Anda di halaman 1dari 89

Lembar Pengesahan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi, Falkustas Kesehatan


Program Studi Ilmu Keperawatan & Pendidikan Ners
Skripsi Juli Tahun 2020

SONIA ADE PUTRI

LITERATUR REVIEW: HUBUNGAN OBESITAS DENGAN BODY


IMAGE PADA REMAJA PUTRA DAN PUTRI

ABSTRAK

Bagi remaja, obesitas menjadi permasalahan yang cukup berat karena untuk
tampil sempurna sering disalah artikan dengan memiliki tubuh langsing dan
proporsional. Selain itu berdampak pada fisik, obesitas pada remaja juga berdampak
pada psikologisnya seperti gangguan citra tubuh (body image). Ketidakpuasan
terhadap bentuk tubuh, sering ditemukan pada remaja. Hal ini membuat remaja
menerapkan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang ideal, dengan melakukan
diet yang terlalu ketat, Remaja sering terjebak pada pola makan yang tidak sehat.
Remaja menginginkan penurunan berat badan secara drastis, sehingga mereka
menerapkan perilaku yang tidak tepat dalam mencapai tubuh ideal. Tujuan penelitian
ini untuk mengumpulkan dan menganalisa jurnal yang berhubungan dengan

obesitas dan body image pada remaja putra dan putri . Metode yang digunakan
dalam penulisan artikel ini adalah literatur riview, yaitu sebuah pencarian literatur
baik internasional maupun nasional yang dilakukan dengan menggunakan
database jurnal scholer dan science direct. Berdasarkan hasil artikel yang
dikumpulkan didapatkan hasil bahwa ada hubungan obesitas dan body image pada
remaja putra dan putri.

Kata Kunci : Obesitas , Citra Tubuh (Body Image). dan Remaja

Daftar Bacaan : 65 (2007-2020)


Fort De Kock University Bukittinggi, Falkustas Health
Nursing Science & Nursing Education Study Program
Thesis, Jhuly 2020

Sonia Ade Putri

Literature Review: Relationship Of Obesity With Body Image In Adolescent Men


and Women

ABSTRACT

For adolescents, obesity is a serious problem because to appear perfect is


often mistaken for having a slim and proportionate body. Besides the physical
impact, obesity in adolescents also have an impact on psychological disorders
such as body image (body image). Dissatisfaction with body shape, often found in
adolescents. This makes adolescents implement various ways to get the ideal
body, by going on a diet that is too strict, Teenagers often get stuck on unhealthy
eating patterns. Teenagers want drastic weight loss, so they adopt inappropriate
behavior in achieving an ideal body. The purpose of this study was to collect and
analyze journals related to obesity and body image in young men and women. The
method used in the writing of this article is literature review, which is a search of
both international and national literature which is carried out using a database of
scholar and science direct journals. Based on the results of the articles collected,
the results show that there is a relationship between obesity and body image in
young men and women.

Keywords : Obesity, body Image, And Adolescent

References : 65 (2007-2020)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke-Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran

yang jernih dan keterbukaan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi yang berbentuk Litteratur Review yang berjudul “Hubungan

Obesitas Dengan Body Image Pada Remaja Putra Dan Putri ”. Penulisan ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka untuk

menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di

Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Dalam penulisan Litteratur Review ini penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada yang terhormat Ibu

Hj. Adriani, S.KP, M.Kes, selaku pembimbing I dan Ibu Yenni, M.Kep, Ns,

Sp.Kep.Kom selaku pembimbing II. Penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi.

2. Ibu Aria Wahyuni, M.Kep, Ns, Sp.KepMB selaku ketua Program Studi

Keperawatan & Profesi Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Seluruh dosen Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang

telah membantu dalam kelancaran penulisan Litteratur Review ini.

4. Dan teristimewa dalam hidup penulis, Mak tersayang yang mempunyai dua

peran dalam keluarga baik sebagai ibu dari anak-anaknya dan sebagai

i
pencari nafkah bagi anak-anaknya ananda ucapkan terima kasih Mak telah

berjuang membiayai ananda semasa ananda kuliah, dan tak putus-putusnya

memanjatkan doa untuk mengiringi setiap langkah ananda. Ananda

ucapkan terima kasih, semoga Mak selalu dalam lindungan Allah S.W.T

dan untuk Bapak ananda mengucapkan terima kasih atas semua perjuangan

dan luka-luka yg pernah melekat ditubuh Bapak yang diakibatkan untuk

memperjuangkan gelar sarjana ananda, ananda dengan tulus mengucapkan

terima kasih atas perjuangan Bapak, semoga Allah S.W.T melindungi

Bapak serta adinda Sintia Ardalena si bungsu yang selalu menemani disaat

pembuatan skripsi ini kakak ucapkan terima kasih, terima kasih telah

menyemangati kakak, kakak harap nantinya kita bisa bersama-sama

membanggakan Mak dan Bapak.

5. Serta semua sahabat saya 7 curut, teman teman , partner, dan rekan-rekan

yang senasib dan seperjuangan yang tidak disebutkan lagi namanya satu

persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan Skripsi ini.

Selanjutnya walaupun penulis telah berusaha menyusun Skripsi ini sebaik

mungkin, namun apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhirnya kepada-Nya jualah

kita berserah diri, memohon memberi manfaat untuk kita semua.

Bukittinggi, Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan ..................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Remaja
1. Pengertian.......................................................................................8
2. Karakteristik Perkembangan...........................................................9
3. Problema Remaja............................................................................12

B. Obesitas
1. Pengertian.......................................................................................12
2. Etiologi...........................................................................................13
3. Gejala..............................................................................................20
4. Klasifikasi.......................................................................................21
5. Pengukuran Obesitas......................................................................22
6. Penatalaksanaan..............................................................................24
7. Pencegahan.....................................................................................25
8. Komplikasi......................................................................................28
C. Citra Tubuh
1. Pengertian.......................................................................................32
2. Komponen-komponen ...................................................................33
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ................................................36
4. Citra Tubuh Remaja........................................................................40

BAB III METODE


A. Desain Literatur Review.......................................................................43
B. Kriteria Literatur Review......................................................................43
C. Sumber Literatur Riview......................................................................43
D. Cara Pencarian Literatur Riview..........................................................44
E. Cara Seleksi Literatur Riview...............................................................45
F. Prisma Diagram....................................................................................46

BAB IV HASIL
A. Hasil Pencarian.....................................................................................79
B. Tabel Hasil............................................................................................79

iii
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan Literatur Review..............................................................63
B. Keterbatasan Literatur Review.............................................................78

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................79
B. Saran.......................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi status berat badan menurut IMT (WHO)..........23


Tabel 2.2 Klasifikasi berat badan menurut IMT untuk regio Asia Pasifik....24
Tabel 4.1 Tabel hasil pencarian...........................................................47

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan manusia merupakan suatu proses sepanjang

kehidupan dari pertumbuhan dan perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan

emosional. Sepanjang proses ini, tiap individu mengembangkan sikap dan

nilai yang mengarahkan pilihan, hubungan, dan pengertian. Pada masa

remaja ingin mencari identitas dirinya dan lepas dari ketergantungan

dengan orang tuanya, menuju pribadi yang mandiri. Menurut world Health

Organization (2011), yang disebut remaja adalah mereka yang berada

pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan batasan

usia remaja yaitu, remaja awal (10-14 tahun), remaja akhir (15-20 tahun)

(Rahmadani, 2017).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Body Image seseorang

adalah jenis kelamin, berat badan dan derajat kekurusan atau kegemukan

(obesitas), teman sebaya, konsep diri, dan media masa. Terdapat banyak

cara yang dapat dilakukan untuk menentukan seseorang dapat dikatakan

mengalami obesitas atau tidak. Namun, metode yang paling berguna dan

banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah Body Mass

Index (BMI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Indeks Massa Tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau

status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan kekurangan atau

kelebihan berat badan (Aritonang, 2015).

1
2

Prevalensi obesitas anak dan remaja mengalami peningkatan

diberbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Tingginya prevalensi

obesitas disebabkan oleh pertumbuhan urbanisasi dan perubahan gaya

hidup seseorang termasuk pola makan atau asupan energi. Prevalensi

obesitas meningkat, tidak saja di negara-negara maju, tetapi juga di

negara-negara berkembang. Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian

obesitas meningkat dua kali lipat pada usia 12-19 tahun. Peningkatan

obesitas anak dan remaja sejajar dengan orang dewasa (S. Utami, 2016).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun

2011, sekitar memperkirakan di dunia ada sekitar 1,6 milyar remaja

berumur ≤ 15 tahun kelebihan berat badan dan sebanyak 400 juta orang

gemuk (obesitas) dan di perkirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan

gemuk (obesitas) pada tahun 2015 (Evan, 2017).

Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun

2018 Prevelensi Obesitas pada remaja di tahun 2007 (18,8%), di tahun

2013 (26,6%), dan di tahun 2018 meningkat (31.0%) dan ( usia > 18

tahun) di tahun 2007 (10,5%), di tahun 2013 (14.8%), dan di tahun 2018

meningkat (21.8%). Prevelensi obesitas remaja di Propivisi Sumatera

Barat (usia ≤ 15 tahun ) 33% dan Prevelensi Obesitas pada remaja ( usia >

18 tahun) di Sumatera Barat 18% .

Remaja umumnya dipandang sebagai periode kehidupan dari

pubertas sampai dewasa. Tahapan tersebut dalam kehidupan tidak mudah

karena merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah

2
3

gizi banyak di alami oleh golongan rawan gizi yang memerlukan

kecukupan zat gizi untuk pertumbuhan (Nanik, 2012). Penilaian remaja

atas bentuk tubuh yang dimiliki disebut dengan citra tubuh. Menurut

Schilder (dalam Bell & Rushforth, 2008) citra tubuh adalah gambaran

tentang tubuh seseorang yang terbentuk dalam pikiran individu itu sendiri,

atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu

sendiri. Berbagai gambaran bentuk tubuh tersebut membuat remaja merasa

tidak puas dengan keadaan fisiknya. Cara diet yang dilakukan remaja putri

seringkali dapat membahayakan kesehatan karena pengetahuan tentang

diet cenderung salah, ini akan menyebabkan timbulnya perilaku makan

menyimpang (Sajawandi, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan di India pada sebagian remaja

menunjukkan adanya 12,5% remaja laki-laki dan 40,8% remaja

perempuan mengalami body image yang negatif. Kemudian, penelitian

yang dilakukan di suatu SMA yang ada di Surabaya pada 100 remaja

menunjukkan bahwa 83% mengalami ketidakpuasan terhadap

penampilannya. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa remaja sering

memberikan penilaian negatif dan tidak puas terhadap tubuhnya sendiri

(Wardani, 2015).

Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik,

salah satu perubahan fisik adalah berubahnya bentuk tubuh atau obesitas.

Obesitas dianggap sebagai “momok” bagi seorang individu karena selain

dapat berdampak langsung bagi kesehatan, juga sangat mengganggu

3
4

penampilan fisik terlebih bagi para remaja memulai memikirkan

penampilan fisik (Moha, 2017).

Pada masa remaja mereka mulai lebih sadar akan dirinya

dibandingkan pada saat masa anak-anak. Remaja akan lebih sadar diri dan

memberikan perhatian yang lebih pada citra tubuhnya dan perhatian

terhadap citra tubuh tersebut akan lebih lebih besar pada remaja putri.

Secara psikologis keadaan yang sering muncul beriringan dengan obesitas

adalah gangguan konsep diri, seperti gangguan body image (citra diri), dan

gangguan harga diri. Citra diri (self-image, body image, citra tubuh,

gambaran tubuh) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar

dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran

dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu

( Utami, 2016).

Terutama pada masa remaja tengah (12-16 tahun) yang mengalami

obesitas pasti akan mengalami distres karena pada masa tersebut remaja

sangat memperhatikan gambaran dirinya agar tidak gemuk dan lebih fokus

terhadap penampilan fisik seperti bentuk tubuh yang ideal, wajah yang

menarik, tinggi dan berat badan serta penampilan (Austiana, 2015).

Gangguan atau permasalahan dapat disebabkan karena pengaruh

dari stigma. Stigma obesitas dapat menyebabkan remaja obesitas memiliki

ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya dan memiliki harga diri yang lebih

rendah. (Utami, 2018).

Dikalangan remaja masalah obesitas menjadi masalah tersendiri.

Hal ini diakibatkan oleh adanya ciri masa remaja sebagai masa pencarian

4
5

jati diri dan remaja mulai memperhatikan penampilannya sebagai

penunjang interaksi sosial. Masa remaja ini pada akhirnya membawa

permasalahan obesitas tidak hanya mengenai keadaan fisik saja tetapi lebih

cenderung ke arah psikologis, seperti adanya pandangan wanita dan pria

bertubuh kurus atau langsing, ideal atau berotot kekar merupakan sosok

yang wajib dimiliki sebagai salah satu faktor penunjang dalam interaksi

sosial. Dalam sebuah penelitian juga memperlihatkan bahwa remaja

dengan obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki

kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar atau kurang

kepercayaan diri. Kepercayaan diri individu akan berbeda, hal ini

dipengaruhi oleh sejauh mana penerimaan akan muncul perasaan umum

(Rupang, 2013).

