Anda di halaman 1dari 21

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 24 (2) : 121-141 (2016)

Teknik Firm Agar untuk Isolasi Bakteri Menjalar

Firm Agar Technique for Isolation of Swarming Bacteria

Eri Dian M, Titiek Djannatun


Department of Microbiology, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta

KATA KUNCI Firm agar; Staphylococcus aureus; Proteus mirabilis;


Pseudomonas aeuginosa; Swarming
KEYWORDS Firm agar; Staphylococcus aureus; Proteus mirabilis;
Pseudomonas aeuginosa; Swarming

ABSTRAK Infeksi dapat disebabkan satu atau campuran bakteri. Isolasi


bakteri dari sampel dibutuhkan media dan teknik yang baik
dan selanjutnya dapat dilakukan identifikasi. Permasalahan
muncul apabila sampel mengandung bakteri bersifat menjalar
yang pertumbuhannya dapat menutupi bakteri lain. Tujuan
penelitian ini membuat modifikasi Firm Nutrien Agar Plate
(FNAP) dan Firm Agar Darah Plate (FADP) dengan metode
yang praktis, efisien dan murah, yang memiliki kemampuan
mengisolasi bakteri yang sama dengan media rutin, tetapi
menghambat ekspresi menjalar. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif menggunakan isolat Staphylococcus
aureus ATCC 25923 sebagai kontrol bakteri yang tidak
menjalar dan Proteus mirabilis dan Pseudomonas aeruginosa
isolat limbah sebagai bakteri yang mempunyai sifat menjalar.
Masing-masing bakteri dibuat suspensi Mc Farland 0,5
kemudian ditanam satu ose pada media rutin dan modifikasi
firm agar. Hasil penelitian Staphylococcus aureus yang
tumbuh pada FNAP dan FADP jumlah koloni lebih sedikit
dan diameter semakin kecil dengan meningkatnya kepadatan
media. Proteus mirabilis yang memiliki flagel peritrikh dan
Pseudomonas aeuginosa yang memiliki flagel monotrikh,
ekspresi menjalar menghilang, morfologi koloni membulat,
terpisah dengan meningkatnya kepadatan media. Jumlah
koloni yang tumbuh tidak berbeda nyata pada media rutin
maupun firm agar. Kesimpulan: Modifikasi firm agar dapat
menghilangkan sifat menjalar bakteri tanpa menghambat
pertumbuhan bakteri lain, sehingga media tersebut dapat
digunakan untuk mengisolasi bakteri dari sampel yang
mengandung campuran bakteri. Saran: Perlu peningkatan
konsentrasi media FADP untuk memperoleh koloni yang
terpisah. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat

121
kemampuan mengisolasi media dengan menanamkan campuran
bakteri yang mempunyai sifat menjalar dan bakteri yang tidak
mempunyai sifat menjalar.

ABSTRACT Infection can be caused by one or a mixture of bacteria. Bacteria


isolation from the sample needs a good technique isolation that
can to be identified. The problems is if the sample contains
spreading bacteria that the growth can cover other bacteria. The
purpose of this study is to make modifications method of Firm
Nutrient Agar Plate (FNAP) and Firm Blood Agar Plate
(FBAP) that were practical, efficient and inexpensive, which
have ability to isolate the bacteria and inhibit the spreading
expression so they were similar to routine media, but inhibit
spreading expression. This research was a descriptive study
using isolates of Staphylococcus aureus ATCC 25923 as
control bacteria that have no spreading, Proteus mirabilis and
Pseudomonas aeruginosa isolate as bacteria that have
spreading properties from waste. Each bacteria were
suspented equal 0.5 Mc Farland, then were planted using ose
on routine media and modification firm agar. The results
were the number of the colonies Staphylococcus aureus that
growing in FNAP and FBAP became less and its diameter
were getting smaller increasing density media. Proteus
mirabilis and Pseudomonas aeuginosa as spreading bacteria
which had peritrich and monotrich flagellum, did not
expressed their swarming capability. The number of colony
bacteria that growth in routine and firm agar media were not
different significantly. Modifications of firm agar could be
used to isolate bacteria from sample containing mixture
bacteria because it had has the same isolation capability with
routine media. We need to increase FBAP concentration for
getting rid of swarming expression.

Infeksi nosokomial banyak nosokomial sebanyak 10,0% (Ducel,


terjadi di seluruh dunia dengan 2002). Hasil surveilens nosokomial di
kejadian terbanyak di negara miskin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
dan negara yang sedang berkembang (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo,
karena penyakit-penyakit infeksi Jakarta, antara tahun 1999 hingga
masih menjadi penyebab utamanya. 2002, insiden infeksi nosokomial pada
Penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari adalah 1,1%; 0,9%; 0,6% dan 0,4%.
55 rumah sakit dari 14 negara yang
berasal dari Eropa, Timur Tengah, Correspondence:
Asia Tenggara dan Pasifik Eri Dian M, Department of Microbiology, Faculty of
Medicine, YARSI University, Jakarta
menunjukkan adanya infeksi Email: eri.dian@yarsi.ac.id

