i
Ekonomi dan Keuangan Syariah
EKONOMI SYARIAH
Untuk Sekolah Menengah Atas
Tim Penyusun:
Dr. Dadang Muljawan, S.T., M.B.A. (Bank Indonesia)
Priyonggo Suseno, S.E., M.Sc. (Universitas Islam Indonesia)
Dr. Jardine A. Husman, S.T., M.Sc. (Bank Indonesia)
Diana Yumanita, S.E., M.S.E. (Bank Indonesia)
Drs. Wiji Purwanta, M.Pd. (Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia)
Dr. H. Muh. Nurdin B., M.Si. (Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia)
Drs. Budi Hartono, M.Si. (Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia)
Dra. Khairanis (Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia)
Syaerozi, S.Pd. (Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia)
Drs. Wawan Kusumah (Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia)
Penerbit:
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah
Bank Indonesia
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350
Telp. 021-29814933 Fax. 021-2311645
Email : deks@bi.go.id
Website : www.bi.go.id
ii
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
P
uji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan dalam melaksanakan ajaran Islam
yang rahmatan lil’alamin dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan
perekonomian.
Ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang mengimplementasikan nilai dan prinsip
dasar syariah. Bersumber dari ajaran yang bersifat rahmatan lil ‘alamin, nilai dan prinsip
syariah berlaku universal dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan
ekonomi dan keuangan.
Kami menyambut baik penerbitan buku “Ekonomi Syariah untuk Sekolah Menengah
Atas” yang dapat digunakan oleh siswa SMA pada mata pelajaran ekonomi. Buku ini
disusun oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia.
Sebagai implementasi kurikulum 2013, buku ini memuat materi mengenai ekonomi
dan keuangan syariahsebagai pelengkap materi pelajaran ekonomi. Seiring dengan
penyempurnaan kurikulum pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Bank Indonesia berkeinginan untuk berperan serta mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan pengetahuan, wawasan, dan pemahaman yang
utuh tentang ekonomi dan keuangan syariah.
Pembelajaran di dunia pendidikan tingkat SMA saat ini mengacu pada kurikulum
2013 yang mengangkat kembali filosofi pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Fokus pengembangan kurikulum
2013 antara lain penguatan pengetahuan, keterampulan, dan sikap secara holistik dalam
pembelajaran serta penguatan penilaian proses dan hasil.
iii
Ekonomi dan Keuangan Syariah
KATA
PENGANTAR
Melalui buku ini diharapkan para guru dan peserta didik dapat memahami dengan baik
mengenai ekonomi dan keuangan syariah, sehingga pada saatnya nanti apabila anak
didik terjun ke masyarakat telah memiliki penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam berkontribusi terhadap ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
ampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
ber dan pihak-pihak terkait yang telah membantu
Akhir kata, kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan karuniaNya
n negara penulis,
Indonesianarasumber dan pihak-pihak
menjadi negara terkait yang
yang makmur, adil, telah membantu penyusunan buku
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan karuniaNya kepada kita semua dan
negara Indonesia menjadi negara yang makmur, adil, dan sejahtera.
Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta,
Jakarta, November 2018
November 2018
Kepala
Kepala Departemen Departemen
Ekonomi Ekonomi dan
dan Keuangan Keuangan Syariah
Syariah
Bank Bank
Indonesia
Indonesia
M.M.Anwar
AnwarBashori
Bashori
iv
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... vii
DAFTAR DIAGRAM................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... ix
v
Ekonomi dan Keuangan Syariah
DAFTAR
ISI
E. Maksimisasi Maslahah dalam Proses Produksi............................................ 92
F. Penurunan Kurva Penawaran....................................................................... 97
BAB 6. PASAR, EFISIENSI, DAN KEADILAN............................................................. 101
A. Konsep Dasar Keseimbangan Pasar............................................................. 101
B. Mekanisme Pasar dan hubungannya dengan Efisiensi Ekonomi................. 114
C. Efisiensi Ekonomi.......................................................................................... 117
BAB 10. PERAN SEKTOR PUBLIK DAN ZISWAF DALAM PEREKONOMIAN........... 217
A. Pendahuluan................................................................................................ 217
B. Peran Pemerintah dalam Perekonomian..................................................... 218
C. Keuangan Publik (Baitul Maal) pada Masa Awal Islam................................ 219
D. Karakteristik Keuangan Publik Syariah......................................................... 231
E. Prinsip Pengelolaan Zakat dan Wakaf Kontemporer................................... 234
vi
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
DAFTAR
GAMBAR
1.1 Autografik dari Ibnu Khaldun........................................................................... 3
3.1 Prinsip Dasar Ekonomi dan Keuangan Syariah................................................. 44
4.1 Berbagi Akan Menaikkan Maslahat Meskipun Dapat Menurunkan
Kepuasan.......................................................................................................... 61
5.1 Substitusi input yang Dipaksakan dan Substitusi Alamiah.............................. 84
5.2 Kurva Pembelajaran (learning curve) bagi Produsen...................................... 87
5.3 Kurva Penawaran Islam.................................................................................... 98
6.1 Warung Makan Gratis Bagi Dhuafa.................................................................. 112
6.2 Pasar Syariah Az-Zaitun, Surabaya................................................................... 131
6.3 Bisnis Online pada Mesin Browser.................................................................. 133
8.1 Teori Trickle Down Effect dan Hadits Perintah Bersyukur................................ 162
8.2 Transmisi Kebijakan Moneter BI-7DRR............................................................ 185
vii
Ekonomi dan Keuangan Syariah
DAFTAR
DIAGRAM
2.1 Model Dasar Ekonomi Islam Tiga Sektor......................................................... 30
4.1 Kurva Permintaan Air Minum oleh Malik........................................................ 57
4.2 Kurva Permintaan (Konvensional).................................................................... 69
4.3 Utilitas Marginal (UM) dan Maslahat Marginal (MM)..................................... 71
4.4 Permintaan Konsumen Islam........................................................................... 30
6.1 Kelebihan Permintaan dan Keseimbangan Pasar............................................ 103
6.2 Kelebihan Permintaan dan Keseimbangan Pasar............................................ 104
6.3 Perubahan Permintaan dan Ketidakseimbangan Pasar................................... 105
6.4 Perubahan Penawaran dan Ketidakseimbangan Pasar................................... 110
6.5 Perubahan Penawaran dan Ketidakseimbangan Pasar................................... 113
6.6 Dampak Harga terhadap Surplus Konsumen................................................... 115
6.7 Dampak Harga terhadap Surplus Produsen..................................................... 116
6.8 Dampak Harga terhadap Surplus Produsen..................................................... 117
6.9 Ketidakadilan Distribusi dalam Pasar............................................................... 121
7.1 Ilustrasi Distribusi Pendapatan dan Kekayaan................................................. 139
8.1 Kurva LM Pada Beberapa Kondisi Perekonomian............................................ 182
8.2 Kebijakan Fiskal Pada Beberapa Kondisi Perekonomian.................................. 183
9.1 Akad-Akad Keuangan Syariah........................................................................... 204
9.2 Pasar dan Lembaga Keuangan Syariah............................................................ 209
10.1 Sistem dan Kelembagaan Zakat dan Wakaf..................................................... 235
viii
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
DAFTAR
TABEL
2.1 Perbandingan Konsep Kepemilikan: Ekonomi Pasar, Sosialisme dan Islam.... 25
3.1 Unsur Falah dalam Kehidupan Mikro dan Makro............................................ 37
4.1 Perbedaan Karakteristik Kepuasan dan Maslahat........................................... 63
4.2 Maslahat dari Membeli Surat Kabar yang Halal dengan Niat Ibadah............. 66
4.3 Maslahat dari Membeli Surat Kabar Tanpa Niat Ibadah.................................. 67
4.4 Utilitas Marginal dan Kemauan untuk Bayar................................................... 68
4.5 Maslahat Total dan Maslahat Marginal dari Konsumsi dengan Niat Ibadah... 71
4.6 Dampak Perubahan Harga terhadap Jumlah yang Diminta............................ 73
5.1 Perkiraan Biaya dan Penerimaan Pertanian Padi per 1 hektar........................ 96
5.2 Laba Padi Organik pada Berbagai Tingkat Harga............................................. 97
6.1 Empat Kemungkinan Kemauan Bayar Konsumen............................................ 114
6.2 Empat Kemungkinan Biaya Produksi................................................................ 116
7.1 Ilustrasi Pendapatan dan Kekayaan................................................................. 133
7.2 Ilustrasi Distribusi Pendapatan dan Kekayaan................................................. 133
7.3 Prinsip Keadilan menurut Teori Kontemporer................................................. 141
7.4 Perbandingan Teori Distribusi dan Implikasinya.............................................. 143
7.5 Penentuan Harga Faktor Produksi dalam Ekonomi Islam................................ 151
7.6 Basis Perhitungan Nizab Zakat dan Zakatnya................................................... 154
8.1 Daftar Variabel Maqasid Syariah dalam Pembangunan.................................. 175
8.2 Daftar Variabel Maqasid Syariah dalam Pembangunan Menurut
Ekonom Kontemporer...................................................................................... 177
8.3 Peran Pemerintah dalam Sistem Ekonomi....................................................... 178
8.4 Fungsi Pemerintah dalam Sistem Ekonomi Islam............................................ 179
9.1 Jenis Instrumen Keuangan............................................................................... 203
9.2 Karakteristik Beberapa Akad Keuangan Syariah.............................................. 205
10.1 Karakeristik Penerimaan Publik pada Awal Islam............................................ 231
10.2 Prinsip Pokok Pengelolaan Zakat...................................................................... 236
ix
Ekonomi dan Keuangan Syariah
x
Konsep Dasar Ekonomi Islam
Bab.1
S
ecara umum kita ketahui bahwa ilmu ekonomi mengajarkan tentang bagaimana
manusia memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang tidak terbatas dengan
sumber daya yang terbatas. Ekonomi mengajarkan bagaimana manusia memilih
dan menentukan barang-barang yang akan mereka beli dengan pendapatan yang mereka
miliki. Ekonomi juga mengajarkan bagaimana manusia mengalokasikan waktu, tenaga,
dan modal dengan jumlah tertentu untuk meraih keuntungan yang maksimum. Apakah
ada kaitannya seluruh tindakan dan perilaku ekonomi kita sehari-hari dengan keyakinan
agama? Bagaimana peran agama dalam mengambil/menuntun/mengarahkan sikap dan
motivasi dalam berekonomi?
Bab pertama akan membahas tentang lahirnya ilmu ekonomi, bagaimana proses ilmu
ekonomi disusun, peran agama dalam ilmu ekonomi, dan pengertian serta lingkup
Ekonomi Islam. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai aplikasi Ekonomi Islam untuk
berbagai bidang kehidupan.
Agama Islam memandang bahwa harta dan kekayaan adalah anugerah dan sekaligus
ujian dari Allah. Peran utama manusia adalah berusaha secara maksimal untuk
mengelola harta tersebut, sesuai dengan petunjuk dan ketentuan Allah. Sebagai
wakil Allah (khalifatullah) dalam mengelola harta, manusia berperan utama dalam
mengalokasikan sumber daya agar tercapai kesejahteraan umat di dunia dan akhirat
(falah). Inilah inti dari ekonomi Islam, dibangun atas dasar nilai dan prinsip Islam untuk
membawa manusia dari kekeliruan dalam memperlakukan harta menuju pengelolaan
harta yang berorientasi falah. Ekonomi Islam juga merupakan ilmu bagi manusia sosio
religius untuk meraih falah melalui pemenuhan kebutuhan atau konsumsi, produksi,
dan distribusi sumber daya dan hasil produksinya.
1
Ekonomi dan Keuangan Syariah
1. IlmuEkonomidan Agama
Dalam ilmu sosial, termasuk ilmu ekonomi, potensi ketidaksesuaian antara agama dan
ilmu pengetahuan juga sangat mungkin terjadi karena tidak setiap ajaran agama bersifat
indrawi, namun bersifat spiritual dan supranatural. Agama tidak hanya bergantung
pada bukti empiris, sehingga tidak harus dimodifikasi ketika menghadapi bukti empiris
yang bertentangan. Karena agama bukan bagian dari alam, entitas supranatural tidak
seluruhnya bisa diselidiki oleh sains. Islam merupakan salah satu agama yang bukan
hanya sebatas urusan spiritual dan supranatural, namun Islam juga mencakup penjelasan
mengenai fenomena alam (natural) maupun fenomena sosial, sekaligus memberikan
pedoman perilaku manusia secara individual, sosial, maupun terhadap lingkungan alam
semesta.
Sejarah Islam mencatat banyaknya tokoh Islam yang menjadi ilmuwan dunia, termasuk
di bidang sosial. Ibnu Khaldun misalnya, dikenal sebagai sejarawan tersohor di dunia
pada abad ke-14. Karya monumental Ibnu Khaldun adalah Al-Muqaddimah, juga dikenal
sebagai Prolegomena. Ibnu Khaldun menjadi sumber dari berbagai ilmu sosial seperti
sejarah, psikologi, geografi, ekonomi, dan sebagainya. Di dalam kitabnya, Khaldun
menulis secara khusus satu bab berjudul “Harga-Harga di Kota-Kota”.
2
Konsep Dasar Ekonomi Islam
Sumber: http://www.muslimheritage.com
Ilmu ekonomi itu lahir dari hasil pemikiran seseorang tentang fenomena kehidupan
ekonomi manusia.Secara umum, ekonomi dipahami sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana manusia mengalokasikan sumber daya yang terbatas yang dikuasai untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Proses penyusunan teori ilmiah meliputi dua
tahap utama, yaitu:
a. Tahap pertama,yaitu penyingkapan ide (discovery),dilakukan untuk mengidentifikasi
definisi suatu kondisi (atau variabel) dan faktor-faktor yang diduga saling
memengaruhi. Hal ini sangat bergantung pada keyakinan seseorang, pengalaman,
pengetahuan, dan literasi dalam masyarakat.
b. Tahap kedua, yaitu pembuktian ilmiah, dilakukan untuk membuktikan bahwa
pernyataan ekonomi dapat diterapkan secara objektif dan universal.
3
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Istilah ekonomi memang belum dikenal dalam sejarah awal Islam, namun teori dan konsep
pengelolaan harta telah banyak dibahas oleh ulama-ulama Islam terdahulu, yaitu saat
sebelum ilmu ekonomi terlahir sebagai disiplin ilmu tersendiri pada abad ke-17. Sebagai
contoh, pada abad ke-8 Imam Abu Hanifah (699-767) telah menyumbangkan pemikiran
tentang ekonomi. Beliau telah mengenalkan konsep jual beli salam, murabahah, dan
muzara’ah.
Teori Ekonomi Islam disusun tidak terlepas dari pandangan umum Islam tentang
ekonomi, yaitu perspektif Alquran dan hadis terhadap definisi harta, tentang bagaimana
mencari harta dan mengalokasikannya, hubungan antara kesuksesan dan harta, serta
pengelolaan harta yang dilarang dan dianjurkan, dan sebagainya.
Islam mengajarkan bahwa manusia itu lahir tidak membawa harta dan akan meninggal
dunia dengan tidak membawa harta pula. Hakikatnya, harta hanyalah titipan dari Allah.
Harta benda, keluarga dan sanak-saudara adalah titipan atau amanah. Setiap manusia
adalah khozin atau penjaga harta yang ada di tangannya atau yang dimilikinya. Tugas
manusia adalah memastikan harta tersebut memberi manfaat pada manusia lain. Di
antara ayat-ayat Alquran yang menyatakan bahwa harta adalah milik Allah antara lain
Surah Yunus ayat 55, Surah Al-A’raf ayat 128, dan Surah Al-Hadiid ayat 7.
“Ingatlah, Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi,” (QS.
Yunus:55).
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman
di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar” (QS. Al-Hadiid: 7).
Dalam ayat terakhir tersebut dapat dimaknai bahwa Allah menganugerahkan atau
memberikan harta kepada manusia sebagai amanah. Mereka hanya sebagai Khaznah
(bendahara) dan Umana’ (pembawa amanat) untuk menjalankan perintah Allah dalam
mengelola harta. Mereka adalah Khulafa’ (wakil) dari Sang Pemilik yang hakiki yaitu
Allah.
4
Konsep Dasar Ekonomi Islam
Makna di atas bukan berarti bahwa Islam tidak mengakui adanya pemilikan oleh
individu. Islam mengakui adanya pemilikan individu dalam batas-batas ketentuan Allah.
Islam mengakui dua macam pemilikan yaitu kepemilikan personal dan sosial. Dua
bentuk kepentingan ini semuanya diakui selama tidak ada pertentangan antarkeduanya,
atau dimungkinkan adanya penggabungan antarkeduanya. Jika terdapat kontradiksi
antarkepentingan personal dengan kepentingan sosial dan terdapat kesulitan untuk
menciptakan adanya keseimbangan atau penggabungan antarkeduanya, maka Islam
lebih memprioritaskan kepentingan sosial daripada kepentingan personal.
4. Fungsi Harta
Alquran menjelaskan bahwa manusia itu diberikan sifat mencintai harta dan akan diuji
apakah kecintaan terhadap harta itu mengalahkan kecintaannya terhadap Allah. Hal
tersebut akan menentukan nasib di akhirat kelak. Islam membolehkan seseorang untuk
memiliki kekayaan atau memiliki harta melebihi yang dibutuhkan selama kekayaan itu
diperoleh dengan cara yang sesuai syariat dan dipergunakan untuk kebaikan. Kebolehan
memiliki harta dan menjadi kaya ini disebutkan dalam Alquran maupun hadis, yang
menjelaskan tentang kemuliaan orang kaya jika menggunakan hartanya untuk kebaikan.