Remaja yang memiliki citra tubuh yang positif akan merasa puas

dan menyukai penampilannya, sedangkan remaja yang memiliki citra

tubuh yang negatif akan merasa dirinya sangat jauh dari harapan atau

gambaran idealnya. Remaja yang merasa dirinya sangat jauh dari harapan

atau gambaran idealnya akan berdampak terhadap kurangnya kemampuan

dalam menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungannya. Sementara,

kemampuan dalam menyesuaikan dengan orang lain di lingkungan dapat

menyebabkan penerimaan dan pengakuan dari lingkungan sosial yang

kemudian akan berdampak pada penilaian yang baik terhadap diri remaja

dalam bentuk harga diri yang positif (Wulandari, 2018).

Obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan di kalangan

remaja, karena dapat terjadi penurunan rasa percaya diri pada seseorang

5
6

dan menyebabkan gangguan psikologi yang serius. Jika obesitas terjadi

pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang

mempunyai citra tubuh yang kurang, harga diri yang rendah dan kurang

percaya diri pada dirinya sendiri sehingga beberapa remaja depresi hanya

dikomentari “gendut” oleh teman-temannya dan melakukan diet tidak

sehat yang berdampak buruk pada kesehatan remaja itu sendiri, sebagian

remaja bahkan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dengan teman

lainnya yang mengakibatkan remaja tersebut hanya melakukan hubungan

sosial dengan orang tertentu saja (Rikayanti, 2013).

Dari penjelasan diatas maka perlu dilakukan pengkajian lebih

lanjut melalui studi literatur review tentang analisis “Hubungan Obesitas

dengan Body Image Pada Remaja”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat

diambil dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada Hubungan obesitas

dengan body image pada remaja putra dan putri”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan umum literature review ini adalah untuk mengetahui

Hubungan Obesitas dengan Body Image pada Remaja putra dan

putri

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat Obesitas pada remaja

6
7

b. Mengidentifikasi Body image pada remaja.

c. Mengidentifikasi keterkaitan antara obesitas dengan body

image pada remaja.

7
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka

(Pikunas,1976) masa remaja ini meliputi remaja awal (12-15 tahun),

remaja madya (15-18 tahun) dan remaja akhir (19-22 tahun). Sementara

Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan

sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian

(independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian

terhadap isu-isu moral (Kurdanti, 2015).

Fase Dalam budaya amerika, periode remaja ini dipandang sebagai

masa “Strome & Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis

penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi

(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (yusuf, 2016).

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

tahun, menurut peraturan menteri kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk rentang 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja

adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Inchley, 2017).

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.

8
9

Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas

perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila

keputusan yang di ambil dalam konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke

dalam perilaku beresiko dan mungkin harus dan mungkin harus

menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai

masalah kesehatan fisik dan psikososial (Informasi kesehatan kementerian

RI).

2. Karakteristik Perkembangan

a. Perkembangan Fisik

Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa

rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang

sangat pesat. Masa yang pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi.

Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan

secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja

proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu

mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal ini

terutama tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja

akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa

dalam semua bagiannya (Claudia, 2016).

b. Perkembangan Kognitif ( Intelektual)

Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget, masa

remaja sudah mencapai tahap operasi formal ( operasi : kegiatan-

kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja secara mental telah

9
10

dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan

kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan

abstrak,serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari

pada berpikir kongkret.

c. Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu

perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisiki, terutama organ-

organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-

perasaan dan dorongan-dorongan baru yang di alami sebelumnya,

seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih

intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan

emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat

terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat

negatif dan tempramental (mudah tersinggung/marah, atau mudah

sedih/murung). Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan

emosinya.

d. Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu

kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang

lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi,

minst nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannnya ini mendorong

remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan

mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan

maupun percintaan (Cavazzotto, 2014).

10
11

e. Perkembangan Moral

Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua,

guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas

remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak ,

mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-

konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan

kedisiplinan.

f. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian merupakan sisitem yang dinamis dari sifat, sikap

dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu

yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan

fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai.

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi

perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman

baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja

meliputi: perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa,

kesadaran terhadap sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan

mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita

(Praditasari, 2018). .

g. Perkembangan Kesadaran Beragama

Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinnya untuk

dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat

mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil,

Maha kasih sayang. Berkembangnya kesadran atau keyakinan

11
12

beragama, seiring dengan mulainya remaja menanyakan atau

mempermasalahkan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan

(Claudia, 2016).

3. Problema Remaja

Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang

atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau

kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan

bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau

wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam

menentukan arah kehidupannya. Disamping terdapat suatu keniscahayaan

bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara

mulus atau steril dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan

individu tidak selalu berlangsung secara mulus atau steril dari masalah .

dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur

yang linier , lurus atau searah dengan potensi , harapan dan nilai-nilai yang

dianut, karena banyak faktor yang menghambatnya (Batubara, 2016).

B. Obesitas

1. Pengertian

Obesitas (kegemukan dan berat badan berlebih) merupakan

gangguan kronik baru yang segera menjadi pandemik glonal yang cukup

sulit sekali dikendalikan. Diperlukan manajemen yang komprehensif,

fokus kefaktor resiko gaya hidup makan dan berolahraga mengingat

obesitas sebagai penyakit gaya hidup. Upaya pengendalian berhadapan

12
13

dengan tingginya resistensi para penderita untuk mengendalikan diri (

self management ) dalam hal penurunan asupan gizi dan peningkatan

aktivitas fisik (Bustan,2015).

Obesitas adalah akumulasi lemak dalam jaringan adiposa yang

abnormal atau berlebihan hingga mencapai suatu taraf yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu: asupan makanan, mekanisme neuroendokrin, genetik, faktor

sosial dan gaya hidup (Rupang, 2013).

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak

tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal

dan dapat membahayakan kesehatan. Obesitas terjadi karena

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar.

Obesitas atau disebut juga kegemukan merupakan suatu masalah yang

cukup merisaukan dikalangan remaja. Obesitas terjadi saat badan menjadi

gemuk yang disebabkan oleh penumpukan jaringan adipose secara

berlebihan (Putri, 2013).

Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi yang lebih

tinggi dari pada energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi

disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,

sedangkan pengeluaran energi yang lebih rendah disebabkan karena

kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style (Mardalena,2017).

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas

Penyebab obesitas adalah multifaktor. Faktor- faktor dibawah ini

sedikitnya terlibat pada beberapa kasus obesitas :

13
14

a. Genetik

Anak- anak dari orang tua obesitas cenderung 3-8 x menjadi

obesitas dibandingkan dari orang tua berat badan normal, walaupun

mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandungnya.

b. Lingkungan

Pengaruh keluarga (Misalnya. Penggunaan makanan sebagai

hadiah,tidak boleh makan-makanan pencuci mulut sebelum semua

makanan dipiring habis) membantu pengembangan kebiasaan makan

yang dapat menyebabkan obesitas.

c. Psikologi

Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap

kesepian, berduka, atau depresi ; dapat merupakan respon terhadap

rangsangan dari luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini

adalah waktu makan.

d. Fisiologi

Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia,

dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia

pertengahan; pada beberapa contoh,kelainan endokrin seperti

hipotiroid bertanggung jawab untuk obesitas(Aswati, 2014).

Apapun penyebab dasarnya, faktor etiologi primer dari

obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energi yang

dibutuhkan.

Faktor resiko obesitas sangatlah luas, yang meliputi semua

faktor yang memberikan kemungkinan resiko menjadi obesitas.

14
15

Misalnya, dilihat dari faktor gender, terdapat perbedaan resiko

menjadi obesitas. Misalnya, dilihat dari faktor gender, terdapat

perbedaan risiko antara pria dengan perempuan dimana perempuan

mempunyai kemungkinan untuk obesitas lebih tinggi dibandingkan

kaum pria. Faktor lingkungan, perilaku dan genetik dinyatakan

sebagai faktor yang terbukti memberikan kontribusi terhadap

terjadinya obesitas (Maria, 2009).

Faktor resiko obesitas adalah faktor-faktor yang

mengakibatkan kalori berlebih, karena asupan makanan yang berlebih

atau pembakaran yang kurang dari gerakk olahraga yang kurang,

sehingga kalori berlebih itu disimpan sebagai lemak. Lemak berlebih

inilah yang memberi konstribusi terhadap kenaikan berat badan

hingga kegemukan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadi energi

lebih dan penimbunan lemak ini biasanya bersifat ganda (Multiple-

Cause) (Moore,1993).

Faktor resiko obesitas dpat bersumber dari satu atau lebih dari

faktor-faktor berikut ini : (Gormley,189)

a. Genetik

Pada dasarnya gen mempengaruhi komposisi dan distribusi

lemak tubuh. Faktor genetik juga berperan terhadap efisiensi tubuh

dalam metabolisme makanan menjadi energi, dan bagaimana tubuh

membakar energi selama beraktivitas fisik dan berolahraga (Noer,

2018).

15
16

b. Perilaku

Terdapat 3 bentuk perilaku yang beresiko terhadap obesitas,

yakni hidup tidak aktif, perilaku makan tidak sehat, dan merokok.

1) Kurang aktivitas

Jika hidup tidak aktif, hanya sedikit kalori yang terbakar. Gaya

hidup sedenter lebih memudahkan untuk mendapatkan

masukan kalori yang lebih banyak, karena kalori yang terbakar

lebih sedikit. Artinya, walaupun makan sedikit (kalori masuk

rendah), jika kurang gerak, kelebihan energi tetap bisa terjadi.

2) Perilaku makan yang tidak sehat

Yang tergolong perilaku makan yang tidak sehat adalah

perialku yang menyebabkan tubuh mendapatkan masukan

makanan berenergi terlalu tinggi dan kurang berkualitas

(berlebihan lemak) seperti makan fast food, tidak sarapan pagi,

minuman kalori tinggi,makan porsi berlebih.

3) Merokok

Merokok menyebabkan berbagai penyakit, utamanya

kanker paru. Jika berhenti merokok, kenaikan berat badan bisa

terjadi. Walaupun demikian, merokok masih lebih tinggi risikonya

dibandingkan dengan berhenti merokok (Paxton, 2005).

c. Lingkungan

Lingkungan hidup manusia pada dasarnya mendukung

kehidupan yang sehat dan bugar. Hanya saja manusia kurang mampu

mengelola lingkungan ini secara bersahabat, sehingga lingkungan

16
17

berubah menjadi faktor resiko, termasuk memberi resiko kegemukan.

Beberapa contoh lingkungan yang beresiko obesitas adalah :

1) Kurang tersedianya alur jalan kaki disekitar rumah dan

tempat terbuka yang aman untuk kegiatan olahraga rekreasi.

2) Tidak tersedianya area parking, trotoar, alur jalan kaki/trails

dan tempat gym yang murah menyebabkan orang kesulitan

dalam melakukan aktivitas fisik.

3) Jadwal kerja yang ketat, menjadi alasan tidak punya waktu

untuk olahraga, karena jam kerja yang panjang dan habis

waktu diperjalanan.

4) Ketersediaan makanan yang berlebih. Lingkungan dengan

ketersediaan makanan dimana-mana, seperti direstauran

umum, kedai cepat saji, stasion bensin, bioskop, supermarket,

merupakan lingkungan yang memungkinkan orang makan

berlebih. Jika ini berlanjut atau menjadi perilaku tetap, akan

berakhir dengan obesitas, karena energi masuk lebih besar

dari energi keluar.

5) Kurang tersedianya makanan sehat. Masyarakat mendapatkan

kesulitan untuk mendapatkan atau kurang tersedianya

makanan sehat. Ataupun, tersedia makanan sehat tetapi

masyarakat tidak mampu membelinya. Obesitas disini terjadi

karena masyarakat lebih cenderung memakan makanan yang

kurang berkualitas yang ditandai dengan proporsi lemak yang

tinggi dan tidak sehat.

17
18

6) Lingkungan yang kurang sehat terjadinya obesitas dapat juga

dalam wujud reklame makanan yang tidak mendidik.

Reklame makanan ini juga ditunjukkan ke kelompok anak

misalnya dengan promosi makanan kalori tinggi, high-fat

snacks and sugary drinks.

d. Faktor Sosial Ekonomi

Secara sosial, seseorang yang banyak berteman dan bergaul

dengan orang-orang gemuk, dikatakan mempunyai kemungkinan lebih

besar juga menjadi gemuk. Dari segi ekonomi, masyarakat yang kaya

cenderung mengalami kegemukan karena mampu membeli makan

makan yang berlebih.

Kaya miskin bisa diserang kegemukan. Yang kaya karena

makan berlebih, dan yang miskin karena makanan yang tidak

berkualitas, khususnya kelebihan lemak.

Faktor ekonomi berkaitan dengan ketidaktahuan dan

ketidakmapuan memilih makanan yang sehat, atau tidak punya cukup

uang untuk membeli makanan yang sehat (Maria, 2009).

e. Faktor Umur

Obesitas terjadi pada semua umur. Pada umur berapa

seseorang mulai mengalami obesitas, sesuai dengan mulai terjadi

perubahan hormonal dan berkurangnya aktivitas fisik. Jumlah otot

dalam tubuh cenderung menurun dengan pertambahan umur. Otot

berkurang berarti penurunan metabolisme, yang dapat menyebabkan

18
19

penurunan kebutuhan kalori. Otot yang berkurang juga menyebabkan

perhitungan proporsi lemak meningkat (Khodijah et al., 2006).

f. Faktor Gaya Hidup Keluarga

Obesitas cenderung terjadi dalam sebuah keluarga. Hal ini

bukan saja faktor genetik, tetapi juga termasuk kesamaan materi

makanan, gaya hidup dan kebiasaan anggota keluarga.

g. Faktor Medis

Mengalami penyakit tertentu, misalnya arthritis, dapat

menurunkan aktivitas yang memungkinkan kenaikan berat badan.

