Anda di halaman 1dari 32

Pendahuluan

Pajak diartikan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., sebagai


iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. “dapat
dipaksakan” berarti bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat
dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti Surat Paksa
dan sita, dan juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak,
tidak dapat ditunjukkan jasa-rimbalik-balik tertentu, seperti
halnya dengan retribusi. 1
Subjek pajak penghasilan di Indonesia pajak dibedakan menjadi
dua yaitu Subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
Sedangkan penghasilan pajak dibedakan berdasarkan penghasilan
dalam negeri dan penghasilan luar negeri.
Saat ini era globalisasi telah dimulai. Dimana dalam era globalisasi ini
dapat berdampak ke beberapa aspek kehidupan contohnya kepada
aspek ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah Globalisasi
ekonomi.
Globalisasi ekonomi adalah salah satu dari sekian banyak arus
globalisasi yang memancarkan gelombangnya dan telah menjadikan
interdependensi ekonomi semakin kuat.2 Globalisasi ekonomi dapat
menimbulkan adanya kegiatan transaksi antar Negara (Cross
Border) yang begitu pesat dan menimbulkan adanya perusahaan
transnasional.
Perusahaan transnasional atau
Transnational Company yang
seterusnya disebut TNC adalah suatu organisasi yang mempunyai
kekuatan di mana manajemennya menyatu, di bawah satu kontrol,
dapat mempengaruhi pasar dan dapat mentransfer teknologi dari
negara maju ke negara dimana perusahaan tersebut beroperasi,
serta alat untuk membangun suatu Negara. 3

1
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat,2014), hal. 9
2
Juajir Sumardi, Hukum Perusahaan Transnasional dan Franchise( Pustaka
Refleksi,2008), hal. 5.
3
Mappangaja, Peranan Perusahaan Transnasional Ditinjau Dari Segi Hukum Ekonomi
Internasional, (Fakultas Hukum Unhas, Ujung Pandang, 1991), hal. 3

1
Diperkirakan terdapat sekitar 37 ribu perusahaan yang melakukan
bisnis lintas batas negara tersebut. Fakta yang paling sentral adalah
masing-masing dari perusahaan ini melakukan bisnis melintasi
batas-batas dari dua negara atau lebih. 4

Salah satu jenis TNC antaranya adalah perusahaan yang bergerak di


layanan over the top (OTT). Greene dan Lancaster (2007:4)
mendefinisikan Over-The-Top Services sebagai:
Services carried over the networks, delivering value to
customers, but without any carrier service provider being
involved in planning, selling, provisioning, or servicing
them–and of course without any traditional telco
bookingrevenue directly from them.
dengan kata lain, OTT dapat didefinisikan sebagai sebagai layanan
yang disampaikan melalui jaringan atau infrastruktur milik operator,
tetapi tidak secara langsung melibatkan operator. Kata lainnya,
adalah layanan yang ‘menumpang’ jasa operator tapi tidak
mengikutsertakan operator.5

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang


pelayanan OTT ini adalah Google. Diketahui bahwa Google
merupakan salah satu perusahaan IT dunia yang bergerak di bidang
layanan mesin pencari (Search engine), surat elektronik (e-mail),
aplikasi perkantoran dan penyimpanan berbasis cloud (Google Doc
dan Google Drive), layanan sumber kode terbuka (Code Google),
jejaring sosial (G+), kacamata pintar memanfaatkan teknologi
Augmented Reality dan Cloud Computing (Google Glasses) dan
sejumlah layanan lainnya berbasis online, Cloud dan OTT (Over The
Top).

Google resmi membuka kantor perwakilan yang berkedudukan di


Senayan Jakarta dengan nama PT. Google Indonesia pada tanggal 15
September 2011. Google terdaftar sebagai kantor perwakilan dari
Google Asia-Pasifik di Singapura dan terdaftar sebagai badan hukum

4
Budi Winarno, Pertarungan Negara vs Pasar. (Jogjakarta: Medpress, 2008) hal. 23.
5
Fauzi Cahyo Pratomo, Mengenal Over The Top (OTT) Communication Services dan
Pengaturannya di Indonesia, URL : https://learninghub.icjr.or.id/mengenal-over-the-top-
ott-communication-services-dan-pengaturannya-di-indonesia/, diakses tanggal 20 April
2019

2
dalam negeri dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) tepatnya di KPP
Tanah Abang III.6

Perpajakan Google di Indonesia

PT. Google Indonesia terdaftar sebagai kantor perwakilan dari


Google Asia-Pasifik di Singapura dan sebagai badan hukum dalam
negeri dengan status Penanaman Modal Asing (PMA). Perusahaan
transnasional yang berbentuk perseroan terbatas memiliki kekayaan
sendiri, yang terpisah dari kekayaan pengurus atau pendirinya.
Segala kewajiban hukumnya dipenuhi dari kekayaan yang
7
dimilikinya itu.

Pada tahun 2015, Google Indonesia diduga melakukan penggelapan


pajak di Indonesia. Hal ini terkait dengan model perencanaan
perpajakan atau tax planning yang dilakukan oleh Google Indonesia
dengan cara hanya menempatkan kantornya yang ada di Indonesia
sebagai kantor perwakilan biasa dan tidak menjadikan sebagai
Permanent Establishment atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang
membuatnya tidak menjadi wajib pajak. Sehingga negara Indonesia
tidak punya hak untuk mengenakan pajak dari penghasilan dari
Google di Indonesia karena tidak semua kantor perwakilan dikenakan
pajak di Indonesia.

Saat ini kantor Google di Indonesia hanya menjalankan fungsi


marketing sedangkan fungsi akunting yang di dalamya ada fungsi
pembayaran dan penagihan dilakukan di Singapura. Sehingga seakan-
akan Google tidak memperoleh penghasilan di Indonesia, karena
penghasilan tercatat diterima oleh Google Singapura 8 Permanent
6
Yoga Hastyadi Widiartanto, 2016, Menkeu Beberkan Status Facebook, Google, dan Twitter
di Indonesia, URL :
http://tekno.kompas.com/read/2016/04/08/09282457/Menkeu.Beberkan.Status. Facebook.Goo
gle.dan.Twitter.di.Indonesia, diakses tanggal 20 April 2019
7
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2006), hal 101.
8
Ronald wan, 2017, Multilateral Instrument on Tax Treaty sarana Kejar Pajak Perusahaan

3
establishment atau dalam bahasa Indonesia Bentuk Usaha Tetap
(BUT) adalah istilah penting dalam perpajakan internasional karena
berkaitan dengan taxing right atau hak pemajakan9

BUT sendiri dijelaskan dalam Undang-Undang domestik Indonesia,


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan terdapat pada BAB II Pasal 2 ayat (5) adalah
sebagai berikut:

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh


orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa:

1. tempat kedudukan manajemen;


2. cabang perusahaan;
3. kantor perwakilan;
4. gedung kantor;
5. pabrik;
6. bengkel;
7. gudang;
8. ruang untuk promosi dan penjualan;
9. pertambangan dan penggalian sumber alam;
10. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
11. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

Multinasional. URL:
https://www.kompasiana.com/ronaldwan/5941dd2650f9fd75048b456a/multilateral-instrument-on-tax-
treaty-sarana-kejar-pajak-perusahaan-multinasional#
9
Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, 2016. GOOGLE DAN SUBJEK PAJAK BENTUK USAHA
TETAP, URL: https://business-law.binus.ac.id/2016/08/31/google-dan-subjek-pajak-bentuk-usaha-
tetap/

4
12. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
13. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang
lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
14. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas;
15. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima
premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan
16. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi
elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Untuk objek pajak BUT dapat kita lihat pada Pasal 5, bahwa yang
menjadi objek pajak bentuk usaha tetap adalah:

1. penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap


tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai;
2. penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di
Indonesia;
3. penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima
atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan
efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan
yang memberikan penghasilan dimaksud.