Karakter manusia ini dijelaskan dalam beberapa ayat Alquran, misalnya Surah Al-Kahfi
ayat 46:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan” (QS. Al-Kahfi: 46).
Dapat kita simpulkan bahwa ukuran kesuksesan menurut Islam, bukanlah dilihat dari
banyaknya harta, namun apakah dengan harta tersebut manusia dapat meningkatkan
kesuksesannya. Rasulullah SAW meminjam istilah ”kekayaan” untuk mencerminkan
kesuksesan dan menjelaskan bahwa kekayaan yang sejati adalah bukan kaya harta,
namun kaya jiwa yaitu perasaan dan kesadaran atas kecukupan nikmat yang diberikan
Allah kepadanya, tidak pernah merasa kurang dan mengharap pemberian dari orang
lain. Hanya (dengan jalan) Allah-lah satu-satunya pengharapan datangnya harta dan
rezeki.
5
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Perbedaan kekayaan yang dimiliki oleh seseorang adalah sunnatullah. Manusia akan
diuji untuk menjadi yang terbaik dalam menjaga amanah-Nya. Dalam Alquran Surah Al-
Anfal ayat 28 Allah berfirman:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 28).
Manusia dianggap lulus dari ujian terhadap harta apabila harta tersebut diperoleh dengan
cara yang sesuai ketentuan (syariat) Allah dan digunakan untuk tujuan yang dibenarkan
oleh syariat. Mengelola harta meliputi menyimpan, mengonsumsi, menginvestasikan,
mempertukarkan, ataupun mendistribusikan.
Islam, sebagai agama terakhir yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa,
mendefinisikan agama sebagai serangkaian keyakinan, ketentuan, dan peraturan tentang
makna kehidupan,asal mula, dan tujuan kehidupan termasuk tuntutan moral bagi setiap
aspek kehidupan manusia. Ajaran agama Islam didasarkan pada dua pedoman utama
yaitu wahyu Allah yang dituangkan dalam kitab Alquran dan risalah Nabi Muhammad
SAW atau hadis. Islam memberikan tuntunan pada seluruh aspek kehidupan manusia,
baik hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia
dengan alam semesta.
Kegiatan utama ekonomi adalah produksi, konsumsi, dan distribusi. Kegiatan ekonomi
tersebut merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang tidak dapat ditinggalkan.
Islam sangat peduli tentang kegiatan ekonomi tersebut dan menjelaskan bahwa
kepemilikan harta dapat membuat seseorang lebih mulia dan bahagia, namun juga
sebaliknya dapat membuat seseorang menjadi celaka. Islam mengajarkan bagaimana
caranya agar manusia selamat dari kerugian akibat perilaku ekonomi yang dilakukannya.
6
Konsep Dasar Ekonomi Islam
telah dipraktikkan sejak agama Islam itu diturunkan. Banyak ayat dalam Alquran
tentang ekonomi dan praktik kehidupan Rasulullah SAW dengan para sahabat yang
mencerminkan perilaku ekonomi yang sesuai syariat, namun tidak diarsipkan atau
didokumentasikan dalam buku tersendiri. Islam tidak memisahkan disiplin ekonomi
sebagai disiplin ilmu tersendiri.
Pengertian syariat adalah ajaran tentang hukum agama yang menetapkan peraturan
hidup manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar
yang berdasar dari Alquran dan hadis.
Menurut Umer Chapra, Ekonomi Islam adalah cabang pengetahuan yang bertujuan
mewujudkan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya
yang langka sesuai dengan ajaran Islam tanpa terlalu membatasi kebebasan individu,
mewujudkan keseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkelanjutan.
Kotak 1.1
Definisi Ekonomi Islam menurut Para Ahli
Renungkan bagaimana para ahli Ekonomi Islam mendefinisikan Ekonomi Islam. Apakah
perbedaan pendapat di antara mereka? Apakah persamaan di antara pendapat mereka?
7
Ekonomi dan Keuangan Syariah
untuk mencapai kesuksesan jangka panjang dan multidimensi atau disebut dengan
istilah al-falah. Jika ekonomi konvensional khususnya kapitalisme bertujuan utama
memenuhi kebutuhan individu hingga berlimpah, maka Ekonomi Islam bertujuan
agar setiap individu mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat dalam
aspek material dan spiritual, baik untuk kebutuhan individu maupun sosial.
Tujuan utama dalam Ekonomi Islam adalah meraih falah. Masalah muncul ketika
upaya untuk meraih falah menghadapi kendala. Untuk mendapatkan kehidupan
yang baik dan sejahtera di dunia dan di akhirat tidaklah mudah. Sejahtera di dunia
sudah dapat diidentifikasi dan diukur, misal dengan adanya kebebasan hidup,
kelangsungan hidup, dan kehormatan hidup. Sedangkan kesejahteraan di akhirat
tidaklah dapat diobservasi, namun hanya dapat diidentifikasi dari cara hidup
manusia di dunia yang senantiasa mengikuti petunjuk Allah.
Secara garis besar, ada tiga akar masalah mengapa manusia gagal meraih falah,
yaitu:
1) Manusia memiliki berbagai keterbatasan, seperti keterbatasan untuk
memadukan kemampuan fisik, akal, naluri, dan perasaan;
2) Distribusi sumber daya yang tidak merata; dan
3) Adanya trade-off antara berbagai tujuan dalam hidup, seperti individu dan
sosial, dunia dan akhirat, material dan immaterial.
8
Konsep Dasar Ekonomi Islam
Dalam ilmu ekonomi dikenal istilah ekonomi positif (positive economics) dan ekonomi
normatif (normative economics). Ekonomi “positif” membahas mengenai realitas
hubungan ekonomi atau membahas sesuatu yang senyatanya terjadi; sementara
ekonomi “normatif” membahas mengenai apa yang seharusnya terjadi atau apa yang
seharusnya dilakukan. Keharusan ini didasarkan atas nilai (value) atau norma (norm)
tertentu, baik secara eksplisit maupun implisit. Kemiskinan yang terjadi di negara-negara
berkembang tidak seharusnya semakin memburuk, adalah contoh pernyataan normatif.
Kenyataan bahwa kemiskinan di negara-negara ini semakin memburuk, adalah contoh
pernyataan positif.
Perhatian utama agama khususnya Islam, adalah kepada aspek normatif, yaitu
memberikan petunjuk atas perilaku kehidupan yang selamat dan sukses, termasuk
kehidupan ekonomi. Di samping itu, agama Islam juga memberikan ruang yang luas
kepada pengikutnya dengan segala potensi akal intelektual dan emosionalnya untuk
menganalisis kejadian-kejadian empiris guna meraih tujuan hidup yang dituntunkan.
Misalnya, Islam memberikan kewenangan tentang pemilihan teknologi pertanian
yang mampu memberikan hasil maksimal, selama dalam batas-batas tidak melanggar
ketentuan syariat, seperti merusak lingkungan.
RANGKUMAN
1. Perbedaan antara agama dan ilmu pengetahuan dapat diidentifikasi dari dua hal,
yaitu lingkup dan metodologinya. Ruang lingkup ilmu pengetahuan menyangkut
alam semesta, sedangkan agama melingkupi alam semesta maupun supranatural.
Penjelasan ilmiah tidak terkait dengan hal-hal supranatural, metode ilmiah
menerapkan logika dan pembuktian empiris untuk mengabsahkan benar salahnya
sebuah teori. Sedangkan, kebenaran sebagian besar agama bersifat dogmatis,
yaitu kebenaran yang ditentukan oleh Tuhan, yang tidak bisa dibantah oleh logika
manusia ataupun bukti empiris semata.
2. Meskipun lingkup dan metodologi ilmu dan agama berbeda, namun keduanya
saling terkait. Ilmu pengetahuan memerlukan agama dalam proses penyingkapan
ide-ide yang akan dibuktikan secara ilmiah. Sementara agama berperan sebagai alat
kontrol apakah hasil dari suatu ilmu pengetahuan bertentangan dengan norma-
norma agama ataukah tidak. Agama Islam tidak seluruhnya berisikan dogma yang
tidak bisa diuji, namun Islam juga memberikan keleluasaan pikir (ijtihad) terkait
9
Ekonomi dan Keuangan Syariah
dengan kehidupan semesta ini. Oleh karena itu, peran agama Islam bukan hanya
dalam tahap penyingkapan ide-ide teori ekonomi, namun juga menawarkan proses
ilmiah tersendiri.
3. Islam memiliki pandangan bahwa harta atau kekayaan bukanlah indikator kesuksesan
seseorang. Kepemilikan harta bahkan merupakan bentuk ujian dari Tuhan untuk
membuktikan apakah manusia mampu menjaga amanah ataukah tidak. Namun,
dengan harta manusia bisa meningkatkan kesuksesan dan kemuliaannya di hadapan
Allah, yaitu ketika menggunakan atau membelanjakan harta yang dimilikinya sesuai
ketentuan Allah.
4. Ekonomi Islam merupakan suatu cabang ilmu sosial yang bertujuan membantu
manusia dalam mengelola sumber daya dalam rangka menggapai tujuan syariat
(maqasid syariah) yaitu terwujudnya kesejahteraan umat manusia secara material
dan immaterial.
5. Lingkup pembahasan Ekonomi Islam adalah perilaku ekonomi manusia yang bersifat
sosio religius. Jika fakta menujukkan bahwa manusia sosio religius adalah minoritas,
maka peran Ekonomi Islam adalah mentransformasikan kondisi masyarakat dari
kondisi yang ada menuju sistem Ekonomi Islam.
KONSEP-KONSEP PENTING
10
Konsep Dasar Ekonomi Islam
EVALUASI BAB I
1. Apakah perbedaan antara ilmu pengetahuan dan agama jika dilihat dari lingkup dan
metodenya? Berikan contoh untuk memperjelas perbedaan tersebut.
2. Bagaimanakah peran agama dalam penyusunan suatu teori ekonomi? Jelaskan
apakah dalam suatu teori ekonomi, misalkan kapitalisme atau sosialisme, terkandung
nilai-nilai keyakinan atau agama tertentu?
3. “Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi orang-orang Islam
atau negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim.” Setujukah dengan
pernyataan tersebut? Jelaskan alasannya.
4. Mungkinkah teori Ekonomi Islam dipraktikkan oleh orang-orang selain Islam?
Adakah syarat atau ketentuan mengenai kriteria karakter orang atau pelaku-pelaku
ekonomi dalam sistem Ekonomi Islam?
PENUGASAN
11
Ekonomi dan Keuangan Syariah
12
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
Bab.2
P
ernahkah terbesit di pikiran mengapa harga air jauh lebih murah daripada harga
emas perhiasan? Padahal, manusia tidak bisa hidup tanpa air dan tidak akan hidup
sengsara tanpa emas? Jawabannya bisa jadi karena biaya untuk mendapatkan emas
lebih mahal daripada biaya untuk mendapatkan air. Mengapa di Indonesia biaya untuk
pekerja rumah tangga lebih murah dibandingkan dengan biaya mencuci (laundry) dan
jasa kebersihan (cleaning service); sementara di Inggris, jasa seorang nanny (perawat
anak atau orang tua yang tinggal di rumah majikan) mencapai £50.000 per tahun atau
setara Rp60 juta per bulan.
Beberapa pertanyaan penting terkait dengan hal ini adalah mengapa kelangkaan itu
terjadi? Apakah ekonom memiliki peran untuk mengurangi masalah kelangkaan?
Bagaimana pandangan Islam tentang masalah dasar ekonomi? Bagaimana sistem
perekonomian yang mampu membawa masyarakat meraih kesejahteraan tanpa
mengorbankan aspek moralitas dan perusakan lingkungan?
Peran utama ilmu ekonomi adalah memutuskan dalam menentukan pilihan dari alternatif
yang ada mengenai apa yang akan diproduksi, bagaimana dan kapan diproduksi, serta
kepada siapa output didistribusikan. Dalam Ekonomi Islam, kelangkaan sumber daya
bersifat relatif dan bisa disebabkan oleh ketidakmerataan distribusi sumber daya secara
alamiah, ketidakmampuan manusia serta potensi pertentangan antartujuan hidup
manusia. Maka dari itu peran Ekonomi Islam adalah mengatasi masalah ketidakmerataan
distribusi.
Secara mikro, setiap manusia memiliki masalah ekonomi, dan secara makro masyarakat
menghadapi masalah ekonomi seperti harga-harga yang selalu naik sehingga daya beli
masyarakat menurun, kurangnya lapangan kerja atau naiknya pengangguran, maupun
anggaran belanja negara yang defisit. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi
itu intinya adalah ”kekurangan” dari materi yang diharapkan. Bersumber dari pokok
masalah itu, maka masalah-masalah ekonomi lainnya sering berdatangan.
13
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Konsep kelangkaan dan pilihan merupakan titik pusat dalam ilmu ekonomi, jika Michael
memutuskan untuk berburu binatang maka ia akan memiliki waktu yang berkurang untuk
mengambil buah atau berkebun. Ia dihadapkan pada pilihan (trade-off) antara daging
dan buah. Demikian pula secara umum, jika pelajar memutuskan untuk ikut kegiatan
ekstrakurikuler selepas pulang sekolah, maka waktu untuk bermain dan bersantai juga
akan berkurang. Alternatif terbaik yang dikorbankan atau hilang ketika membuat suatu
keputusan disebut dengan biaya peluang atau opportunity cost atas pilihan tersebut.
Kelangkaan sumber daya tidak hanya terjadi di daerah atau negara-negara miskin,
namun di seluruh penjuru dunia termasuk di negara-negara maju. Hal ini terjadi karena
kebutuhan manusia terus berkembang dari waktu ke waktu dan manusia tidak mampu
untuk selalu memenuhinya pada setiap waktu tersebut. Benarkah kelangkaan ini
merupakan akar permasalahan ekonomi, seperti kemiskinan, mahalnya harga, defisit,
pengangguran, dan sebagainya? Dunia dan alam semesta ini tidaklah tercipta dengan
sendirinya, namun atas kehendak Pencipta. Allah menciptakan alam semesta ini untuk
manusia, sehingga segala kebutuhan manusia juga telah tersedia di bumi ini. Alam
semesta ini juga tercipta dengan ukuran yang akurat dan cermat sehingga memadai
untuk memenuhi seluruh kebutuhan makhluk-Nya. Di sinilah manusia diuji untuk
menggunakan segala potensinya untuk menggali dan mengelola alam semesta ini agar
kesejahteraan umat tercapai. Jika demikian halnya, bagaimana kelangkaan yang ada bisa
dijelaskan? Mengapa muncul kelangkaan bahan bakar minyak? Mengapa banyak orang
memiliki utang untuk memenuhi kebutuhannya? Mengapa terjadi kekurangan pangan
di berbagai negara? Kelangkaan di atas terjadi hanyalah “kelangkaan relatif”yaitu
kelangkaan sumber daya yang terjadi dalam jangka pendek atau dalam wilayah tertentu.
Kelangkaan relatif terjadi disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu:
14
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
Di sisi lain, terdapat pula daerah-daerah yang miskin sumber daya. Islam
mengajarkan manusia untuk bersabar yaitu berusaha sekeras mungkin dan pantang
menyerah untuk tetap mencari jalan keluar menuju pemenuhan kemaslahatan umat
dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip ajaran Islam1. Dalam jangka pendek,
keberagaman penciptaaan ini seolah menimbulkan masalah kelangkaan relatif,
namun dalam jangka panjang dimungkinkan manusia untuk belajar dan melakukan
inovasi agar kebutuhannya terpenuhi. Dalam Undang-Undang Dasar dinyatakan
bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah hak rakyat
sehingga tidak boleh dikuasai oleh individual. Ini sangat sejalan dengan ajaran Islam,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dalam kitab Bulughul Maram:
“Dari salah seorang sahabat radhiyallâhu ‘anhu, ia berkata: Saya berperang
bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, lalu aku mendengar beliau bersabda:
Manusia adalah serikat dalam tiga hal: dalam padang rumput, air, dan api” (HR.
Ahmad dan Abû Dâwud).
Hadis tersebut melarang adanya pemilikan individu atau bahkan monopoli terhadap
tiga sumber alam utama, yaitu air, rumput liar, dan api. Mata air dan sumur wajib
dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Seseorang yang mempunyai sumber air
wajib mengizinkan orang lain mengambil airnya, tidak dibenarkan memonopoli
untuk diri dan keluarganya saja. Demikian juga seseorang yang memiliki api atau
sumber energi seperti gas alam, minyak bumi, dan energi alam lain karena energi
merupakan hajat hidup manusia juga. Begitu pula padang rumput yang hanya
sedikit jumlahnya di tengah gurun, yang menjadi tempat penggembalaan ternak
bagi seluruh penduduk.
1 Pemahaman masyarakat Indonesia terhadap istilah sabar sering dipersempit maknanya yaitu lapang dada menerima
musibah. Sebenarnya, sabar menurut Islam memiliki arti yang lebih dalam, yaitu pantang menyerah dalam tiga urusan,
yaitu sabar dalam melaksanakan dan menegakkan kebenaran, sabar dalam menjauhi dan mengajak meninggalkan
maksiat atau kemungkaran, dan sabar terhadap musibah yang menimpa. Karena sangat pentingnya sabar, maka Allah
memposisikan sikap sabar ini setara dengan ibadah salat, rukun Islam kedua, di mana sabar dapat digunakan sebagai
penolong kita (QS. Al-Baqarah:153, 177, QS. Thaha: 132, QS. Az-Zumar: 10).