122
Jenis infeksi nosokomial Permasalahan muncul dalam meng-
mencakup infeksi kateter, luka isolasi mikroorganisme penyebab
operasi, saluran kemih dan saluran apabila terdiri dari campuran bakteri
pernapasan berkisar antara 0 hingga yang pertumbuhannya bersifat
5,6%. Bakteri negatif Gram yang menjalar. Bakteri ini akan menutupi
merupakan patogen tersering adalah pertumbuhan koloni bakteri yang
Pseudomonas sp, Enterobakter aerogenes, tidak menjalar, sehingga sulit untuk
Escherichiae coli, Proteus mirabilis mengisolasinya. Untuk dapat
(P.mirabilis) dan bakteri positif Gram menegakkan diagnosis kausalis yang
terdiri dari Staphylococcus epidermidis, baik dari sampel yang kemungkinan
Staphylococcus aureus dan Streptococcus terdiri dari campuran bakteri yang
anhaemoliticus merupakan patogen pertumbuhannya bersifat menjalar,
tersering (Widodo dan Astrawinata, dibutuhkan teknik isolasi yang baik
2004). Bakteri penyebab infeksi agar semua bakteri yang ke-
nosokomial tersebut merupakan mungkinan ada dalam sampel dapat
bakteri yang menjalar dan tidak teridentifikasi sehingga diharapkan
menjalar. tidak ada bakteri yang lepas dari
Pemeriksaan laboratorium isolasi dan selanjutnya dapat
mikrobiologi sebagai salah satu dilakukan identifikasi. Salah satu
pemeriksaan penunjang, perlu di- tahapan yang menunjang isolasi
lakukan untuk mendapatkan yang baik adalah penggunaan media
penyebab suatu penyakit infeksi yang tepat.
maupun infeksi nosocomial Beberapa teknik isolasi untuk
(diagnosis kausa). Disamping itu bakteri menjalar telah diperkenalkan.
pemeriksaan mikrobiologik juga di- Diantaranya dengan pemberian
perlukan untuk menentukan senyawa kimia yang menghambat
penyebab penyakit yang bersumber kemampuan menjalar bakteri pada
dari lingkungan, makanan, dan air. media padat. Senyawa kimia tersebut
Pemeriksaan laboratorium mikro- adalah etil alkohol dan fenol yang
biologi meliputi sampling, pemeriksa- bersifat merusak komponen flagella
an mikroskopis, isolasi dan kultur, dari bakteri menjalar. Zat narkotika
identifikasi, uji kepekaan terhadap juga digunakan untuk menghambat
berbagai antibiotik, pecobaan hewan, motilitas dari bakteri (Floyd dan
dan serologi (Cheesbrough, 1991; Dack, 1939). Kemampuan menjalar
Tortora et al., 2007; Engelkirk and dari P.mirabilis dihambat dengan
Engelkirk, 2008; Cappuccino and menggunakan triklosan yang
Sherman, 2008). Diagnosis kausa yang dicampurkan pada media Mueller
baik membutuhkan sampel atau Hinton (MH) agar dan MH agar yang
spesimen yang tepat dan baik, teknik diperkaya dengan darah domba,
isolasi yang baik, dan identifikasi phenylethanol mampu menghambat
yang tepat. motilitas dan sodium azid mampu
Penyakit infeksi, infeksi menghambat pertumbuhan Proteus
nosokomial, maupun penyakit yang sp., predried agar plate yang
bersumber dari lingkungan, mengandung p-nitrophenyl glycerin
makanan, dan air dapat disebabkan menghambat kemampuan menjalar
oleh berbagai mikroorganisme. tanpa menghilangkan kemampuan