Dari definisi di atas sebetulnya tidak ada alasan bagi Google menolak
untuk ditetapkan sebagai BUT, karena semua unsurnya terpenuhi.
Pertama, jelas Google adalah sebagai badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia lewat kantor perwakilannya

5
yang beralamat Sentral Senayan II, Jalan Asia Afrika, Jakarta. Kedua,
Google memperoleh pengahasilan dari Indonesia lewat bentuk usaha
tetapnya, yang ketiga Google di Indonesia telah terdaftar sebagai
badan hukum dalam negeri di KPP Tanah Abang III dengan status
sebagai PMA sejak 15 September 2011 dan merupakan dependent
agent dari Google Asia Pacific Pte Ltd yang berlokasi di Singapura.

Dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:


01/PER/M.KOMINFO/01/2010, tanggal 25 Januari 2010 tentang
Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi serta Surat Edaran
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2016 tentang Penyedia Layanan Aplikasi dan/atau Konten
Melalui Internet (Over The Top) juga dinyatakan bahwa perusahaan
yang bergerak dalam bidang penyedia layanan internet yang
disediakan oleh perorangan dan/atau badan usaha asing wajib
mendirikan perusahaannya dengan status BUT sesuai dengan
peraturan dibidang perpajakan Indonesia 10

Dengan demikian, menurut Pasal (2) ayat (5) huruf (n) UU Pajak
Penghasilan dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor: 01/PER/M.KOMINFO/01/2010, Google seharusnya berstatus
sebagai subjek pajak BUT, sehingga setiap pendapatan maupun
penerimaan yang bersumber dari Indonesia harus dikenakan pajak
penghasilan.

Akan tetapi, Google merujuk kepada celah hukum, yang biasa disebut
sebagai Tax Treaty. Tax Treaty adalah perjanjian pajak antar-dua
Negara dalam upaya menghindari pajak berganda. Hal-hal yang harus
diatur dalam setiap Tax Treaty adalah mengenai Negara mana saja

10
Fatimah Kartini, 2017, Google Lunasi Utang Pajak, Menkominfo Tancap Peraturan Menteri
OTT URL:
http://tekno.kompas.com/read/2017/06/14/20532967/google.lunasi.utang.pajak .menkominfo
.tancap.permen.ott,

6
yang menjadi peserta dan terikat dalam perjanjian tersebut dan objek
pajak apa yang tercakup dalam perjanjian tersebut. 11 Dalam konteks
ini, negara yang dimaksud adalah antara Indonesia dan Singapura.
Sebab, perusahaan yang dituju adalah Google Asia Pacific Pte Ltd yang
berlokasi di Singapura.

Berbeda dengan Undang-Undang PPh, dalam ketentuan Undang-


Undang PPh tidak memberikan pengecualian adanya tempat usaha
tetap yang tidak menimbulkan BUT. Dalam pasal 5 ayat 4 OECD
model, terdapat beberapa aktifitas usaha yang dikecualikan sebagai
BUT, walaupun aktifitas tersebut dilakukan melaui suatu tempat
usaha tetap (a fixed palce of business). Aktifitas-aktifitas ini
dikecualikan sebagai BUT karena secara umum dianggap sebagai
kegiatan persiapan (preparation) atau penunjang (auxiliary). Dengan
demikian maksud dari pasal 5 ayat 4 OECD Model adalah untuk
menvegah suatu Negara memajaki Negara lainnya jika kegiatan yang
dilakukan semata-mata merupakan kegiatan persiapan atau
penunjang.12

Aktifitas yang dikecualikan sebagai BUT adalah sebagai berikut:

(a) penggunaan fasilitas semata-mata untuk tujuan penyimpanan,


memamerkan atau pengiriman barang atau barang dagangan
milik perusahaan;

(b) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang


dagangan milik perusahaan semata-mata untuk tujuan
penyimpanan, memamerkan atau pengiriman;

(c) pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang


dagangan milik perusahaan semata-mata dengan maksud untuk

11
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat,2014), hal. 251
12
Anang Mury Kurniawan, Pokok-Pokok Tax treaty (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2017),
hal 60

7
diolah oleh perusahaan lain;

(d) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan


maksud untuk pembelian barang-barang atau barang dagangan
atau untuk mengumpulkaninformasi bagi keperluan
perusahaan;

(e) pengurusaa suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan


menjalankan, untuk kepentingan perusahaan, aktivitas lain yang
bersifat persiapan atau penunjang;

(f) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk setiap


kombinasi dari kegiatan yang disebutkan dalam huruf (a)
sampai (e), sepanjang keseluruhan aktifitas yang dihasilkan
tempat usaha tetap tersebut merupakan kombinasi dari
aktifitas-aktifitas bersifat persiapan atau penunjang.

Dalam hal perusahaan bergerak di bidang layanan Over the Top,


terdapat kemungkinan suatu peralatan otomatis yang dioperasikan
oleh suatu perusahaan di Negara lainnya bisa menimbulkan BUT.
Namun perlu dibedakan antara peralatan koputer yang secara fisik
ditempatkan di suatu lokasi yang dapat menimbulkan BUT dengan
data dan software yang digunakan dan disimpan dalam peralatan
tersebut.

Contohnya website di Internet merupakan kombinasi dari software


dan data elektronik tidak dianggap sebagai barang berwujud , sehingga
tidak mempunyai lokasi yang dianggap sebagai “tempat usaha (place
of business)” sedangkan keberadaan server dimana website disimpan
mempunyai lokasi fisik di tempat tertentu, sehingga dianggap sebagai
tempat usaha tetap (fixed place of business) dari perusahaan yang
mengoperasikan server tersebut.

Dalam praktiknya seringkali pengoperasian website dilakukan melalui

8
penempatan di server milik perusahaan internet service profider
(ISP). Salah satu kriteria penting dalam penentuan BUT adalah suatu
tempat dapat menimbulkan BUT apabila tempat tetap tersebut siap
tersedia bagi perusahaan (at disposal) untuk memberikan pelayanan
dalam rangka usahanya.

Dalam kasus ini dianggap server tersebut belum memenuhi kriteria at


disposal, sebab server tersebut masih dalam pengusahaan perusahaan
ISP. Akan berbeda halnya jika suatu perusahaan memiliki atau
menyewa server dan memiliki pengendalian penuh atas server
tersebut dalam memberikan pelayanan (memenuhi kriteria at
disposal), maka keberadaan server tersebut dianggap dapat
menimbulkan BUT.