1) Obat-obatan

Obat yang mempunyai dampak kepada pola makan dan

aktivitas fisik akan punya pengaruh terhadap berat badan.

Contoh obat semacam itu adalah antidepresan, anti-

seizuremedication, diabetes medication, antipsikotik

medication, kortikosteroid, dan betablockert. Obat-obat ini

dapat menurunkan pembakaran kalori, meningkatkan nafsu

makan atau meningkatkan penahanan air dalam tubuh.

2) Kehamilan

Kehamilan pasti menyebabkan berat badan menjadi naik dalam

bentuk obesitas relatif karena kandungan bayi dan pertambahan

cairan tubuh. Hanya saja kenaikan berat badan ini bisa menetap

setelah melahirkan dan berubah menjadi obesitas yang

sebenarnya (Rupang, 2013).

19
20

h. Faktor Psikologi

Faktor psikologi berhubungan kurang tidur malam dan faktor

emosi (bosan, marah, tegang) bisa mendorong overeating yang

berakhir dengan obesitas (Bustan, 2015).

3. Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan

didalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan

pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktifitas

yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan

menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu ( tidur

apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri

punggung bawah dan mempeburuk orteosartritis ( terutama di daerah

pinggul, lutut dan pergelangan kaki), juga kadang sering ditemukan

kelainan kulit. (Utara, 2011).

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh

yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga

panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan

keringat yang banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan , akibat

penimbunan sejumlah cairan) didaerah tungkai dan pergelangan kaki.

Obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut :

dagu rangkap, leher relatif lebih pendek, dada yang menggembung

dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit

dan dinding dan berlipt-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X

20
21

dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel

menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak

sedap. Pada laki-laki, penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan

lemak suprapubik (Moore, 1993).

4. Klasifikasi Obesitas

a. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

1) Obesitas Tipe Buah Apel

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak dibawah

dinding perut dan rongga perut sehingga dibawah kulit dinding

perut dan di rongga perut sehingga gemuk di perut dan

mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel ( apple type).

Karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe

buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat

pada laki-laki disebut juga sebagai tipe android.

2) Obesitas Tipe Buah Pear

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian

daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah

pear (pear type). Karena lemak berkumpul di pinggir tubuh

yaitu di pinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga

sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita

disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe

gynoid (Weni Kurdanti, 2015).

b. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

1) Obesitas Tipe Hyperplastik

21
22

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak

dibandingkan keadaan normal, tetapi ukuran sel-selnya tidak

bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masa anak-

anak.

2) Obesitas Tipe Hypertropik

Obesitas ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar

dibandingkan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah

banyak dari normal. Obesitas seperti ini terjadi pada usia

dewasa. Upaya menurunkan berat badan lebih mudah

dibandingkan tipe hyperplastik.

3) Obesitas Tipe Hyperplastik dan Hypertropik

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak melebihi normal.

Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat

hypertropik mencapai maksimal dengan perantaraan suatu

sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami

hypertropik. Obesitas ini dimulai pada anak-anak dan

berlangung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat

badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi

penyakit ( Alian,2008).

5. Pengukuran Obesitas

Istilah status gizi normal, overweight dan obesitas dapat berbeda-

beda, masing-masing negara dan budaya mempunyai kriteria sendiri-

sendiri oleh karena itu, WHO menetapkan suatu pengukuran atau

klasifikasi obesitas yang tidak tergantung pada bias-bias kebudayaan.

22
23

Metode yang paling berguna dan banyak dignakan untuk mengukur

tingkat obesitas adalah BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa

Tubuh), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan

kuadrat dari tinggi badan (meter) (Asther, 2008).

IMT = BB (kg
(TB)² (m)

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indikator reliabel dari total

lemak tubuh yang berhubungan dengan resiko penyakit dan kematian.

Skornya valid untuk pria dan wanita tetapi memiliki keterbatasannya.

Keterbatasannya :

a. Overestimate lemak tubuh pada atlet dan orang yang

mengalami pembentukan otot.

b. Underestimate lemak tubuh pada orang yang sudah tua dan

mereka yang mengalami kehilangan massa otot.

c. Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan.

d. Wanita hamil.

Tabel 2.1 Klasifikasi status berat badan menurut IMT (WHO)

Indeks Masa Tubuh (kg/m²) Kategori


<18,5 Berat badan kurang ( Underweight)
18,5-24,9 Berat badan normal
25,0-29,9 Berat badan lebih (Overweight)
30-34,9 Obesitas I
35- 39,9 Obesitas II
>39,9 Sangat obesitas

Para ahli sedang memikirkan untuk membuat klasifikasi IMT

tersendiri untuk penduduk Asia. Hasil studi di Singapura dengan IMT 27-

28 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih

dengan IMT 30. Pada orang India, peningkatan IMT dari 22 menjadi 24

23
24

dapat meningkat prevelensi diabetes melitus menjadi 2 kali lipat, dan

prevelensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada orang dengan IMT 28.

Klasifikasi WHO ini berlaku umum untuk seluruh penduduk dunia,

terutama di negara-negara Barat. Untuk Asia Pasifik, klasifikasi ini

mengalami modifikasi tersendiri dalam penentuan nilai batas kegemukan

(Overweight dan Obese).

Tabel 2.2 Klasifikasi berat badan menurut IMT untuk regio Asia

Pasifik ( Termasuk Indonesia).

Status Gizi Nilai IMT


1. Berat badan kurang (Underweight) < 18,5
2. Normal 18,5- 22,9
3. Berat badan lebih (Overweight) 23,0- 24,9
4. Obesitas I 25,0-29,9
5. Obesitas II >= 30

6. Penatalaksanaan Obesitas

Prinsip pengobatan obesitas adalah pertama mencegah komplikasi

dan menurunkan gejala klinis yang timbul karena obesitas. Yang kedua,

pengobatan untuk menurunkan berat badannya.

a. Kelaparan

Pengobatan dengan kelaparan total dapat dilakukan selama 2-

3 hari secara periodik agar tidak timbul komplikasi karena kelaparan

seperti naiknya asam urat dalam darah, hiperteni, kadang timbul

aritmi jantung. Pengobatan ini dapat diberikan pada obesitas berat.

b. Olahraga

Tujuan latihan jasmani adalah meningkatan penggunaan

kalori. Untuk aktivitas ringan dibutuhkan 1.5-2.0 kcal/ menit,

24
25

aktivitas sedang 3,5-7,0 kcal/ menit, pada aktivitas berat 7,4 kcal/

menit atau lebih

c. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila ada indikasi jelas, misalnya pada

morbid obesity atau malignant obesity. (Yang, 2008).

7. Pencegahan Obesitas Pada Remaja

Adapun cara mencegah serta mengatasi obesitas yang di alami oleh

remaja, antara lain yaitu :

a. Perubahan pola makan “Diet”

 Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan

kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan

sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter

atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori.

 Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi

yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja,

misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-

menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat

badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh,

sehingga tubuh akan terasa lemas (Irwan, 2018).

b. Peningkatan aktivitas fisik

Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah

membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar

25
26

tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang

dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh

adalah dengan aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap

harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat

meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih

memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa

lantai dibanding menggunakan elevator.

c. Modifikasi perilaku

 Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola

makan dan aktivitas fisik pada mereka yang menjalani terapi

obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor

atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih

sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidak patuhan

dalam terapi obesitas (Misnadiarly,2007).

d. Obat antiobesitas

Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas

jika:

1) Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil

2)  Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas,

seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.

3) Nilai BMI lebih dari 30.

Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug

Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:

1) Sibutramin

26
27

Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara

menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan

serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda

akan merasa lebih cepat kenyang.

Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan

berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah

segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun,

pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya

sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori

dan menggunakan plasebo.

Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan

tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan

insomnia.

2) Orlistat

Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan

membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat

mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang

tidak diserap akan keluar bersama kotoran.

Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah

sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus

disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.

Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan

pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi

27
28

penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan menyarankan

penggunaan multivitamin (Mardalena, 2017).

e.  Tindakan pembedahan

Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan,

maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric

bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem

pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan

dicerna. Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat

dipertimbangkan jika:

1) Nilai BMI 40 atau lebih.

2)  Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius

terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah

(Bustan, 2015).

8. Komplikasi Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut

ini risiko-risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena

obesitas antara lain :

a. Gangguan jantung dan pembuluh darah

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi

akibat  penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian

menyebutkan  bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 %

mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor

risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan

berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang

28
29

terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya

penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang

lebih tua (Purwati, 2010).  Obesitas merupakan penyebab terjadinya

penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas

menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena dengan bertambah

besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras

memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja

jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-

tandanya adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.

Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi

(hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan

lemak. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada  usia 20 – 39

tahun orang obesitas mempunyai risiko dua kali lebih besar  terserang

hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan

normal (Wirakusumah, 1994). Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu

saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada

dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan

mempercepat timbulnya gagal jantung (Mansjoer, 1999).

b. Gangguan fungsi paru-paru

Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa

menyebabkan terjadinya henti nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan

seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung juga akan

berujung pada kematian.

c. Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol

29
30

Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi

tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan.

Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah

penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai

kadar lemak yang abnormal dalam darah. Obesitas dianggap sebagai

bagian dalam kelompok faktor risiko utama yang sering terlihat untuk

penyakit kardiovasklular dan diabetes mellitus. Kelompok faktor risiko ini

sering digambarkan sebgai sindrom metabolik atau sindrom resistensi

insulin. Faktor-faktor lainnya yang terdapat dalam sindrom ini adalah

kenaikan kadar glukosa, peningkatan kadar trigliserida, kadara HDL-

kolestrol yang rendah, dan hipertensi (Misnadiarly, 2007).

Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini

disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin pada

pengidapnya. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh

tubuh. Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari dalam darah ke dalam

sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan

fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga tetap beredar

dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat.

Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan

metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari

terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol

jahat), trigliserinda, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol

baik). Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar

30
31

kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah

(arterosklerosis) (Irwan, 2018).

d. Gangguan persendian

Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian

penyangga berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat

menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya

antara lain, nyeri pada sendi diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga

menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup

berjalan lagi. Osteoartritis lebih sering ditemukan diantara kaum

perempuan daripada laki-laki.

e. Gangguan sistem hormon

Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada

anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih

awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme) dan gangguan

siklus menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen

(lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinasi).

Misalnya jerawatan, distribusi bulu-bulu di wajah dan badan, bahkan

mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki (Maria, 2009).

f. Meningkatkan risiko penyakit ganas.

Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami

menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim

(endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan

dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar

31
32

(kolorektal). Sebuah kelompok kerja dari IARC dan WHO menyimpulkan

adanya cukup bukti yang menunjukkan bahwa tindakan menghindari

kenaikan berat badan mempunyai efek preventif terhadap kanker

(Mansjoer, 1999).

C. Body Image (Citra Tubuh)

1. Pengertian Body Image (Citra Tubuh)

Body Image  atau  citra  tubuh  merupakan  komponen  konsep diri

yang paling utama dari komponen konsep diri lainnya, citra tubuh adalah

persepsi individu terhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap

penilaian dirinya meliputi: persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi,

penampilan dan potensi tubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat

dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi secara konstan sebagai

persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan (Menezes, 2009).

Citra tubuh merupakan gambaran yang dimilki individu secara

mental mental mengenai tubuhnya, gambaran tersebut dapat berupa

pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensasi,

kesadaran perilaku yang terkait dengan tubuhnya (Zhafirah, 2018).

Citra tubuh merupakan ide seseorang mengenai betapa penampilan

badannya menarik di hadapan orang lain dan sebagai keyakinan deskriptif

dan evaluasi mengenai penampilan seseorang terhadap penampilan

fisiknya. Serta sikap  individu  terhadap  tubuhnya  baik disadari maupun

tidak disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran,

bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Aritonang, 2015).

32
33

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik

secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan

sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan

pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari

pandangan orang lain.

Dari pemaparan defenisi diatas, dapat simpulkan bahwa citra tubuh

pada intinya adalah gambaran diri terhadap dirinya sendiri, gambaran ini

akan menyesuaikan bagaimana orang lain memperhatikannya sehingga

dapat menggambambarkan diri dengan melihat bagaimana respon orang

lain ketika memperhatikannya (Rahmadani, 2017).

2. Komponen-komponen Citra Tubuh

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)

Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan) yaitu penilaian

individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah

menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan. Penilaian

dengan hasil tinggi sebagian besar positif dan merasapuas terhadap

penampilan mereka. Sedangkan penilaian hasil rendah memiliki rasa

ketidak bahagiaan dengan penampilan mereka.

Penilaian yang dilakukan berguna untuk mengetahui bagaimana

dirinya, mengenani kesesuain diri terhadap apa yang sedang dialami

individu baik secara pribadi maupun ketika individu tersebut berada pada

lingkungan masyarakat. Penilaian terhadap penampilan individu

diperlukan kaitannya dengan bagaimana citra tubuh individu dapat terasa

baik untuk dirinya danterlihat baik dimata orang lain yang melihatnya.

33
34

Semakin baik penampilan individu akan memberikan persepsi baik pula

terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya semakin buruk penampilan individu,

maka akan menimbulkan persepsi yang buruk pula. Hal tersebut akan

sangat berpengaruh dengan kesesuain dirinya dalam membuat diri merasa

nyaman (Utami, 2018).