123
motilitasnya (William, 1973). Peneliti pengalaman dari teknisi laboratorium
lain menggunakan triklosan untuk dalam penggunaannya serta
isolasi Campilobacter sp dan Bacteroides persiapan media yang lebih rumit
fragilis dari sampel feses dari hewan karena dengan menggunakan firm
ternak dan domba. Meskipun agar akan terlihat koloni bakteri yang
triklosan sebagai antimikroba karena berbeda dari koloni yang pada
sifatnya yang menghambat per- umumnya terlihat (Crowley et al.,
tumbuhan beberapa mikroorganisme 1969; Smith, 1972 dalam Hayward et
pada feses, triklosan juga mampu al., 1977). Media firm agar tersebut
menghambat sifat menjalar dari dibuat dengan cara membuat media
Proteus sp (Firehammer, 1987). dengan susunan berlapis lapis dan
Kemampuan menjalar dari selanjutnya bila telah dilakukan
Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa) penanaman bakteri maka dilanjutkan
dapat dihambat dengan beberapa dengan diinkubasi secara anaerob
metode diantaranya dengan (Hayward et al., 1977). Proses
menggunakan senyawa derivat pembuatan media tersebut sangat
hydroxyindole and naphthalene rumit dan membutuhkan waktu yang
(Uora et al., 2015), asam lemak (Inoue tidak singkat. Oleh karena itu
et al., 2008), cranberri diperlukan pengembangan teknik
proanthocianidin and zat-zat tannin atau metode baru firm agar untuk
(O’May dan Tufenkji, 2011), dan isolasi bakteri menjalar yang lebih
senyawa sintetik peptida kationik praktis,efisien, dan murah.
(Nunez et al., 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
Metode lain untuk mengembangkan teknik isolasi
menghambat kemampuan menjalar dengan firm agar sehingga diharapkan
bakteri adalah dengan menggunakan akan memperoleh media yang sesuai
firm agar. Penelitian terdahulu untuk mengisolasi bakteri yang
menggunakan firm agar untuk bersifat menjalar tanpa merubah sifat
menghambat kemampuan menjalar bakterinya dengan metode yang
dari Proteus dan Clostridium sp. Pada praktis, efisien dan murah.
perkembangannya penggunaan firm
agar kurang memuaskan karena BAHAN DAN CARA KERJA
kegagalan dalam menghambat
kemampuan menjalar dan Penelitian ini merupakan
menghambat pertumbuhan bakteri penelitian deskriptif. Tujuan
Clostridium sp tertentu (Hayward et penelitian adalah melihat
al., 1977). Media ideal yang bersifat kemampuan media Firm Nutrien Agar
menghambat kemampuan menjalar Plate (FNAP) dan media Firm Agar
seharusnya cocok untuk semua Darah Plate (FADP) mengisolasi
bakteri yang bersifat menjalar dan bakteri yang mempunyai sifat
tidak menghambat pertumbuhan menjalar yang sulit diisolasi dengan
bakteri lain hasil isolasi dari sampel media biasa. Data deskripsi morfologi
campuran yang kemungkinan koloni meliputi gambaran diameter,
terdapat bakteri menjalar di jenis koloni (Smooth, rough, mukoid
dalamnya. Kesulitan dari penggunaan dan bersulaman), jumlah koloni,
firm agar adalah dibutuhkan kemampuan membentuk pigmen, dan
kemampuan koloni menghemolisis

124
pada media. Sebagai kontrol adalah Penelitian ini menggunakan dua
media Nutrien agar plate (NAP) , bakteri yang bersifat menjalar dan
media Agar darah plate (ADP). memiliki flagella tipe peritrikh yaitu
P.mirabilis dan bakteri P.aeruginosa
Lokasi penelitian: yang memiliki flagella monotrikh yang
Laboratorium mikrobiologi diisolasi dari limbah rumah tangga,
Fakultas Kedokteran Universitas dan sebagai kontrol (pembanding)
YARSI adalah bakteri yang tidak menjalar
S.aureus ATCC 25923. Masing-masing
Waktu: bakteri dibuat suspensi sesuai standart
Januari 2015 sampai dengan Juli 2015 Mcfarland 0,5, kemudian ditanam pada
media ADP rutin, NAP rutin, FNAP,
Sampel: dan FADP secara duplo. Selanjutnya
Sampel yang digunakan dalam diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-
penelitian ini adalah Bakteri Proteus 24 jam. Kemudian dilakukan
mirabilis (P.mirabilis) isolat dari limbah pengamatan morfologi koloni yang
rumah tangga yang berlokasi di Jakarta tumbuh pada media tersebut, dan
Timur, Pseudomonas aeruginosa (P. pengecatan Gram.
aeruginosa) isolat dari limbah rumah
tangga yang berlokasi di Jakarta Timur Analisis Data
dan kontrol adalah Staphylococcus Pengumpulan data dilakukan
aureus (S.aureus) ATCC 25923. dengan menggunakan data primer.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah
Media: menggunakan perangkat lunak
Media yang digunakan adalah microsoft excel.
media rutin Nutrien agar plate (NAP) ,
media rutin Agar darah plate (ADP) HASIL
dan media Firm Nutrien Agar Plate
(FNAP) dan media Firm Agar Darah Suspensi bakteri yang bersifat
Plate (FADP), Aquades, NaCl fisiologis, menjalar dan bakteri yang bersifat
media kaldu. tidak menjalar (setara dengan standar
Mc Fahrland 0,5) ditanam pada media
Alat: rutin dan firm agar berbagai
Standar McFarland 0,5, alat-alat konsentrasi. Hasil dapat dilihat pada
gelas, tabung reaksi, dan inkubator. tabel 1, 2, dan 3 di bawah ini.
Cara Kerja:

125
Tabel 1. Diskripsi Morfologi Koloni Stapylococcus aureus Pada Media Nutrien Agar
Plate Rutin, Firm Nutrien Agar Plate, Agar Darah Plate Rutin, dan Firm Agar
Darah Plate

Jumlah Rata- Gambaran


No Media Tepi Diameter Menjalar Pigmen Hemolisis
Plate 1 Plate 2 rata bentuk

1 NAP* > 200 > 400 > 300 Bulat, kuning, rata < 0,1cm - - Kuning emas -
rutin smooth 0,1cm
FNAP** > 300 > 300 > 300 Bulat, kuning, rata < 0,1cm - - Kuning emas -
2x smooth 0,1cm