Dalam menentukan ada tidaknya BUT dalam suatu transaksi e-


commerce perlu juga memperhatiakn ketentuan pasal 5 ayat 4 OECD
model. Beberapa aktifitas yang bisa dianggap sebagai persiapan atau
penunjang misalnya:

(a) penyediaan jalur komunikasi antara pemasok dan pelanggan;

(b) iklan barang dan jasa

(c) penyampaian informasi melalui server bayangan untuk tujuan


keamanan dan efisiensi

(d) pengumpulan data pasar

(e) pemberian informasi

apabila suatu aktifitas usaha masih masuk dalam kategori persiapan


dan penunjang maka akan dikecualikan sebagai BUT. 13 Yustinus
Prastowo, pengamat pajak, menjelaskan dalam persoalan Google agak

13
Anang Mury Kurniawan, Pokok-Pokok Tax treaty (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2017),
hal 67-68

9
menjadi cukup rumit karena perusahaan tersebut tergolong virtual
presence, yang tidak diatur pada Tax Treaty yang sudah disepakati.
Ini tidak hanya di Indonesia, melainkan juga dengan antar negara
yang lain.

"Iya karena secara internasional significant virtual


presence belum diatur dan di Tax Treaty juga belum diatur,
mereka bisa menolak,"14

Karena itu, transaksi bisnis Google yang terjadi di Tanah Air tidak
berkontribusi pada pendapatan negara. Status kantor perwakilan tidak
kena pajak, bila dia hanya penghubung tanpa ada aktivitas
perdagangan15 Padahal, transaksi bisnis periklanan digital (yang
merupakan ladang usaha Google) pada tahun 2015 mencapai kisaran
850 juta dollar AS atau sekitar Rp 11,6 triliun. Untuk meloloskan
pendapatannya dari transaksi iklan di Indonesia supaya tak dikenai
pajak, Google diketahui mentransfer dana ke negara lain di kawasan
Asia Tenggara, yakni perusahaan induknya di Singapura. Pasalnya,
Google Indonesia hanya bertindak sebagai dependent agent dari
Google Asia Pasifik yang berkantor di Singapura yang merupakan
pusat data (data center)

Pada dasarnya negara Indonesia harus melakukan upaya paksa kepada


Google agar menjadi BUT karena strategi korporasi ini tidak lagi tepat
dikatakan sebagai perencanaan perpajakan/tax planning biasa tetapi
sudah memasuki ranah praktik aggressive tax planning karena
intensi melakukan tax planning dengan cara mencari kelemahan
ketentuan pajak baik dalam level domestik dan internasional. Dalam

14
Terang pengamat pajak Yustinus Prastowo dalam : Maikel Jefriando, 2016, Tax Treaty,
Celah Google Menolak Patuhi Pajak di RI. URL: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-3300989/tax-treaty-celah-google-menolak-patuhi-pajak-di-ri
15
Susetyo Dwi Prihad,2016, Sudah Punya Kantor, Mengapa Google Perlu Bentuk Usaha
Tetap? URL : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160225133042-213-
113467/sudah-punya-kantor-mengapa-google-perlu-bentuk-usaha-tetap

10
istilah pajak, tax planning diartikan sebagai usaha-usaha wajib pajak
untuk meminimalkan pembayaran pajaknya. Satu titik dari tax
planning yang dianggap tidak bisa ditoleransi adalah aggressive tax
planning.16

Penghindaran pajak yang di lakukan Google disebut penghindaran


pajak secara yuridis. Wajib pajak meloloskan diri dari unsur-unsur
yang dapat dikenakan pajak, tetapi tidak nyata-nyata dengan
penahanan diri atau penggunaan surogat, melainkan
diatur/dirumuskan sedemikian rupa, sehingga pajak tidak dapat
menimpanya lagi, dalam hal demikian dikatakan bahwa ada
penghindaran secara yuridis. 17

Skema Transfer Pricing oleh Google

Era Ekonomi digital telah mengubah skema atau model bisnis dari
perusahaan-perusahaan multinasional. Hal ini turut berdampak pada
analisis transfer pricing. Dalam UN TP Manual 2017, transfer pricing
knowledge adalah mengenai penetapan harga, alasan ekonomi yang rasional,
pengetahuan pasar, serta pengetahuan bisnis dan industri. Hal inilah yang
membuat pengetahuan terhadap sistem dan instrumentransfer
pricing menjadi krusial agar cocok dengan skema atau model bisnis yang
baru.18

Model bisnis dan kerja sama usaha baru seperti bisnis start up, over the
top dan financial technology sangat berkembang di era ekonomi digital.
Bahkan perkembangannya semakin meluas hingga dikenal virtual currency.19
16
Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, 2016. GOOGLE DAN SUBJEK PAJAK BENTUK USAHA
TETAP, URL: https://business-law.binus.ac.id/2016/08/31/google-dan-subjek-pajak-bentuk-usaha-
tetap/
17
R. Santoso Brotodiharjo, Ilmu Hukum Pajak. (Jakarta: P.T. Ereseco, 1982) Jakarta, hlm.
14.
18
Redaksi DDTCNews, 2019, Skema Bisnis Multinasional Berubah, Isu Transfer Pricing
Makin Urgen. URL : https://news.ddtc.co.id/skema-bisnis-multinasional-berubah-isu-
transfer-pricing-makin-urgen-15689
19
Redaksi DDTC News, 2019, Meninjau Aspek Administrasi & Kebijakan Pajak Ekonomi

11
Hal ini akan memengaruhi otoritas pajak, wajib pajak lokal maupun
multinasional, serta konsultan pajak yang khusus di bidang transfer pricing. 

Untuk mengecilkan pajaknya, Google menggunakan sebuah skema


khusus. Skema itu berhasil membuatnya menghemat pajak hingga
USD3,1 miliar pada 2007 dan menyumbangkan kenaikan pendapatan
hingga 26 persen.

Bermuda tidak menerapkan pajak. Karenanya, Bermuda termasuk


dalam salah satu tax haven (suaka pajak). Sebelum meletakkan
keuntungannya di Bermuda, Google terlebih dahulu memutarnya ke
Irlandia dan Belanda. Praktik ini lazim dikenal dengan sebutan
"Double Irish, and the Dutch Sandwich".

Google senang membawa uangnya berkeliling. Untung saja, ongkos


keliling itu jauh lebih murah dibandingkan jika langsung pulang ke
rumah. Dalam kasus Google, biasanya berjalan seperti ini: Saat
perusahaan yang berada di Eropa, Asia, Timur Tengah, Afrika, atau
Australia memasang iklan di Google, pendapatan iklan itu langsung
tercatat sebagai transaksi bersama Google Irlandia. Dan uang tersebut
otomatis langsung masuk ke sana.

Irlandia memberlakukan tarif pajak badan sebesar 12,5 persen, tapi


Google berhasil menghindari dengan menggunakan celah yang
disediakan oleh Irlandia sendiri. Menurut Pengamat perpajakan dari
Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Yustinus Prastowo,
menjelaskan celah itu berada pada definisi yang berbeda soal subjek
pajak.