15
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Setiap manusia memiliki potensi yang sama untuk memiliki nafsu atau kecenderungan
untuk memenuhi keinginannya, yang baik ataupun nafsu buruk. Alquran banyak
mengingatkan bahwa banyak di antara manusia yang terjebak memperturutkan
hawa nafsunya atau disebut dengan mempertuhankan hawa nafsu, di antaranya
dalam Alquran Surah Al-An’am: 119:
”Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas,” (QS. Al-An’am: 119).
16
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
Peran ilmu ekonomi sesungguhnya adalah bukan sekadar masalah alokasi terhadap
sumber daya yang langka saja, namun lebih utama yaitu mengatasi masalah kelangkaan
relatif itu sendiri. Distribusi sumber daya dan output adalah masalah dasar dalam Ekonomi
Islam, di samping masalah keterbatasan manusia dan pertentangan antara tujuan hidup
yang memerlukan aspek nonekonomi. Kelangkaan bukanlah terjadi dengan sendirinya,
namun bisa juga disebabkan oleh perilaku manusia sebagaimana diungkapkan di atas.
b. Produksi, yaitu bagaimana komoditas yang dibutuhkan itu dihasilkan agar maslahat
tercapai. Individu dan masyarakat yang peduli maslahat akan memutuskan
siapakah yang akan memproduksi, bagaimana teknologi produksi yang digunakan,
dan bagaimana mengelola sumber daya sehingga maslahat dapat terwujud.
Kemaslahatan dalam produksi bisa terjadi sejak awal proses produksi (pemilihan
input), proses produksi, hingga output dihasilkan. Produksi yang mengandung
maslahat setidaknya memiliki kandungan berkah minimum, yaitu menggunakan
input yang halal, diproses dengan teknologi yang halal, dan untuk menghasilkan
17
Ekonomi dan Keuangan Syariah
B. SISTEM EKONOMI
Meskipun secara umum permasalahan pokok ekonomi adalah identik, namun cara
penyelesaiannya bisa berbeda-beda mengikuti paham atau pola pikir dari masyarakat.
Kaum kapitalis misalnya, menyelesaikan masalah konsumsi produksi dan distribusi melalui
metode ”bersaing” karena didasarkan atas keyakinan bahwa setiap individu (baik rumah
tangga ataupun produsen) adalah makhluk homo economicus, yang termotivasi oleh
kepentingan-kepentingan individual. Keputusan mengenai “komoditas apakah yang akan
dihasilkan” diserahkan sepenuhnya kepada kehendak masyarakat. Keputusan mengenai
“siapakah, bagaimanakah, serta kapan memproduksi” juga diserahkan sepenuhnya
kepada masyarakat. Tidak ada pihak tertentu, seperti pemerintah, yang disarankan turut
campur dalam urusan alokasi dan produksi barang/jasa. Pada akhirnya pola kerja yang
demikian akan melahirkan suatu sistem ekonomi bebas atau liberal. Apakah kemudian
Ekonomi Islam akan melahirkan suatu sistem ekonomi yang baru? untuk itu kita akan
bahas terlebih dahulu unsur-unsur pokok pembentuk suatu sistem ekonomi.
Setelah perang dunia pertama, para ekonom menyadari akan kelemahan teori ekonomi
neoklasik, yang lebih pro-pasar, tidak mampu mengatasi masalah pengangguran, siklus
bisnis, dan depresi sehingga lahirlah pandangan ekonomi dari Keynes dan pengikutnya
yang menekankan pada pendekatan ekonomi makro. Setelah perang dunia kedua, para
ekonom akhirnya menggabungkan pendekatan neoklasik dan Keynes. Hingga akhirnya
18
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
tahun 2014, setelah krisis keuangan global 2007-2008, menambah keyakinan para
ekonom dunia akan pentingnya peran pemerintah yang lebih besar dalam perekonomian
untuk mengatasi masalah krisis dan depresi ekonomi.
Sistem ekonomi pada dasarnya merupakan suatu hubungan jaringan organisasi (rumah
tangga, produsen, dan pemerintah) dengan kerangka kerja dalam produksi, distribusi,
dan konsumsi barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian. Suatu
sistem ekonomi meliputi bagaimana output diproduksi dan dibagikan di antara anggota
masyarakat, bagaimana insentif dan pengambilan keputusan dibuat, seberapa besar
peran pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa, peran pasar dan pengawasannya,
sistem legal dalam aspek kepemilikan aset, dan kepemilikan faktor produksi. Menurut
Gregory and Stuart (1981) elemen pokok dari suatu sistem ekonomi ada empat yaitu:
1. Hak kepemilikan;
2. Mekanisme penyediaan informasi dan koordinasi;
3. Metode pengambilan keputusan; dan
4. Sistem insentif bagi perilaku ekonomi. 2
Masalah hak milik berkaitan dengan pengakuan secara legal terhadap kepemilikan
sumber daya maupun output dan batasan-batasannya. Suatu sistem ekonomi
kemungkinan memberikan tekanan pada jenis hak milik tertentu, namun secara umum
dapat dikategorikan menjadi hak milik individu, hak milik sosial, dan hak milik negara.
Mekanisme penyediaan informasi terkait dengan penyediaan informasi ketersediaan
pasokan barang, ketersediaan input, harga-harga barang input, dan juga informasi lain
yang diperlukan oleh pelaku ekonomi. Secara umum, mekanisme penyediaan informasi
dan koordinasi keputusan ekonomi dapat dilakukan menggunakan mekanisme pasar,
perencanaan, atau juga tradisi. Sedangkan pengambilan keputusan terutama terkait
dengan penentuan harga, jenis, dan jumlah komoditas yang akan diproduksi serta
didistribusikan. Secara garis besar ada metode yang sentralistik, desentralistik, atau
kombinasi keduanya. Sistem insentif merupakan faktor yang memotivasi dalam perilaku
ekonomi juga menentukan bentuk sistem ekonomi.
Hal yang paling membedakan antarsistem ekonomi adalah pada peran relatif pasar dan
pemerintah dalam menentukan barang dan jasa apa yang diproduksi, bagaimana mereka
diproduksi, dan siapa yang mendapatkan hasil produksi. Pembeda utama kedua terletak
pada peran aspek moralitas dan keadilan dalam sistem ekonomi. Meskipun ada sejumlah
cara untuk mengklasifikasikan sistem ekonomi, namun salah satu klasifikasi membagi
sistem ekonomi menjadi lima, yaitu ekonomi tradisional, ekonomi pasar, ekonomi pasar
2 Paul R Gregory and Robert C Stuart (1981). Comperative Economic System, Houghton Mifflin Company, Boston, hal.
16.
19
Ekonomi dan Keuangan Syariah
campuran, ekonomi sosialis campuran, dan ekonomi komando (terencana). Dua negara
yang mempunyai sistem ekonomi yang sama belum tentu mempunyai karakteristik
sama. Banyak hal yang memengaruhi karakteristik ekonomi di suatu negara, di antaranya
adalah pilihan ideologi, latar belakang sejarah bangsa, dan kondisi keterbukaan negara.
Sistem ekonomi tradisional jarang bertahan, namun masih ada di sebagian besar wilayah
pedesaan atau kesukuan di sejumlah negara berkembang. Sistem ini didominasi oleh
sektor pertanian tanpa spesialisasi tenaga kerja. Peran pemerintah dalam menyediakan
layanan publik sangat terbatas. Perekonomian banyak bergantung pada tradisi, adat
istiadat, dan agama dalam memutuskan apa dan bagaimana barang/jasa diproduksi
dan didistribusikan, apa pekerjaan yang dipilih, dan bentuk yang akan diikuti. Uang
kertas atau uang plastik jarang digunakan. Komoditas, hewan, dan tanah masih banyak
digunakan untuk menyimpan kekayaan, dan sistem barter masih sangat umum terjadi.
Sistem tradisional ini masih ada di beberapa pedalaman negara berkembang seperti
bagian India Selatan, Nepal, dan Kenya.
Sistem ekonomi pasar atau kapitalis modern diilhami oleh pemikiran Adam Smith, penulis
dua buku ternama berjudul: The Wealth of Nations (lebih tepatnya berjudul: An Inquiry
into the Nature and Causes of the Wealth of Nations) terbit tahun 1776, yang didahului
oleh bukunya The Theory of Moral Sentiments yang terbit tahun 1759. Ide dasarnya
adalah bahwa mekanisme pasar bisa berjalan dengan sendirinya, mengatur dirinya
sendiri, dan tidak memerlukan pengaturan, intervensi, dan regulasi dari pemerintah,
dan bahkan intervensi pemerintah dapat memperburuk perekonomian. Pemikiran
Smith didasarkan atas pengamatan (yang pada dasarnya merupakan asumsi dasar)
bahwa pelaku ekonomi adalah rasional, yaitu masing-masing menyadari dan memahami
apa-apa yang terbaik bagi dirinya dan mengetahui bagaimana cara mencapainya. Setiap
orang memiliki hak kepemilikan pribadi atas sumber daya maupun barang dan jasa. Ia
juga memiliki kebebasan untuk menggunakan apa yang dikuasainya sesuai cara-cara
yang ia inginkan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Pemikiran dasar dari sistem
ekonomi pasar adalah keyakinan bahwa hasil terbaik dalam perekonomian yaitu volume
barang/jasa maksimal dengan harga terendah akan diraih jika semua pelaku ekonomi,
yaitu penjual dan pembeli, dapat bertindak secara bebas dan independen melalui
mekanisme harga (persaingan pasar).
20
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
Hak milik rakyat kecil bisa saja tidak aman oleh kekuasaan mereka yang memiliki dominasi
kepemilikan jika kepemilikan ini tidak dilindungi oleh negara. Pengembangan usaha
memerlukan keamanan dan kepercayaan diri. Tanpa campur tangan pemerintah sebagai
wasit, kondisi bisnis bisa dalam masalah.Dengan tidak adanya peraturan, pengawasan,
dan penegakan etika bisnis, bisnis dapat merugikan konsumen dan masyarakat luas.
Bahkan tanpa penetapan harga, monopoli dapat berkembang menjadi penghambat
kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, dimungkinkan ada sejumlah wilayah atau
sektor yang terjadi monopoli alamiah, yaitu monopoli yang terjadi karena keunggulan
perusahaan dalam melakukan efisiensi. Layanan publik yang disediakan oleh pemerintah
akan memerlukan sumber biaya yang hanya dapat diperoleh melalui intervensi pasar,
misalkan pemungutan pajak.
Sistem ekonomi komando atau terencana adalah kebalikan dari ekonomi pasar. Dalam
ekonomi komando, pemerintah pusat berperan membuat keputusan mengenai
barang-barang yang diproduksi, yaitu keputusan yang akan dibuat oleh produsen dan
konsumen individual dalam sistem pasar. Dalam sistem ekonomi komando tidak ada hak
kepemilikan pribadi. Properti dan sumber daya secara kolektif dimiliki oleh kelompok
atau oleh negara. Negara atau lembaga perencana menentukan output dari masing-
masing sektor, baik sektor jasa akhir maupun sektor menengah dan jasa. Mereka
menentukan upah yang harus dibayar dan semua pendapatan yang harus dibayarkan
kepada pemilik faktor produksi. Untuk mendapatkan tingkat konsumsi (permintaan)
21
Ekonomi dan Keuangan Syariah
yang ideal, perencanaan benar-benar dilakukan hingga aspek jenis dan ukuran sepatu
atau baju yang akan diproduksi. Dalam ekonomi komando, pemerintah menentukan
harga barang dan pendapatan konsumen.
Dalam praktiknya, tidak ada perencanaan yang dapat memprediksi permintaan individu
dengan tepat serta kekuatan gerakan permintaan dan penawaran yang memengaruhi
harga. Perencana juga tidak dapat mendikte produsen tentang cara terbaik (paling
efisien) dalam berproduksi. Sebaliknya, produsenlah yang memiliki dorongan mencari
laba dan yang mengetahui teknologi dan biaya input relatif terbaik untuk menghasilkan
output dengan kualitas terbaik dan biaya terendah.
Tidak ada lagi sistem ekonomi pasar murni di dunia sejak 2014 akibat besarnya kegagalan
pasar dan alasan lainnya. Pemerintah mengambil peran dalam sistem ekonomi apapun,
dan hampir tidak ada yang menyanggah peran penting pemerintah. Perdebatannya
berkisar pada bidang apa dan seberapa jauh intervensi pemerintah. Secara umum, orang
kaya setuju dengan intervensi pemerintah yang sangat terbatas dan pajak yang rendah
untuk memaksimalkan pendapatan dan kekayaan mereka, sedangkan orang miskin
menginginkan intervensi pemerintah yang tinggi untuk mengatasi ketimpangan sosial
(pendidikan dan kesehatan), ketimpangan terhadap kekayaan, dan jaring pengaman
sosial.
Ekonomi Islam sebagai suatu sistem merupakan hal yang sangat baru dibandingkan
dengan sistem ekonomi lainnya. Pada kenyataannya, belum ada satu prototipe negara
yang mampu mempraktikkan sistem ekonomi Islam sebagaimana yang diidealkan oleh
para ekonom muslim. Sistem ekonomi Islam bukanlah produk kesepakatan atau kontrak
sosial sebagaimana sistem pasar ataupun komando. Dasar-dasar sistem ekonomi Islam
telah ditetapkan berabad-abad yang lalu di dalam Alquran dan dipraktikkan oleh Nabi
Muhammad SAW.
Rancangan kelembagaan dalam sistem ekonomi Islam telah dirumuskan oleh aturan
yang didefinisikan oleh Alquran. Konsekuensinya, isi dan cetak biru ekonomi Islam
dirumuskan melalui:
1. Penurunan nilai, prinsip atau peraturan yang membentuk sistem ekonomi Islam
yang ideal dan implikasinya dari Alquran dan Sunnah;
2. Meneliti karakter, kekurangan dan menentukan tingkat penyimpangan sistem
ekonomi kontemporer dari ekonomi Islam yang ideal; dan
22
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
Sistem Ekonomi Islam dibangun atas dasar konsep pengakuan dan perlindungan
terhadap kepemilikan pribadi. Penggunaan hak milik dibatasi mengikuti ketentuan
Allah, karena hakikatnya semua harta di dunia adalah milik Allah dan manusia hanya
mendapatkan kepercayaan untuk mengelolanya. Konsekuensinya, sumber daya alam
harus dikembangkan dengan cara yang menguntungkan semua manusia dari semua
generasi secara adil. Karena kepemilikan individu dinilai sakral dalam Islam, maka
mekanisme pasar menjadi basis pertukaran harta, di mana pasar dipandang sebagai
mekanisme alokasi sumber daya yang terbaik dan paling efisien.
Dalam sistem ekonomi Islam, peran kelembagaan sangatlah penting dalam mewujudkan
falah secara bersama. Bukan hanya pelaku pasar, konsumen dan produsen, namun Islam
menyadari akan pentingnya otoritas pengawasan pasar karena potensi perilaku amoral
para pelaku ekonomi dan kegagalan pasar dalam mewujudkan falah. Institusi itu dapat
bersifat formal, seperti pasar, pemerintah, peraturan atau institusi legal lainnya, ataupun
institusi informal seperti adat, budaya, keyakinan dan agama. Perbedaan keadaan
institusi akan berpengaruh besar dalam tingkat usaha dan kebijakan yang diperlukan
untuk menuju sistem ekonomi Islam yang ideal.
Dalam pandangan Islam, pemilik mutlak dari seluruh alam semesta adalah Allah,
sementara manusia hanya mengemban amanah-Nya. Allah menciptakan alam semesta
bukan untuk diri-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan sarana hidup (wasilah al
hayah) bagi manusia agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan. Manusia diberikan
hak untuk memiliki dan menguasai alam semesta sepanjang sesuai dengan cara
perolehan dan cara penggunaan yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan demikian,
adanya hak milik membawa konsekuensi adanya kewajiban pemanfaatannya. Pada
akhirnya, hak milik ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Allah di
23
Ekonomi dan Keuangan Syariah
akhirat. Islam mengakui konsep tiga kepemilikan sekaligus untuk suatu barang. Artinya,
kepemilikan individu diakui secara sah dan dilindungi, namun dalam kondisi tertentu
negara atau masyarakat memiliki hak untuk mengambil alih kepemilikan. Tiga jenis hak
milik yang diakui dan dilindungi dalam Islam, yaitu:
1. Hak milik individual (milkiyah fardhiah/private ownership);
2. Hak milik umum atau publik (milkiyah ‘ammah/public ownership);
3. Hak milik negara (milkiyah daulah/state ownership).
Individu diberikan kebebasan tinggi dan dilindungi untuk memiliki dan memanfaatkan
sumber daya bagi kepentingannya, dengan syarat:
1. Cara perolehan dan penggunaannya tidak bertentangan dengan syariat Islam, dan;
2. Tidak menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Setiap individu memiliki hak untuk menikmati hak miliknya, menggunakannya secara
produktif, memindahkannya dan melindunginya dari pemubaziran. Namun, pemilik juga
terkena sejumlah kewajiban tertentu, seperti membantu dirinya sendiri dan kerabatnya
serta membayar sejumlah kewajiban.
Hak milik negara pada dasarnya dapat berupa hak milik umum atau individu, tetapi
hak pengelolaannya menjadi wewenang pemerintah. Pemerintah memiliki hak untuk
mengelola hak milik ini karena pemerintah merupakan representasi kepentingan rakyat
24
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
sekaligus mengemban misi kekhalifahan Allah SWT di muka bumi.Berbeda dengan hak
milik umum, hak milik negara ini dapat dialihkan menjadi hak milik individu jika memang
kebijakan negara menghendaki demikian. Tetapi, hak milik umum tidak dapat dialihkan
menjadi hak milik individu, meskipun dikelola oleh pemerintah. Jika dibandingkan
dengan ekonomi pasar dan sosial, konsep kepemilikan Islam dapat disingkat dalam tabel
di bawah ini.