FNAP > 200 > 300 > 250 Bulat, kuning, rata < 0,1cm - - Kuning emas -
3x smooth 0,1cm

2 ADP*** > 200 > 250 > 225 Bulat, smooth rata < 0,1cm - - Kuning emas β *****
rutin 0,2cm
FADP*** > 250 > 250 > 250 Bulat, smooth rata < 0,1cm - - Kuning emas β
* 2x 0,2cm
FADP > 250 > 200 > 225 Bulat, smooth rata < 0,1cm - - Kuning emas β
3x 0,1cm******

Keterangan: NAP*= Nutrient Agar Plate; FNAP = Firm Nutrient Agar Plate;ADP***=
Agar Darah Plate; FADP**** = Firm Agar Darah Plate; β ***** = beta; cm****** =
sentimeter; > = Lebih besar; < = Lebih kecil.

Tabel 1 menunjukkan rutin dan FADP lebih baik pada FADP


pertumbuhan bakteri S. aureus pada dengan konsentrasi dinaikan 3 kali.
media ADP rutin, NAP rutin, FNAP, Tidak ada perbedaan dalam morfologi
dan FADP. Jumlah rerata S.aureus yang koloni yang tumbuh baik pada media
tumbuh pada media NAP rutin, media rutin maupun pada media firm agar.
FNAP dengan kenaikan pori sampai Morfologi koloni yang tumbuh
dengan 2 kali tidak berbeda. Akan pada media ADP rutin, NAP rutin,
tetapi pada media FNAP 3 kali terjadi FNAP, dan FADP dapat dilihat pada
penurunan jumlah rerata koloni. ; gambar-gambar 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
sedangkan jumlah rerata koloni berikut ini.
S.aureus yang tumbuh pada media ADP

126
A*

Gambar 1. Morfologi Koloni Staphylococcus aureus (S. aureus) Pada Media Nutrien
Agar Plate (NAP) rutin
Keterangan: A = Koloni S.aureus

A*

Gambar 2. Morfologi Koloni Staphylococcus aureus (S. aureus) pada Media Firm
Nutrien Agar Plate (FNAP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 2kali
Keterangan: A = Koloni S.aureus

127
A*

Gambar 3. Morfologi Koloni Staphylococcus aureus (S. aureus) pada pada Media Firm
Nutrien Agar Plate (FNAP) Dengan konsentrasi Agar Dinaikan 3kali.
Keterangan: A = S.aureus

A*

Gambar 4. Morfologi Koloni Staphylococcus aureus (S. aureus ) Pada MediaAgar


Darah Plate (ADP) rutin.
Keterangan: A: Koloni S.aureus

128
A*

Gambar 5. Morfologi Koloni Staphylococcus aureus ( S. aureus ) Pada Media Firm


Agar Darah Plate (FADP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 2 kali.
Keterangan: A = Koloni S.aureus

A*

Gambar 6. Morfologi Koloni Staphylococcus aureus ( S. aureus ) Pada Media Firm Agar
Darah Plate (FADP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 3 kali.
Keterangan: A = S.aureus

129
Tabel 2. Diskripsi Morfologi Koloni Proteus mirabilis Pada Media Nutrien Agar Plate
Rutin, Firm Nutrien Agar Plate, Agar Darah Plate Rutin, dan Firm Agar Darah Plate

Jumlah Rata- Gambaran


No Media Tepi Diameter Menjalar Pigmen Hemolisis
Plate 1 Plate 2 rata bentuk

1 NAP* > 250 >250 >250 Bulat cembung Tak rata <0,2 cm -0,3 +++** - -
rutin cm
FNAP** >300 >300 >300 Bulat cembung Tak rata <0,2 cm -0,3 ++*** - -
2x cm

FNAP 3x >300 >300 >300 Bulat cembung Tak rata <0,1 cm -0,1 + - -
cm
2 ADP*** >300 >300 >300 Bulat cembung rata <0,1 cm -0,2 +++ - -
rutin cm
FADP** >300 >300 >300 Bulat cembung rata <0,1 cm -0,2 ++ - -
** 2x cm
FADP >300 >300 >300 Bulat cembung rata <0,1 cm -0,1 + - -
3x cm*****

Keterangan: NAP*= Nutrient Agar Plate; FNAP = Firm Nutrient Agar Plate; ADP***= Agar Darah Plate;
FADP**** = Firm Agar Darah Plate; cm***** = sentimeter; > = Lebih besar; < = Lebih kecil.