Jika di Indonesia-- atau negara lain pada umumnya-- mengatur


sebuah perusahaan yang berkedudukan di suatu negara maka akan

Digital. URL: https://news.ddtc.co.id/meninjau-aspek-administrasi--kebijakan-pajak-


ekonomi-digital-15636

12
otomatis merupakan subjek pajak.

"Di Irlandia, aturan subjek pajaknya mengacu pada dua hal:


setiap PT yang didirikan di Irlandia dan control of
management di Irlandia. Nah itu dia membuka ruang. Orang
tinggal buka head office di Irlandia, dan management office
di Bermuda (suaka pajak). Akhirnya dia bukan subjek pajak
di Irlandia," ujar Prastowo kepada Beritagar.id, Selasa
(11/10/2016).

Namun begitu, akan sulit bagi Google untuk memindahkan uangnya


langsung dari Irlandia ke kantong pribadinya yang berada di Bermuda
tanpa dijatuhi potongan pajak yang tinggi. Oleh karenanya, uang
Google tadi melakukan perjalanan singkat ke Belanda.

Irlandia dengan Belanda, maupun negara-negara kawasan Uni Eropa


lainnya, terikat kesepakatan tarif pajak perusahaan 0 persen. Untuk
negara lain di luar kawasan itu, Belanda memberikan tarif
perusahaannya sebesar 25,5 persen.
Google pun kemudian memindahkan uangnya dari Irlandia ke
Belanda melalui Google Belanda. Untuk diketahui, Google Belanda
hanyalah perusahaan cangkang, tidak punya pegawai, struktur
organisasinya fiktif.

Dan dengan mudahnya, Google memindahkan 99,8 persen dari


keuntungannya tadi di Belanda ke Bermuda. Sementara, "anak
perusahaan" Google yang berada di Bermuda, sebenarnya adalah
bagian dari Google yang berada di Irlandia tadi. Oleh karenanya,
skema "Double Irish" tadi berasal.

Belum selesai. Uang-uang tadi bisa dengan mudahnya masuk ke AS


tanpa harus dipotong 35 persen. Kemudahan itu bisa terjadi berkat

13
aturan yang dibuat oleh AS sendiri pada 1996, yang bernama "check-
the-box".

Google Irlandia, bisa mendapatkan keistimewaan asalkan pada saat


didirikan, perusahaan tersebut didaftarkan sebagai "perpanjangan
tangan" dari Google Amerika. Dengan kondisi demikian, uang yang
dibawa dari Bermuda tadi bisa masuk ke AS dengan tarif yang jauh
lebih murah dari tarif umumnya.

The Tax Adviser menjelaskan, aturan check-the-box ini sebenarnya


ada cara untuk memberi klasifikasi kepada suatu entitas dengan
mengizinkan si pembayar pajak untuk memilih diperlakukan sebagai
perusahaan atau entitas terbuka untuk kepentingan perpajakan AS.

Aturan itu mengizinkan entitas-entitas yang memenuhi syarat untuk


memilih di antara banyaknya klasifikasi bisnis, baik domestik maupun
internasional.
Pemerintah AS sebenarnya mengaku menyesal memberlakukan aturan
"check the box" ini. Terlebih setelah banyak perusahaan raksasa yang
memanfaatkan skema ini, dan membuat AS sendiri mengalami
kerugian fiskal.

Dengan seluruh celah tadi, segala keuntungan yang diterima Google


secara totalnya hanya terpotong 2,4 persen. Sebuah tarif yang sangat
kecil dibandingkan jalur resmi yang bisa mencapai di atas 20 persen.

Skema transfer pricing yang dilakukan Google ini legal. Namun,


perkara lain yang muncul adalah ketika Google dinilai merugikan
sebuah negara karena tidak patuh dalam mengikuti aturan
perpajakannya.

Google menggunakan strategi yang dikenal dengan istilah “Double


Irish With a Dutch Sandwich”, mengacu pada dua negara yang

14
digunakan sebagai fasilitator, yakni Irlandia dan Belanda, untuk
menuju tujuan akhir berupa negara tax haven. 20

Untuk lebih jelasnya, Di Irlandia, Google memiliki dua anak


perusahaan. Salah satunya mengumpulkan pendapatan dari berbagai
wilayah di dunia. Lainnya memegang hak atas paten dan properti
intelektual Google. Anak perusahaan pertama yang mengumpulkan
pendapatan akan menyalurkan dana tersebut sebagai “pembayaran
royalti” ke anak perusahaan kedua yang memegang paten.

Ronna Nirmala, 2016, Negara versus Google, mana yang lebih bijak?, URL:
20

https://beritagar.id/artikel/laporan-khas/negara-dan-google-mana-yang-lebih-bijak

15
Di Irlandia, royalti dipajaki lebih rendah dibandingkan pemasukan
jenis lain. Tapi dana tak langsung ditransfer, melainkan dialihkan
terlebih dahulu ke anak perusahaan lain di Belanda, yakni Google
Netherlands Holdings B.V., untuk menghindari pajak penghasilan
(withholding tax) di Irlandia tadi, sekaligus pajak tinggi yang
dikenakan apabila dana langsung dipindahkan ke negara tax haven.

Regulasi Irlandia tak mengenakan pajak untuk pembayaran royalti


tertentu ke perusahaan yang berbasis di negara sesama anggota Uni
Eropa (Belanda). Dari sana, barulah sebagian besar dana kembali
ditransfer ke anak perusahaan kedua di Irlandia sebagai pemegang
royalti.

Skema Double Irish Dutch Sandwich. Pendapatan dari pasar, dalam


contoh ini Inggris/ United Kingdom, dialihkan ke satu anak
perusahaan di Irlandia (B). Dana tersebut ditransfer ke anak
perusahaan lain di Belanda (S) sebagai pembayaran royalti, untuk
kemudian diteruskan ke anak perusahaan kedua di Irlandia (A).

Anak perusahaan kedua di Irlandia ini berkantor di Bermuda (H) dan


telah lebih dulu memiliki hak kekayaan intelektual dari perusahaan
induk di AS (X) yang diperlukan untuk mengkategorikan transfer dana
sebagai pembayaran royalti.

16
21

(IMF) Meski terdaftar di Irlandia, anak perusahaan kedua pemegang


properti intelektual ini tak berkantor di negara tersebut, melainkan
negara lain yang dikenal sebagai tax haven -misalnya Bermuda dalam
kasus Google- yang tak mengenakan pajak pemasukan korporasi sama
sekali, alias 0 persen. Sekali lagi terdapat celah regulasi yang
dieksploitasi karena Irlandia tidak mengategorikan perusahaan yang
manajemen pusatnya berada di luar negeri sebagai tax resident.