Sifat kepemilikan Kepemilikan mutlak Kepemilikan mutlak oleh Allah adalah pemilik mutlak,
sumber daya & oleh manusia secara manusia, diwakili oleh manusia ber-hak memiliki
output individual negara atau otoritas dengan batasan aturan Allah
Hak pemanfaatan Manusia bebas Manusia bebas Pemanfaatan oleh manusia
memanfaatkannya memanfaatkannya mengikuti ketentuan Allah
Prioritas kepemilikan Hak milik individu Hak milik kolektif/sosial Tiga hak milik sekaligus:
dijunjung tinggi dijunjung tinggi individu, sosial dan negara
Peran individu & Individu bebas Negara berwenang Terdapat kewajiban individu-
negara memanfaatkan mengatur peman-faatan masyarakat-negara secara
sumber daya sumber daya pro-porsional
Distribusi Bertumpu pada Bertumpu pada peran Pasar, pemerintah dan
kepemilikan sumber mekanisme pasar pemerintah masyarakat dengan
daya & output mengikuti aturan dalam
Alquran & Sunah
Tanggungjawab Pertanggung-jawaban Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
pemanfaatan kepada diri sendiri kepada publik secara kepada diri, publik dan Allah
secara ekonomis- ekonomis-teknis di dunia dan akhirat
teknis
Contoh yang Amerika Serikat, China, Korea Utara Kuba. Negara yang keuangan
mendekati Canada, negara di Sebelum tahun 1990an: Islamnya berkembang: Arab
Eropa Barat Suriah, Bolivia, India, Saudi, Malaysia, Uni Emirat
Bangladesh, Srilanka, Arab, Kuwait, Qatar, Turki,
Aljazair, Laos, Vietnam Indonesia, Bahrain, dan
Pakistan.
Sumber: P3EI, 2014. Dimodifikasi
25
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Insentif di akhirat adalah berupa imbalan (ganjaran atau hukuman) yang hanya akan
dirasakan di akhirat, seperti yang dijanjikan oleh Allah. Sebagai misal, insentif untuk
mengonsumsi barang-barang yang halal dan thayyib adalah kepuasan duniawi pribadi
sekaligus pahala di akhirat karena hal ini merupakan suatu bentuk ibadah. Kesemua
insentif ini yang disebut sebagai maslahat sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya.
Secara umum, pengambilan keputusan bisa dibedakan antara dua kutub sentralisasi dan
desentralisasi. Sistem sentralisasi menekankan bahwa pengambilan keputusan dilakukan
oleh satu otoritas yaitu pemerintah pusat dan agen ekonomi hanya berperan sebagai
pelaksana pengambilan keputusan. Dalam konteks perekonomian suatu negara, sistem
ini akan menghasilkan ekonomi komando (command/planned economies). Sebaliknya,
dalam kapitalisme, pengambilan keputusan diserahkan kepada masing-masing pelaku
ekonomi sehingga tidak diperlukan suatu otoritas tunggal dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Sistem desentralisasi ini akan menghasilkan suatu pasar persaingan bebas
seperti yang diharapkan oleh kapitalisme.
26
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
perlu diterapkan, misalnya dalam hal distribusi barang publik dan kesejahteraan dan
penegakan kebenaran.
Secara umum, pengambilan keputusan dalam ekonomi Islam didasarkan atas prinsip
desentralisasi, dengan didasarkan pada nilai dan prinsip Islam. Oleh karena itu, proses
musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan atas dasar kemaslahatan merupakan
prinsip pengambilan keputusan yang sesuai ajaran Islam. Musyawarah merupakan
kombinasi antara proses desentralisasi dan sentralisasi yang dikendalikan nilai-nilai
maslahat.
Sistem Ekonomi Islam dibangun atas kelembagaan yang diturunkan dari Alquran dan
hadis. Sistem Ekonomi Islam bukan sekadar sistem berbasis pasar, namun dibangun atas
tiga sektor, yaitu sektor pasar, pemerintah, dan masyarakat. Sektor pasar merupakan
pusat dari gerakan ekonomi, namun kehadiran sektor pemerintah dan masyarakat
diperlukan untuk mengarahkan pasar meraih falah secara berkelanjutan.
Islam sangat menghargai pasar sebagai sarana bertransaksi atau perniagaan yang halal
(sah/legal) dan thayyib (baik), sehingga secara umum merupakan mekanisme alokasi
dan distribusi sumber daya ekonomi yang paling ideal. Penghargaan Islam terhadap
27
Ekonomi dan Keuangan Syariah
mekanisme pasar berangkat dari ketentuan Allah bahwa perniagaan harus dilakukan
dengan cara yang baik berdasarkan perniagaan dengan prinsip saling ridha sehingga
tercipta keadilan.
Sistem ekonomi pasar murni mengidealkan adanya pasar persaingan murni, yaitu pasar
dengan kondisi di mana tidak ada seorang pelakupun yang secara individual dapat
mengendalikan mekanisme pasar. Akan tetapi, Islam menolak konsep pasar dalam
bentuk persaingan bebas tanpa batas sehingga mengabaikan norma dan etika. Pasar
yang seperti ini tidak akan mampu merealisasikan tujuan mencapai falah, bahkan
mungkin akan mendistorsinya. Pasar yang dikendaki oleh Islam adalah pasar yang
lengkap, bermoral dan adil. Sistem pasar yang lengkap (complete market) adalah pasar
dengan dua kondisi yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Biaya transaksi yang rendah atau dapat diabaikan dan karena itu informasi juga
sempurna (simetris); dan
b. Ada harga untuk setiap aset dalam setiap kondisi.
Demikian pula pedagang mendapatkan informasi yang akurat dengan murah mengenai
stok dan harga beras esok hari, bisa menjual eceran ataupun grosir. Pasar yang adil
dicerminkan dari adanya harga yang adil (tsaman al-mitsl), kompensasi yang seimbang
(‘iwadh al-mitsl), laba yang adil, dan upah yang adil. Dalam praktiknya, harga yang adil
ini diwujudkan dalam kondisi produsen mendapatkan keuntungan yang seimbang atau
proporsional dengan risiko yang ditanggung, biaya yang dikeluarkan, dan nilai tambah
maslahat yang dikontribusikan.
Pemerintah memiliki kedudukan dan peranan penting dalam Ekonomi Islam. Eksistensi
peran pemerintah dalam sistem ekonomi Islam bukan semata karena adanya kegagalan
pasar dan ketidaksempurnaan pasar. Pada dasarnya, peranan pemerintah merupakan
derivasi dari konsep kekhalifahan dan konsekuensi adanya kewajiban-kewajiban kolektif
(fardu kifayah) untuk merealisasikan falah. Pemerintah adalah pemegang amanah
Allah dan Rasul-Nya serta amanah masyarakat untuk menjalankan tugas-tugas kolektif
dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (al adl wal ihsan) bagi seluruh umat.
Secara umum, peranan pemerintah ini akan berkait dengan upaya mewujudkan konsep
pasar yang Islami dan mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan. Peran
pemerintah dalam pasar ini secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu:
1. Peran yang berkaitan dengan implementasi nilai dan moral Islam;
2. Peran yang berkaitan dengan menyempurnakan mekanisme pasar (market
28
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
imperfection); dan
3. Peran yang berkaitan dengan kegagalan pasar (market failure).
Implementasi nilai dan moral Islam tidak dapat dilakukan hanya dengan membiarkan
pasar bekerja secara alamiah, meskipun para pelaku pasar adalah muslim sekalipun.
Dalam hal ini, Rasulullah menyontohkan membentuk lembaga pengawas pasar
(al-Hisbah) dan beliau sendiri yang mempraktikkan menjadi pengawas (muhtasib)
terutama terhadap potensi adanya perilaku yang amoral dari para pedagang. Dalam
perkembangannya, lembaga al-Hisbah semakin diformalkan sejak masa khalifah Umar
Ibn Khattab dan dikembangkan di berbagai negara pada zaman keemasan Islam.
Peranan masyarakat juga muncul karena adanya konsep hak milik publik dalam ekonomi
Islam, seperti wakaf. Kekayaan wakaf adalah kekayaan masyarakat secara keseluruhan
dan berlaku sepanjang masa, karenanya wakaf merupakan hak milik masyarakat yang
tidak tergantung kepada pemerintah yang berkuasa. Pemerintah dapat berganti dari
waktu ke waktu, sementara masyarakat terikat dalam kewajiban sosial jangka panjang.
Karenanya, berbagai kekayaan wakaf akan tetap dikelola oleh masyarakat sendiri. Dalam
lingkaran utama, rumah tangga dan perusahaan melakukan transaksi pertukaran output
ataupun input membentuk masing-masing pasar output dan pasar input. Pasar dalam
hal ini terkait dengan transaksi yang bersifat pertukaran atau adanya pertukaran sumber
daya antar pihak atas prinsip saling ridha. Tidak semua transaksi dapat terselesaikan
melalui mekanisme pasar sehingga diperlukan pemerintah dan masyarakat untuk
mengambil alih peran ini, seperti fasilitas publik -- baik yang diperlukan rumah tangga
ataupun perusahaan, pengelolaan zakat, infak dan wakaf (ZISWAF). Peran ini dilakukan
baik oleh pemerintah ataupun masyarakat secara sukarela. Pemerintah dan masyarakat
29
Ekonomi dan Keuangan Syariah
berperan untuk saling mengawasi dan mengontrol pasar dan mereka sendiri agar
mekanisme pasar yang terjadi dapat menghasilkan maslahat yang maksimum.
Rangkuman
RANGKUMAN
1. Islam mengakui bahwa kelangkaan sumber daya itu memang terjadi.
1. Islam mengakui
Namun tugas bahwa kelangkaan
ekonomi sumbermengalokasikan
bukan sebatas daya itu memang terjadi.
sumber dayaNamun
yang tugas
ekonomi bukan
langka sebatas
tersebut, mengalokasikan
namun sumber daya
juga mengupayakan yang langka
penyelesaian atas tersebut,
penyebab namun
juga mengupayakan penyelesaian atas penyebab dasarnya, yaitu ketidakmerataan
dasarnya, yaitu ketidakmerataan distribusi sumber daya, perangai buruk
manusia,
distribusi sumber dandaya,
adanya trade-off
perangai burukantartujuan
manusia, hidup. Distribusitrade-off
dan adanya sumber antartujuan
daya
adalah masalah awal yang harus diperhatikan dalam perekonomian,
hidup. Distribusi sumber daya adalah masalah awal yang harus diperhatikan dalam
karena hal itu menjadi penyebab terjadinya kelangkaan. Dalam tahap
perekonomian, karena hal itu menjadi penyebab terjadinya kelangkaan. Dalam tahap
selanjutnya, peran ekonomi adalah menentukan pilihan produksi, proses
selanjutnya, peran ekonomi adalah menentukan pilihan produksi, proses produksi
produksi dan distribusi output untuk mewujudkan kesejahteraan umat atau
dan distribusi
al-falah.
output untuk mewujudkan kesejahteraan umat atau al-falah.
2. Sistem ekonomi
2. Sistem IslamIslam
ekonomi dibangun atas
dibangun atassemangat
semangat persaingan pasaryang
persaingan pasar yangadiladil dan
lengkap dandengan
lengkapdukungan pemerintah
dengan dukungan dan masyarakat
pemerintah yangyang
dan masyarakat kuat.kuat.
Ini dilakukan
Ini
untuk dilakukan
mengarahkan untuk pelaku pasar untuk
mengarahkan pelaku memiliki moral
pasar untuk Islam,moral
memiliki mentransformasi
Islam,
dari masyarakat peduli material (kepuasan dan keuntungan) menuju masyarakat
yang36 peduli maslahat. Kepemilikan pribadi dilindungi dan dimotivasi dengan tetap
memperhatikan kepemilikan sosial dan negara.
3. Sistem ekonomi Islam adalah perekonomian dengan tiga sektor, yaitu sektor pasar,
masyarakat, dan negara. Tiap sektor memiliki hak dan kewajiban tertentu dalam
30
Masalah Pokok dalam Ekonomi Islam
KONSEP-KONSEP PENTING
• Kelangkaan Relatif.
• Ketidakmerataan Distribusi.
• Sistem Ekonomi Pasar.
• Sistem Ekonomi Komando.
• Sistem Ekonomi Islam.
• Ekonomi Tiga Sektor.
EVALUASI BAB II
1. Apakah yang dimaksud “kelangkaan” dalam ekonomi konvensional? Apakah dapat
dikatakan langka jika jumlah tenaga kerja sangat banyak namun pengangguran juga
banyak?
2. Apakah penyebab terjadinya kelangkaan yang dijelaskan oleh ekonomi konvensional?
Apakah Islam memiliki jawaban yang berbeda? Mengapa jawabannya berbeda?
3. Bagaimana peran ekonomi Islam dalam mengatasi masalah kelangkaan sumber
daya?
31
Ekonomi dan Keuangan Syariah
4. Sebutkan tiga pertanyaan pokok dalam ekonomi Islam! Apa yang membedakan
dengan pertanyaan pokok dalam ekonomi konvensional?
5. Sebutkan empat unsur pokok yang menjadi pembeda antara suatu sistem ekonomi
dengan sistem ekonomi lainnya.
6. Bandingkan antara sistem ekonomi Islam dan kapitalisme. Apakah persamaan dan
perbedaan di antara keduanya?
7. Bagaimana peran mekanisme pasar dalam ekonomi Islam? Apakah yang dapat
dilakukan jika mekanisme pasar gagal mewujudkan tujuan ekonomi Islam yaitu al-
falah?
8. Dalam sistem ekonomi tiga sektor terdapat tiga pihak yang berperan dalam
perekonomian, sebutkan! Jelaskan peran masing-masing sektor tersebut.
PENUGASAN
1. Amati empat jenis angkutan umum di tempat tinggal anda, yaitu angkutan umum
atau bis kota, taksi, ojek motor, dan becak. Perkirakan dan urutkan jenis angkutan
mana yang jumlahnya paling banyak hingga paling sedikit. Menakah yang paling
langka? Menurut ilmu ekonomi, jenis angkutan manakah yang paling langka?
Diskusikan jawaban tersebut dengan kawan-kawan yang berasal dari kota atau
daerah yang berbeda.
2. Lakukan pengamatan di tempat kalian tinggal tentang fasilitas-fasilitas umum
yang tersedia dan siapakah yang menyediakan fasilitas tersebut. Sebutkan apakah
pemerintah, masyarakat atau individu tertentu atau gabungan dari ketiganya.
Nama Kecamatan/kelurahan:
No Bentuk Fasilitas Umum Pihak yang Menyediakan
1 Contoh: jalan raya Pemerintah/Masyarakat/Pribadi
2 Jalan kampung .....................................................
3 Pos ronda .....................................................
4 Tempat ibadah (masjid/gereja/wihara) .....................................................
5 Gedung olah raga .....................................................
6 Makam/kuburan .....................................................
7 Balai kampung/RT/RW .....................................................
8 Sekolah/tempat mengaji .....................................................
9 Pemadam kebakaran .....................................................
10 Tempat sampah umum .....................................................
... ..................................................... .....................................................
.... .... lanjutkan .....................................................
Dari tabel tersebut, perhatikan apakah masyarakat dan pribadi berperan penting
dalam kehidupan dan ekonomi masyarakat?
32
Karakteristik Ekonomi Islam
Bab.3
KARAKTERISTIK
EKONOMI ISLAM
A. BEREKONOMI DALAM MENCAPAI TUJUAN HIDUP
K
ehidupan dunia bukanlah yang terakhir, namun kehidupan dunia merupakan
jalan menuju kehidupan yang abadi yaitu kehidupan akhirat. Berekonomi dalam
Islam dibangun berdasarkan keyakinan, bahwa perhatian utama ekonomi Islam
adalah memikirkan bagaimana manusia mendapatkan kebahagiaan di akhirat tanpa
mengabaikan kebahagiaan hidup di dunia. Alquran dan hadis sebagai sumber utama
pemikiran ekonomi Islam mengajarkan agar manusia melakukan kegiatan ekonomi
sesuai moralitas Islam. Inti dasar moralitas Islam adalah kerelaan untuk mengendalikan
kemauan diri atau kepentingan diri untuk menaati petunjuk Allah, meneladani Rasul-
Nya dalam setiap aspek kehidupan serta mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
Moral Islam didasarkan pada suatu keyakinan bahwa hakikatnya manusia di muka bumi
adalah makhluk Allah yang tugas utamanya ada dua, yaitu sebagai hamba dan khalifah
Allah. Dua peran inilah yang menjadi dasar moralitas Islam dalam ekonomi:
a. Sebagai hamba Allah
Manusia harus sadar bahwa dirinya bukanlah hamba atau budak dari manusia lain,
bukan pula hamba alam semesta dan bukan pula hamba dari nafsunya sendiri.
Manusia harus sadar bahwa untuk bisa hidup dengan selamat, ia harus mengikuti
kemauan dan petunjuk majikan yang sesungguhnya yaitu Allah sang Pencipta.
Ketaatan terhadap perintah dan petunjuk Allah merupakan peran utama manusia
sebagai hamba Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat (51):56)
33
Ekonomi dan Keuangan Syariah
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Tauhid dalam aspek ekonomi berarti keyakinan bahwa sistem perekonomian yang diatur
oleh aturan Allah yang paling baik dan akan mendatangkan kesuksesan. Sebagai contoh,
jika Allah melarang perjudian, maka sebesar apapun manfaat yang tampak dari perjudian
harus diyakini bahwa pada hakikatnya hal itu tidak akan memberikan kemaslahatan.
