of

Gastritis Patients at Adam Malik General Hospital Medan

 0  0  6

Download (75 Halaman - 4.15MB) 

Anda mungkin juga menyukai