Dana akan sulit dilacak begitu sampai di Bermuda karena anak


perusahaan Google di sana memiliki status hukum sebagai “unlimited
liability company”. Artinya, menurut hukum Irlandia, perusahaan
21
Michael Hennigan, 2013, IMF explains “Double Irish Dutch Sandwich” tax avoidance,
URL: http://www.finfacts.ie/irishfinancenews/article_1026675.shtml, diakses tanggal 15 Mei
2019

17
yang bersangkutan tidak diwajibkan membuka informasi finansialnya.
Dengan memanfaatkan skema “Double Irish with a Dutch Sandwich”
di atas, Google menghindari pembayaran pajak pemasukan
perusahaan di Irlandia sebesar 12,5 persen yang sudah lebih kecil
dibandingkan AS (35 persen) atau Inggris (28 persen).

Tahun 2015, Alphabet, perusahaan induk Google yang dicurigai turut


dibentuk lewat restrukturisasi untuk menghindari pajak di AS,
mencatat rata-rata rate pajak hanya 6,3 persen di luar Negeri Paman
Sam. Angka tersebut hanya seperempat dari rata-rata tax rate yang
diberlakukan di negara-negara tempat Google beroperasi. Meski
terdengar curang, praktik ini sepenuhnya legal karena sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku (dengan memanfaatkan celah-celah
tertentu).

“Google menaati peraturan pajak di semua negara tempat


kami beroperasi,” ujar seorang juru bicara Google ketika
dimintai komentar oleh Forbes.

Praktik umum Pada 2013, pemerintah Irlandia mengeluarkan


peraturan baru yang mewajibkan perusahaan yang terdaftar di sana
untuk turut menjadi wajib pajak di negara tersebut. Tujuannya tak lain
untuk menjegal skema “Double Irish”, supaya Irlandia tak lagi
dimanfaatkan sebagai perantara bagi perusahaan asing untuk
melarikan pandapatan dan menghindari pajak. Namun, aturan
tersebut baru akan berlaku pada 2020 mendatang untuk perusahaan-
perusahaan lama yang sudah beroperasi sehingga celah-celah regulasi
masih bisa dimanfaatkan selama beberapa tahun lagi.

Google sendiri bukan satu-satunya perusahaan besar yang


memanfaatkan celah dimaksud. “Double Irish” adalah praktik umum
yang jamak dilakukan korporasi-korporasi multinasional untuk

18
menghindari pajak. Beberapa raksasa teknologi AS turut melakukan
hal serupa. Facebook, misalnya, diketahui mengalihkan pemasukan
dari Irlandia ke Cayman Island, sebuah negara tax haven. Lalu ada
juga Microsoft, dan Apple yang belakangan tersangkut penggelapan
pajak dan dituntut membayar pajak yang berlaku surut sebesar 13
miliar Euro (Rp 192 triliun) oleh Komisi Eropa.

Di Indonesia, Google dianggap mengemplang pajak karena belum


menjadi badan usaha tetap (BUT) alias belum menjadi wajib pajak.
Kantornya di Indonesia selama ini hanya bersifat sebagai perwakilan,
bukan kantor tetap. Karena itu, transaksi bisnis Google yang terjadi di
Tanah Air tidak berkontribusi pada pendapatan negara. 22

Padahal, transaksi bisnis periklanan digital (yang merupakan ladang


usaha Google) pada tahun 2015 saja mencapai kisaran 850 juta dollar
AS atau sekitar Rp 11,6 triliun. Untuk meloloskan pendapatannya dari
transaksi iklan di Indonesia supaya tak dikenai pajak, Google
diketahui mentransfer laba yang didapatkan di Indonesia ke Google
Asia- Pasifik di Singapura, hal ini disebabkan karena pajak
perusahaan yang dikenakan oleh Negara Singapura sebesar 17%
sedangkan Indonesia menetapkan pajak perusahaan sebesar 25%.

Upaya pemerintah Indonesia dalam memajaki Google

Indonesia baru saja menandatangani perjanjian Multilateral


Convention to Implement Tax Treaty Related to Measures to Prevent
Base Erotion and Profit Shinfting (Multilateral Instrument/MLI) di
kantor pusat OECD Paris, Prancis pada 7 Juni 2017. Hingga saat ini,

22
Oik Yusuf, 2016, Cara Google Memanfaatkan "Celah" untuk Menghindari Pajak",
URL:
https://tekno.kompas.com/read/2016/09/20/10330087/cara.google.memanfaatkan.cela
h.untuk.menghindari.pajak?page=all. 

19
sudah ada 68 negara yang turut serta dalam menandatangani
perjanjian tersebut dan segera disusul oleh 30 negara lainnya. 23

OECD telah mengembangkan Multilateral Instrumen (MLI) sebagai


salah satu solusi konkret bagi pemerintah untuk menutup kesenjangan
dalam peraturan pajak internasional yang ada dengan merujuk pada
hasil dari implementasi Rencana Aksi Penggerusan Basis Pajak dan
Pengalihan Laba (Base Erosion and Profit Shifting/ BEPS Action
Plan) ke dalam perjanjian pajak bilateral di seluruh dunia.

Action Plan terkait dengan ketentuan dalam P3B sendiri dapat


dibedakan menjadi ketentuan yang bersifat mandatory dan opsional.
Ketentuan yang bersifat mandatory atau wajib diadopsi oleh negara-
negara penandatangan MLI adalah ketentuan pencegahan
penyalahgunaan P3B, perubahan atau penambahan dalam bagian
preamble P3B, dan Mutual Agreement Procedure (MAP).

MLI adalah modifikasi pengaturan Tax Treaty secara serentak, tanpa


melalui proses negosiasi bilateral untuk meminimalisir potensi pajak
berganda dan mencegah penghindaran pajak. Sampai saat ini,
terdapat kurang lebih 3.000 Tax Treaty atau perjanjian penghindaran
pajak berganda (P3B) yang berlaku di dunia. Karena itu, MLI
merupakan cara tercepat untuk memperkuat perjanjian pajak.

Dengan kesepakatan itu, akan ada lebih dari 1.100 Perjanjian


Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang harus dimodifikasi,
mengingat MLI adalah suatu instrumen dalam melakukan renegosiasi
massal perjanjian bilateral antarnegara, terbatas untuk isu-isu tertentu
dalam P3B, dengan opsi-opsi yang ditentukan sebelumnya (Jonathan
Schwarz, 2017).24
23
Suci Noor Aen, 2017, Apa Itu Multilateral Instrument? URL: https://news.ddtc.co.id/apa-
itu-multilateral-instrument-10291
24
Ganda Christian Tobing, 2017, Multilateral Instrument, Mekanisme dan Posisi Indonesia.
URL: https://news.ddtc.co.id/multilateral-instrument-mekanisme-dan-posisi-indonesia-

20
Dikembangkannya MLI oleh OECD ditujukan untuk menghindari
proses negosiasi perjanjian yang panjang dan memakan waktu yang
lama yang selama ini terjadi pada perjanjian bilateral. Sehubungan
dengan interaksi antara MLI dan perjanjian yang ada, MLI akan
menyediakan klausul kompatibilitas.

MLI berisi serangkaian langkah-langkah yang akan mengurangi


kesempatan perusahaan multinasional untuk melakukan
penghindaran pajak. Ini berkaitan dengan topik, seperti hybrid
mismatch, treaty abuse, meningkatkan penyelesaian sengketa (dispute
resolution) dan penghindaran status bentuk usaha tetap (Permanent
Establishment/PE).