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan),

Perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang

dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

Hasil penilaian tinggi berada pada peran lebih penting bagaiman mereka

terlihat memperhatikan penampilan mereka dan terlibat dalam perilaku

perawatan ekstensif. Hasil penilaian rendah tampak tidak sangat penting

dan mereka tidak menghabiskan banyak usaha untuk menjadi terlihat baik.

Orientasi penampilan perlu dilakukan dalam kaitannya dengan

memperbaiki citra tubuh individu, karena orientasi yang tinggi merupakan

usaha untuk mencapai citra tubuh yang baik yang dapat membuat individu

mampu menyesuaikan dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Dalam mengorientasi penampilan, individu melakukan diskusi dan

meminta nasihat kepada orang yang lebih berpengalaman dari dirinya.

Nasihat yang didapatkan akan menjadi bahan pertimbangan yang

disesuaikan dengan lingkungan tempat bergaul individu tersebut

(Claudia,2016).

c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh)

Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh) yaitu

34
35

kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah,

rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh

bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh. Hasil penilaian

tinggi pada umumnya merasa puas dengan sebagian besar tubuh mereka.

Hasil penilaian rendah berarti memiliki ketidakpuasan dengan ukuran atau

penampilan mereka sendiri.

Kepuasan dengan hasil penilaian tinggi jelas mempengaruhi citra

tubuh individu untuk menjadi baik pula. Kepuasan terhadap bagian tubuh

didapatkan dari bagaimana individu memberikan orientasi terhadap

penampilan dirinya sehingga dapat menghasilkan penilaian yang tinggi

pula. Dengan kepuasan yang didapat individu akan sering membanggakan

dirinya dihadapan lingkungan sekitarnya. Kebanggan yang dimiliki berasal

dari hasil penilaian tinggi dan orientasi yang telah dilakukan (Rahmadani,

2017).

d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk)

Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk) yaitu

kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan,

melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan. Pada usia remaja, sudah

sewajarnya ketika individu merasa ingin memiliki tubuh yang ideal,

sehingga mereka akan lebih mengatur hidupnya dengan menjaga pola

makan agar tidak menjadi gemuk. Mereka berfikir bahwa tubuh yang

gemuk adalah hal memalukan yang tidak dengan mudah mengikuti

perkembangan mode yang ada, dimana perkembangan mode tersebut

yang membuat individu dapat melakukan interaksi bersama lingkungan

35
36

sekitarnya dengan baik.

e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh)

Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh) yaitu

persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari

kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan. Penilaian ini terjadi

pada individu itu sendiri terhadap bagaiman keadaan dirinya sendiri dan

juga bagaimana keadaan dirinya dimata orang lain.

Pandangan individu terhadap proporsi tubuhnya sangat

berpengaruh terhadap penampilan dihadapan masyarakat. Mengenai tubuh

ideal yang diharapkan guna memberikan kenyamanan dalam hidup

bersosial dengan masyarakat. Individu tidak ingin memiliki tubuh yang

terlalu kurus maupun terlalu gemuk. Individu mengenai bentuk tubuhnya

jauh dari kata kepuasan untuk mencapai kata ideal. Mereka akan sering

melakukan perbandingan ukuran tubuh antara dirinya sendiri dengan figur

lain yang dirasa tampak menarik menurutnya (Cavazzotto, 2014).

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh

(body image) adalah:

a.   Jenis kelamin

Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor

paling penting dalam perkembangan citra tubuh (body image) seseorang.

Deacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin

mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan

menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh (body

36
37

image) dibandingkan pria. Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka

ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend

yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus

menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya.

Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot

dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan model pria

yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan

berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering

memuat artikel promosi tentang penurunan berat badan (Paxton, 2005).

b. Usia

Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh menjadi penting. Hal

ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat

badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja

putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas

dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat

menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder).

Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga

pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin

berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Claudia, 2016).

c. Media Massa

Tiggemann mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana

memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang

dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann juga

menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat

37
38

dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan

waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat

mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan

bahwa standart kecantikan perempuan adalah Tubuh yang kurus dalam hal

ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan

percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga

menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki

tubuh yang berotot (Rikayanti, 2013)

d.   Keluarga

Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang

paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran

tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher,

Fisher dan Strack menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan

bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis

kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir,

orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi

ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya.

Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat

mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua

sama seperti harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda

and Narworski) menyatakan bahwa komentar yang dibuat orang tua dan

anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh

anak- anak. Orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara

tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak

38
39

bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal (Rao,

2013).

e. Hubungan interpersonal.

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung

membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima

mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan

terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa

cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan

evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya menyatakan bahwa

feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga

dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan

dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee menerima

feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan

persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan

tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang

merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai

daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya

reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal

dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran

individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya.

Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat

mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (Cavazzotto, 2014).

4. Citra Tubuh Remaja

39
40

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti

oleh para remaja. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas

atau kegemukan terjadi jika individu mengkonsumsi kalori yang

berlebihan dari yang mereka butuhkan Sarafino (1998) juga mengatakan

bahwa obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang berlebih dalam bentuk

lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk obesitas

terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit

yang serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes melitus, dan

penyakit pernapasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah perasaan

merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat

individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah

psikologis(Menezes, 2009).

Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan

yang sangat erat antara psikologis dengan obesitas pada remaja, terutama

dalam bentuk depresi. Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya

memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar.

Hubungan antara obesitas dengan gejala psikologis merupakan suatu

lingkaran yang tidak terputus. Masalah psikologis yang paling umum

didapatkan adalah cemas, ganggguan makan. Depresi pada obesitas dapat

muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh

bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai

akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan

cermin, seseorang tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam

realitas). Bagi remaja putri yang mengalami obesitas, masalah yang sering

40
41

kali muncul adalah kepercayaan diri yang rendah dan kondisi ini berbeda

jika dibandingkan dengan remaja putra yang lebih mengutamakan prestasi

dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal (Khodijah, 2006)

Remaja yang menderita obesitas selalu dijadikan sebagai objek

ejekan dan penampilan yang gemuk selalu di ejek dan dianggap sebagai

hal yang lucu yang dapat membuat orang lain tertawa dan dianggap jelek.

Kenyataan ini dapat membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat

berbeda dan aneh dibandingkan dengan orang lain. Tubuh yang kurus

bukan hanya dianggap menarik, tetapi tubuh yang gemuk dianggap sesuatu

yang memalukan(Inchley, 2017).

 Kecenderungan untuk menjadi gemuk atau obesitas, dapat

mengganggu sebagian anak pada masa puber dan menjadi sumber

keperihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja. Remaja putera dan

putri yang obesitas memiliki kesulitan dalam hal perkembangan dan

identitas. Obesitas juga dapat menimbulkan masalah sosial bagi remaja,

banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh

yang ideal agar menjadi kurus. Pada umumnya mereka melakukan diet,

berolahraga, mealakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing

dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet untuk

menurunkan berat badan. Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja putra

pun sebagian mengalami masalah berat badan. Bagi mereka yang memiliki

bobot yang berlebihan dianggap akan memiliki permasalahan yang cukup

berat untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis. Banyak remaja putera

yang berharap dapat membuat tubuh mereka sedikit kekar atau berotot dan

41
42

keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan melalui kegiatan

olahraga. Namun sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga

merupakan kegiatan yang menyiksa (Pujiastuti, 2016).

Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila

penampilan fisik bagus (cantik dan tidak gemuk) akan meningkatkan

kepercayaan diri pada remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka

penampilan fisik yang terlalu gemuk (obesitas) adalah hal yang sangat

ditakuti. Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai body image.

Menurut Cash & Pruzinsky citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki

seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan

negatif. Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia (2000)

menunjukkan bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisik

dibandingkan pria. Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang

menarik hanya pada wanita saja tetapi para pria pun terkadang

memperhatikan penampilan mereka. Santrock (2003) mengatakan bahwa

perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja

yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja puteri maupun remaja

putera, pada masa remaja, biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan

fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Fokus utama dari

perhatian para remaja adalah tubuh mereka. Remaja putri sering sekali

menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya dikarenakan lemak di

dalam tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas

dikarenakan otot mereka meningkat(Rao, 2013).

BAB III
METODE PENELITIAN

42
43

A. Desain Literature Review

Studi literatur ini menggunakan literature review untuk mengkaji

lebih dalam keterkaitan obesitas dengan body image pada remaja.

B. Kriteria Literature Review

1. Kriteria Inklusi dalam studi literature ini adalah :

a. Paper tertulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris

b. Di publish tahun 2014 - 2019

c. Merupakan hasil penelitian

d. Berisi terkait Obesitas pada remaja

e. Berisi terkait Body Image pada remaja

2. Kriteria Eklusi pada studi literture ini adalah :

a. Tidak full paper

b. Paper hasil konferens

C. Sumber Literture Review

1. Studi literatur ini dilakukan melalui mesin pencarian artikel google

scholar, pubmed, scrience direct dan sinta.

2. Google scholarmerupakan mesin pencari yang memberikan layanan

untuk melakukan pencarian materi-materi pelajaran berupa teks dalam

berbagai format publikasi. Google scholar mencakup jurnal-jurnal

online dari publikasi ilmiah.

3. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan melalui link

https://scholar.google.co.id/. Mesin pencarian lain yang digunakan

adalah pubmed, yaitu basis data gratis yang digunakan untuk mencari

43
44

referensi dan abstrak tentang ilmu alam dan topik biomedis

MEDLINE.

4. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan menggunakan link

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.

5. Selain itu, juga dilakukan pencarian dengan Science Direct yang

merupakan situs web yang menyediakan akses berlangganan ke

pangkalan data penelitian ilmiah dan medis.

6. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan melalui link

https://www.sciencedirect.com/.

7. Mesin pencari berikutnya yaitu SINTA yang merupakan sebuah portal

berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang

meliputi kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi

Iptek untuk mendorong budaya publikasi ilmiah.

8. Mesin pencarian ini bisa diakses melalui link

http://sinta.ristekbrin.go.id/journals.

D. Cara Pencarian Literature Review

Studi literatur yang di temukan dalam lima tahun terakhir terkait

artikel nasional di Google Scholar dan artikel internasional di Pubmed .

1. Pencarian artikel di google scolar menggunakan kata kunci:

“obesitas” AND “Body Image, “ citra tubuh” AND “Remaja”.

Didapat 705 artikel

2. Pencarian artikel di Pubmed menggunakan kata kunci :

“Obesity” AND “Body Image” AND “ ” didapatkan 45 artikel

44
45

3. Pencarian artikel di Sciendirect menggunkan kata kunci :

“Obesity” AND “Body Image” AND “ didapatkan 6 artikel

E. Cara Seleksi Literature Review

Seleksi artikel dalam studi literature ini menggunakan 4 tahapan

yaitu: Identification (identifikasi), Screening (penyaringan), Eligibility

(kelayakan), dan Included (memasukkan) dengan menggunakan gambar

seperti diagram.

1. Identification merupakan sebuah proses identifikasi artikel melalui

pencarian dalam basis data atau tahapan proses pencarian suatu

artikel menggunakan mesin pencarian dengan kata kunci tertentu.

Mesin pencarian yang digunakan dalam studi literatur review ini

antara lain, Google Scholar, Pubmed, dan Science Direct.

2. Screening, yang merupakan proses penyaringan artikel yang akan

digunakan sesuai dengan topik. Proses Screening, dimana pada

proses ini dilakukannya proses seleksi artikel atau jurnal

berdasarkan judul, abstrak, dan kata kunci. (Polit and Beck, 2008).

3. Eligibility, yaitu proses seleksi dimana sebuah artikel dinyatakan

layak atau tidak untuk dijadikan tinjauan literature. dimana pada

tahap ini merupakan tahap kelayakan artikel yang telah

discreening. Layak tidaknya artikel, jurnal, maupun penelitian

yang akan digunakan harus melewati tahap pemilihan artikel yang

akan digunakan atau tidak dengan melihat keseluruhan isi dari

artikel yang ditemukan (Polit and Beck, 2008).

45
46

4. Included, dimana tahap ini merupakan tahapan memasukkan artikel

yang relevan dengan penelitian untuk dilakukan review atau

pengkajian lebih lanjut. Langkah terakhir dalam studi literatur ini

yaitu proses review artikel yang telah sesuai tersebut (Polit and

Beck, 2008).

F. Prisma Diagram

Pubmed Google Schoolar Sciencedirect


45 705 6

Artikel yang diidentifikasi


n= 756

Setelah ditelaah yang sesuai dengan kriteria inklusi


n= 38

Setelah ditelaah yang memenuhi syarat jurnal


n=17

Karena Cuma 17 ini yang mempunyai abstrak,


hasil , dan kesimpulan

BAB IV
HASIL LITERATUR REVIEW

46
47

A. Hasil Pencarian

Berdasarkan pencarian yang telah dilakukan didapatkan 17 artikel.

Penulis melakukan penyeleksian artikel dengan menggunakan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan. Artikel google schoolar didapatkan 13 Artikel,

sciendirect 1 artikel, dan Pubmed 3 Artikel

B. Tabel Hasil

Berdasarkan hasil pencarian maka didapatkan 17 artikel yang telah

memenuhi kriteria inklusi. Artikel penelitian tersebut mengidentifikasi

hubungan obesitas dengan body image pada remaja putra dan putri.