Tabel 2 menunjukkan berbeda. Tidak ada perbedaan dalam


pertumbuhan bakteri P. mirabilis pada morfologi koloni yang tumbuh baik
media ADP rutin, NAP rutin, FNAP, pada media rutin maupun pada
dan FADP. Jumlah rerata P. mirabilis media firm agar. Perbedaan terdapat
yang tumbuh pada media NAP rutin pada sifat menjalar (swarming) dari
lebih sedikit dibandingkan jumlah bakteri. Kemampuan menjalar P.
rerata koloni yang tumbuh pada mirabilis berkurang pada kenaikan pori
media FNAP dengan kenaikan pori 2 2x dan semakin berkurang pada
kali dan 3 kali. Jumlah rerata koloni kenaikan pori 3x tetapi masih tetap
yang tumbuh pada media FNAP menjalar.
dengan kenaikan pori 2 kali dan 3 kali Morfologi koloni yang tumbuh
tidak berbeda. Sedangkan jumlah pada media ADP rutin, NAP rutin,
rerata koloni P. mirabilis yang tumbuh FNAP, dan FADP dapat dilihat pada
pada media ADP rutin, FADP dengan gambar 7 sampai dengan gambar 18.
kenaikan pori 2 kali dan 3 kali tidak

130
A*

Gambar 7. Morfologi Koloni Proteus mirabilis (P. mirabilis) Pada Media Nutrien
Agar Plate (NAP) rutin
Keterangan: A = Koloni Proteus mirabilis dengan sifat menjalar (swarming) disekitar
koloni

A*

Gambar 8. Morfologi Koloni Proteus mirabilis (P.mirabilis) Pada Media Firm


Nutrien Agar Plate (FNAP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 2 kali.
Keterangan: A = Koloni Proteus mirabilis dengan sifat menjalar (swarming) yang
semangkin mengecil disekitari koloni

131
A*

Gambar 9. Morfologi Koloni Proteus mirabilis (P.mirabilis) Pada Media Firm Nutrien
Agar Plate (FNAP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 3 kali
Keterangan: A = Koloni Proteus mirabilis dengan bentuk bulat, tepi rata tanpa sifat
menjalar (swarming)

A*

Gambar 10. Morfologi Koloni Proteus mirabilis (P.mirabilis) Pada MediaAgar Darah
Plate (ADP) rutin
Keterangan: A = Koloni Proteus mirabilis dengan sifat menjalar (swarming) disekitar
koloni dan batas antar koloni tidak jelas

132
A*

Gambar 11. Morfologi Koloni Proteus mirabilis (P.mirabilis) Pada Media Firm Agar
Darah Plate (FADP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 2 kali
Keterangan: A = Koloni Proteus mirabilis dengan sifat menjalar (swarming) disekitar
koloni dengan batas antar koloni tidak jelas

A*

Gambar 12. Morfologi Koloni Proteus mirabilis (P.mirabilis) Pada Media Firm Agar
Darah Plate (FADP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 3 kali.
Keterangan: A = Koloni Proteus mirabilis dengan sifat menjalar (swarming) disekitar
koloni yang semakin mengecil dan didapatkan koloni yang terpisah

133
Tabel 3. Deskripsi Morfologi Koloni Pseudomonas aeruginosa Pada Media Nutrien
Agar Plate Rutin, Firm Nutrien Agar Plate, Agar Darah Plate Rutin, dan Firm Agar
Darah Plate

Jumlah Rata- Gambaran


No Media Tepi Diameter Menjalar Pigmen Hemolisis
Plate 1 Plate 2 rata bentuk
1 NAP* >300 >300 >300 Bulat,rough Tak <0,1 cm -0,3 +++** Hijau larut -
rutin rata cm * dalam media
FNAP** >300 >150 >220 Smooth Tak <0,1 cm -0,1 + Hijau larut -
2x rata cm dalam media

FNAP > 200 > 300 >250 Bulat, smooth Tak <0,1 cm -0,1 - Hijau larut -
3x rata cm dalam media

2 ADP*** >300 >300 >300 Bulat,abu- Tak <0,1 cm -0,4 +++ Hijau -
rutin abu,smooth Rata cm
FADP** >300 >300 >300 Bulat,abu- Tak <0,1 cm -0,2 + Hijau -
** 2x abu,smooth Rata cm
FADP >300 >300 >300 Bulat,abu- Tak <0,1 cm -0,1 - Hijau -
3x abu,smooth rata cm*****

Keterangan: NAP*= Nutrient Agar Plate; FNAP = Firm Nutrient Agar Plate; ADP***=
Agar Darah Plate; FADP**** = Firm Agar Darah Plate; cm***** = sentimeter; > = Lebih
besar; < = Lebih kecil.

Pada tabel 3 terlihat jumlah rerata FADP dengan kenaikan pori sampai
P. aeruginosa pada FNAP menurun dengan 2 kali dan 3 kali tidak terdapat
dibanding pada NAP rutin. Dalam hal perbedaan. Dalam hal bentuk, tepi,
bentuk, tepi, diameter, pembentukan diameter, pembentukan pigmen dan
pigmen dan hemolisis tidak ada hemolisis tidak ada perbedaan.
perbedaan. Kemampuan menjalar P. Kemampuan menjalar P. aeruginosa pada
aeruginosa hilang pada FNAP 3 kali. kenaikan pori FADP 2, kali tampak
Pada ADP terlihat jumlah rerata P. terhambat dan menghilang pada kenaikan
aeruginosa pada ADP rutin dibanding pori FADP 3 kali.