MLI juga menerapkan standar minimum yang harus disepakati untuk


melawan penyalahgunaan perjanjian dan untuk memperbaiki
mekanisme penyelesaian perselisihan dengan memberikan fleksibilitas
untuk mengakomodasi kebijakan perjanjian pajak yang lebih spesifik.

Fleksibilitas yang diberikan dalam MLI berupa:

 Membiarkan negara untuk menentukan perjanjian pajak yang


digunakan dalam MLI.
 Menciptakan fleksibilitas berkenaan dengan ketentuan yang
terkait dengan standar minimum, untuk memungkinkan
negara-negara memilih opsi yang paling sesuai untuk
negaranya. Termasuk kemungkinan untuk memilih keluar pada
saat ketentuan tidak terkait dengan standar minimum.
 Membiarkan pilihan untuk menerapkan ketentuan opsional atau
alternatif, seperti ketentuan opsional mengenai arbitrase wajib
dan mengikat.

10359

21
Setiap negara dapat memutuskan ketentuan MLI mana yang akan
diadopsi dan perjanjian perpajakan yang akan dimodifikasi dalam
MLI. Kompleksitasnya tercermin dalam kenyataan bahwa dua negara
mungkin akan membuat keputusan yang berbeda mengenai ketentuan
yang sama, sehingga dapat mempengaruhi perjanjian bilateral mereka.
Hal tersebut harus diselesaikan melalui perundingan bilateral
tambahan.

MLI diyakini akan menjadi salah satu perjanjian pajak paling kuat
yang pernah ditandatangani. MLI akan memiliki dampak besar dan
menjadi titik balik dalam sejarah perpajakan dunia. Penandatanganan
MLI digambarkan sebagai tonggak penting dalam agenda pajak
internasional.25

Posisi Indonesia atas MLI

Secara umum, hubungan antara ketentuan MLI, output dari BEPS Action


Plan, ketentuan yang relevan dalam P3B, dan posisi Indonesia atas MLI
adalah sebagai berikut:

Ketentuan MLI BEPS Action Ketentuan Posisi


Plan yang relevan Indonesia
dalam P3B
(OECD Model)

Pasal 3: Transparent Action Pasal 1 (Person Reservation


Entities Plan 2: Hybrid covered) dan
Mismatches Pasal 23
(Eliminasi Pajak
Berganda)

Pasal 4: Dual Resident Action Pasal 4 (Fiscal Adopsi,


Plan 2: Hybrid Domicile/Reside kecuali reservatio
25
Suci Noor Aen, 2017, Apa Itu Multilateral Instrument? URL: https://news.ddtc.co.id/apa-
itu-multilateral-instrument-10291

22
Mismatches nt Clause) nuntuk P3B
Indonesia-
Amerika Serikat
dan P3B
Indonesia-Turki

Pasal 5: Eliminasi Pajak Action Pasal 23 Reservation


Berganda Plan 2: Hybrid (Eliminasi Pajak
Mismatches Berganda)

Pasal 6: Tujuan P3B Action Bagian Preambl Adopsi


Plan 6: Treaty e P3B
Abuse

Pasal 7: Pencegahan Action Pasal baru PPT dan


Penyalahgunaan P3B Plan 6: Treaty Simplified LoB
Abuse

Pasal 8: Action Pasal 10 Adopsi, namun


Ketentuan minimum hold Plan 6: Treaty (Dividen) Indonesia hanya
ing perioddalam Abuse memberikan
distribusi dividen bagi notifikasi tentang
pemegang saham dengan ketentuan P3B
jumlah kepemilikan Indonesia-Jepang
tertentu sebagai ketentuan
yang relevan
dalam CTA

Pasal 9: Action Pasal 13 (Capital Adopsi


Ketentuan minimum Plan 6: Treaty Gains)
holding perioddalam Abuse
pemajakan atas Capital
Gains dari peralihan
saham yang nilainya,
secara prinsipil, berasal

23
dari nilai immovable
property

Pasal 10: Pencegahan Action Pasal baru Reservation


penyalahgunaan P3B Plan 6: Treaty
dengan memanfaatkan Abuse
BUT yang berada di
negara ketiga

Pasal 11: Saving Action Pasal baru Adopsi


Clause(ketentuan untuk Plan 6: Treaty
tidak membatasi hak Abuse
pemajakan suatu negara
terhadap wajib pajak
dalam negeri-nya sendiri)

Pasal 12: Penghindaran Action Plan 7: Pasal 5 (BUT) Adopsi


status BUT melalui skema Pencegahan
komisioner Penghindaran
Status BUT

Pasal 13: Penghindaran Action Plan 7: Pasal 5 (BUT) Adopsi


status BUT melalui Pencegahan
pemanfaatan status Penghindaran
pengecualian BUT Status BUT

Pasal 14: Penghindaran Action Plan 7: Pasal 5 (BUT) Adopsi


status BUT melalui Pencegahan
pemecahan kontrak Penghindaran
Status BUT

Pasal 15: Action Plan 7: Pasal 5 (BUT) Adopsi


Definisi Personyang Pencegahan
memiliki hubungan Penghindaran
dengan Badan Usaha

24
(Enterprise) BUT

Pasal 16: MAP Action Plan 14: Pasal 25 (MAP) Adopsi, dengan


Penyelesaian catatan Indonesia
Sengketa hanya
memperbolehkan
wajib pajak
mengajukan MAP
ke negara
domisilinya

Pasal 17: Corresponding Action Plan 14: Pasal 9 ayat (2) Reservation,


Adjustment Penyelesaian (Associated dengan catatan
Sengketa Enterprises) dan Indonesia akan
25 (MAP) melakukan corres
ponding
adjustment melalu
i prosedur MAP

Pasal 18-26: Arbitrase Action Plan 14: Pasal 25 (MAP) Tidak menyatakan


Penyelesaian posisi
Sengketa

Terkait dengan ketentuan pencegahan penyalahgunaan P3B dalam daftar


CTA Indonesia, perlu dicatat bahwa dalam P3B Indonesia, ketentuan yang
serupa dengan ketentuan PPT dapat ditemukan dalam Pasal 10, 11, dan 12
P3B Indonesia dan Hong Kong.

Kemudian pada Pasal 24 P3B Indonesia dan India (meski dalam P3B
Indonesia dan India disebut sebagai Pasal LoB, namun karakter dari Pasal 24
tersebut memiliki kesamaan dengan ketentuan PPT), Pasal 10, 11, dan 12 P3B
Indonesia dan Laos, serta Pasal 11 dan 12 P3B Indonesia dan Inggris.

Selain Laos yang belum meneken MLI, ketentuan yang serupa dengan PPT
dalam ketiga P3B lainnya itu akan digantikan dengan ketentuan PPT dalam

25
MLI. Ketentuan PPT tersebut juga akan ditambahkan ke dalam P3B
Indonesia dengan negara mitra yang turut menandatangani MLI dan
memasukkan P3B dengan Indonesia dalam daftar CTA negara mitra itu.

Ketentuan Simplified LoB diadopsi oleh 12 negara penandatangan MLI saja.