Tabel 4.1
Hasil Penelitian dari Artikel Literatur/ jurnal Review

Penerbit Tujuan Desain Subyek Hasil Kesimpulan


/Tahun penelitian penelitian
terbit

Nanik Penelitian ini Penelitian ini Populasi dalam Hasil Remaja yang
Setyo bertujuan bersifat penelitian ini penelitian dalam masa
Agustin, untuk deskriptif adalah seluruh menunjukkan pubertas
Rina Nur mengetahui korelasi, siswa siswi p=0.018 banyak yang
Hidayati, hubungan dengan kelas VII yang (p<0.05), mengalami
Naning obesitas pendekatan mengalami sehingga H1 obesitas.
Puji dengan citra waktu cross obesitas di diterima Dimana
Suryanti tubuh pada sectional SMPN 1 artinya responden
ni (2017) siswa siswi Mojoanyae terdapat obesitas
kelas VII di Kabupaten hubungan paling
Jurnal SMP N 1 Mojokerto antara banyak
Keperaw Mojoanyar yaitu sebanyak obesitas adalah remaja
atan Kabupaten 224 siswa dengan citra perempuan.
Komunit Mojokerto. siswi dan tubuh pada Didapatkan
as . didapatkan siswa siswi di bahwa
Volume sampel SMPN 1 mumnya

47
48

1, No. 1, sebanyak 30 Mojoanyar remaja yang


Mei responden Kabupaten mengalami
2017; yang diambil Mojokerto obesitas
52-61 dengan total cenderung
sampling dan citra tubuh
analisis data negatif. Citra
menggunakan tubuh ini
kendall tau. dipengaruhi
Pengumpulan oleh
data yang ketidakpuasa
dilakukan n. Dalam
menggunakan penelitian ini
kuesioner remaja
MBRSQ kurang puas
(Multidimensi dengan
onal Body Self bentuk
Relation tubuhnya dan
Questionnaire) memiliki
citra tubuh
yang lebih
negatif
selama
pubertas.

Cut Tujuan Jenis Populasi dalam Hasil Indeks Massa


Risna penelitian penelitian ini penelitian ini penelitian Tubuh
Wati, untuk adalah survei sebanyak 327 membuktikan berhubungan
Meri mempelajari analitik remaja sampel bahwa dengan Body
Lidiawat hubungan dengan penelitian sebagian Image pada
i, Yudho antara Indeks menggunaka menggunakan besar siswi siswi di SMA
Bintoro Massa Tubuh n cross random memiliki Negeri 4
(2019) dengan Citra sectional sampling citra tubuh Banda Aceh.
Tubuh remaja sebanyak 180 negatif yaitu Berdasarkan
SEMDI putri kelas I remaja. sebanyak 104 analisis data
UNAYA dan kelas II Metode analisa (57,8%) dan chi-square
-2019, SMA N 4 data yang sebanyak 76 pada SPSS 24
849-857 Banda Aceh digunakan (42,2%) siswi dengan sig,
yaitu chi- memiliki <0,05
square, citra tubuh diperoleh p-
Instrumen positif . hasil value=0,00.
penelitian analisis chi- Hal ini
menggunakan square menunjukkan
kuesioner, diperoleh bahwa
microtoise, dan nilai p-value terdapat
timbangan. =0,000 adanya
<α(0,05) hubungan
yang berarti yang
ada hubungan bermakna

48
49

antara Indeks antara indeks


Massa Tubuh massa tubuh
dengan citra (IMT)
tubuh remaja dengan Body
putri kelas I Imageremaja
dan II SMA putri kelas I
N 4 Banda dan II SMA
Aceh Negeri 4
Banda Aceh

Yulita Mengetahui Jenis Sampel Uji regresi Citra tubuh


Mini, citra tubuh penelitian penelitian ini logistik merupakan
Toto dan perilaku kasus kontrol sebanyak 174 menunjukkan faktor resiko
Sudargo, makan (Case siswa dengan citra tubuh paling
A.Fahmy sebagai Control). usia 15-18 merupakan dominan
Arif faktor resiko Sebelum tahun di SMA faktor resiko terhadap
Tsani, Overweight/ melakukan Negeri kota terjadinya terjadinya
Emy Obesitas pada penelitian palu secara Overweight/ overweight/
Huriyati remaja putra terlebih simple random obesitas obesitas pada
(2018) dahulu sampling (R217%), remaja.
dilakukan terdiri atas 87 dengan Diharapkan
skrinning siswa mengikut sekolah perlu
Jurnal untuk overweight/Ob sertakan mempromosi
Dunia mendapatkan esitas dan 87 variabel kan
Gizi, Vol. siswa siswa tidak perilaku masalah citra
2, No. 2,
berstatus gizi Overweight/ob makan, status tubuh dan
Desember
2019: Overweight esitas. sosial, status perilaku
101-107 /Obesitas Data citra ekonomi dan makan yang
tubuh status ibu. benar dan
diperoleh Perilaku pengetahuan
dengan makan bukan kepada
kuesioner merupakan remaja
Body Image faktor resiko terhadap citra
Assesment terhadap tubuh positif.
(BIA) 8 kejadian
gambar, data Overweight/
perilaku obesitas
makan remaja.
diperoleh
dengan
kuesioner 26
item EAT
(Eating
Attitude Test),
dan status gizi
diperoleh
melalui
pengukuran

49
50

tinggi badan
dan berat
badan yang
ditentukan
Mc,nemar

Lucki Mengetahui Desain Populasi dalam Hasil Terdapat


Vindi hubungan penelitian penelitian ini penelitian hubungan
Larasati, obesitas yang adalah santri koefisien obesitas
Deasti antara digunakan pondok Al- antar variabel dengan citra
Nurmagh gangguan adalah Munnawir p-value tubuh di
upita citra tubuh penelitian Krapyak sebesar pondok
(2018) pada remaja deskriptif Yogyakarta 0,005<0,05 pesantren Al-
putri di korelasi yang dan memiliki Munnawir
pondok dengan berjumlah 30 keeretan Krapyak
pesantren Al- pendekatan responden hubungan Yogyakarta
Munawwir Cross yang sebesar 0,520
Krapyak Sectional mengalami yang artinya
Yogyakarta dimana hanya obesitas. memiliki
melakukan Pengambilan keeretan
suatu sampel pada hubungan
pengukuran penelitaian ini sedang.
variabel pada menggunakan
satu saat teknik total
tertentu sampling.
Pengumpulan
data dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner Citra
tubuh dan
Pengukuran
IMT.

Alon Mengetahui Penelitian ini Sampel pada Dari 41 Terdapat


Ekawati, Hubungan bersifat penelitian ini responden, hubungan
Sutejo Obesitas deskriptif adalah 22 orang obesitas
(2015) Dengan Citra korelasi , mahasiswa memiliki dengan citra
tubuh pada dengan Program Studi citra tubuh tubuh pada
mahasiswa pendekatan Ilmu negatif dan mahasiswa
e- program waktu Cross Keperawatan 19 orang Program
Journal studi ilmu Sectional. yang memiliki Studi Ilmu
Keperaw keperawatan mengalami citra tubuh Keperawatan
atan (e- di Sekolah obesitas positif. di Sekolah
Kp) Tinggi Ilmu dengan jumlah Terdapat Tinggi Ilmu
Volume Kesehatan 41 orang hubungan Kesehatan
3 Nomor ‘Aisyiyah dengan teknik obesitas ‘Aisyiyah
2 Mei Yogyakarta pengambilan dengan citra Yogyakarta.

50
51

2015 sampel yaitu tubuh dengan Hendaknya


dengan total nilai p= 0,018 Mahasiswa
sampling dan atau p<0,05 yang
analisis data mengalmi
menggunakan obesitas
kuesioner dapat
MBSRQ menurunkan
(Multidimensi berat badan
onal Body Self dan dapat
Relations mengontrol
Questionnaire) pola makan
yang
berlebihan

M. Lutfi Mengetahui Metode Jumlah subjek Hasil Dari hasil


Fernando gambaran penelitian yang terlibat penelitian penelitian
(2019) citra tubuh yang dalam menunjukkan dapat
pada wanita digunakan penelitian ini subjek disimpulkan
dewasa awal adalah sebanyak satu memiliki citra
pISSN: yang pendekatan orang, kebiasaan tubuhnya
2301- mengalami kualitatif didapatkan pola makann secara
8267 | obesitas perspektif dengan berlebihan keseluruhan
eISSN: studi kasus menggunakan dan kurang menganggap
2540- purposif gerak tubuh fisik dan
8291 sampling yang sehingga tidak
Vol. 07, memiliki memiliki menarik,
No.01 kriteria ; usia dampak kesulitan
Januari berkisar seperti menyesuaika
2019 antara21 gangguan n diri, namun
sampai dengan psikososial tidak
30 tahun. seperti : rasa melakukan
Pengumpulan rendah dan usaha
data dilakukan menarik diri, konsisten
dengan gangguan mengevaluasi
menggunakan kesehatan : penampilan
observasi, mudah sehingga
metode lelah/mengan disarankan
wawancra tuk, dan melakukan
mendalam (In kesulitan konsultasi
Depth keseimbanga kesehatan
Interview). n. dan
psikologis.

Jaime the aim of A cross- the participants The results . It discusses


Javier this study seccional and in this study indicate that the obesity
Sánchez was to correlational were 270 12.22% of rate, the
Arenas y analyze the research was children, 8-11 children had devalued
Ana relationship years old, from obesity, of perception of

51
52

Olivia between self- conducted Mexico. To which 94% self-esteem


Ruiz esteem and select obese had low self- and body
Martínez body image children esteem and dissatisfactio
(2015) in Mexican weight and identified n in Mexican
Revista obese height were with a figure children with
Mexican children measured lower body obesity.
a de (BMI weight; also
Trastorn percentile > the
os 95). relationship
Alimenta Instruments of between
rios self-esteem perceived
(2015) 6, (Self-esteem self-esteem
38---44 Questionnaire, and body
IGA- 2000) image (r =
and body 61) was
image confirmed.
perception
(Collins’s
Figure Rating
Scale) were
administered.

Negar Therefore, This cross- was done on The results Final results
Yazdani, this study sectional 124 morbid showed a indicated that
PhD aimed study, using obese patients significant body image
Candidat to assess the simple who referred to relationship defects
e; Sayed relationship random obesity clinic between body caused by
Vahid between body sampling in Shiraz from image and obesity could
Hosseini, image and method, 2016 to 2017. psychological lie in
MD; psychological The data were wellbeing negative
Masood well-being in collected by (r=0.43) psychological
Amini, morbid obese body image (P<0.001), well-being in
MD; patients index and and between all aspects.
Zahra psychological the total This study
Sobhani, well-being score of the can promote
PhD; questionnaire. body image health
Farkhon Results were and all the clinicians’
deh analyzed using subscales of knowledge in
Sharif, descriptive psychological supporting of
PhD; statistics, well-being mental status
Hajar Pearson except of obese
Khazraei correlation autonomy individuals. It
, PhD coefficient test, and purpose is suggested
(2018) ANOVA, and in life that
Regression (P<0.05). preventing
IJCBNM anal sis. There was and
April also a supporting
2018; significant intervention

52
53

Vol 6, relationship should be


No 2 between the performed as
total score of effective
psychological methods for
well-being encountering
and all the and coping
subscales of with
body image psychological
(P<0.05). effects of
However, obesity.
there was no
significant
difference
between the
mean scores
of the body
image and
those of
psychological
well-being in
different
categories of
body mass
index (BMI)
(P>0.05).

Menganalisis Jenis Populasi target Persepsi citra Evaluasi


Seno hubungan penelitian pada penelitian tubuh, penampilan
Bayu antara yang ini yaitu evaluasi memberikan
Adji, persepsi citra digunakan mahasiswa penampilan pengaruh
Alifiati tubuh dan yaitu Fakultas negatif 2 sebesar 23
Fitrikasa gejala depresi observasional Kedokteran orang, kali terhadap
ri, Hari dengan dengan Universitas normal 23 kejadian
Peni kejadian desain cross Diponegoro orang. gangguan
Julianti gangguan sectional. dari lima Orientasi makan.
(2019) makan pada Penelitian ini program studi penampilan
remaja menganalisis yang negatif 12
obesitas. hubungan mengalami orang,
JNH antara obesitas sesuai normal 13
(Journal persepsi citra kriteria inklusi orang.
of tubuh dan yaitu usia 15 – Kepuasan
Nutrition gejala depresi 19 tahun. bagian tubuh
and dengan Jumlah sampel negatif 11
Health) kejadian pada penelitian orang,
Vol.7 gangguan ini didapatkan normal 13
No.1 makan pada dengan orang, positif
2019 remaja menggunakan 1 orang.
obesitas rumus proporsi Preokupasi

53
54

binomunal kegemukan
dengan tingkat normal 20
kesalahan orang, positif
sebesar 0,05 3 orang,
yaitu sebanyak negatif 2
25 orang, orang.
Jumlah sampel Pengkatagori
pada penelitian an ukuran
ini didapatkan tubuh normal
dengan 22 orang,
menggunakan positif 3
rumus proporsi orang.
binomunal Penilaian
dengan tingkat gejala
kesalahan depresi, 15
sebesar 0,05 orang tidak
yaitu sebanyak menunjukkan
25 orang. gejala
depresi, 8
orang gejala
depresi
ringan, 1
orang gejala
depresi
sedang dan 1
orang gejala
depresi berat.
Kejadian
gangguan
makan, 3
orang
mengalami
gangguan
makan dan
22 orang
tidak
mengalami
gangguan
makan.
Evaluasi
penampilan
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
kejadian
gangguan

54
55

makan. p <
0,05, OR =
23, dan
CI95% =
3,382 -
156,396.