134
A*

Gambar 13. Morfologi Koloni Pseudomonas aeuruginosa (P.aeruginosa) Pada Media


Nutrien Agar Plate (NAP) rutin
Keterangan: A = Koloni Pseudomonas aeruginosa dengan sifat menjalar (swarming)
disekitar koloni

A*

Gambar 14. Morfologi Koloni Pseudomonas aeuruginosa (P.aeruginosa) Pada Media


Firm Nutrien Agar Plate (FNAP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 2kali.
Keterangan: A= Koloni Pseudomonas aeruginosa dengan sifat menjalar (swarming)
disekitar koloni mulai mengecil

135
A*

Gambar 15. Morfologi Koloni Pseudomonas aeuruginosa (P.aeruginosa) Pada Media


Firm Nutrien Agar Plate (FNAP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 3kali.
Keterangan: A: Koloni Pseudomonas aeruginosa dengan sifat menjalar (swarming)
disekitar koloni mulai menghilang dan didapatkan koloni yang terpisah

A*

Gambar 16. Morfologi Koloni Pseudomonas aeuruginosa (P.aeruginosa) Pada Media


Firm Agar Darah Plate (ADP) Rutin
Keterangan: A = Koloni Pseudomonas aeruginosa dengan sifat menjalar (swarming)
disekitar koloni

136
A

Gambar 17. Morfologi Koloni Pseudomonas aeuruginosa (P.aeruginosa) Pada Media


Firm Agar Darah Plate (FADP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 2kali.
Keterangan: A = Koloni Pseudomonas aeruginosa sifat menjalar (swarming) disekitar
koloni mulai mengecil

Gambar 18. Morfologi Koloni Pseudomonas aeuruginosa (P.aeruginosa) Pada Media


Firm Agar Darah Plate (FADP) Dengan Konsentrasi Agar Dinaikan 3 kali.
Keterangan: A = Koloni Pseudomonas aeruginosa sifat menjalar (swarming) disekitar
koloni mulai menghilang dan didapatkan koloni yang terpisah

137
PEMBAHASAN itu untuk mendapatkan koloni P.
mirabilis yang benar-benar terpisah
Bakteri S.aureus yang maka konsentrasi FNAP perlu
ditumbuhkan pada FNAP dengan dinaikkan diatas 3 kali.
konsentrasi 2 kali dibanding NAP rutin Gambaran bentuk koloni P.
tampak tidak ada perbedaan koloni mirabilis pada Agar Darah Plat (ADP)
yang tumbuh dalam hal jumlah, rutin menunjukkan bahwa koloni yang
gambaran bentuk, tepi, diameter, semula batasnya tidak jelas antar koloni
pembentukan pigmen dan kemampuan karena ekspresi sifat menjalar
hemolisis. Pada FNAP dengan (swarming) menjadi semakin jelas batas
konsentrasi 3 kali terjadi penurunan antar koloninya, karena ekspresi sifat
jumlah koloni S.aureus yang tidak menjalar (swarming) yang semakin
bermakna dibanding pada FNAP menghilang terutama pada FADP 3 kali
konsentrasi 2 kali. Seandainya dibanding FADP 2 kali (Gambar 10,11
dilakukan peningkatan konsentrasi dan 12). Morfologi koloni semakin ke
FNAP lebih dari 3 kali akan arah bulat dengan masih tampak
menyebabkan pertumbuhan koloni sedikit gambaran menjalar. Untuk
S.aureus makin kecil. mendapatkan koloni P. mirabilis tanpa
Bakteri S.aureus yang adanya gambaran menjalar pada FADP
ditumbuhkan pada FADP dibanding maka konsentrasi FADP perlu
ADP rutin tampak koloni S.aureus pada dinaikkan diatas 3 kali. Penggunaan
FADP dengan konsentrasi 2 kali dan 3 metode firm agar untuk menumbuhkan
kali tidak berbeda dalam hal jumlah, bakteri P.aeruginosa, tampak koloni
gambaran bentuk, tepi, dan P.aeruginosa pada FNAP terlihat tidak
pembentukan pigmen, akan tetapi pada berbeda dibanding pada Nutrient Agar
FADP dengan konsentrasi 3 kali terlihat Plate (NAP) rutin, dalam hal
diameter koloni S.aureus makin kecil pembentukan pigmen dan kemampuan
dibanding pada ADP rutin dan FADP hemolisis.
dengan konsentrasi 2 kali. Oleh karena Gambaran yang berbeda antara
itu seandainya konsentrasi FADP koloni P.aeruginosa pada FNAP
dinaikkan lebih dari 3 kali koloni dibanding dengan koloni pada NAP
S.aureus makin kecil sehingga makin rutin, terlihat dalam hal jumlah koloni,
menghilang. gambaran koloni, diameter dan
Penggunaan metode firm agar kemampuan menjalar. Diameter dan
untuk menumbuhkan bakteri P. kemampuan menjalar terlihat semakin
mirabilis, tampak koloni P. mirabilis berkurang pada FNAP dengan
pada pada FNAP terlihat koloni P. konsentrasi 2 kali dan 3 kali dibanding
mirabilis tidak berbeda dalam hal NAP rutin. Gambaran bentuk koloni
jumlah, pembentukan pigmen dan P.aeruginosa pada NAP rutin terlihat
kemampuan hemolisis dibanding pada koloni yang batasnya tidak jelas antar
NAP rutin. Diameter dan kemampuan koloni, dengan sifat menjalar.
menjalar koloni terlihat semakin Gambaran koloni P.aeruginosa pada
berkurang pada FNAP dengan FNAP menunjukkan batas antar koloni
konsentrasi 2 kali dan 3 kali tetapi semakin jelas, sifat menjalar semakin
gambaran menjalar belum benar-benar berkurang terutama pada FNAP 3 kali
hilang (Gambar 7,8 dan 9). Oleh karena dibanding FNAP 2x (Gambar 13 dan