Ketika Allah mengajarkan manusia untuk berbagi rezeki kepada orang miskin, maka hal
itu “pasti” akan memberikan dampak positif bagi kesukesan kita meskipun seolah-olah
berbagi harta akan mengurangi kekayaan.
Moral Islam sangat luas, dari hal-hal yang wajib dilakukan dan dianjurkan hingga hal-
hal yang dilarang atau dibenci. Contoh hal yang diwajibkan dalam bertransaksi harta
seperti adil, jujur, amanah, bekerja, dan berzakat bagi yang mampu. Hal yang dilarang di
antaranya adalah curang, mencuri, merampas, khianat, menumpuk harta, riba, judi dan
mabuk. Hal yang dianjurkan di antaranya adalah berdagang, bersekutu dalam usaha,
bersedekah, dan membantu yang kurang mampu.
Moralitas menempati posisi yang penting dalam ajaran Islam, sebab terbentuknya
pribadi yang memiliki moral yang baik (Akhlaq al-karimah) merupakan tujuan puncak dari
seluruh ajaran Islam yang disebut dengan ihsan. Ihsan adalah kemauan untuk berbuat
34
Karakteristik Ekonomi Islam
baik dan menghindari yang buruk karena kesadaran akan maslahat yang timbul dari
perbuatan baik tersebut, bukan sekadar keinginan mendapatkan imbalan dari manusia.
Dalam Islam, moral baik disebut dengan istilah akhlaq al-karimah atau berakhlak mulia.
Setiap sistem atau paham ekonomi pasti memiliki suatu cara pandang (paradigma)
tentang kondisi ekonomi yang diimpikan. Contoh kapitalisme sering diidentikkan dengan
pola pikir kebebasan dan sistem pasar bebas untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan. Sedangkan sosialisme sering diidentikkan dengan keinginan
menuju perekonomian yang adil dan merata.
Istilah umum untuk kondisi masyarakat ideal ini dikenal dengan istilah masyarakat madani
(civil society) yang artinya sistemsosial yang berperadaban, berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.
Pemaknaan terhadap masyarakat madani (civil society) tentu berakar dari pandangan
seseorang terhadap definisi hidup sukses. Perbedaan dalam mengukur kesuksesan atau
kesejahteraan akan berdampak pada perbedaan dalam tujuan hidup, prioritas dalam
kehidupan hingga memilih gaya hidup.
35
Ekonomi dan Keuangan Syariah
diikuti hal-hal yang tidak kita inginkan (seperti polusi, lalu lintas, konsumtif, hedonis,
pemborosan, dan perang).
Pada sudut lain, sosialisme memaknai kesejahteraan sebagai suatu keadaan yang
membahagiakan masyarakat secara kolektif. Konflik antar kepentingan individu dan
hukum sosial diyakini akan mendominasi kondisi setiap masyarakat, hal ini akan
berlangsung terus hingga setiap kepentingan individu dilebur menjadi kepentingan
kolektif. Paham sosialisme memandang perlunya penghapusan strata atau kasta dalam
masyarakat melalui penghapusan hak milik pribadi.
Bagaimana makna sejahtera menurut Islam? Dalam Alquran kata sejahtera disebut
dengan 3 (tiga) istilah yaitu al-falah, an-najaat dan al-fauz.
a. Al-falah menurut tata bahasa, berarti kemenangan, kelestarian, kekekalan,
keberuntungan, dan kebertahanan hidup.
b. An-najaat berarti keselamatan atau terhindar dari bencana serta kegagalan, dan
terhalaunya hambatan
c. Al-fauz berarti keberhasilan atau keberuntungan yang baik.
Dari ketiga kata yang bermakna sejahtera tersebut di atas, yang mendominasi disebut
dalam Alquran adalah Al-falah. Ini membuktikan pengertian secara dari kata Al-falah
sudah mencakup makna An-najaat dan Al-fauz.
36
Karakteristik Ekonomi Islam
Secara ringkas, hidup sejahtera (falah) disarikan dalam tabel di bawah ini.
Secara ringkas, kesejahteraan atau falah menurut Islam mencakup dua pengertian
sekaligus, yaitu:
a. Kesejahteraan menyeluruh dan seimbang yaitu kecukupan materi yang didukung
oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual dan sosial. Manusia terdiri atas unsur fisik dan
jiwa, karenanya kebahagiaan harus menyeluruh dan seimbang di antara keduanya.
Demikian pula manusia memiliki dimensi individual sekaligus sosial. Manusia akan
merasa bahagia jika terdapat keseimbangan di antara dirinya dengan lingkungan
sosialnya.
37
Ekonomi dan Keuangan Syariah
b. Kesejahteraan di dunia dan akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di alam dunia
saja tetapi juga di alam setelah kematian/kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan
materi di dunia di jadikan bekal untuk memperoleh kecukupan di akhirat. Jika kondisi
ideal ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan di akhirat tentu lebih diutamakan,
sebab ia merupakan suatu kehidupan yang abadi dan lebih bernilai (valuable)
dibandingkan dunia.
Bagaimana manusia mampu mencapai falah sangat tergantung pada perilaku dan
keadaan manusia di dunia. Secara umum manusia menghadapi kesulitan dalam
mengharmonisasikan berbagai tujuan hidup karena berbagai keterbatasan seperti
tingginya keinginan, terbatasnya dana, tenaga, pikiran dan waktu. Untuk mendapatkan
keseimbangan hidup, seringkali kita harus dapat memilah dan memilih dari berbagai
alternatif kegiatan yang ada, membuat skala prioritas dan terkadang kita harus
mengorbankan suatu hal untuk hal lain yang lebih penting. Di sinilah peran Islam
memberikan petunjuk agar terjadi keseimbangan dalam hidup.
Berbeda dengan konsep civil society yang lebih identik dengan masyarakat yang teratur,
beradab, dan berdaulat, Islam memiliki impian kondisi idealisme masyarakat dan pernah
digambarkan dalam sejarah Islam yang dikenal dengan istilah baldatun thayyibatun
warabbun ghafur. Istilah tersebut dituliskan dalam Alquran surat Saba’ (34) ayat 15:
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka
dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun”
38
Karakteristik Ekonomi Islam
a. Adil
Menurut Alquran dan hadis, adil bukan semata merupakan hasil kesepakatan
sosial. Secara ringkas, adil dimaknai sebagai “suatu keadaan dimana
terdapat keseimbangan atau proporsional di antara semua penyusun sistem
perekonomian, perlakuan terhadap individu secara setara (lawan kata dari
non-diskriminatif) baik dalam kompensasi, hak hidup layak dan hak menikmati
pembangunan,serta pengalokasian hak, penghargaan, dan keringanan
berdasarkan kontribusi yang diberikan”.
b. Tumbuh Sepadan
Ekonomi tumbuh sepadan mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang setara
dengan fundamental ekonomi negara, yaitu pertumbuhan yang seimbang
antara sektor keuangan dan sektor riil, sesuai dengan kemampuan produksi
dan daya beli masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak harus tinggi atau
cepat, namun stabil dan berkesinambungan. Eksploitasi sumber daya secara
berlebihan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dalam jangka
pendek namun tidak berkesinambungan. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi harus memperhatikan keseimbangan alam dan lingkungan serta
keberlanjutan pembangunan antargenerasi.
c. Bermoral
Bermoral atau berakhlak mulia ditunjukkan dengan adanya kesadaran dan
pemahaman setiap anggota masyarakat terhadap kepentingan bersama dan
kepentingan jangka panjang yang lebih penting daripada kepentingan individu.
Moral Ekonomi Islam didasarkan pada kesadaran yang bersumber dari ajaran
agama Islam, bahwa kerelaan untuk mengikuti petunjuk Allah, kerelaan
mengorbankan kepentingan diri, mengedepankan kepentingan pihak lain yang
pada hakikatnya justru akan membawa diri sendiri kepada kesuksesan yang
hakiki yaitu kesuksesan dunia dan akhirat.
d. Beradab
Perekonomian Islam juga perekonomian yang beradab, yaitu perekonomian
yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa seperti tradisi dan budaya baik
yang diwariskan oleh nenek moyang negeri selama tidak bertentangan dengan
moralitas Islam.
Tujuan akhir ekonomi Islam adalah sama dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashid al-syari’ah), yaitu mencapai kebahagian di dunia dan akhirat melalui suatu
tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyatan toyyibah). Maqashid al-syari’ah
39
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kelima maslahat tersebut pada dasarnya merupakan sarana yang sangat dibutuhkan bagi
kelangsungan kehidupan yang baik dan terhormat, dan jika kelima kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi maka manusia tidak akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
Setiap hal yang menjadi perantara terjaganya lima maslahat ini, dibagi menjadi tiga
tingkatan kebutuhan yaitu:
1. kebutuhan pokok (al-dhorruriyat);
2. kebutuhan sekunder (al-hajiyat); dan
3. kebutuhan tersier (al-tahsinat).
RENUNGAN
Diperkirakan bahwa 1 dari 20 orang dewasa, atau 250 juta orang berusia antara 15
dan 64 tahun, menggunakan setidaknya satu obat terlarang narkoba pada tahun
2014. Kira-kira setara dengan gabungan populasi Prancis, Jerman, Italia dan Inggris.
Tanaman obat yang paling banyak dibudidayakan terus menjadi ganja (ada di 129
negara), opium (di 49 negara) dan kokain (ada di 7 negara di Amerika). Negara-
negara maju pun tidak lepas dari peredaran obat terlarang ini. Dilaporkan oleh
UNODC, kantor kriminal dan obat terlarang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
bahwa jumlah tangkapan obat terlarang di seluruh dunia ada kecenderungan
meningkat meskipun perkembangan ekonomi dan teknologi juga meningkat.
Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan produksi empat jenis narkoba
yaitu opium, kokain, ganja, stimulan tipe Amfetamindan (ATS).
40
Karakteristik Ekonomi Islam
Sumber: https://www.unodc.org/doc/wdr2016/WORLD_DRUG_REPORT_2016_web.pdf
Nilai dasar ekonomi Islam diturunkan dari inti ajaran Islam yaitu tauhid. Prinsip tauhid
ini melahirkan keyakinan bahwa kebaikan perilaku manusia adalah karena kemurahan
Allah, segala aktvitas manusia didunia ini termasuk ekonomi hanya dalam rangka untuk
mengikuti petunjuk Allah SWT. Nilai tauhid ini diterjemahkan menjadi empat nilai dasar
yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya, yaitu:
1. Kepemilikan
Dalam konsep Islam, segala sesuatu pada hakikatnya adalah milik absolut Allah (QS
Yunus (10): 55). Adapun manusia berperan sebagai khalifah, yang diberi kepercayaan
dalam mengelolanya sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 195
yang artinya:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
41
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Meskipun hakikatnya harta milik Allah, namun manusia mendapatkan hak atas
kepemilikan pribadi terhadap hasil dari usaha, tenaga dan pemikirannya, berupa
harta, baik yang didapatkan melalui proses pemindahan kepemilikan berdasarkan
transaksi ekonomi maupun hibah atau warisan. Islam sangat menghormati hak
kepemilikan pribadi sekaligus menjaga keseimbangan antara hak pribadi, kolektif,
dan negara. Pemahaman bahwa hakikat harta milik Allah penting dalam Islam
karena Islam sangat menganjurkan kegiatan kedermawanan.
Oleh karena itu, maka kecenderungan manusia untuk menumpuk harta dikendalikan
dalam Islam dan diarahkan untuk mendorong berkembangnya sedekah dan
perniagaan, sebagaimana firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An Nisa (4): 29)
Sementara tujuan individual atas hasil usaha ekonomi dibatasi agar tidak berlebihan,
tujuan sosial diupayakan maksimal dengan menafkahkan sebagian hartanya untuk
42
Karakteristik Ekonomi Islam
kepentingan bersama, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat
267 dan 268:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.”
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengatahui.”
43
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Prinsip ekonomi Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur atau
kerangka ekonomi Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis. Prinsip ini berfungsi
sebagai pedoman dasar bagi setiap individu dalam berperilaku ekonomi, namun agar
manusia dapat menuju falah, perilaku manusia perlu diwarnai dengan spirit dan norma
ekonomi Islam yang tercermin dalam nilai-nilai ekonomi Islam.
44
Karakteristik Ekonomi Islam
Nilai-nilai ekonomi syariah yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan didasari oleh
fondasi akidah, akhlaq dan syariat (aturan/hukum) dapat disarikan lebih lanjut dan
diformulasikan menjadi 6 (enam) prinsip dasar (guiding principles) ekonomi dan
keuangan syariah beserta 5 (lima) perangkat instrumennya. Keenam prinsip dasar
tersebut memiliki keterkaitan dengan perangkat instrumen ekonomi dan keuangan
syariah, dimana masing-masing instrumen memiliki fungsi yang mencerminkan
penerapan keenam prinsip dasarnya.
1. Instrumen Zakat
Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi persyaratannya.
Secara bahasa, zakat berasal dari kata dasar zaka yang berarti tumbuh, bersih dan
baik (Qaradawi, 1999). Menurut istilah fikih, zakat mengacu pada bagian kekayaan
yang ditentukan oleh Allah untuk didistribusikan kepada kelompok tertentu,
sehingga secara fikih maka zakat secara umum berarti pengeluaran yang diwajibkan
atas harta tertentu kepada pihak tertentu dengan cara tertentu. Kajian akademik
ini tidak akan menguraikan penjelasan aspek fikih zakat secara lengkap, namun
hanya akan menjelaskan fungsi implementasi instrumen zakat dalam perekonomian
secara makro.
Instrumen zakat memiliki 2 (dua) fungsi yang menjadi prinsip dasar pertama dan
kedua, yaitu:
45
Ekonomi dan Keuangan Syariah
46
Karakteristik Ekonomi Islam
Berdasarkan hal tersebut, maka investasi sektor riil hanya dapat menguntungkan jika
hasil yang didapatkan bernilai lebih tinggi dari suku bunga yang ditetapkan. Hal ini
menyebabkan investasi yang memberikan hasil di bawah suku bunga tidak akan layak.
Selain riba melanggar prinsip keadilan, dimana hanya satu pihak yang menanggung
risiko, riba juga dapat menghambat bergulirnya kegiatan perekonomian, khususnya
di sektor riil. Fenomena ini bahkan mendorong beberapa negara menerapkan suku
bunga negatif dengan tujuan untuk mendorong investasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka instrumen pelarangan atas riba terkait dengan
prinsip dasar yang ketiga yaitu:
47
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Sementara sedekah bersifat lebih luas yaitu mengeluarkan harta atau bantuan
material maupun non material seperti misalnya menolong dengan tenaga dan
pemikiran secara bersungguh-sungguh. Sedekah berasal dari kata shidq yang
berarti benar. Sedangkan wakaf merupakan benda bergerak ataupun tidak bergerak
yang disediakan untuk kepentingan umum sebagai pemberian yang ikhlas, seperti
yang dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Sama halnya dengan
instrumen zakat, naskah akademik ini tidak akan menguraikan penjelasan aspek
fikih infak, sedekah, dan wakaf, namun hanya akan menjelaskan dalam konteks
perekonomian secara makro.
Instrumen infak, sedekah, dan wakaf yang dikeluarkan secara sukarela untuk
kepentingan masyarakat secara umum, dapat memberikan kemanfaatan yang besar
bagi perekonomian jika dapat dikelola secara produktif dan optimal. Implementasi
instrumen infak, sedekah, dan wakaf memiliki fungsi yang terkait dengan prinsip
dasar yang kelima, yaitu:
48
Karakteristik Ekonomi Islam
Implementasi dari prinsip dasar ini jika dikelola secara optimal dan produktif
akan menambah sumber daya publik dalam kegiatan aktif perekonomian.
Kepatuhan atas instrumen aturan transaksi muamalah ini berkaitan dengan fungsi
pada prinsip dasar keenam, yaitu:
49
Ekonomi dan Keuangan Syariah
RANGKUMAN
1. Sistem ekonomi Islam dibangun dengan tujuan yang suci, dituntun oleh ajaran Islam
dan dicapai dengan cara-cara yang dituntun pula dalam ajaran Islam. Hakikatnya
tujuan ekonomi Islam adalah membawa manusia untuk mencapai falah, yaitu
kesuksesan material immmaterial baik di dunia hingga di akhirat. Pencapaian falah
dilakukan berdasarkan landasan iman dan Islam serta ihsan yang melahirkan nilai-
nilai (Islamic Values) dan prinsip-prinsip (Islamic Principles) ekonomi Islam.
2. Untuk mencapai falah, maka kehidupan manusia di dunia ini harus dilindungi.
Karena itulah syariah Islam diturunkan untuk menjaga lima kemaslahatan pokok dan
inilah yang menjadi tujuan syariah (maqasid syariah). Tujuan syariah yang masyhur
ada lima, yaitu perlindungan terhadap (1) agama (Al-dien), (2) akal intelektualitas
(Al-’aql), (3) jiwa manusia (Al-Nafs), (4) kelangsungan keturunan (Al-nasl) dan Harta
(Al-maal).
3. Wujud konkrit yang diharapkan dari ekonomi Islam adalah lahirnya sistem
perekonomian yang adil tumbuh sepadan, bermoral dan berperadaban Islam.
Perekonomian Islam bukan mengejar pertumbuhan semata atau pemerataan
semata, namun mengutamakan adanya proporsionalitas sehingga tercapai
kesinambungan pertumbuhan ekonomi yang dibangun atas kegiatan ekonomi yang
bermoral dan berperadaban Islami.
