Epidermidis 2
Epidermidis 2
ABSTRAK
Infeksi luka operasi merupakan salah satu dari infeksi yang terjadi di Rumah Sakit (infeksi
nosokomial), terutama yang memiliki pelayanan perawatan dan tindakan pembedahan yang
kurang atau belum memadai. Terjadinya infeksi ini terutama dapat berasal dari internal
penderita sendiri, namun dapat juga berasal dari ekternal seperti peralatan medis dan
petugas kesehatan. Akibat infeksi nosokomial ini akan menyebabkan biaya perawatan dan
masa inap di RS akan bertambah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bakteri penyebab
infeksi luka operasi nosokomial pada ruang rawat inap bedah dan Kebidanan RSAM di
Bandar Lampung. Jenis bakteri penyebab infeksi dapat digunakan sebagai rujukan dalam
mengobati infeksi luka operasi nosokomial di RSAM. Metode penelitian adalah deskriptif
laboratorik, dengan sampel diambil dari masing-masing 30 pasien diruang rawat inap bedah
dan kebidanan. Identifikasi bakteri dilakukan dengan kultur, pewarnaan Gram dan uji
biokimiawi. Hasil penelitian didapatkan 4 jenis bakteri terbanyak, pada ruang rawat inap
bedah adalah Pseudomonas sp (29,27%), Staphylococcus epidermidis (21,95%), dan
Klebsiella sp. (14,63%), serta pada ruang rawat inap kebidanan adalah Pseudomonas sp.
(25%), Escherichia coli (19,44%) dan Klebsiella sp. (16,67%). Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa bakteri penyebab infeksi luka operasi yang terbanyak adalah bakteri
Gram negatip batang yang merupakan flora normal dari usus (Pseudomonas sp,.
Escherichia coli dan Klebsiella sp.) selain flora normal dari kulit yaitu bakteri Gram positif
kokus (Staphylococcus epidermidis).
Kata kunci : Infeksi Nosokomial, Infeksi Luka Operasi (ILO), Bakteri penyebab ILO
344
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
dilaksanakan di RSAM Bandar Lampung Tabel 2. Jenis Bakteri dari ILO di Ruang Rawat
Inap Bedah RSAM
dan Laboratorium Mikrobiologi FK Unila.
Pengambilan sampel dilakukan pada No. Spesies Bakteri Jumlah Isolat (%)
pasien 72 jam post operasi di ruang rawat
Staphylococcus
inap Bedah dan Kebidanan RSUD A. 1 9 (21.95)
epidermidis
Moeloek Bandar Lampung. Penelitian Staphylococcus
2 2 (4.88)
mikrobiologi dilakukan di laboratorium saprophyticus
Staphylococcus
mikrobiologi FK Unila, pada bulan Oktober 3 2 (4.88)
aureus
2011-Januari 2012. Sampel kemudian
4 Pseudomonas sp. 12(29.27)
diperiksa secara mikroskopik dengan
pengecatan Gram, baru dilakukan kultur 5 Klebsiella sp. 6 (14.63)
pada media yang sesuai dengan hasil 6 Escherichia coli 3 (7.32)
pengecatan Gram, setelah itu diidentifikasi 7 Enterobacter sp. 2 (4.88)
dengan reaksi biokimia untuk masing-
8 Proteus mirabilis 3 (7.32)
masing bakteri yang sesuai sampai
didapatkan genus dan spesies dari bakteri 9 Proteus vulgaris 1 (2.44)
tsb. 10 Alcaligenes sp. 1 (2.44)
Total 41
345
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
346
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
inap bedah (14.63%) maupun kebidanan rumah sakit sebaiknya mempunyai ventilasi
(16.67%). Klebsiella sp. di RS M.Djamil yang baik, udara keluar masuk bebas,
Padang ternyata merupakan penyebab lantai disapu dan dipel setiap hari, serta
yang dominan dari ILO diruang rawat sprei tempat tidur diganti setiap hari (Muslih
kebidanan. Hal ini dikarenakan Klebsiella M, 2006). Peralatan yang steril dan petugas
sp. merupakan flora normal multiresisten yang bekerja secara aseptic seperti
yang umum dijumpai pada saluran usus misalnya sterilitas semua peralatan yang
dan saluran kemih. Salah satu spesies dipakai baik diruang operasi, diruangan
Klebsiella adalah Klebsiella pneumonia rawat inap, tindakan cuci tangan,
terdapat dalam saluran nafas dan feces pemakaian sarung tangan, dan pemakaian
pada sekitar 5% orang normal. Operasi masker sangat berperan dalam mencegah
yang melibatkan saluran usus dan saluran terjadinya infeksi nosokomial seperti Infeksi
kemih berpeluang untuk terjadinya Luka Operasi.(Nurkusuma dan Dudy,
kontaminasi Klebsiella sp. yang 2009).