138
14). Koloni bulat dan sifat menjalar Proteus vulgaris tidak terekspresi. Akan
telah hilang (gambar 15). Gambaran tetapi cara yang dilakukan sebelumnya
bentuk koloni P.aeruginosa pada ADP lebih rumit.
rutin terlihat koloni yang semula Ukuran swarming semakin mengecil
batasnya tidak jelas antar koloni karena karena ukuran pori yang kecil, cairan
sifat menjalar, maka pada pada FADP dan embun (kondensasi air) yang
tampak batas antar koloni P.aeruginosa berkurang dan koloni yang tumbuh
semakin jelas, karena sifat menjalar jumlahnya tidak berbeda, hal ini
semakin berkurang terutama pada menandakan kemampuan isolasinya
FADP 3x dibanding FADP 2x (Gambar baik (sama dengan media rutin).
16, 17 dan 18) sehingga terlihat Pada konsentrasi FNAP 3 kali
bentuknya semakin ke arah bulat dan kemampuan menjalar sudah hilang
benar-benar tidak tampak sifat pada bakteri P. aeruginosa, sedangkan
menjalar pada FADP sehingga makin pada bakteri P. mirabilis masih sedikit
terlihat lebih banyak koloni terpisah. terlihat. Hal ini kemungkinan
Diameter koloni bakteri makin disebabkan adanya perbedaan motilitas
berkurang pada media firm agar karena pada bakteri yang memiliki flagel single
dipengaruhi oleh beberapa faktor pada polar seperti P.aeruginosa dan bakteri
lingkungan media tersebut. Semakin yang memiliki flagel peritrikh seperti P.
tinggi konsentrasi, media akan semakin mirabilis. Terlihat adanya perbedaan
padat dan pori media semakin kecil. hambatan swarming dikaitkan dengan
Hal ini menyebabkan terhambatnya tipe flagel. Pada konsentrasi FADP 3
pertumbuhan koloni, sehingga kali kemampuan swarming pada P.
diameter koloni pada media firm agar mirabilis masih tampak sedangkan
mengecil. Kenaikan konsentrasi media P.aeruginosa sudah tidak terlihat
juga mengakibatkan kandungan air gambaran swarming.
pada media menjadi berkurang. Hal ini Aansten dan Gastra (1999) membuat
mengakibatkan ekspresi sifat menjalar media untuk mengisolasi bakteri
hilang. Selain itu kandungan air pada menjalar dengan cara menambahkan
permukaan media juga harus zat yang bersifat menghambat
diminimalkan, karena sifat menjalar pertumbuhan bakteri lain seperti
akan tetap terekspresi apabila masih triklosan,p-nitrophenil-gliserin,carcoal,
ada kandungan air pada permukaan dan urea atau etanol (Hernandez et al.,
media (kondensasi air). Untuk 1999). Modifikasi firm agar pada
mengatasinya maka sebelum menanam penelitian ini tidak mengubah
bakteri pada media firm agar, harus kemampuan isolasi media. Modifikasi
dilakukan proses pengeringan firm agar mempunyai kemampuan
permukaan media dengan tujuan untuk menghilangkan ekspresi menjalar dari
mengurangi tingkat embun media bakteri, sehingga dengan tidak
(kondensasi air). Perlakuan terekspresinya sifat menjalar pada
pengeringan dari kondensasi air pada media maka apabila media firm agar ini
modifikasi media firm agar bertujuan digunakan untuk mengisolasi bakteri
sama dengan metode penelitian dari spesimen atau sampel, akan
sebelumnya dengan menggunakan dry mampu menumbuhkan semua bakteri
plates (Whitby, 1945) sehingga yang ada pada spesimen maupun
kemampuan menjalar P.mirabilis dan sampel dengan tumbuhnya koloni yang