Penelitian ini Jumlah sampel Terdapat Body image


Dyah Mengetahui merupakan yang diteliti hubungan berhubungan
Ayu hubungan penelitian adalah 150 signifikan signifikan
Kusuma antara analitik dan orang (75 laki- antara dengan
Wardani, obesitas, menggunaka laki dan 75 obesitas obesitas pada
Emy body image, n desain perempuan) dengan body mahasiswa
Huriyati, dan perasaan penelitian dengan image pada laki-laki
Mustikan stres pada cross pengambilan mahasiswa maupun
ingtyas, mahasiswa di sectional sampel laki-laki (r= perempuan.
Janatin Yogyakarta. dilakukan 0,32; p<0,01) Namun, tidak
Hastuti secara quota dan terdapat
(2015) sampling perempuan hubungan
(r= 0,23; signifikan
Jurnal p<0,01). antara body
Gizi Mahasiswa image dan
Klinik laki-laki obes perasaan
Indonesi memiliki stres, serta
a, Vol. potensi 7 kali antara
11, No. lebih besar obesitas dan
4, April untuk perasaan stres
2015 mempunyai pada semua
body image mahasiswa.
negatif
dibandingkan
mahasiswa
laki-laki tidak
obes.
Meskipun
tidak terdapat
hubungan
signifikan
antara
obesitas
dengan
perasaan stres
baik pada
mahasiswa
laki-laki
(x2=1,08;
r=0.12)
maupun

55
56

perempuan
(x2=1,45;
r=0,14),
tetapi
mahasiswa
non-obes
memiliki
peluang
hampir 2 kali
untuk merasa
stres
dibandingkan
mahasiswa
obes.
Demikian
juga body
image dan
perasaan stres
tidak
berhubungan
signifikan
pada
mahasiswa
laki-laki
(x2=0,50;
r=0,480) dan
perempuan
(x2=0,55;
r=0,09),
tetapi
mahasiswa
dengan body
image negatif
mempunyai
potensi 1,5
kali lebih
besar untuk
merasa stres
daripada
mahasiswa
dengan body
image positif.

Maret Mengetahui Desain Populasi Dari hasil uji Dapat


Romansy hubungan Penelitian adalah semua statistik disimpulkan
ah, Desi body image adalah Cross mahasiswa diketahui bahwa ada
Natalia dengan Sectional Prodi p=0,038 yang hubungan
aktivitas Keperawatan berarti ada gangguan

56
57

Sport olahraga pada Strata 1 hubungan Body Image


and mahasiswa Program A gangguan dengan
Nutrition obesitas STIKES Bapti body image aktivitas
Journal Prodi Kediri. Pada dengan olahraga pada
Vol 1 No Keperawatan penelitian ini aktivitas mahasiswa
1 - Juni Strata 1 sampelnya olahraga pada obesitas
2019 Program A adalah mahasiswa Prodi
(27-32) STIKES RS mahasiswa obesitas Keperawatan
Baptis Kediri obesitas Prodi Prodi Strata 1
Keperawatan Keperawatan Program A
Strata 1 Strata 1 STIKES RS
Program A Program A Baptis Kediri
STIKES RS STIKES RS
Baptis Kediri Baptis Kediri
sebanyak 71
responden.
Dalam
penelitian ini
menggunakan
total sampling

Hanna Penelitian ini Penelitian Penelitian ini Berdasarkan Kesimpulan


Karima bertujuan kuantitatif, dilakukan pada hasil analisis utama bahwa
Husni, untuk jika ditinjau 51 remaja statistik Ho ditolak
Herdina mengetahui berdasarkan perempuan diketahui dan Hα
Indri Jatiada atau tujuannya , dengan rentang besarnya nilai diterima yang
(2015) tidaknya penelitian ini usia 12 sampai P= 0.000, berarti bahwa
pengaruh menggunaka 15 tahun dan dimana nilai ada pengaruh
JURNA komparasi n tipe mengalami p<0,05 yang komparasi
L sosial pada explanatory. obesitas. berarti Ho sosial pada
Psikologi model dalam Jenis Penentuan ditolak dan model iklan
Pendidik iklan penelitian obesitas Hα diterima dalam televisi
an dan kecantikan yang didasarkan yaitu ada terhadap
Perkemb ditelivisi digunakan pada pengaruh Body Image
angan terhadap dalam perhitungan signifikan remaja putri
207 body image penelitian ini body mass antara yang
Volume remaja putri adalah index (BMI). komparasi obesitas.
3, No. 3, yang penelitian Pemilihan sosial pada Hasil
Desembe obesitas. kausal yaitu subjek model dalm penelitian ini
r 2014 penelitian dilakukan iklan menunjukkan
yang secara kecantikan di koefisien
bertujuan purposive televisi regresi
untuk sampling yang terhadap bertanda
menganalisis diperoleh pada body image negatif yang
hubungan beberapa SMP remaja putri berarti
sebab-akibat Swasta di yang semakin
antara Surabaya obesitas. meningkat
variabel Dilihat dari komparasi

57
58

independen koefisien sosial pada


dan variabel determinasi model dalam
dependen . (R2) maka iklan
komparasi kecantikan di
sosial dapat televisi maka
memberikan semakin
kontribusi menurut body
dalam image pada
memprediksi remaja putri
nilai Body yang obesitas
Image
sebesar
33,4%.
Adapun
persamaan
garis regresi
linier
sederhana
dalam
penelitian ini
adalah
Y=161,815-
1,052X

Victoria Mengetahui Penelitian Penelitian ini Hasil analisis Berdasarkan


Nurvita, apakah ada yang dilakukan pada data hasil analisis
Muryanti hubungan digunakan 41 siswi di menunjukkan data, maka
nah self-esteem penulis beberapa taraf diperoleh
Mulyo dengan body adalah Sekolah signifikan kesimpulan
Handaya image pada penelitian Menengah sebesar 0,000 bahwa
ni (2015) remaja awal kuantitatif. Pertama yang berarti terdapat
Jurnal yang Berdasarkan (SMP) di Ho ditolak, hubungan
Psikologi mengalami tujuan kabupaten artinya yang
Klinis obesitas penelitian, Jember, yaitu terdapat sigmifikan
dan penelitian ini SMP N egeri 1 hubungan antara antara
Kesehata merupakan Jember, SMP antara Self-esteem
n Mental penelitian Negeri 2 variabel self- dengan body
Vol. 4 explanatoy. Jember, SMP esteem dan image pada
No. 1 Penelitian ini Negeri 4 variabel body remaja awal
April menggunaka Jember, SMP iamge. Besar yang
2015 n teknik Negeri 6 koefisien mengalami
survei. Jember, SMP korelasi antar obesitas .
Negeri 7 dua variabel
Jember. adalah 0,855
Teknik yang
sampling yang menunjukkan
digunakan hubungan.
adalah

58
59

purposive
sampling.

Filsa mengetahui penelitian Populasi dalam Hasil Ada


Destiara, hubungan mengunakan penelitian ini penelitian hubungan
Tanto antara Indeks desain sebanyak 60 membuktikan antara Indeks
Hariyant Massa Tubuh korelasional remaja. Sampel bahwa indeks Massa Tubuh
o, Ragil dengan body dengan penelitian massa tubuh (IMT) dengan
Catur Adi image remaja metode menggunakan remaja body image
W. putri di pendekatan purposive sebanyak 16 remaja putri
(2017) Asrama Putri cross sampling (44,4%) di Asrama
Nursing Sanggau sectional. sebanyak 36 remaja Putri Sanggau
News Malang remaja dengan memiliki Malang.
Volume kriteria inklusi indeks massa
2, antara lain; tubuh
Nomor remaja putri overweight
3, 2017 yang berada di dan body
Asrama Putri image remaja
Sanggau sebanyak 30
Malang, berusia (83,3%)
17-21 tahun remaja
dan bersedia memiliki
menjadi body image
responden. rendah,
Teknik sedangkan
pengumpulan hasil pearson
data yang product
digunakan moment
adalah didapatkan
pendekatan dan nilai p value =
observasi. 0,016< α
Metode analisa (0,05) yang
data yang di berarti ada
gunakan yaitu hubungan
pearson antara Indeks
product Massa Tubuh
moment. dengan body
Instrumen image remaja
penelitian putri di
menggunakan Asrama Putri
kuesioner, Sanggau
meadline, dan Malang.
timbangan. Remaja perlu
Variabel mengkontrol
independen pola makan
penelitian dan
adalah Indeks melakukan
Massa Tubuh olahraga
sedangkan untuk

59
60

variabel menjaga
dependen Indeks Massa
adalah body Tubuh agar
image. tetap normal.

Dalam
Rosidaw untuk Desain populasi Hasil penelitian ini
ati, mengetahui penelitian adalah seluruh ditemukan di temukan
Pudjiati, hubungan non siswi SMA ada hubungan ada hubungan
Prayetni IMT dengan eksperimen ( PGRI Lubang bermakna bermakna
(2019) Body Image cross Buaya Jakarta antara IMT antara Indeks
JKEP. sectional), Timur. Dengan dengan Body Massa Tubuh
Vol.4 jumlah sampel Image, tidak (IMT)
No. 2 yang dianalisis ada hubungan dengan body
Nov adalah 202 bermakna image.
2019 responden antara umur Penelitian
Data di dengan body juga
analisis secara image, serta menemukan
univariat, uji ada hubungan ada hubungan
Chi-square bermakna bermakna
dan antara jenis antara jenis
multivariate kelamin kelamin
(Regresi dengan body dengan body
Logistik image. image. dan
Sederhana). tidak
menemukan
ada hubungan
bermakna
antara umur
dengan body
image
responden.

Dewi untuk Penelitian ini Besar sampel Hasil Simpulan


Kartika menganalisis adalah adalah 36 penelitian dari hasil
Wati, Sri perbedaan penelitian remaja putri, menunjukkan yaitu remaja
Sumarmi citra tubuh observasional dan dipilih ada putri
(2017) antara remaja dengan secara acak perbedaan overweight
putri desain cross dari daftar persepsi cenderung
overweight sectional, siswa. Variabel mengenai memiliki
dengan yang yang diamati bentuk dan citra tubuh
remaja putri dilakukan di adalah citra berat tubuh yang negatif,
non SMP Santa tubuh, remaja yang dimiliki sedangkan
overweight. Agnes yang tidak antara remaja putri
Surabaya puas dengan kelompok non
bentuk remaja putri overweight
tubuhnya overweight cenderung

60
61

sendiri dan dan non memiliki


rasa takut overweight citra tubuh
menjadi dengan nilai yang positif.
gemuk pada p = 0,044 (p
remaja < 0,05).
perempuan.
Pengukuran
data dari
modifikasi
Multidimensio
nal Body Self
Questionnaire-
Appearance
Scales
(MBSRQ-AS).
Analisis data
menggunakan
uji statistik
Chi-square
dengan nilai
α= 0,05.
Katrin The present This cross- Individuals The results
Ziser , study sectional presenting underline the
Carina therefore study themselves at importance of
Finklenb aims to an identifying
urg , contribute to interdisciplinar promising
Simone the y assessment stress
Claire understandin and management
Behrens , g of the consultation techniques
Katrin relationship platform for and
Elisabeth of body patients with addressing
Giel, image, obesity at a perceived
Sandra perceived tertiary stress e.g.
Becker , stress, and university through
Eva- symptoms of clinic were mindfulness
Maria depression in invited to based
Skoda , a morbidly participate in approaches in
Martin obese the study over the (lifestyle
Teufel , population. a period of and/or
Isabelle four years. weight)
Mack , Inclusion interventions
Stephan criterion was for obesity
Zipfel BMI ≥ 30 taking into
and kg/m2, no account the
Florian exclusion specific
Junne criterion stressors of
(2019) applied other obesity
than a affected

61
62

Frontiers substantial individuals


in language such as body
Psychiatr barrier. image.
y|
www.fro
ntiersin.o
rg

Reyhan The aim of The study Turkey with The It was found
Erkaya, this study was 300 pregnant that the
Özlem was to performed unselected women with majority of
Karabulu determine the through a pregnant normal BMI pregnant
tlu , relationship questionnaire women who were more women were
Kıymet between in a state were recruited likely to feel overweight
Yes_ilçiç maternal hospital in from the satisfied. and obese
ek Çalik obesity, self- Trabzon delivery unit. While 56.8% according to
(2018) esteem and As data of the BMI
body collection pregnant and their
Saudi Image tools, Body women average body
Journal Image Scale at normal image and
of (BAS) and weight based self-esteem
Biologic Coopersmith on BMI were were high
al Self-Esteem found to feel and medium
Sciences Scale (GIS) satisfied and level
25 were used 43.3% of respectively.
(2018) between April those
1079– and May 2016. overweight
1084 felt satisfied,
54.3% of
obese ones
did not feel
satisfied. A
weak positive
significant
correlation
was found
between body
image and
self-esteem (r
= 0.172; p =
0.003 <
0.05). As the
self-esteem
increases,
body image
increases,
too.