menyebabkan infeksi pada luka post
operasi. Pseudomonas sp. disini ternyata Terjadinya infeksi luka operasi nosokomial
merupakan penyebab ILO terbanyak ketiga, di RSAM dapat terjadi kemungkinan
berbeda dengan yang didapatkan di RSAM. disebabkan oelh beberapa hal seperti
Hal ini terjadi karena kemungkinan sampel misalnya perilaku tidak cuci tangan, tidak
operasi diambil dari ruang rawat inap memakai sarung tangan steril, tidak
kebidanan (laparoskopi) sehingga rentan menggunakan masker saat mengganti
terhadap kontaminasi bakteri flora normal balutan oleh petugas kesehatan. Di RSAM
usus (Raihana N, 2011). Bakteri flora penggunaan masker saat penggantian
normal usus lainnya yang ditemukan pada balutan belum rutin dilakukan sehingga ILO
ILO adalah Escherichia coli (19.44%) yang terjadi karena transmisi bakteri sulit dicegah
merupakan bakteri dominan kedua pada dari mulut dan ubang hidung petugas. Satu
ruang rawat inap kebidanan. Bakteri ini set alat ganti balut sebaiknya digunakan utk
akan berubah jadi pathogen dan satu pasien, namun karena keterbatasan
menyebabkan infeksi bila berada diluar alat dan bahan yang tersedia (kadang-
habitat normalnya (diluar usus) seperti kadang digunakan untuk luka kotor)
misalnya pada kulit luka operasi. sehingga alat ganti dipakai lagi dengan
Kontaminasi ini dapat terjadi bila operasi hanya disterilkan dengan merendamnya
laparoskopi ataupun konyak langsung dari pada cairan desinfektans. Ruang operasi
lingkungan rumah sakit, personal hygiene juga juga dapat meningkatkan resiko ILO
pasien sendiri ataupun dari petugas terutama pada ruang operasi yang padat
kesehatan yang merawat luka operasi jadwalnya, sehingga terkadang tidak
tersebut.(Brock,2005). sempat mensterilkan ruang operasi dalam
waktu 2 jam sebelum operasi dilaksanakan
Diketahui bahwa penyebab infeksi (Nurkusuma, 2009; Muslih M, 2006; Nur
nosokomial secara umum, termasuk ILO Ayni T, 2009; dan Mirza A, 2009). Selain itu
Nosokomial adalah berasal dari autoinfeksi yang tidak kalah pentingnya adalah bakteri
(endogen, self inection) yaitu suatu bakteri penyebab ILO umumnya bersifat resisten
yang memang sudah ada di tubuh manusia terhadap antibiotika sehingga sulit
dan berpindah ke tempat lain di tubuh kita dieliminasi, hal ini mungkin karena
dan berasal dari eksogen (cross infection) dilingkungan rumah sakit sangat banyak
yang berasal dari lingkungan rumah sakit dipergunakan antibiotika untuk
seperti udara ruang operasi, udara ruang menanggulangi penyakit infeksi, sehingga
rawat inap, peralatan yang tidak steril, bakteri sering terpapar dengan antibiotika
maupun petugas rumah sakit yang kurang dan kondisi ini menyebabkan terjadi mutasi
menerapkan perilaku aseptic dan antiseptic pada gen menjadikan bakteri resistensi
(Suparman, 2006). Agar tidak terjadi infeksi terhadap antibiotika yang biasa digunakan
nosokomial, ruang operasi setiap akan (Ducel, 2002).
digunakan wajib disterilkan terlebih
udaranya dan sebagai standar angka
kuman pada udara ruang operasi adalah 4. SIMPULAN DAN SARAN
sekitar 10 CFU/m3, sehingga angka kuman
lebih besar dari 10 dapat berpeluang Kesimpulan, didapatkan tiga spesies
menyebabkan infeksi luka operasi bakteri terbanyak hasil identifikasi dari luka
nosokomial (Nur Ayni T, 2009; Mirza A, operasi di ruang rawat inap bedah RSAM
2010). Selain itu udara ruang rawat inap di adalah Pseudomonas sp. (29.27%),
347
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
348