139
terpisah. Modifikasi media firm agar ini KEPUSTAKAAN
dapat dipakai untuk isolasi kasus
sampel limbah maupun kasus infeksi Cappuccino JG, and Sherman NJ 2008.
yang terdiri dari bakteri campuran. Microbiology: A Laboratory Manual,
8th Edition. SUNY, Rockland
SIMPULAN DAN SARAN Community College.
Cheesbrough M 1991. Medical laboratory
Simpulan Manual for Tropical Countries.
Modifikasi firm Nutrient Agar Introduction to Microbiology. Vol.II :2-
15.
Plate (FNAP) dan firm Nutrient Agar
Crowley N, Bradley JM, and Darrell JH,
Darah Plate (FNADP) dapat 1969. Practical
menghilangkan ekspresi menjalar Bacteriology,London,p.97.
bakteri tanpa menghambat per- Ducel G, Fabry J, dan Nicolle L, 2002.
tumbuhan bakteri lain yang tidak Prevention of hospital-acquired
mempunyai sifat menjalar. Media infections, A practical guide.
tersebut dapat dan baik digunakan Http://www.who.int/emc. Diunduh
untuk mengisolasi bakteri dari sampel 20-12-2013.
yang mengandung campuran bakteri. Engelkirk PG and Engelkirk JD 2008.
Penelitian ini berhasil mendapatkan Laboratory Diagnosis of Infectious
modifikasi firm Nutrient AgarPlate Diseases: Essentials of Diagnostic
Microbiology. Organization and
(FNAP) dan firm Nutrient Agar Darah
Responsibility of Clinical Microbiology
Plate (FNADP) yang pembuatannya
Laboratory. Lippincott Williams &
mudah, praktis, dan murah. Wilkins.Pp:71-75.
Firehammer BD 1987. Inhibition of Growth
Saran and Swarming of Proteus mirabilis and
Perlu peningkatan konsentrasi Proteus vulgaris by Triclosan. Journal
media firm Nutrient Agar Darah Plate of Microbiology, 25 (7); 1312-1313.
(FNADP) satu kali lagi sehingga Floyd TM, dan Dack GM 1939. The
diperoleh koloni yang terpisah isolation of Bacterium necrophorum in
terutama untuk sampel yang the presence of Proteus. J.Infectious
mengandung bakteri yang memiliki Diseases,64, 269-72.
Hayward N, Incledon G, dan Sprang J
flagel peritrikh. Selain itu diperlukan
1977. Effect of Firm Agar On The
penelitian lanjutan untuk melihat
Swarming of Proteus and Clostridium
kemampuan mengisolasi media dengan Species and The Colonies Of Clinically
menanamkan campuran berbagai Important Bacteria. J.Med.Microbiol,
bakteri. 11.
Hernandez E, Ramisse F, dan Carallo J
Ucapan Terima kasih 1999. “Abolition of swarming of
Penelitian ini terselenggara Proteus”. J.Clin.Microbiol, 37 ;3435-38.
berkat dukungan dana dari program Inoue T, Shingaki R, dan Fukui K 2008.
penelitian Hibah InternalYayasan Inhibition of swarming motility of
Yarsi. Penulis menyampaikan ucapan Pseudomonas aeruginosa by
terimakasih kepada Yayasan branched-chain fatty acids. FEM
Microbiology letters.Vol 281 (81-86).
YARSI,Rektor, Wakil Rektor II dan
Núñez CF, Korolik V, Bains MB, Nguyen
segenap Pimpinan Rektorat dan AU, Breidenstein CEBM, Horsman AS,
Dekanat Fakultas Kedokteran Lewenza SD, et al., 2012. Inhibition of
Universitas Yarsi.

140
Bacterial Biofilm Formation and Tortora GJ, Funke BR, dan Case CL 2007.
Swarming Motility by a Small Microbiology: An Introduction with
Synthetic Cationic Peptide. Journal Microbiology. 10th Edition. PART
ASM.org. Vol.56 (5) ; 2696–2704. ONE Fundamentals of Microbiology,8-
O’May C, dan Tufenkji N 2011 . The 25.
swarming motility of Pseudomonas Whitby L. Medical Microbiology, Churchill
aeruginosa is blocked by cranberry and A Churchill, London, 1945. Cited
proanthocyanidins and other tannin- by: Hernandez, E., Ramisse, F., dan
containing materials.Appl Environ Carallo, J., 1999. “Abolition of
Microbiol,77(9):3061-7. swarming of Proteus”.
Oura H, Tashiro Y, Toyofuku M, Ueda K, J.Clin.Microbiol, 37 ;3435-38.
Kiyokawa, Ito S, Takahashi Y, et al., Widodo D, dan Astrawinata D 2004.
2015. Inhibition of Pseudomonas Surveillance of nosocomial infections
aeruginosa Swarming Motility by 1- in Dr.Cipto Mangunkusumo National
Naphthol and Other Bicyclic General Hospital Jakarta,1999-2002.
Compounds Bearing Hydroxyl Med.J.Indonesia, 13(2): 107-112.
Groups. Journal ASM.org. Vol.81 (8) ; Williams FD 1973. Abolition of
2808–2811. Swarming of Proteus by p-
Smith DG 1972. The Proteus swarming Nitrophenyl Glycerin: General
phenomenon. Sci. Prog.,Lond.,60,487. Properties. Applied
Microbiology,25(5);745-47.

141

Anda mungkin juga menyukai