4. Moral menempati posisi yang penting ekonomi Islam karena moralitas merupakan
tujuan puncak dari seluruh ajaran Islam. Moral Islam terbentuk bukan sekedar dari
kesepakatan sosial namun dari dasar keimanan dan keIslaman. Iman dan Islam
inilah yang diharapkan akan melahirkan sifat ihsan, yang merupakan nilai-nilai dasar
50
Karakteristik Ekonomi Islam
KONSEP-KONSEP PENTING
• Al-Falah
• Maqasid Syariah dan maqasid al-amwal
• Maslahat dan Berkah
• Nilai Dasar Ekonomi Islam
• Prinsip Ekonomi Islam
• Kebijakan Dasar Ekonomi Islam
• Riba, Maysir dan Gharar
• Al-Hisbah
51
Ekonomi dan Keuangan Syariah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan falah! Dalam Alquran terdapat ayat yang
berbunyi baldatun thayyibah warabbun ghafur, jelaskan kandungan ayat tersebut
dan hubungkan dengan perekonomian saat ini!
2. Ada empat kata kunci dari jati diri perekonomian Islam. Jelaskan masing-masingnya!
3. Nilai-nilai dasar ekonomi Islam diturunkan dari inti ajaran Islam menjadi tauhid.
Tauhid kemudian diterjemahkan kedalam tiga nilai dasar yang membedakan antara
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya yaitu? Jelaskan!
4. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pokok yang akan menjadi pembangun struktur
atau kerangka ekonomi Islam!
5. Jelaskanlah Aturan Transaksi Pasar di Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW
dalam bertransaksi atas dasar kerjasama dan keadilan!
PENUGASAN
52
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
Bab.4
KEGIATAN KONSUMSI
MENURUT ISLAM
A. KEGIATAN KONSUMSI
S
egala tindakan untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan (utility) suatu
benda, baik secara langsung atau tak langsung, pada pemuasan terakhir dari
kebutuhannya, seperti membeli makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan
lainnya. Kegiatan konsumsi ini bertujuan hanya untuk memenuhi kepuasan saja. Oleh
karena itu, semakin tinggi nilai dari barang yang dibeli maka semakin tinggi kepuasan
yang akan diraih. Apabila hal ini selalu diterapkan maka akan condong kepada konsumsi
yang selalu mementingkan diri sendiri dan menyingkirkan kepentingan orang lain,
padahal sebagai manusia sudah sewajarnya kita hidup bersosial dan saling tolong
menolong. Selain itu juga, batasan dalam konsumsi hanya akan ditentukan pada tingkat
pendapatan yang siap dibelanjakan, dan tidak mementingkan halal atau haram maupun
kepentingan sosialnya.
Pengertian konsumsi dalam ekonomi Islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani
maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai
hamba Allah untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat
(falah). Dalam melakukan konsumsi maka prilaku konsumen terutama muslim selalu dan
harus di dasarkan pada Syariah Islam. Dasar prilaku konsumsi itu antara lain:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang
telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya” (QS. Al-Maidah (5): 87-88)
Kegiatan konsumsi atau berbelanja menurut Islam boleh dimaksudkan untuk banyak hal
selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Memenuhi
kebutuhan ataupun keinginan pribadi pun diperbolehkan dalam berbelanja, selama hal
53
Ekonomi dan Keuangan Syariah
itu tidak melanggar ketentuan syariat atau hal-hal yang diharamkan, dan tidak menggangu
kepentingan orang lain dan lingkungan. Namun, hal yang lebih dianjurkan dalam Islam
adalah melakukan kegiatan konsumsi untuk tujuan-tujuan meraih atau memaksimalkan
kemaslahatan dan bukan sekadar mengejar kepuasan pribadi. Terkadang dalam
berkonsumsi, seorang yang beriman terpanggil untuk mengonsumsi barang dengan
maksud sebatas mendapatkan berkah meskipun kepuasan pribadi tidak diperoleh.
Misalkan, beberapa muslim yang tinggal di negara dengan penduduk minoritas muslim
seperti di Eropa dan di Amerika, rela untuk mengeluarkan biaya yang mahal sekadar
untuk mendapatkan makanan yang halal. Biaya yang lebih mahal dikeluarkan untuk
biaya transportasi yang lebih jauh dan harga yang lebih mahal.
B. TUJUAN KONSUMSI
Dalam teori konsumsi kapitalisme, setiap terjadi kegiatan konsumsi diasumsikan selalu
memiliki tujuan untuk memperoleh kepuasan (utility). Utility secara bahasa berarti
berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan (advantage).
Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan barang yang dirasakan oleh
seorang konsumen ketika mengonsumsi sebuah barang. Kegunaan ini bisa dirasakan.
Kegunaan ini bisa juga dirasakan sebagai rasa ”tertolong” dari suatu kesulitan karena
mengonsumsi barang tersebut, sebagai contoh ketika kita sedang bepergian di tengah
hutan, tiba-tiba kita merasa haus dan di saat yang bersamaan persediaan air kita habis.
Tentu secara naluri kita langsung mencari sumber air untuk kita minum, setelah kita
menemukan sumber air dan meminumnya timbulkan rasa tertolong dari air yang kita
minum, yaitu tertolong dari rasa haus yang mencekik. Karena ada rasa inilah seringkali
utilitas atau manfaat dimaknai sebagai rasa puas atau kepuasan yang dirasakan oleh
seorang konsumen. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan dan utilitas/manfaat
dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibat yang ditimbulkan oleh
utilitas/manfaat.
Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah
kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk meningkatkan
stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan menjadikan konsumsi itu bernilai
ibadah yang dengannya manusia mendapatkan pahala. Sebab hal-hal yang mubah bisa
menjadi ibadah jika disertai niat pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, seperti: makan,
54
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
tidur dan bekerja, jika dimaksudkan untuk menambah potensi dalam mengabdi kepada
Ilahi. Dalam ekonomi islam, konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang seorang muslim
tidak bisa mengabaikannya dalam merealisasikan tujuan yang dikehendaki Allah dalam
penciptaan manusia, yaitu merealisasikan pengabdian sepenuhnya hanya kepada-Nya,
sesuai firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menghamba
kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56)
Karena itu tidak aneh, bila Islam mewajibkan manusia mengkonsumsi apa yang dapat
menghindarkan dari kerusakan dirinya, dan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang dibebankan Allah kepadanya.
Dalam konsumsi menurut Islam seluruh perilaku konsumsi diharuskan harus sesuai
dengan nilai dan prinsip ajaran Islam. Misalnya, dalam aspek memperhatikan orang lain
dalam melakukan konsumsi, hal ini diatur dalam hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Dari Abū Dzarr radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, beliau berkata: Rasūlullāh SAW bersabda:
“Jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-
tetanggamu,” (HR. Muslim, No.1492).
Hadis di atas menjelaskan perilaku konsumsi Islam ketika sedang membuat makanan.
Rasulullah SAW menyuruh kita masak sayur atau daging agar banyak kuahnya. Karena jika
kita sedang memasak sayur atau daging tersebut, kemudian aromanya masuk ke rumah
tetangga maka akan timbul rasa ingin memakannya, maka saat itulah kita diharuskan
untuk membaginya walaupun hanya sebatas kuahnya saja.
Dalam hadis yang lain juga dijelaskan bahwa diharamkan seorang muslim untuk hidup
bermewah dengan cara-cara yang tidak benar, termasuk dalam hal makanan. Misalnya,
hidup bermewah-mewah namun tidak mau berbagi kepada fakir miskin. Dalam Alquran
Surah Al-Taubah (9) ayat 34, Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah SWT, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih.”
55
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Setiap rumah tangga pasti dihadapkan pada 4 (empat) keputusan konsumsi, yaitu:
a. berapa banyak barang atau jasa yang akan dibeli atau dikonsumsi;
b. berapa banyak waktu akan dialokasikan untuk bekerja mendapatkan uang;
c. berapa banyak pendapatan akan dibelanjakan saat ini dan ditabung untuk masa
mendatang; dan
d. berapa banyak pendapatan yang akan dibelanjakan untuk keperluan pribadi dan
keperluan sosial?
Keputusan rumah tangga tentang berapa jumlah output, atau produk tertentu yang
diminta tergantung pada sejumlah faktor:
a. harga produk yang dimaksud;
b. penghasilan dan kekayaan rumah tangga yang tersedia;
c. harga barang lain yang terkait;
d. selera dan preferensi rumah tangga;
e. harapan rumah tangga tentang pendapatan, kekayaan, dan harga di masa depan;
dan
f. manfaat dan kebaikan (berkah) dari mengonsumsi barang tersebut.
Keenam aspek merupakan faktor-faktor yang telah disepakati dan dijelaskan oleh
teori ekonomi konvensional. Sedangkan aspek manfaat dan kebaikan (berkah) barang
merupakan hal yang diabaikan oleh teori konvensional sebagai penentu perilaku
konsumsi. Oleh karena itu, kita akan membahas keenam aspek yang berpengaruh
terhadap jumlah barang yang dibeli oleh konsumen.
2. Harga Produk
Menurut teori konvensional, harga barang merupakan faktor utama dalam menentukan
permintaan. Hukum Permintaan adalah hukum yang menyatakan adanya hubungan
negatif antara harga dan kuantitas yang diminta: jika harga meningkat, jumlah yang
diminta menurun dan seiring turunnya harga maka kuantitas yang diminta meningkat.
Hukum ini pertama kali dikenalkan oleh ekonom Alfred Marshall pada tahun 1890.
Teori ekonomi menjelaskan sebab konsumen memutuskan untuk membeli barang lebih
sedikit ketika harganya naik:
56
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
a. Ketika harga suatu barang meningkat, maka pengorbanan yang kita berikan
untuk mendapatkan barang tersebut dibandingkan dengan barang lain juga
meningkat. Maka konsumen akan memikirkan alternatif barang lain untuk dapat
memenuhi kebutuhannya dan menurunkan permintaan barang pertama. Besarnya
pengorbanan yang dilakukan ini disebut dengan biaya oportunitas (opportunity cost)
dan digunakan untuk mengukur seberapa bernilaikah barang itu bagi seseorang;
Dengan mengasumsikan bahwa faktor selain harga tidak berubah atau konstan (ceteris
paribus) maka disusunkan kurva permintaan, yaitu kurva yang menghubungkan antara
jumlah barang/jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga.
57
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kurva permintaan air minum oleh Malik di atas menunjukkan hubungan negatif antara
tingkat harga dan jumlah liter air per pekan. Kurva itu berpotongan dengan sumbu
kuantitas (horizontal) di angka 22 yang artinya jumlah air minum yang diminta oleh
Malik adalah sejumlah 22 liter per pekan jika air tersebut harganya nol atau gratis. Ini
menujukkan bahwa makin banyak air yang dikonsumsi maka makin sedikit tambahan
kepuasan yang diperoleh dan karenanya semakin sedikit pengorbanan yang akan
diberikan, yaitu dalam bentuk harga yang lebih rendah. Di sisi lain, kurva ini juga
berpotongan dengan sumbu vertikal (harga air minum per liter) pada angka 6 (yaitu
Rp6.000,00). Hal ini artinya ketika harga air per liter mencapai enam ribu rupiah per liter,
maka Malik menurunkan permintaanya hingga nol. Ini menujukkan bahwa kendala yang
menjadi pertimbangan Malik dalam membeli air minum adalah sebatas anggaran atau
pendapatan.
Selain harga, ada empat faktor yang diyakini oleh teori konvensional berpengaruh
penting terhadap permintaan yaitu pendapatan dan kekayaan konsumen, harga barang
lain yang terkait, selera konsumen, dan pengharapan konsumen. Sedangkan Islam
menekankan adanya faktor lain yang lebih penting berpengaruh dalam konsumsi yaitu
kandungan maslahat dalam barang.
a. Pendapatan Konsumen
Pengaruh pendapatan konsumen terhadap permintaan bergantung pada sifat
barang tersebut apakah merupakan barang normal ataukah barang inferior. Barang
normal, yaitu barang yang makin disukai ketika seseorang bertambah kekayaan atau
pendapatannya, ceteris paribus. Sedangkan barang inferior adalah yaitu barang yang
makin tidak disukai ketika seseorang bertambah kekayaan atau pendapatannya,
ceteris paribus.
58
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
Sementara itu, barang komplementer taksi adalah bahan bakar minyak (BBM) atau
sparepart mobil. Maka jika harga BBM naik maka permintaan terhadap taksi akan
turun. Sebaliknya, jika harga barang komplementer taksi turun maka permintaan
terhadap taksi tersebut akan naik.
c. Selera Konsumen
Selera konsumen menempati posisi yang penting dalam menentukan permintaan
terhadap suatu barang. Selera menunjukan tingkat kesukaan seseorang terhadap
suatu barang atau jasa. Menurut ekonom pada umumnya, selera bersifat subjektif
dan bergantung pada nilai-nilai yang diyakini seseorang dan faktor-faktor eksternal
nonekonomi, seperti latar belakang tradisi, budaya, dan pendidikan. Selera tidak
bergantung pada harga atau pendapatan seseorang. Bahwa hampir di setiap
daerah memiliki makanan khas masing-masing yang menjadi selera konsumen lokal
memperkuat kenyataan bahwa selera tidak tergantung pada harga dan pendapatan
seseorang.
59
Ekonomi dan Keuangan Syariah
yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Maka seorang muslim yang beriman dan taat semestinya akan kehilangan selera
terhadap makanan-makanan yang mengandung atau berbahan baku babi, bangkai,
darah atau binatang yang menjijikkan tersebut, sekalipun makanan tersebut dijual
dengan harga murah dan dengan kualitas yang sangat baik.
Maslahat merupakan tujuan dalam meraih faläh. Dalam praktiknya, maslahat dalam
kehidupan di dunia ini ada yang dapat diobservasi atau dirasakan ataupun dijelaskan
dengan logika, namun juga ada maslahat yang tidak dapat langsung diobservasi atau
dilogika. Maslahat tipe pertama ini disebut dengan istilah manfaat, sedangkan maslahat
jenis kedua disebut dengan berkah.
Untuk mempelajari tentang maslahat dalam konsumsi, dapat kita mulai dengan
memperkirakan bahwa seorang konsumen muslim akan cenderung memilih barang dan
jasa yang memberikan maslahat maksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas Islam
bahwa membiarkan hilangnya potensi kemaslahatan termasuk tindakan pemborosan
yang bisa membuat seseorang merugi di akhir kehidupannya.
60
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
Misalnya, ketika seorang menonton televisi di pagi hari, maka bisa memilih channel
mengenai berita politik dan hukum, berita kriminal atau hiburan musik. Setiap jenis
siaran tersebut dapat memberikan manfaat bagi kita, baik manfaat untuk menambah
informasi maupun kepuasan psikis. Penambahan informasi dan kepuasan psikis inilah
yang disebut dengan kandungan manfaat pada maslahat. Namun di sisi lain kegiatan
menonton TV ini dapat memberikan berkah seperti ketika kita memilih menonton TV
yang menayangkan berita baik, maka akan didapatkan kedua-duanya yaitu kepuasan
psikis dan berkah sekaligus. Karena dengan berita baik, maka kita yang menonton akan
terselamatkan dari potensi perbuatan buruk, seperti berpikiran buruk, menceritakan hal
yang buruk hingga mencontoh perbuatan buruk.
Contoh lainnya adalah ketika kita membeli es krim. Barangkali menikmati satu porsi
es krim sendirian akan lebih memuaskan daripada berbagi es krim kepada orang lain.
Namun, ketika kita mau berbagi es krim, khususnya kepada kawan yang menginginkan
tetapi tidak mampu membelinya, maka kita akan mendapatkan kenikmatan baru
yaitu membaiknya hubungan pertemanan meskipun kepuasan pribadinya mungkin
berkurang. Membaiknya hubungan pertemanan ini merupakan bentuk kemaslahatan
yang berwujud kemanfaatan sosial (al-nasl). Kalau peduli kepada maslahat, pasti akan
memilih membeli dua buah es krim harganya lebih murah daripada sebuah es krim
dengan harga dua kali lipat agar bisa berbagi kepada orang lain.
61
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kandungan maslahat dari suatu barang dan jasa adalah adanya sifat berkah dan manfaat
sedangkan dalam kandungan pada kepuasan hanya ada aspek manfaat saja. Contohnya:
sebut saja Ahmad dan Michael, pada suatu waktu mereka berdua membeli gule kambing
untuk berbuka puasa di tempat yang berbeda-beda. Ahmad membeli gule kambing di
sebuah restoran yang telah dijamin kehalalannya, baik dalam hal penyembelihan maupun
dalam memasak daging kambing, seluruhnya telah diproses sesuai aturan syariah.
Hal berbeda dilakukan oleh Michael, Michael membeli gule kambing di restoran yang
tidak terjamin kehalalannya. Hal ini dilakukan karena Michael orang yang tidak peduli
terhadap masalah kehalalan. Dari contoh tersebut kita dapat menyimpulkan dalam
segi manfaat, apa yang dibeli oleh Ahmad dan Michael sama-sama memiliki manfaat
yang sama dalam bentuk makanan gule kambing. Namun, maslahat yang diterima oleh
Ahmad lebih besar daripada maslahat yang diterima oleh Michael, karena ada aspek
kehalalan yang menjadi berkah pada makanan yang dibeli Ahmad.
Islam mendefinisikan secara jelas apakah itu keinginan dan apakah itu kebutuhan.
Keinginan atau kemauan manusia dikenal dengan istilah hawa nafsu. Dalam terminologi
Alquran dan hadis, istilah ‘hawa’ digunakan untuk mengungkapkan sisi negatif atau
keburukan dari jiwa manusia. Hawa diartikan sebagai kemauan nafsu manusia yang
menuntuk untuk dipenuhi dan jika terpenuhi maka manusia akan merasakan adanya
kenikmatan. Beberapa ayat dalam Alquran menjelaskan mengenai peran hawa nafsu
bagi manusia.