Dari 12 negara itu, hanya India yang termasuk ke dalam CTA Indonesia.
Karena India juga memasukkan P3B dengan Indonesia dalam daftar CTA nya,
maka ketentuan Simplified LoB yang diadopsi Indonesia hanya relevan untuk
memodifikasi P3B Indonesia dan India.

Posisi suatu negara atas MLI masih dimungkinkan berubah, sehingga catatan
atas posisi Indonesia ini merupakan titik awal dalam menganalisis posisi
Indonesia, tetapi tidak merefleksikan posisi terakhir Indonesia. Itu berarti,
hingga MLI diratifikasi, suatu negara maish dapat mengubah posisinya.
Namun, perubahan posisi tidak dimaksudkan untuk menambah atau
memperluas posisi reservation.

Yang pasti, penandatanganan MLI oleh Pemerintah Indonesia akan


menyebabkan interpretasi dan aplikasi P3B di masa yang akan datang tidak
lagi hanya melibatkan ketentuan P3B, peraturan domestik, OECD atau UN
Commentary, dan putusan Pengadilan, tetapi juga ketentuan MLI
beserta explanatory statement dan posisi Indonesia serta negara mitra P3B
atas MLI.26

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menjelaskan bahwa MLI merupakan


upaya bersama secara global guna mencegah praktik-praktik yang
dilakukan oleh wajib pajak atau badan usaha untuk mengalihkan
keuntungan dan menggerus pajak suatu negara.

" Maka Indonesia dapat mengamankan penerimaan pajak


dengan mencegah penghindaran pajak dalam bentuk
menyalahgunakan Tax Treaty (perjanjian pajak)" dikutip dari
akun instagram pribadinya (Kamis, 8 Juni 2017).

Penghindaran pajak, selama ini dilakukan Bentuk Usaha Tetap (BUT)

26
Ganda Christian Tobing, 2017, Multilateral Instrument, Mekanisme dan Posisi Indonesia.
URL: https://news.ddtc.co.id/multilateral-instrument-mekanisme-dan-posisi-indonesia-
10359

26
dengan memecah fungsi organisasi, memecah waktu kontrak, rekayasa
kontrak dan rekayasa kepemilikan yang bertujuan untuk menghindari
kewajiban perpajakan. Indonesia tengah berupaya memerangi
penghindaran dan pengalihan pajak oleh pembayar pajak di tanah air.

Sebagai contoh adalah Google. Saat ini kantor Google di Indonesia


hanya menjalankan fungsi marketing sedangkan fungsi akunting yang
di dalamya ada fungsi pembayaran dan penagihan dilakukan di
Singapura. Sehingga seakan-akan Google tidak memperoleh
penghasilan di Indonesia, karena penghasilan tercatat diterima oleh
Google Singapura. Namun menurut Ken Dwijugiasteadi (Dirjen Pajak)
pada hari Selasa 13 Juni 2017, Google telah melunasi tunggakan pajak
yang terhutang sejak tahun 2009 sampai sekarang.

Dengan banyaknya Tax Treaty antar negara (bilateral), perusahaan


atau pribadi bisa melakukan Treaty Shopping atau mencari perjanjian
antar negara yang paling bisa mengurangi kewajiban pajaknya.
Misalnya membuat kantor pusat di negara dengan pajak yang rendah
dan tidak mempunyai perjanjian pajak dengan negara asal atau negara
yang paling banyak memberikan penghasilan. Istilah saya, Uang yang
Tidak Mengenal Nasionalisme.

MLI diharapkan bisa mengurangi Treaty Abuse (usaha untuk mencari


celah perjanjian pajak), meningkatkan penyelesaian perselisihan,
mencegah pemindahan BUT dari negara asal dan menetralisasi
kekacauan akibat tumpang tindihnya perjanjian pajak (MLI
menghapus 1100 perjanjian pajak bilateral).

68 negara telah menandatangani MLI dan 9 Negara telah


memberikan surat yang menyatakan mereka berminat untuk
menandatangani MLI.
Dengan adanya MLI, maka usaha untuk menghindari pajak akan

27
semakin sulit. Ditambah lagi dengan Automatic Exchange of
Information (AEoI) yang akan melaporkan rekening nasabah asing
secara otomatis.

Pada saat ini banyak perusahaan terutama yang bergerak di bidang


teknologi internet atau yang lebih dikenal dengan istilah Over the Top
Content (OOT), seperti Google, Twitter, Facebook, Instagram dan
lainnya melakukan Treaty Shopping untuk mengurangi kewajiban
pajak mereka. Perusahaan-perusahaan ini pendapatan utamanya
adalah dari iklan yang mereka jual di beberapa negara, tetapi akan
berusaha untuk tidak membayar pajak di negara tempat mereka
menjual. 27

Upaya lain yang di lakukan pemerintah adalah dengan adanya aturan


baru mengenai penentuan BUT. Hal ini tertaung dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 35 Tahun 2019 tentang Penentuan Bentuk
Usaha Tetap yang diteken 1 April 2019 lalu. Melalui beleid ini, orang
pribadi asing atau perusahaan asing harus mendaftarkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Kemenkeu sebulan setelah mereka beroperasi di Indonesia.

Aturan ini berlaku bagi orang atau perusahaan asing yang melakukan
kegiatan sesuai Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah. Namun, jika orang atau badan asing yang berusaha di Indonesia
tidak melaksanakan kewajiban tersebut, maka DJP berhak menerbitkan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan.

"Dalam hal orang pribadi asing atau badan asing yang


menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap tidak melaksanakan kewajiban, direktur jenderal pajak dapat

27
Ronald Wan, 2017, Multilateral Instrument on Tax Treaty, Sarana Kejar Pajak
Perusahaan Multinasional. URL:
https://www.kompasiana.com/ronaldwan/5941dd2650f9fd75048b456a/multilateral-
instrument-on-tax-treaty-sarana-kejar-pajak-perusahaan-multinasional#

28
28
menerbitkan NPWP secara jabatan," jelas Sri Mulyani

Melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor 35/PMK.03/2019 tentang


Badan Usaha Tetap (BUT), pemerintah menegaskan bahwa perusahaan asing
yang secara "fisik" berpusat di negara lain tapi bertransaksi dan memperoleh
penghasilan di Indonesia tetap menjadi objek pajak. Dengan demikian, orang
atau perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia otomatis menjadi subjek
pajak sehingga orang pribadi, asing atau badan asing tersebut wajib memiliki
nomor pokok wajib pajak dan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak (PKP) serta wajib memiliki NPWP maka
keleluasaan DJP untuk pemeriksaan akan lebih besar. Namun, kewajiban ini
tidak berlaku bagi orang atau perusahaan asing yang hanya melakukan
persiapan dan penunjang. Hal ini untuk mencegah subjek pajak dikenakan
pajak secara berganda.