62
63

BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Penelitian dari Artikel Literatur / jurnal Review

1. Obesitas Pada Remaja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nanik Setyo Agustin dkk

(2017) dengan judul “ Hubungan Obesitas dengan Citra Tubuh Pada Siswa

Siswi di SMP N 1 Mojoanyar Kabupaten Mojokerto” menjelaskan bahwa

Lebih dari setengah jumlah responden mengalami obesitas. Hal ini

menunjukkan bahwa responden mengalami penumpukan lemak tubuh

yang berlebihan, dan terjadinya perubahan fisik secara bertahap, yang

mencakup perubahan organ tubuh yang terlihat maupun tidak terlihat,

sehingga berat badan responden jauh diatas normal. Di samping memasuki

masa pubertas, hal ini juga dikarenakan pola makan yang tidak sehat dan

kurangnya aktivitas fisik, sehingga terjadi ketidak seimbangan energi

antara kalori yang dikomsumsi dan kalori yang dikeluarkan.

Berdasarkan penelitian dari Cut Risna Wati dkk (2019) dengan

judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Body Image Pada Remaja

Putri Kelas I Dan Kelas I SMAN 4 Banda Aceh” menjelaskan bahwa

Indeks massa tubuh underweight dapat disebabkan oleh kebiasaan pola

makan responden yang buruk sehingga tidak dapat memenuhi kecukupan

nutrisi sehari-hari. Sedangkan para remaja yang memiliki IMT overweight

dan obesitas dapat disebabkan karena seringnya mengkonsumsi makanan

63
64

cepat saji, makan yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Remaja

yang memiliki indeks massa tubuh idealdapat disebabkan karena cukupnya

kebutuhan nutrisi sehari-hari dan makan tidak berlebihan serta seringnya

melakukan aktivitas fisik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nanik Setyo Agustin dkk

(2017) dengan judul “ Hubungan Obesitas dengan Citra Tubuh Pada Siswa

Siswi di SMP N 1 Mojoanyar Kabupaten Mojokerto” Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa siswi di SMPN 1 Mojoanyar Kabupaten

Mojokerto yang dalam masa pubertas banyak yang mengalami obesitas.

Dimana responden obesitas yang paling banyak adalah remaja perempuan.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Dyah Ayu Kusuma

Wardan dkk (2015) dengan judul “ Obesitas, body image, dan perasaan

stres pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta” menjelaskan

bahwa Berdasarkan IMT, mahasiswa laki-laki lebih banyak (25,4%)

mengalami obesitas dibandingkan mahasiswa perempuan (12%). Menurut

indikator PLT, obesitas juga lebih banyak terdapat pada mahasiswa laki-

laki (29,4%) dibandingkan mahasiswa perempuan (8,7%). Analisis

statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap

distribusi kategori obesitas pada IMT maupun PLT antara laki-laki dan

perempuan. Secara umum, prevalensi obesitas lebih besar menggunakan

kategori PLT (23,3%) daripada kategori IMT (18,7%) lebih banyak (74%)

daripada mahasiswa dengan body image positif (26%). Sementara itu,

prevalensi body image negatif sedikit lebih tinggi pada perempuan (80%)

dibanding pada laki-laki (68%). Prevalensi mahasiswa dengan perasaan

64
65

stres total sebanyak 105 respoden (70%) dengan proporsi hampir sama

antara mahasiswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut sebesar

72% dan 68%.

2. Body Image Pada Remaja

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Hanna Karima Husni

(2014) dengan judul “Pengaruh Komparasi sosial Pada Model Iklan

Kecantikan di Televisin Terhadap Body Image Remaja Putri yang

Obesitas” menjelaskan bahwa Dalam penelitian ini, jumlah remaja putri

pada skala body image yang berada dalam kategori rendah sebesar 14

orang dan subjek dengan kategori sangat rendah berjumlah 3 orang.

Berdasarkan penelitian dari Cut Risna Wati dkk (2019) dengan

judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Body Image Pada Remaja

Putri Kelas I Dan Kelas I I SMAN 4 Banda Aceh” menjelaskan

bahwa Pada karakteristik Body Image didapatkan hasil bahwa

Sebagianbesar remaja putri kelas I dan kelas II SMA Negeri 4 Banda Aceh

memiliki body imagenegatif yaitu sebanyak 57,8%. Penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri, yang

menunjukkan bahwa sebagian remaja putri memiliki body image negatif

yaitu sebanyak 43,6%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rosdiwati dkk (2019)

dengan judul “ Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan Body Image

Pada Siswa SMA PGRI Jakarta Timur” menjelaskan bahwa Hasil

penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 12 ( 40%) responden yang kurus

65
66

mempersepsikan body image tidak puas. Responden yang IMT gemuk dan

obesitas lebih banyak mempersepsikan body image tidak puas.

Berdasarkan penelitian Dyah Ayu Kusuma Wardan dkk (2015)

dengan judul “ Obesitas, body image, dan perasaan stres pada mahasiswa

di Daerah Istimewa Yogyakarta” menjelaskan bahwa Penelitian ini

menemukan bahwa tanpa membedakan jenis kelamin, hampir tiga dari

empat mahasiswa memiliki body image negatif. Tingginya jumlah

responden yang memiliki body image negatif kemungkinan bisa

dipengaruhi oleh karena puncak perhatian pada penampilan terjadi pada

saat remaja dan usia 20 tahunan. Ketidakpuasan terhadap bentuk dan

ukuran tubuh menjadi suatu hal yang endemik bagi perempuan dan disebut

“normative discontent”. Persentase ketidakpuasan terhadap tubuh

ditemukan cukup besar pada perempuan yang memiliki berat badan

normal atau underweight, demikian juga pada laki-laki, meskipun

dilaporkan lebih rendah namun tidak berbeda signifikan. Demikian juga

pada penelitian ini, meskipun prevalensi mahasiswa perempuan dengan

body image negatif lebih besar dari pada laki-laki, tetapi tidak berbeda

secara signifikan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan M. Lutfi Fernando (2019)

dengan judul "Gambaran citra tubuh pada wanita dewasa awal yang

mengalami obesitas” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek

memiliki kebiasaan pola makan berlebihan dan kurang gerak tubuh

sehingga memiliki dampak seperti gangguan psikososial: rasa rendah dan

menarik diri, gangguan kesehatan: mudah lelah/mengantuk dan kesulitan

66
67

keseimbangan. Adapun citra tubuhnya secara keseluruhan mengangggap

fisik tidak menarik, kesulitan menyesuaikan diri, namun tidak melakukan

usaha konsisten mengevaluasi penampilan sehingga disarankan melakukan

konsultasi kesehatan dan psikologis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rosdiwati dkk (2019)

dengan judul “ Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan Body Image

Pada Siswa SMA PGRI Jakarta Timur” menjelaskan bahwa Kenyataan

bahwa perempuan dan laki-laki pada masa kini sudah mulai menjaga

penampilan agar terlihat menarik. Perempuan maupun laki-laki mulai

merawat dirinya agar dapat sesuai dengan tuntutan dari masyarakat karena

seiring dengan berjalannya waktu, terbentuk tuntutan dari masyarakat

(socio-cultural expectation) bahwa perempuan diharapkan bertubuh

langsing dan ramping, sedangkan laki-laki diharapkan memiliki tubuh

yang berotot berpendapat bahwa kelangsingan (slenderness) biasa

dihubungkan dengan kebahagian serta penerimaan di lingkungan sosial,

sedangkan memiliki kelebihan berat badan dihubungkan dengan

kemalasan dan dianggap tidak dapat mongontrol diri. Perempuan dan laki-

laki yang memiliki kelebihan berat badan, oleh masyarakat cenderung

dipandang sebagai individu yang tidak menarik (physically unattractive)

dan juga dihubungkan dengan karakter negatif lainnya.

Hasil analisis hubungan antara IMT dengan Body Image diperoleh

bahwa ada sebanyak 12 ( 40%) responden yang kurus mempersepsikan

body image tidak puas. Responden yang IMT gemuk dan obesitas lebih

banyak mempersepsikan body image tidak puas.

67
68

Hasil analisis antara hubungan jenis kelamin dengan bodi image

diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (32.1%) yang jenis kelamin laki-laki

mengalami body image tidak puas. Sedangkan perempuan terdapat 31

(63,3%) yang persepsi terhadap bodi image tidak puas,Uji Statistik

diperoleh nilai pvalue= 0.003 maka dapat disimpulkan ada perbedaan

proporsi jenis kelamin dengan bodi Image (ada hubungan bermagna antara

jenis kelamin dengan body image. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai

OR-3.647 artinya jenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 3.63 kali

untuk mempersepsikan body image puas dibanding dengan perempuan.

Citra tubuh sebagai bagian dari citra diri, mempunyai pengaruh terhadap

bagaimana cara seseorang melihat dirinya. Banyak remaja yang merasa tidak

puas dengan penampilan dirinya sendiri, apalagi yang menyangkut tentang body

image atau persepsi terhadap tubuhnya. Ketidakpuasan bentuk tubuh yang

dialami antara laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda. Perbedaan

persepsi tubuh ideal menyebabkan remaja laki-laki memiliki masalah

kecenderungan pandangan terhadap tubuh terbagi menjadi dua yaitu overestimate

dan underestimate. Menurut Blashil & Sabine bahwa terdapat perbedaan

kecenderungan pandangan mengenai tubuh ideal. Remaja perempuan cenderung

overestimation atau melebih-lebihkan ukuran tubuh sebenarnya, sedangkan

remaja laki-laki terbagi dua yaitu overestimation dan underestimation atau

menganggap rendah ukuran tubuh mereka dibandingkan ukuran yang sebenarnya

Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering pada perempuan dari pada laki-laki.

Pada umumnya perempuan kurang puas terhadap tubuhnya dan memiliki

body image yang negative. Remaja putri pada umumnya kurang puas dengan

gambaran citra tubuhnya dibanding anak laki-laki. Citra tubuh adalah merupakan

kumpulan sikap individu yang disadari maupun tidak disadari terhadap tubuhnya,

68
69

termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran tubuhnya, fungsi

keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu

maupun sekarang.

Berdasarkan penelitian dari filsa Destiara dkk (2017) dengan judul

“ Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Body Image Remaja

Putri Di Asrama Putri Sanggau Malang” menjelaskan bahwa Didapatkan

rata-rata remaja putri di Asrama Putri Sanggau Malang memiliki memiliki

body image rendah hal ini didapatkan pada 30 (83,3%) remaja. Seorang

remaja merupakan suatu proses mencari pemahaman tentang kehidupan

menginjak dewasa sehingga remaja yang memiliki body image tinggi akan

menghasilkan remaja memiliki sosialisasi yang baik hal ini diakibatkan

adanya pengontrolan pola makan dan melakukan kegiatan aktifitas

sehingga remaja terhindar dari indeks massa tubuh (IMT) underweight dan

overweight. Hasil pengumpulan data didapatkan bahwa sebagian besar

remaja memiliki indeks massa tubuh (IMT) overweight sebanyak 16

(44,4%) remaja dan sebagia besar memiliki body image rendah hal ini

didapatkan pada 30 (83,3%) remaja putri di Asrama Putri Sanggau

Malang.

Berdasarkan penelitian dari Dewi Kartika Wati dan Sri Sumarmi

(2017) dengan judul “Citra Tubuh Pada Remaja Perempuan Gemuk Dan

Tidak Gemuk” menjelaskan bahwa Ada perbedaan persepsi mengenai

bentuk dan berat tubuh yang dimiliki antara kelompok remaja putri

overweight dan non overweight. Remaja putri overweight cenderung

memiliki citra tubuh yang negatif, sedangkan remaja putri non overweight

cenderung memiliki citra tubuh yang positif. Hasil penelitian tentang

69
70

body image sebanyak 55,6% responden dalam kategori body image negatif

menyebabkan body dissatisfaction pada responden sebesar 41,7%. Bila

dilihat pada kelompok remaja putri overweight ditemukan 3 responden

(16,7%) dalam kategori body dissatisfaction dan 12 responden (66,7%)

pada kelompok remaja putri non overweight dalam kategori body

dissatisfaction.

seseorang yang mengalami body dissatisfaction dapat

memunculkan perilaku diet pada individu tersebut dan diet yang berlebih

akan memicu gangguan makan atau yang biasa disebut dengan eating

disorder dan beresiko juga meningkatkan eating pathology seperti

anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Remaja terkadang kurang puas

terhadap kondisi tubuhnya walaupun sudah memiliki bentuk tubuh yang

ideal, ingin menjadi lebih kurus dan terus memiliki keinginan untuk tetap

ramping serta membanding-bandingkan dengan ukuran tubuh orang lain

yang dianggap lebih baik.

Hasil penelitian tentang body image sebanyak 55,6% responden

dalam kategori body image negatif juga menyebabkan fear of fatness pada

responden sebesar 30,6%. Bila dilihat pada kelompok remaja putri

overweight ditemukan 7 responden (38,9%) dalam kategori fear of fatness

dan 4 responden (22,2%) pada kelompok remaja putri non overweight

dalam kategori fear of fatness. Hasil uji perbedaan terhadap fear of fatness

antara kelompok remaja overweight dan non overweight dengan

menggunakan uji Chi-square memperoleh nilai p = 0,278 (p > 0,05) yang

70
71

artinya bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada fear of fatness

antara kelompok remaja overweight dan non overweight.

Ada perbedaan persepsi mengenai bentuk dan berat tubuh yang

dimiliki antara kelompok remaja putri overweight dan non overweight.

Remaja putri overweight cenderung memiliki citra tubuh yang negatif,

sedangkan remaja putri non overweight cenderung memiliki citra tubuh

yang positif. Saran yang diberikan agar remaja tetap memiliki persepsi

atau pemikiran yang positif mengenai body image maka seharusnya para

remaja khususnya remaja perempuan lebih menerapkan pola makan yang

benar, membiasakan sarapan yang cukup, aktivitas fisik yang baik dengan

cara melakukan olahraga rutin seminggu tiga kali selama 30 menit serta.