“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan,” (QS. Shaad (38):26).
Itulah keinginan atau hawa nafsu, yang menurut ekonomi konvensional merupakan hal
yang semestinya dipenuhi. Sebaliknya, Islam memberikan peringatan atas bahayanya
keinginan atau hawa nafsu karena hal itu bisa menjerumuskan manusia kepada kehinaan
atau menjadi budaknya nafsu. Alquran menjelaskan bahwa hawa nafsu itu seperti
candu, semakin dipenuhi semakin ingin menambah lagi. Manusia akan berlomba untuk
berlomba-lomba memenuhi hawa nafsunya meskipun kematian sudah di ambang pintu,
seperti berlomba memperbanyak harta kekayaan, berlomba mencari dan meningkatkan
kekuasaan, berlomba memamerkan kepandaian, berlomba dengan kecantikan atau
62
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
keperkasaan, dan seterusnya. Alquran Surah At-Takatsur (102) ayat 1-4 menyatakan:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui.”
Makna dari bermegah-megahan adalah dalam soal banyak harta, anak, pengikut,
kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan manusia dari ketaatan kepada Allah
SWT. Pemburu hawa nafsu diibaratkan seperti orang yang buta dan tuli, tidak mampu
mendengar dan melihat apa-apa yang baik bagi nasibnya di akhirat kelak.
Oleh karena itu, peran utama manusia adalah mengenalikan hawa nafsunya agar jiwa
(nafsunya) mau mengikuti fitrah (kecenderungan positif) manusia, yaitu kecenderungan,
hasrat dan gaya tarik manusia menuju dan mengenal Allah Sang Pencipta dan meraih
kemuliaan akhlak sepeti kesetiaan, harga diri, bermurah hati dan sebagainya. Pemenuhan
terhadap fitrah akan mendatangkan kebaikan pada manusia itu sendiri, yang oleh para
ulama disebut dengan istilah maslahat.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara karakteristik Kepuasan
dan maslahat seperti dalam tabel di bawah ini.
63
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Sebagai contoh, ketika seseorang mengonsumsi obat untuk kesehatan tubuhnya, maka
ia secara langsung akan mendapat maslahat secara fisik, yaitu kesehatan. Jika obat
tersebut disukai atau diinginkan, maka konsumen akan merasakan maslahat sekaligus
kepuasan. Namun jika orang tersebut tidak menyukai rasa dari obat tersebut, maka ia
akan mendapatkan maslahat saja dan tidak memperoleh kepuasan.
Di sisi lain, maslahat dalam konsumen muncul ketika kebutuhan riil terpenuhi, yang belum
tentu dapat dirasakan sesaat setelah melakukan konsumsi. Misalnya, ketika konsumen
membeli barang-barang tahan lama, seperti sepeda motor, kebutuhan riil baru diketahui
setelah sepeda motor dipergunakan berkali-kali, misalnya daya tahan sparepart, faktor
keamanan, nilai purna jual dan sebagainya. Inilah maslahat yang bisa dirasakan langsung
di dunia, yaitu berupa maslahat fisik atau material. Kepuasan yang dirasakan konsumen
karena murahnya harga atau desain yang menarik namun tidak awet adalah merupakan
kepuasan yang lahir karena kebutuhan semu atau jangka pendek.
Maslahat yang diperoleh konsumen ketika membeli barang dapat berbentuk satu di
antara hal berikut:
1. Manfaat material, yaitu berupa diperolehnya tambahan harta bagi konsumen akibat
pembelian suatu barang/jasa. Manfaat material ini bisa berbentuk murahnya harga,
potongan harga, murahnya biaya transportasi dan semacamnya. Larisnya pakaian
dan sepatu obral menunjukkan dominannya manfaat material yang diharapkan oleh
konsumen.
2. Manfaat fisik dan psikis, yaitu berupa terpenuhinya kebutuhan fisik atau psikis
manusia, seperti rasa lapar, haus, kedinginan, kesehatan, keamanan, kenyamanan,
harga diri dan sebagainya. Mulai berkembangnya permintaan rokok kadar rendah
nikotin, kopi kadar rendah kafein menunjukkan adanya manfaat fisik atau manfaat
kesehatan pada rokok dan kopi.
3. Manfaat intelektual, yaitu berupa terpenuhinya kebutuhan akal manusia ketika ia
membeli suatu barang/jasa, seperti kebutuhan tentang informasi, pengetahuan,
64
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
ketrampilan dan semacamnya. Sebagai misal permintaan surat kabar, alat ukur
suhu, timbangan dan sebagainya.
4. Manfaat terhadap lingkungan (intra generation) yaitu berupa adanya eksternalitas
positif dari pembelian suatu barang/jasa atau manfaat yang bisa dirasakan oleh
selain pembeli pada generasi yang sama. Misalnya mobil wagon dibandingkan
dengan mobil sedan memiliki manfaat eksternal lebih tinggi yaitu memiliki kapasitas
untuk mengangkut banyak penumpang misalnya kerabat dekat atau tetangga.
5. Manfaat jangka panjang, yaitu terpenuhinya kebutuhan duniawi jangka panjang
atau terjaganya generasi masa mendatang terhadap kerugian akibat dari tidak
membeli suatu barang/jasa. Pembelian bahan bakar biologis (bio-gas), misalnya,
akan memberikan manfaat jangka panjang berupa bersihnya lingkungan meskipun
dalam jangka pendek konsumen harus membayar dengan harga lebih mahal.
Di samping itu, kegiatan konsumsi terhadap barang/jasa yang halal dan bermanfaat
(thayyib) akan memberikan berkah bagi konsumen. Berkah ini akan hadir jika seluruh
hal berikut ini dilakukan dalam konsumsi:
1. Barang/jasa yang dikonsumsi bukan merupakan barang haram. Barang yang
diharamkan disebabkan bisa karena fisiknya dan bisa juga dikarenakan selain fisik.
Barang yang diharamkan karena fisiknya dijelaskan dalam Alquran dan hadis, di
antaranya adalah daging babi, darah, bangkai, binatang yang dibunuh atas nama
selain Allah atau dipukul, binatang buas, binatang yang menjijikan dan jalalah
(pemakan kotoran). Beberapa barang diharamkan selain karena fisiknya di antaranya
adalah perjudian, riba, zina, dan barang-barang yang najis atau merusak.
2. Diniatkan untuk beribadah atau mendapatkan rida Allah.
3. Menerapkan moralitas Islam, seperti tidak berlebih-lebihan (israf).
Sebagaimana diuraikan di bab sebelumnya, bahwa maslahat terdiri dari manfaat dan
berkah:
65
Ekonomi dan Keuangan Syariah
bahwa pahala kebaikan yang akan diterima minimal adalah 10 kali, bahkan dapat
dilipatgandakan 700 kali. Nabi pernah bersabda dalam suatu hadis yang artinya:
“Apabila seseorang masuk Islam, kemudian Islamnya menjadi baik, niscaya Allah SWT
menghapus segala kejahatannya. Sesudah itu setiap kebaikan dibalas 10 hingga 700
ganda. Sedangkan kejahatan dibalas hanya setimpal dengan kejahatan itu, kecuali pula
kalau Allah SWT memaafkannya,” (HR. Bukhari).
Tabel 4.2. ini memberikan ilustrasi mengenai hal ini, dengan asumsi besarnya pahala
adalah 10 unit dan tidak menurun.
Sebagai misal, ketika Ahmad membeli sebuah surat kabar, maka ia akan mendapatkan
manfaat berupa informasi sejumlah informasi yang berguna, misalnya senilai 10. Ketika
ia membeli dua surat kabar, maka ia akan mendapatkan tambahan manfaat senilai 8.
Semakin banyak surat kabar yang Ahmad beli, maka tambahan manfaatnya (misalnya
informasi) akan semakin berkurang. Demikian seterusnya sehingga besarnya manfaat ini
bisa dituliskan sebagaimana dalam tabel 4.2 kolom 2.
Di sisi lain, ketika Ahmad bertujuan baik dalam membeli surat kabar dan diniatkan untuk
beribadah (menambah ketakwaan kepada Allah dan untuk membantu orang lain), maka
Ahmad akan mendapatkan berkah ketika membeli. Andaikan pahala dalam pembelian
surat kabar senilai 10, maka maslahat yang akan diterima Ahmad adalah penjumlahan
dari manfaat dan berkah. Maslahat ini akan selalu meningkat selama jumlah barang
yang dikonsumsi masih dalam batas-batas yang diperbolehkan atau tidak berlebih-
66
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
lebihan. Dalam kasus terjadi pembelian berlebih-lebihan maka nilai berkah akan turun
menjadi nol atau negatif dan hal ini berakibat pada menurunnya total maslahat yang
akan diperoleh.
Kegiatan muamalah yang mubah dapat berubah menjadi sunah ataupun makruh
bergantung pada tujuan atau niatnya3. Misalkan, ketika Michael membeli surat kabar
namun tidak diikuti dengan niat ibadah maka ia tetap akan mendapatkan manfaat atau
kepuasan dari pembelian, namun tidak mendapatkan pahala atas kegiatannya.
Tabel 4.3 Maslahat dari Membeli Surat Kabar Tanpa Niat Ibadah
1 10 0 0 0 10
2 18 0 0 0 18
3 24 0 0 0 24
4 28 0 0 0 28
5 30 0 0 0 30
6 32 0 0 0 32
7 32 0 0 0 32
8 30 0 0 0 30
Dalam tabel 4.3. di atas terlihat bahwa maslahat yang muncul dari kegiatan yang
digambarkan adalah hanya sebesar manfaat yang dirasakan oleh orang yang melakukan
hal itu. Hal ini disebabkan karena orang yang bersangkutan melakukan kegiatan tersebut
dengan tidak dilandasi dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Kondisi ini tidak diinginkan
oleh seorang muslim yang selalu mengejar maslahat.
3 Contohnya adalah hukum menikah pada asalnya adalah sunah atau dianjurkan oleh Nabi s.a.w. Namun hukum bisa
berubah menjadi wajib ataupun haram bergantung pada kondisi pelaku ataupun maksud dan dampak dari pernikahan.
Misalnya, ketika seseorang sudah dewasa dan mampu serta dikhawatirkan terjebak pada pergaulan bebas, maka
menikah adalah wajib hukumnya.
67
Ekonomi dan Keuangan Syariah
E. KURVA PERMINTAAN.
2. Sifat kepuasan adalah semakin dipenuhi maka akan semakin bertambah kepuasan
totalnya, namun tambahan kepuasan per unit konsumsinya akan semakin menurun.
Ibarat ketika kita membeli bakso berulang-kali maka kepuasan mangkok pertama
bakso adalah paling tinggi. Tambahan kepuasan dari bakso mangkok kedua adalah
lebih kecil daripada tambahan mangkok ketiga dan seterusnya. Hukum penurunan
kepuasan yang menurun ini yang mendasari disusunnya kurva permintaan. Kembali
kepada contoh di atas, ketika Michael membeli surat kabar namun tidak ada niat
untuk melakukan kebaikan dan ibadah, maka ia akan mendapatkan kepuasan senilai
dengan manfaatnya saja.
1 10 10
2 18 8 8
3 24 6 6
4 28 4 4
5 30 2 2
6 32 2 2
7 32 0 0
8 30 -2 -
68
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
uang, maka utilitas marginal merupakan nilai rupiah maksimal yang mau dibayarkan.
Misakan, ketika tambahan kepuasannya adalah turun dari 8 ke 6, maka pengorbanan
yang mau diberikan juga turun pula dari 8 ke 6. Maka kemauan bayar ini tidak lain
merupakan harga maksimal yang mau dibayarkan oleh Michael. Maka dengan
gambaran tersebut dapatlah dilukiskan permintaan, yang melukiskan hubungan
antara jumlah pembelian dengan harga yang mau dibayarkan4.
Kurva permintaan Islam diturunkan bukan dari konsep utilitas namun dari dari konsep
maslahat. Konsep maslahat tidaklah sama dengan konsep utilitas. Maslahat dalam
konsumsi tidak seluruhnya secara langsung dapat dirasakan, terutama maslahat
akhirat atau berkah. Adapun maslahat dunia manfaatnya sudah bisa dirasakan setelah
konsumsi. Dalam hal berkah, dengan meningkatnya frekuensi kegiatan maka tidak
4 Selain pendekatan cardinal, ada pula pendekatan lain seperti ordinal yang menyatakan bahwa kepuasan tidak bisa
diukur namun bisa dirasakan dan diperbandingkan. Pendekaan ini disebut dengan pendekaan ordinal.
69
Ekonomi dan Keuangan Syariah
akan ada penurunan berkah karena pahala yang diberikan Allah atas ibadah mahdhoh
ataupun atau amal saleh tidak pernah menurun. Sedangkan maslahat dunia akan
meningkat dengan meningkatnya frekuensi kegiatan namun pada level tertentu akan
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan manusia di dunia adalah
terbatas sehingga ketika konsumsi dilakukan secara berlebih-lebihan maka akan terjadi
penurunan maslahat duniawi.
Menurut Islam, melakukan suatu kegiatan konsumsi akan bisa menimbulkan dosa
ataupun pahala tergantung niat, proses dan produk yang dikonsumsi. Jika orang sadar
terhadap maslahat, maka setiap kegiatan akan diupayakan untuk selalu mendapatkan
maslahat, termasuk dalam konsumsi. Pertimbangan kepuasan atau kemanfaatan duniawi
semata bukan merupakan pertimbangan akhir dalam menentukan keputusan konsumsi,
namun aspek keberkahan akan diperhitungkan secara bersama-sama. Misalnya, ketika
sedang dalam keadaan letih dan lapar selesai berolahraga, kemudian menemukan rumah
makan yang menawarkan makanan yang sangat lezat dengan harga yang murah dan
terjangkau. Jika memiliki anggaran untuk makan sejumlah Rp100.000,00 dan dengan
diskon tersebut bisa mendapatkan seniai dua kali lipat. Pertanyaanya adalah apakah
akan dihabiskan uang Rp100.000,00 untuk makan saat itu hingga sangat puas? Ataukah
hanya akan membeli secukupnya dan mengunakan sisa uangnya untuk kebutuhan lain?
Berbeda dengan keinginan yang tidak pernah terpuaskan, kebutuhan kita ada batasnya.
Apalagi kebutuhan fisik seperti makanan. Jika konsumen peduli terhadap maslahat
maka akan menimbang apakah dengan menambah konsumsi tersebut akan menambah
kemaslahatan ataukah tidak. Jika kemaslahatan masih bertambah, maka ia pun masih
terus akan berkegiatan hingga maslahat tersebut tidak ada atau nol. Tambahan
kemaslahatan tidaklah menurun sebagaimana kepuasan, namun justru tetap atau
meningkat. Kemaslahatan akan menurun ketika keberkahan sudah mulai hilang, misalnya
ketika telah terjadi konsumsi secara berlebih-lebihan karena hal itu dilarang oleh Islam.
Kita ilustrasikan dengan menggunakan contoh seperti pada table 4.2. di atas dan kita
akan periksa mengenai maslahat dari kegiatan konsumsi yang bermuatan ibadah.
Dengan adanya aspek ibadah dalam konsumsi maka kegiatan tersebut akan dirasakan
mendatangkan berkah. Hal ini bisa dideteksi dari adanya pahala yang muncul sebagai
akibat dari kegiatan tersebut. Untuk mempermudah ilustrasi perhitungan, maka dalam
tabel-tabel berikut ini akan digunakan pendekatan formulasi yang disampaikan dalam
di atas.
70
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
Tabel 4.5.di atas menunjukkan bahwa Utilitas Marginal (UM) dan Maslahat Marginal
(MM) keduanya juga mengalami penurunan. Perbedaanya adalah, manfaat marginal
sedari awal sudah turun dan sudah mencapai angka negatif ketika pembelian di atas tujuh
buah. Ini menunjukkan bahwa ketika Ahmad membeli surat kabar hingga tujuh, maka ia
tidak mendapatkan tambahan manfaat lagi (misalkan surat kabar yang ketujuh tersebut
tidak memberikan informasi baru yang berguna lagi karena menyajikan informasi yang
sama dengan 6 surat kabar sebelumnya).
Lain halnya ketika Ahmad peduli terhadap maslahat, maka ia memperhatikan bahwa
ketika membeli surat kabar yang ketujuh dan kedelapan, masih mendapatkan
71
Ekonomi dan Keuangan Syariah
kemaslahatan meskipun manfaatnya sudah nol (misalnya surat kabar ketujuh dan
kedelapan memberikan manfaat kepada tetangga atau kerabat). Dalam contoh ini
tambahan kemaslahatannya masih 330 dan 170 unit. Mana keputusan Ahmad tetap
akan melakukan pembelian surat kabar hingga yang ke-8. Ia akan berhenti membeli
ketika tambahan maslahatnya negatif atau mendatangkan mudarat. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa:
Jika konsumen merasakan adanya maslahat dan menyukainya maka akan tetap rela
melakukan suatu kegiatan konsumsi meskipun manfaat dari kegiatan tersebut bagi
dirinya sudah tidak ada.
Setelah dibahas mengenai peran karakteristik maslahat dan perannya dalam kegiatan
konsumsi, kemudian akan dianalisis bagaimana permintaan konsumen Islam itu. Dalam
hal ini, akan dibatasi bahwa barang/jasa yang diminta oleh konsumen adalah sebatas
barang/jasa yang halal saja. Dengan membandingkan antara dua barang halal dan
substitusi, maka seorang konsumen Islam dalam memilih barang yang dikonsumsinya
akan mempertimbangkan jumlah maslahat total yang akan diperolehnya paling tinggi.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa jika terdapat peningkatan maslahat pada
suatu barang/jasa, maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat, dengan
menganggap faktor lainnya tidak berubah.
