Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH RESUSITASI NEONATUS

Dosen Pengampu : Sartini Bangun, S.Pd, M.Kes

Oleh :

Kelompok 11

May Sepriana Situmorang (P07524119025)

Serina Dwi Liyanti (P07524119035)

Sri Dinda Efendi (P07524119036)

Mifta Indika (P07524119066)

Nur Fadillah Sari (P07524119069)

Putri Rahayu Wijayati (P07524119072)

Nisha Permata br torong (P07524319007)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nyasehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa penulis jugamengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusidengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Untuk kedepannya, dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena itu, keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulisyakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangatmengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaanmakalah ini.

Medan, 24 Februari 2021

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2

BAB II PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A.Latar Belakang............................................................................................................................ 4
B.Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4
C.Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
A. Pengertian Resusitasi................................................................................................................. 6
B. Tujuan Resusitasi ....................................................................................................................... 6
C. Tanda-tanda Resusitasi yang perlu dilakukan ............................................................................. 7
D. Kondisi yang memerlukan tindakan Resusitasi ........................................................................... 8
E. Persiapan Resusitasi bayi baru lahir ........................................................................................... 8
F. Keputusan resusitasi bayi baru lahir ......................................................................................... 11
G. Prosedur resusitasi bayi bau lahir ............................................................................................ 12
TAHAP 1: LANGKAH AWAL ....................................................................................................... 14
TAHAP II: VENTILASI................................................................................................................. 16
TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI ..................................................................................... 18
H. Asuhan Pascaresusitasi ............................................................................................................ 20
I. Asuhan Pascalahir (2-24 jam setelah lahir) ................................................................................ 21
J. Pencegahan Infeksi pada bayi baru lahir ................................................................................... 21

BAB III ............................................................................................................................................. 23


PENUTUP ........................................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 23
B. Saran ....................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia
berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut
jantung menjadi teratur.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6
menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi
berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan
kelainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional.Untuk menurunkan
kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru
lahir.Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.

Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi, tindakan
resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan
infeksi. Langkah-langkah dalam Manajemen Asfisia pada makalah ini ditujukan kepada
bidan yang pada umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian resusitasi ?
2. Apa tujuan resusitasi ?
3. Apa saja tanda-tanda resusitasi yang perlu dilakukan ?
4. Kondisi apa saja yang memerlukan tindakan resusitasi ?
5. Apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir ?

1
6. Apa saja keputusan resisutasi pada bayi baru lahir ?

7. Apa prosedur resusitasi bayi baru lahir?

8. Apa saja Asuhan Pascaresusitasi ?

9. Apa saja asuhan pascalahir (2-24 jam setelah lahir) ?

10. Apa saja pencegahan infeksi pada bayi baru lahir ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari resusitasi.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari resusitasi
3. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda resusitasi yang perlu dilakukan.
4. Untuk mengetahui kondisi apa saja yang memerlukan tindakan resusitasi.
5. Untuk mengetahui apa saja persiapan resusitasi bayi baru lahir.
6. Untuk mengetahui apa saja keputusan resusitasi bayi baru lahir.
7. Untuk mengetahui apa saja prosedur resusitasi bayi baru lahir.
8. Untuk mengetahui asuhan pascaresusitasi.
9. Untuk mengetahui asuhan pascalahir (2-24 jam setelah lahir).
10. Untuk mengetahui pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi
yangadekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkanoksigen
kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.Resusitasi digunakan untuk manajemen
asfiksia pada bayi baru lahir.

Adapun pengertian resusitasi menurut para ahli:

1. Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan


buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).

2. Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi


yangadekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkanoksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan
KesehatanMaternal dan Neonatal, 2002).

3. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkankembali


kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinyafungsi jantung
dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).

4. Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti


harfiah“menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat
dilakukanuntuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian
biologis.Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan
hidupdasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan
pascaresusitasi.

B. Tujuan Resusitasi
 Memberikan ventilasi yang adekuat.
 Membatasi kerusakan serebi.
 Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat – alat vital lainnya.

3
 Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri.

C. Tanda-tanda Resusitasi yang perlu dilakukan


o Pernafasan

Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat.Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan
selama 1 menit.Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya
apneu.Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan
menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.

o Denyut jantung – frekuensi

Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit.Cara yang termudah dan cepat
adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria
mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus
menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1
menit) Hasil penilaian:

1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan


menilai warna kulit.

2.Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi
untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).

o Warna Kulit

Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa
sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi
kemerahan.Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan.Bila terdapat sianosis
purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih
lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.

4
D. Kondisi yang memerlukan tindakan Resusitasi
 Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat
lidahyang jatuh ke posterior.
 Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada
ibumisalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam,
magnesiumsulfat, dan sebagainya.
 Kerusakan neurologis.
 Bayi kurang bulan.
 Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkangangguan pernapasan / sirkulasi.
 Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahanResusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama
kehidupan. Jikaterlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu
selanjutnya.

E. Persiapan Resusitasi bayi baru lahir


Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan. Tanpa
persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa menit
bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau
meninggal.Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi
dan persiapan diri (bidan).

1. Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-


kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.

2. Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:

 Gunakan ruangan yang hangat dan terang.


 Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat
misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat
pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).
5
Keterangan:

- Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.


- Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala
bayi.

- Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu


petromak.Nyalakan lampu menjelang persalinan.

3. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus


disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:

 Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi.


 Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi.
 Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi.
 Alat penghisap DeLee atau bola karet.
 Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup.
 Kota Alat resusitasi.
 Sarung Tangan.
 Jam atau pencatat waktu

Keterangan:

- Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan
misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau
sarung.
- Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos, selendang,
handuk ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi agar sedikit tengadah.
 Alat Penghisap Lendir DeLee.
 Bola Karet.
 Tabung dan Sungkup.
 Balon dan Sungkup.

6
Bagian-Bagian Balon dan Sungkup:

 Pintu masuk udara & tempat memasang reservar O2.


 Pintu masuk O2.
 Pintu keluar O2.
 Susunan katup.
 Reservoir O2.
 Katup pelepas tekanan (pop-off valve).
 Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)

Keterangan:

- Alat penghisap lender DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lender
husus untuk BBL
- Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam eadaan terpasang dan
steril.
- Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender DeLee dalam keadaan
steril, disimpan dalam kotak alat resusitasi.

Cara menyiapkan:

Kain ke-1:

Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban
segera lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut
ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.

Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat perineum ibu sampai
talipusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan tindakan resusitasi.

Kain ke-2:

Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutiBBL, agar tetap kering dan
hangat.Singkirkan kain e-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi.Ain ke-2 ini
diletakkan di atas tempat resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.

7
Kain ke-3:

Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan
posisi kepala bayi.Ain digulung setebal kira-kira 3cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang
menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.

 Alat Resusitasi:

Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee dan alat resusitasi
tabung/balon dan sungkup diletakkan deat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah diambil
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.

 Sarung tangan
 Jam atau pencatat waktu

4. Persiapan diri

Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

o Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker, penutup
kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
o Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
o Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan
gliserin.
o Keringkan dengan kain/tisu bersih.
o Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

F. Keputusan resusitasi bayi baru lahir


Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna
menentukan tindakan resusitasi.

8
Sebelum bayi lahir:
 Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
 Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna
kehijauan)?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
 Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap?
PENILAIAN  Menilai apakah tonus otot baik?

Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:

 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak


bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik.
KEPUTUSAN  Air ketuban bercampur mekonium.

Mulai lakukan resusitasi segera jika:

 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak


bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik:
Lakukan Tindakan Resusitasi BBL.

 Air ketuban bercampur mekonium:


Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya.
TINDAKAN

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah
lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan
penilaian cepat usaha napas dan tonus otot.Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi
perlu resusitasi.

G. Prosedur resusitasi bayi bau lahir


Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan
harus segera dilakukan.Penundaan pertolongan membahayakan bayi.Letakkan bayi di tempat
yang kering.Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.

9
Pemotongan Tali Pusat:

a. Pola di atas perut ibu

Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di perut
ibu dengan posisi kepala lebih rendah (sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain, dibuka
bagian dada dan perut dan potong tali pusat.Tali pusattidak usah diikat dahulu, tidak
dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.

b. Pola dekat perineum ibu

Bila tali pusat sangat pendek sehingga cara A tidak memungkinkan, letakkan bayi
baru lahir yang telah dinilai di atas kain bersih dan kering pada tempat yang telah disiapkan
dekat perineum ibu, kemudian segera klem dan potong tali pusat (tanpa diikat0, jangan bubuh
apapun dan tidak dibungkus. Selanjutnya dipindahkan bayi ke atas kain kira-kira 45cm di atas
perineum ibu.

1. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan
atau tonus otot tidak baik:

Sambil memulai langkah awal:

 Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
 Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

10
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik.Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi:

1. Jaga bayi tetap hangat

o Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.


o Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali
pusat.
o Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,
kering dan hangat.
o Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.

2. Atur posisi bayi

o Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong


o Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu
sehingga kepala sedikit ekstensi.

3. Isap lendir

Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;

o Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.


o Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan.
o Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam
mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

11
Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;

o Tekan bola di luar mulut.


o Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan
terhisap).
o Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.

4. Keringkan dan rangsang bayi

o Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
o Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
Menepuk/menyentil telapak kaki ata Menggosok punggung/perut/dada/tungkai
bayi dengan telapak tangan.

5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi

o Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.


o Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada
agar bias memantau pernapasan bayi.
o Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi.

o Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-
megap.

o Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.

o Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi


bayi.

12
TAHAP II: VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan sejumlah volume
udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bias
bernapas spontan dan teratur.

Langkah-langkah:

1. Pemasangan sungkup

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

2. Ventilasi 2 kali

 Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air

Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk


membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi
terbuka.

 Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang,

Bila tidak mengembang :

o Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.

o Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.

o Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan
pengisapan.

13
o Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

 Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon
dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan 20cm air sampai
bayi mulai menangis dan bernapas spontan.
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30
detik lakukan penilaian ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.

 Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah.


 Hitung frekuensi napas per menit.
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
 Jangan ventilasi lagi.
 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL.
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan.
 Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membalik jangan
tinggalkan bayi sendiri.
 Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas

 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)


 Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap:

Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi.

14
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.

 Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa.
 Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
 Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan.
 Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan.
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.

Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak teraba,
lanjutkan ventilasi selama 10 menit.

Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat
tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan
Bayi yang mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan besar
mengalami kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI


Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang merupaan
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling,
asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberian sesuai
dengan hasil resusitasi yaitu:

Jika Resusitasi berhasil.


Jika Perlu Rujukan.
Jika Resusitasi Tidak Berhasil

2. Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium

Apakah mekonium itu?

15
Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna
hijau kehitaman.

Kapan mekonium dikeluarkan?

Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24 jam
pertama).Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur
dengan air ketuban sehingga cairan ketuban berwarna kehijauan.Mekonium jarang
dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan.Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan
dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda
bahaya.

Apakah yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan?

Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan.Kadang-kadang


terjadi hipoksia/gawat janin yang dapat meningkatkan gerakan usus dan relaksasi otot anus
sehingga janin mengeluarkan mekonium.Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin
seringkali memiliki cairan ketuban dengan pewarnaan mekonium (warna kehijauan),
misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan (kMK) atau bayi post matur.

Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan?

Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim atau bayi mulai
bernapas karena dilahirkan.Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan
mungkin kematian.

Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan)?

Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium.
Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur
mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya
berbeda pada:

16
 Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis / bernapas normal /
megap-megap / tidak bernapas?
 Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/
 Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan isap lender,
ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun, dilanjutan dengan
langkah awal.

Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih
ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias tersedak (aspirasi).

H. Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan
baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga.Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa
pemantauan, asuhan BBL dan konseling.

Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan.Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan BBL setelah menerima tindakan
resusitasi dan dilakukan pada keadaan:

Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi.
Resusitasi belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit
belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya
memburuk.
Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas
dan detak jantung 0.

17
I. Asuhan Pascalahir (2-24 jam setelah lahir)
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih
lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah (kunjungan
BBL/Neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut
dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.

Untuk asuhan PASCA LAHIR setelah 24 jam, gunakanlah algoritma Manajemen


Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan


tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut.catat seluruh langkah ke dalam formulir tata
laksana bayi muda.

o Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.

o Bila klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali dalam 2 hari.

o Bila klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan BBL di rumah.

Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi.Jelaskan mengenai
pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami
masalah.

J. Pencegahan Infeksi pada bayi baru lahir


Pencegahan Infeksi menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam
resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:

Meja resusitasi:

Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.

Tabung resusitasi

18
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi.Selalu lakukan ke 3 langkah
pencegahan infeksi kalau alat digunakan pada bayi dengan infeksi.Pencegahan infeksi
Tabung/Balon Resusitasi dilakukan setiap habis digunakan.Pisahkan masing-masing bagian
sebelum melakukan pencegahan infeksi.

Sungkup silicon dan katup karet: dapat di rebus.


Alat penghisap yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
Kain dan selimut:

Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/ udara


atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi
yangadekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkanoksigen
kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen
asfiksia pada bayi baru lahir.

Persiapan resusitasi BBL meliputi, persiapan keluarga, persiapan tempatresusitasi,


persiapan alat resusitasi, persiapan penolong

Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah :

 Bayi tidak cukup bulan.


 Bayi megap-megap/tidak bernapas.
 Tonus otot bayi tidak baik..
 Air ketuban bercampur mekonium.

Langkah-langkah resusitasi, yaitu:

TAHAP 1: LANGKAH AWAL

Jaga bayi tetap hangat.


Atur posisi bayi.
Isap lendir.
Keringkan dan rangsang bayi.
Atur kembali posisi kepalabayi dan selimuti bayi

TAHAP II: VENTILASI

o Pemasangan sungkup
o Ventilasi 2 kali
o Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
o Ventilasi setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
o Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi

20
o Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI

 Jika Resusitasi Tidak Berhasil.


 Jika Resusitasi berhasil.
 Jika Perlu Rujukan.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan materi diatas, maka penulis dapat menyarankan bahwa:

1.Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat
melakukan penanganan segera.

2.Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberigambaran


pengalaman bahwa segera akan memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di
masa yang akan datang .

3.Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif,


danrehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam
upayamenurunkan Angka Kematian Bayi

21
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk, 2002, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

JNPK-KR, 2008, Asuhan persalinan Normal dan Inisiasi menyusu dini.

https://www.alodokter.com/memahami-resusitasi-bayi-dan-cara-melakukannya/

https://noviastuti203.wordpress.com/2013/05/03/resusitasi-neonatus-a-pengertian-
resusitasiresusitasi-respirasi-
artifisialis/https://bidanshare.wordpress.com/2016/12/20/resusitasi-bayi-baru-lahir

http://madiena29.blogspot.co.id/2011/11/makalah-lengkap-resusitasi-bayi-baru.html

22

Anda mungkin juga menyukai