Agar para remaja tidak mengalami body dissatisfaction dan fear of fatness

hendaknya lebih percaya diri pada kondisi tubuh yang dimiliki saat ini,

tidak tidak terlalu mempedulikan penilaian negatif dari orang lain disekitar

dan memantau secara rutin berat badan dan tinggi badannya untuk

mengetahui status gizi.

Remaja perempuan akan cenderung lebih takut akan kenaikan berat

badan dan memperhatikan bentuk tubuh mereka dibandingkan dengan

remaja laki-laki. Bentuk rasa takut menjadi gemuk (fear of fatness)

memiliki ciri bahwa banyak orang yang terkena permasalahan dengan

body dissatisfaction (mempersepsikan dirinya lebih gemuk daripada

sebenarnya), sementara sebagian lainnya terus mempertahankan tubuh

yang kurus sekalipun mereka mengakui bahwa mereka tidak kelebihan

berat badan. Keadaan ini mengakibatkan pengontrolan bentuk badan yang

71
72

tidak tepat pada orang-orang yang berat badannya normal atau bahkan

kurang. 22 Kesalahan persepsi dalam melihat perubahan diri seorang

remaja menyebabkan mereka tidak memperhatikan asupan makanan yang

bergizi. Padahal makanan yang bergizi sangat penting untuk mengimbangi

perubahan-perubahan yang sangat pesat, baik fisik, psikologi maupun

sosial pada periode growth spurt remaja.

3. Hubungan Obesitas dengan Body Image Pada Remaja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulita mini dkk

(2019) dengan judul “ Citra Tubuh Dan Perilaku Makan Sebagai Faktor

Risiko Overweight Remaja Putra di SMA Negeri Kota Palu” hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel citra tubuh berhubungan secara

signifikan dengan kejadian overweight/obesitas dengan OR= 29. Hal ini

menunjukkan bahwa remaja yang mengalami ketidakpuasan terhadap

tubuhnya mempunyai peluang sebesar 29 kali lebih besar untuk menjadi

overweight/obesitas dibandingkan dengan remaja yang mengalami citra

tubuh puas. Hal ini kemungkinan disebabkan karena maraknya media

massa dan kemajuan teknologi di Kota Palu sehingga remaja dengan

mudah mengakses informasi mengenai trend model idola dengan tubuh

ideal telah marak dikalangan remaja, serta pengaruh teman sebaya yang

cukup tinggi dalam memberikan kritik atau saran mengenai penampilan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cut RisnaWati dkk

(2019) dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan citra tubuh

Remaja Putri kelas I dan kelas II SMA N 4 Banda Aceh” hasil penelitian

menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) berhubungan dengan

72
73

body image pada siswi di SMA Negeri 4 Banda Aceh. Berdasarkan hasil

analisis data Chi-Squarepada SPSS 24 dengan sig. <0.05 diperoleh p-

value=0.00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang

bermakna antara indeks massa tubuh (IMT) dengan body imageremaja

putri kelas I dan kelas II SMA Negeri 4 Banda Aceh.

Berdasarkan penelelitian yang dilakukan Alon Ekawati dkk (2014)

dengan judul “ Hubungan Obesitas dengan Citra Tubuh Pada Mahasiwa

Program Ilmu Keperawatan Di STIKES Aisyiyah Yogyakarta Tahun

2014” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 responden, 22

orang memiliki citra tubuh negatif dan 19 orang memiliki citra tubuh

positif dengan nilai p= 0,018 atau p<0,05.Terdapat hubungan obesitas

dengan citra tubuh pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Hendaknya

Mahasiswa yang mengalmi obesitas dapat menurunkan berat badan dan

dapat mengontrol pola makan yang berlebihan.

Berdasarkan penelelitian yang dilakukan Seno Bayu Adji dkk

(2019) dengan judul “Hubungan Persepsi Citra Tubuh dan Gejala Depresi

dengan Kejadian Gangguan Makan Pada Remaja Obesitas” Pada

penelitian ini domain evaluasi penampilan memberikan pengaruh

signifikan terhadap kejadian gangguan makan kemungkinan karena 100%

responden yang menilai negatif evaluasi penampilan mengalami kejadian

gangguan makan.

Pada penelitian ini gejala depresi tidak berpengaruh signifikan

terhadap kejadian gangguan makan. Mereka yang mempunyai gejala

73
74

depresi umumnya merasa tidak puas dengan bagian-bagian tubuhnya atau

merasa tidak puas dengan penampilannya namun demikian mereka tidak

mempedulikan penampilannya atau tidak ada keinginan untuk

meningkatkan penampilannya. Hal tersebut kemungkinan karena tidak ada

tuntutan sosial yang menyebabkan depresi karena harus berpenampilan

sempurna sehingga mereka tidak perlu berusaha memperbaiki penampilan

termasuk diantaranya melalui perilaku makan.

Pada penelitian ini tidak semua responden dengan gejala depresi

mengalami gangguan makan, kemungkinan responden tidak menggunakan

perilaku makan sebagai reaksi terhadap depresinya. Hasil penelitian ini

dapat disimpulakan Terdapat hubungan yang signifikan dari persepsi citra

tubuh terhadap kejadian gangguan makan yaitu pada domain evaluasi

penampilan. Evaluasi penampilan secara bermakna berisiko 23 kali

terhadap kejadian gangguan makan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nanik Setyo Agustin dkk

(2017) dengan judul “ Hubungan Obesitas dengan Citra Tubuh Pada Siswa

Siswi di SMP N 1 Mojoanyar Kabupaten Mojokerto” Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa siswi di SMPN 1 Mojoanyar Kabupaten Dari

hasil analisa didapatkan bahwa umumya siswa siswi yang mengalami

obesitas cenderung citra tubuh negatif. Dengan adanya perubahan dan

peran fisik pada individu,individu akan memiliki yang negatif yang

membuatnya memandang dirinya lemah dan akan berhasil dalam

mencapai suatu keinginan. Berdasarkan hasil penelitian hubungan obesitas

dengan citra tubuh pada siswa siswi SMPN 1 Mojoanyar Kabupaten

74
75

Mojokerto dengan total 30 responden menunjukkan bahwa kategori

obesitas, lebih banyak memiliki citra tubuh negatif dengan jumlah 6

responden (75,0%), dan yang memiliki citra tubuh positif 2 responden

(25,0%). Sedangkan kategori obesitas semuanya mengalami citra tubuh

negatif dengan jumlah 6 responden (75,0%) Semakin remaja kurang puas

dengan bentuk tubuhnya maka remaja akan memiliki citra tubuh yang

lebih negatif selama obesitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lucki Vindi Larasati dkk

(2018) dengan judul “Hubungan Obesitas Dengan gangguan citra tubuh

pada remaja putri di pondok pesantren Al- Munawwir Krapyak

Yogyakarta” Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan Pembahasan

dapat disimpulkan Terdapat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

obesitas dengan citra tubuh di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak

Yogyakarta memiliki keeratan hubungan harga koefisien sebesar pvalue

sebesar 0,005 <0,05 dan memiliki keeratan hubungan sebesar 0,520 yang

artinya memiliki keeratan hubungan sedang.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Hanna Karima Husni

(2014) dengan judul “Pengaruh Komparasi sosial Pada Model Iklan

Kecantikan di Televisin Terhadap Body Image Remaja Putri yang

Obesitas” menjelaskan bahwa hasil dari penelitian menunjukkan terdapat

pengaruh komparasi sosial pada model dalam iklan kecantikan ditelevisi

terhadap body image remaja putri yang obesitas. Hal iini dibuktikan dari

hasil analisis statistik diketahui besarnya nilai P= 0.000, dimana nilai

p<0,05 yang berarti Ho ditolak dan Hα diterima yaitu ada pengaruh

75
76

signifikan antara komparasi sosial pada model dalm iklan kecantikan di

televisi terhadap body image remaja putri yang obesitas. Dilihat dari

koefisien determinasi (R2) maka komparasi sosial dapat memberikan

kontribusi dalam memprediksi nilai Body Image sebesar 33,4%. Koefisien

regresi dalam penelitian ini bertanda negatif, hal ini berarti bahwa semakin

tinggi komparasi sosialpada model dalam iklan kecantikan ditelevisi maka

semakin rendah body image pada remaja putri yang obesitas. Hubungan

negatif dalam penelitian ini dapat terjadi karena semakin seseorang wanita

membandingkan tubuhnya dengan tubuh wanita lain dapat menyebabkan

mereka semakin tidak puas dengan tubuhnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Negar Yazdani dkk (2018)

dengan judul “Relationship between Body Image and Psychological Well-

being in Patients with Morbid Obesity” Hasil penelitian penelitian

menunjukkan hubungan yang signifikan antara citra tubuh dan

kesejahteraan psikologis (r = 0,43) (P <0,001), dan antara skor total citra

tubuh dan semua subskala kesejahteraan psikologis kecuali otonomi dan

tujuan dalam hidup (P <0,05). Ada juga hubungan yang signifikan antara

skor total kesejahteraan psikologis dan semua subskala citra tubuh (P

<0,05). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata

gambar tubuh dan orang-orang dari kesejahteraan psikologis dalam

berbagai kategori indeks massa tubuh (BMI) (P> 0,05). Hasil akhir

menunjukkan bahwa cacat citra tubuh yang disebabkan oleh obesitas dapat

terletak pada kesejahteraan psikologis negatif dalam semua aspek.

76
77

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daniela Ventura Fernandes

(2018) dengan judul “Mindfulness and Psychological Adjustment in

Paediatric Obesity: The Mediating Role of Body Image” Menjelaskan

bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi psikologis

berfokus pada pengembangan keterampilan perhatian dan mengurangi rasa

malu tubuh mungkin sangat berguna untuk mempromosikan penyesuaian

psikologis anak-anak / remaja dengan kelebihan berat badan / obesitas.

Berdasarkan penelitian dari Jaime Javier Sánchez Arenas y Ana

Olivia Ruiz Martínez (2015) dengan judul “Relationship between self-

esteem and body image in children with obesity  “ mengatakan bahwa

12,22% anak-anak mengalami obesitas, di mana 94% memiliki harga diri

rendah dan diidentifikasi dengan angka berat badan lebih rendah; juga

hubungan antara persepsi harga diri dan citra tubuh (r = 61) dikonfirmasi.

Ini membahas tingkat obesitas, persepsi harga diri dan ketidakpuasan

tubuh pada anak-anak Meksiko dengan obesitas.

Berdasarkan penelitian dari Reyhan Erkaya dkk (2018) dengan

judul “The effect of maternal obesity on self-esteem and body image”

menjelaskan bahwa Wanita hamil dengan BMI normal lebih cenderung

merasa puas. Sementara 56,8% wanita hamil dengan berat badan normal

berdasarkan BMI ditemukan merasa puas dan 43,3% dari mereka yang

kelebihan berat badan merasa puas, 54,3% wanita gemuk tidak merasa

puas. Korelasi signifikan positif lemah ditemukan antara citra tubuh dan

harga diri (r = 0,172; p = 0,003 <0,05). Saat harga diri meningkat, citra

tubuh juga meningkat. Ditemukan bahwa mayoritas wanita hamil

77
78

kelebihan berat badan dan obesitas menurut BMI dan rata-rata citra tubuh

dan harga diri mereka masing-masing adalah tingkat tinggi dan sedang

Menurut Asumsi Peneliti dari ke-17 artikel terkait hubungan

obesitas dengan body image pada remaja putra dan putri didapatkan bahwa

umumnya remaja yang mengalami obesitas yang paling banyak adalah

perempuan dan remaja obesitas lebih cenderung mengalami body image

negatif. Body image negatif dipengaruhi oleh ketidakpuasan, dimana

remaja kurang puas dengan bentuk tubuhnya, menganggap fisiknya tidak

menarik. Sehingga berdampak pada harga diri yang rendah dan

kurangnnya kepercayaan diri terhadap tubuhnya.\

B. Keterbatasan literatur review

Peneliti ini mempunyai keterbatasan yang memungkin hasil penelitian

tidak sesuai dengan harapan atau hipotesis awal, timbulnya bias dan ketidak

akuratan penelitian. Adapun keterbatasan penelitian antara lain :

1. Hubungan Obesitas dengan Body Image dalam penelitian ini kebanyakan

menggunakan kata citra tubuh ketimbang Body Image pada judul

penelitian.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan literatur review yaitu terkadang

peneliti kurang cermat dalam menganalisis data yang berpotensi

terjadinya pada hasil pembahasan penelitian.

78
79

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil literatur dari 17 artikel yang memenuhi syarat untuk di

review, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil Literatur Review dari 17 artikel penelitian terkait hubungan

obesitas dengan body image remaja putra dan putri didapatkan bahwa

semua hasil penelitian menunjukkan body image pada remaja obesitas,

obesitas dan body image pada remaja, dan body image dan self-esteem

pada remaja.

2. Hasil literatur review dari 17 artikel sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Hasil penelitian dari jurnal-jurnal diatas membuktikan bahwa adanya

pengaruh obesitas dengan body image pada remaja putra dan putri.

B. Saran

1. Untuk peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.

2. Untuk insitusi kesehatan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan masukan bagi pengelolaan ilmu pengetahuan dalam bidang

kesehatan masyarakat.

3. Untuk peneliti berikutnya agar dapat menjadi sumber pustaka untuk

peneliti berikutnya yang berkenaan dengan penelitian ini.

79
80

80

Anda mungkin juga menyukai