Pasal 5 (1) PMK itu menyatakan bahwa salah satu tempat usaha BUT, salah
satunya adalah kegiatan berupa komputer, agen elektronik atau peralatan
otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh orang pribadi asing atau
badan asing untuk menjalankan usaha melalui internet. PMK tersebut akan
memudahkan pemerintah untuk menarik pajak dari perusahaan OTT seperti
Google. Sebab selama ini, perusahaaan-perusahaan yang belum berstatus
BUT itu kerap berkelit dan membuat setoran pajak yang masuk ke kantong
pemerintah tak setimpal dengan transaksi dan keuntungan yang mereka
dapatkan.29

Negara lain dalam menarik pajak Google

Di Inggris, hasil penyelidikan selama enam tahun menyimpulkan bahwa


Google berlaku curang dengan membayar pajak jauh lebih sedikit daripada
yang semestinya. Jumlah pembayaran pajak (berlaku surut) yang dijanjikan
Google ke pemerintah Inggris setelah ketahuan -sebesar 130 juta
Poundsterling- dinilai sangat kecil dibanding skala bisnis Google di negara
28
CNN Indonesia, 2019, Sri Mulyani Rilis Aturan Baru Paksa Facebook Cs Bayar Pajak
URL: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190405113940-532-383639/sri-mulyani-
rilis-aturan-baru-paksa-facebook-cs-bayar-pajak
29
Hendra Friana, 2019, Google dkk Kini Sulit Berkelit dari Pajak Usai PMK BUT diteken.
URL: https://tirto.id/google-dkk-kini-sulit-berkelit-dari-pajak-usai-pmk-but-diteken-dlet

29
tersebut. Daily Mail menyebutkan bahwa Google setidaknya memiliki 5
kantor utama di Inggris, negeri yang menjadi pasar kedua terbesar bagi
Google di luar Amerika Serikat.30

Sama halnya dengan Google di Indonesia, di Inggris rupanya Google juga


bersikeras tidak memiliki kantor permanen dan karenanya tak perlu
membayar pajak perusahaan sebesar 20-an persen di negara itu. Profit dari
Inggris sebesar 8 miliar Poundsterling per tahun dialihkan oleh Google ke
Irlandia sebagai upaya penghindaran pajak yang ada di Inggris.

Meski demikian, Inggris justru menjadi negara pertama yang berhasil


membuat Google membayar tunggakan pajak dengan nilai yang cukup besar
yaitu sebesar 130 juta Poundsterling (atau sekitar USD159,1 juta/Rp2,07
triliun). Meski anggota parlemen Inggris meyakini Google seharusnya
membayar sesuai dengan nilai penjualannya yang mencapai 3,8 miliar
Poundsterling (sekitar Rp60,67 triliun).

Google bernegosiasi dan setuju mengubah sistem akuntansinya agar proporsi


aktivitas penjualan di Inggris yang lebih tinggi dibanding Irlandia. Inggris
merupakan pasar terbesar Google, setelah Amerika Serikat.

Untuk dapat memajaki Google, Negara Inggris menggunakan aturan pajak


baru yang dinamakan Diverted Profit Tax (DPT) yaitu pajak atas hasil
keuntungan yang dibawa ke luar negeri. Diverted profit tax berjalan pada
dua aturan dasar. Pertama, menyasar perusahaan asing yang berusaha
melawan aturan pembentukan BUT. Dan kedua, mencegah perusahaan asing
untuk menciptakan keuntungan perpajakan dengan memanfaatkan celah
aturan perpajakannya. Dengan adanya aturan itu, Google Inggris dijatuhi
denda 25 persen dari tagihan pajaknya.  Skema ini memungkinkan Inggris
memungut pajak atas laba atau royalti walau telah dialihkan ke negara lain
yang memiliki aturan perpajakan longgar.

Tak hanya itu, di Australia pun Google juga mencari celah untuk mengurangi
pajak yang seaharusnya dibayar. Untuk dapat memajaki Google, Pemerintah
Australia akhirnya membuat Undang-Undang baru yang bisa memaksa

30
Oik Yusuf, 2016, Cara Google Memanfaatkan "Celah" untuk Menghindari Pajak",
URL:
https://tekno.kompas.com/read/2016/09/20/10330087/cara.google.memanfaatkan.cela
h.untuk.menghindari.pajak?page=all.  

30
mereka membayar. Aturan itu dinamai Multinational Anti Avoidance
Law (MAAL). Salah satu butir dalam aturan baru itu adalah besaran penalti
yang bisa mencapai 120 persen atas perusahaan yang terbukti melakukan
pengemplangan pajak.

Dan terkait dengan pengalihan keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan


Google, saat ini pemerintah Australia telah mengajukan RUU Diverted Profit
Tax (DPT) yang sebelumnya sudah berhasil diterapkan di Negara Inggris
dalam memajaki perusahaan Over The Top dengan tarif 40%

Aturan hukum yang disebut dengan nama “Google Tax” ini menyasar
perusahaan multinasional dengan pendapatan tahunan lebih dari AU$1
miliar atau sekitar Rp10,2 triliun yang menggunakan skema keuangan untuk
tujuan memperoleh manfaat pajak di Australia.

Sejak aturan anti penghindaran pajak ini diberlakukan, seperti dilansir


dalam The Brandon Sun, pemerintah mengatakan sebanyak 30 perusahaan
multinasional ditemukan membayar pajak dalam jumlah sedikit atau tidak
sama sekali membayar pajak atas kegiatan bisnisnya yang berlokasi di
Australia.31

India melakukan hal yang lebih berani. Juni lalu, India memberlakukan
aturan pengenaan pajak 6 persen atas setiap perusahaan India yang
memasang iklan di Google India atau bisa dibilang dikenakan tarif sebesar 6%
dari gross penghasilan,. Aturan pajak ini dibuat khusus bagi e-commerce
secara sendiri atau tidak tergabung dalam aturan khusus mengenai pajak
penghasilan (PPh). Hal ini dinilai lebih efisien lantaran tidak memberikan
ruang bagi perusahaan digital ekonomi untuk memanfaatkan celah
penghindaran pajak yang ada di dalam Tax Treaty

Di India Google berhasil mendapatkan keuntungan sekitar USD525,11 juta


pada 2014. Jika, diambil 6 persennya saja dari nilai keuntungan itu, maka
nilai pajak yang hilang dari Google India adalah sekitar USD2,1 juta (sekitar
Rp27,4 triliun).

Saat ini Indonesia bisa dibilang sudah sejajar dengan tiga Negara diatas
karena sudah berhasil membuat Google memenuhi kewajibannya membayar
31
Suci Noor Aeny, 2017, Begini Cara Negeri Kanguru Pajaki Facebook dan Google. URL:
https://news.ddtc.co.id/australia-begini-cara-negeri-kanguru-pajaki-facebook-dan-google-
9668

31
pajak ke Pemerintah Indonesia setelah melewati beberapa negosiasi antara
Pihak Indonesia dengan perusahaan daring raksasa asal Amerika Serikat itu.

Google akhirnya setuju membayar tunggakan pajaknya. Perusahaan asal


Amerika Serikat ini melunasi kewajiban pajaknya sesuai SPT 2016 setelah
sebelumnya Google menolak untuk diperiksa. Keberhasilan ini dilandasi asas
saling membutuhkan dan tren di dunia yang membuka jalan damai
melalui tax settlement (nilai tawaran penyelesaian tunggakan pajak), sebagai
cara yang dipakai Ditjen Pajak.

32

Anda mungkin juga menyukai