Kemudian apakah keterkaitan antara harga dan tingkat kemaslahatan? Jika terdapat
kenaikan harga suatu barang, maka konsumen merasakan adanya penurunan manfaat
material dari barang tersebut, yaitu berupa berkurangnya materi atau pendapatan
jika konsumen tersebut tetap membeli barang/jasa dalam jumlah yang sama. Oleh
karena itu, konsumen akan mengurangi tingkat pembelian barang/jasanya untuk tetap
mempertahankan maslahat total yang ia terima. Hal ini akan dilakukan selama tidak ada
perubahan pada maslahat lainnya, baik manfaat fisik, sosial, maupun berkahnya. Sebagai
contoh, jika harga surat kabar naik, tapi tanpa diikuti adanya perubahan manfaat seperti
kualitas berita tampilan fisik, dan sebagainya, maka konsumen Islam akan cenderung
menurunkan jumlah pembeliannya karena akan mempertimbangkan untuk membeli
barang lain (misalnya majalah) yang harganya tidak naik.
Tetapi, jika kenaikan harga suatu barang diikuti oleh perubahan kandungan maslahat
lainnya, misalnya kenaikan manfaat fisik atau psikis barang tersebut ataupun
keberkahan atas barang tersebut, maka konsumen belum tentu akan mengurangi
jumlah konsumsinya, melainkan setelah mempertimbangkan agar maslahat total yang
72
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
diperoleh tetap maksimal. Sebagai misal, ketika harga surat kabar meningkat namun
diikuti oleh peningkatan manfaat informasi, misalnya kualitas berita membaik, maka bisa
jadi permintaan konsumen tetap akan meningkat. Hal ini tergantung pada perbandingan
antara perubahan maslahat atas barang tersebut (manfaat ataupun berkahnya) dan
perubahan harganya.
Jika maslahat atas konsumsi diuraikan menjadi manfaat dan berkah, maka adanya
perubahan manfaat atau berkah pada suatu barang bisa dikatakan sebagai penyeimbang
atas perubahan harga. Misalnya, adanya kenaikan/penurunan harga suatu barang akan
diikuti oleh penurunan/kenaikan jumlah barang yang dikonsumsi, tergantung pada ada
tidaknya perubahan atas manfaat dan berkah atas barang tersebut. Jika kenaikan harga
barang A disertai dengan adanya kenaikan keberkahan atas barang tersebut, maka belum
tentu konsumen akan menurunkan jumlah barang A yang dibelinya. Sebagai misal,
kenaikan harga barang yang terjadi pada saat hari raya idul fitri diikuti oleh kenaikan
permintaan karena naiknya manfaat dan/atau berkah atas barang tersebut.
Berdasar paparan yang disampaikan di muka, terlihat bahwa ketika harga barang A naik,
sementara hal-hal lain tetap konstan, maka jumlah barang A yang dikonsumsi harus
turun. Inilah yang melahirkan hukum permintaan yang berbunyi:
Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta
turun, demikian juga sebaliknya.
Pengertian ceteris paribus di sini adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap
tidak berubah atau konstan, baik dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat
pendapatan, preferensi dan sebagainya. Jika satu dari hal-hal lain yang dimaksudkan
berubah maka hukum permintaan di atas tidak lagi berlaku.
73
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di atas juga akan menjadi lebih
jelas jika digambarkan dalam kurva permintaan berikut ini.
Diagram 4.4 menunjukan seolah sama dengan diagram 4.2, yaitu adanya hubungan
negatif antara harga dan jumlah barang yang diminta. Namun, latar belakang penurunan
kedua kurva tersebut adalah berbeda, di mana kurva permintaan konvensional dilahirkan
dari upaya pemenuhan keinginan, sedangkan kurva permintaan Islam diturunkan dari
upaya pemenuhan fitrah kebutuhan manusia. Ketika keinginan tersebut adalah identik
dengan fitrah kebutuhan manusia maka wajarlah jika keduanya memiliki perilaku yang
sama. Bayangkan ada dua anak kembar, Essa dan Musa, keduanya memiliki pendapatan,
selera dan ekspektasi yang sama terhadap kondisi ekonomi. Perbedaannya adalah
bahwa Essa adalah tidak paham dan tidak peduli terhadap maslahat, sedangkan Musa
adalah peduli dan paham maslahat dalam konsumsi. Ketika mereka berdua haus dan
mau membeli air minum dalam kemasan, maka besar kemungkinan perilaku mereka
akan sama karena air minum tersebut adalah halal dan memberikan kemanfaatan fisik.
Perilaku mereka berdua baru berbeda ketika Musa menganggap bahwa dalam air minum
tersebut mengandung maslahat yang negatif sehingga akan menurunkan permintaanya.
74
Kegiatan Konsumsi Menurut Islam
RANGKUMAN
1. Preferensi seorang konsumen dibangun atas kebutuhan akan maslahat, baik
maslahat yang diterima di dunia ataupun di akhirat. Maslahat adalah setiap
keadaan yang membawa manusia pada derajat yang lebih tinggi sebagai makhluk
yang sempurna. Maslahat dunia dapat berbentuk manfaat fisik, biologis, psikis, dan
material, atau disebut manfaat saja. Maslahat akhirat berupa janji kebaikan (pahala)
yang akan diberikan di akhirat sebagai akibat perbuatan mengikuti ajaran Islam.
2. Konsumen akan selalu berusaha untuk mendapatkan maslahat di atas maslahat
minimum. Maslahat minimum adalah maslahat yang diperoleh dari mengonsumsi
barang/jasa yang halal dengan diikuti niat beribadah.
3. Seseorang yang merasakan adanya maslahat dan menyukainya, maka dia akan tetap
rela melakukan suatu kegiatan meskipun manfaat dari kegiatan tersebut bagi dirinya
sudah tidak ada.
4. Bagi orang yang peduli akan adanya berkah, semakin tinggi barang halal yang
dikonsumsi seseorang, tambahan maslahat yang diterimanya akan meningkat
hingga titik tertentu dan akhirnya akan menurun, dengan asumsi jumlah konsumsi
masih dibolehkan oleh Islam. Namun, bagi orang yang tidak peduli terhadap adanya
berkah, peningkatan maslahat adalah identik dengan peningkatan manfaat duniawi
semata.
5. Hukum permintaan menyatakan bahwa jika harga suatu barang/jasa meningkat,
maka jumlah barang/jasa yang diminta konsumen akan menurun, selama kandungan
maslahat pada barang tersebut dan faktor lain tidaklah berubah.
KONSEP-KONSEP PENTING
• Utilitas
• Maslahat
• Maslahat Minimum
• Mudarat
• Berkah
• Hukum Permintaan
• Hukum Permintaan
EVALUASI BAB IV
1. Jelaskan apakah karakteristik keinginan dan kebutuhan dan perbedaan dari
keduanya. Bagaimana sikap Islam terhadap keinginan dan kebutuhan manusia?
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun?
Apakah hal tersebut berlaku pula pada maslahat?
75
Ekonomi dan Keuangan Syariah
PENUGASAN
1. Lakukan percobaan berikut ini. Bayangkan jika Bapak/Ibu guru memberi
Rp100.000,00 sebagai hadiah untuk juara kelas dan juga tidak pernah terlambat
masuk kelas selama setahun. Misalkan seluruh uang tersebut dibelikan sejumlah
coklat di suatu toko dan diperbolehkan memilih jenis dan jumlahnya, pilihan yang
tersedia di toko coklat adalah sebagai berikut:
2. Jelaskan berapa perkiraan masing-masing coklat yang akan dibeli untuk setiap
merek! Catatlah!
3. Jelaskan berapa perkiraan masing-masing coklat yang akan dibeli untuk setiap
merek setelah harga naik! Catatlah. Apakah ada perubahan jumlah pembelian?
Mengapa ya/tidak?
4. Bandingkan jawaban dengan jawaban teman sebelah. Apakah jawabannya berbeda?
Jika ya, diskusikan apakah penyebab terjadinya perbedaan tersebut!
76
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Bab.5
KEGIATAN PRODUKSI
MENURUT ISLAM
A. TUJUAN PRODUKSI MENURUT ISLAM
T ujuan kegiatan ekonomi Islam adalah meraih kesejahteraan hakiki atau falah.
Konsekuensinya adalah bagaimana teknis meraih falah dalam produksi.
Produksi merupakan kegiatan menambah nilai (barang dan jasa) untuk memenuhi
kebutuhan manusia, menggunakan faktor produksi seminimal mungkin meliputi tenaga
kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan
(entrepreneurship) dan sumber daya informasi (information resources). Permasalahan
dalam produksi meliputi barang apa yang akan diproduksi (what), bagaimana proses
produksi dilakukan (how), siapa pelaku produksi (who), dan untuk siapa barang atau
jasa dihasilkan (for whom). Penentuan prioritas barang atau jasa apa yang diproduksi
dan bagaimana cara menghasilkannya memengaruhi sistem ekonomi yang terbentuk di
suatu negara. Pembahasan pada buku ini dikhususkan pada tujuan produksi menurut
pendekatan Islam dan kapitalisme sebagai pembanding.
Secara teknis, produksi adalah proses meningkatkan nilai guna suatu barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bagaimana ekonom Islam mendefinisikan
produksi? Dari berbagai definisi yang dikemukakan, dapat disimpulkan produksi Islam
(islamic production) adalah proses mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumber
daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahah bagi manusia. Oleh karena
itu, produksi juga mencakup aspek penentuan tujuan, pemilihan input dan output,
proses produksi, hingga moralitas dalam produksi.
Sebenarnya produksi dapat dilakukan oleh pelaku ekonomi yang terdiri dari rumah tangga
konsumen, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri. Pelaku ekonomi mengubah faktor
ekonomi (tenaga kerja, modal, energi, sumber daya alam, dan sebagainya) menjadi
produk yang berguna. Misalnya pemerintah menggabungkan tanah, tenaga kerja,
dan modal untuk menghasilkan layanan publik yang memenuhi permintaan seperti
pertahanan nasional, keamanan dalam negeri, pendidikan, dan kesehatan.
77
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Perubahan teknologi akan mengubah hubungan antara input dan output atau jenis dan
kombinasi input yang digunakan. Misalnya untuk menghasilkan sepatu dengan teknologi
mesin memerlukan kombinasi kulit, benang, bahan, dan jam kerja yang berbeda jika
dibandingkan dengan teknologi hand-made sehingga biaya produksi lebih efisien.
Contoh perhitungan perusahaan sepatu “MX” dalam satu bulan menjual 30 sepatu
dengan harga @ Rp 650.000,00. Jika biaya produksi satu sepatu @ Rp 500.000,00 maka
keuntungan yang diperoleh adalah:
π = TR-TC
π = (30 x 650.000) – (30 x 500.000)
π = 19.500.000 – 15.000.000
π = 4.500.000
Keuntungan perusahaan Rp 4.500.000,-
Seorang produsen akan menginvestasikan modalnya pada suatu usaha jika ia meyakini
untuk mendapatkan laba dan tentunya mengharapkan laba maksimum. Laba maksimum
akan tercapai jika jumlah penerimaan yang diterima semaksimal mungkin sedangkan
jumlah biaya keseluruhan dapat ditekan seefisien mungkin.
5 π adalah salah satu huruf besar Yunani dan dibaca “Phi”. Biasanya π digunakan untuk menunjukkan laba.
78
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Apakah tujuan produksi mendapatkan laba maksimum sesuai ajaran Islam? Kegiatan
produksi merupakan respon terhadap kegiatan konsumsi dan sebaliknya. Oleh karena
itu, produksi menurut Islam merupakan respon atas permintaan konsumen menurut
Islam juga. Ketika konsumen menghendaki tersedianya komoditas yang bermaslahah
maka produsen bertugas untuk memenuhinya. Dengan demikian, tujuan produksi
menurut Islam adalah mewujudkan kemaslahatan yang maksimal dengan sumber
daya yang tersedia baik kemaslahatan itu berupa manfaat yang diterima langsung oleh
produsen seperti laba ataupun berupa berkah yang belum tentu dinikmati langsung
oleh produsen.
Secara lebih spesifik, ekonom muslim menjelaskan tujuan kegiatan produksi adalah
meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan di antaranya dalam bentuk:
a. Memenuhi kebutuhan manusia hingga tingkat moderat,
b. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya,
c. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan, atau
d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
Tujuan produksi yang pertama yaitu pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada
takaran moderat akan menimbulkan setidaknya dua implikasi. Pertama, produsen
hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan (need) meskipun belum
tentu merupakan keinginan (want) konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus
memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang Islami dan bukan sekedar memberikan
kepuasan maksimum bagi konsumen. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan
tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barang dan jasa secara berlebihan
tidak hanya menimbulkan misalokasi sumber daya ekonomi dan kemubadziran, tetapi
juga menyebabkan terkurasnya sumberdaya secara cepat. Al-Quran, misalnya QS. Al-
Baqarah (2):168 dan172, QS. Al-Maidah (5): 88, QS. Al-Mukminun (23): 52, menjelaskan
kebolehan manusia mengkonsumsi dan memproduksi apa-apa yang dibutuhkan selama
tidak termasuk yang Allah larang.
“(168) Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (172) Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS Al-Baqarah: 168,
172)
79
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Tujuan produksi yang lain adalah pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah
kepada Allah dan inilah yang menjadi ciri khas dari produksi Islam. Dengan kata lain,
tujuan produksi adalah mendapatkan berkah yang secara fisik belum tentu dirasakan
oleh pengusaha itu sendiri. Selain untuk pemenuhan kebutuhan manusia sendiri,
produksi harus berorientasi kepada kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Al-Quran
surat Ash-Shaff (61) ayat 10-11.
“(10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (11) (yaitu) kamu beriman kepada
Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS Ash-shaff:10-11)
Tujuan ini akan membawa implikasi yang luas sebab produksi tidak akan selalu
menghasilkan keuntungan material. Ibadah seringkali tidak secara langsung memberikan
keuntungan material bahkan sebaliknya justru membutuhkan pengorbanan material.
Kegiatan produksi tetap harus berlangsung meskipun ia tidak memberikan keuntungan
materi sebab ia akan memberikan keuntungan yang lebih besar berupa pahala di akhirat
nanti.
80
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Dengan keempat tujuan yang dimungkinkan dalam produksi Islam, maka ada beberapa
pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh seorang produsen Islam yaitu:
a. Berapa banyak output yang akan diproduksi (kuantitas produk) untuk mendapatkan
kemaslahatan yang maksimal, yaitu untuk keperluan:
1) Pemenuhan kebutuhan duniawi (manfaat) saat ini, baik yang sudah ada
permintaannya ataupun belum
2) Pemenuhan kebutuhan duniawi di masa mendatang (an-nasl)
3) Pemenuhuan kebutuhan sosial dan ibadah (ad-dien atau berkah)
b. Bagaimana output dihasilkan sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam?
c. Berapa banyak setiap input yang akan digunakan untuk menghasilkan kemaslahatan
yang maksimal?
Nabi Muhammad SAW. bukanlah seperti kebanyakan para mubaligh zaman ini yang
menjadikan dakwah sebagai profesi utama. Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang
diutus Allah dari kalangan masyarakat awam, beliau rajin berpuasa namun juga makan
dan minum seperti layaknya manusia. Beliau rajin sholat dan dzikir namun juga beliau
tetap menikahi perempuan sebagaimana manusia normal lainnya. Beliau berdakwah
sepanjang masa namun beliau juga bekerja mencari penghasilan untuk keluarga. Bahkan
sejak muda, Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pekerja keras dan amanah melebihi
rata-rata pemuda saat itu. Kesuksesan Nabi Muhammad SAW telah banyak diakui oleh
para sejarawan. Salah satu sisi sukses beliau adalah karyanya sebagai seorang pedagang
(pengusaha).
Menurut Abul Hasan bin Mas’ud al Khuza’ie al Andalusiy, seorang penulis muslim dari
Tilmizan, Andalus pada abad ke 14 M, dalam bukunya yang berjudul Takhrijud Dalalah
As Sam’iyyah ‘Ala Ma Kana Fii ‘Ahdi Nabi Muhammad saw. Minal Hirafi Wasshina’ati Wal
‘Umalat Is Syar’iyyah (Bukti-bukti Otentik tentang Usaha Industri di Zaman Rasulullah
SAW), pada masa Nabi Muhammad SAW terdapat kurang lebih 178 buah usaha industri
dan bisnis barang dan jasa yang menggerakkan perekonomian masyarakat pada masa
itu6. Di antara berbagai industri tersebut terdapat 12 macam yang menonjol, yaitu:
1) Pembuatan senjata dan segala usaha dari besi
2) Perusahaan tenun-menenun
3) Perusahaan kayu dan pembuatan rumah/bangunan
4) Perusahaan meriam dari kayu
5) Perusahaan perhiasan dan kosmetik
81
Ekonomi dan Keuangan Syariah
6) Arsitektur perumahan
7) Perusahaan alat timbangan dan jenis lainnya
8) Pembuatan alat-alat berburu
9) Perusahaan perkapalan
10) Pekerjaan kedokteran dan kebidanan
11) Usaha penterjemahan buku
12) Usaha kesenian dan kebudayaan lainnya
Kegiatan produktif adalah ekspresi ketaatan pada perintah AllahSWT Tujuan dari syariat
Islam (maqashid al syariah) adalah maslahah al ibad, sedangkan produksi adalah kegiatan
menciptakan barang dan jasa bagi kemaslahatan umat.
Untuk mewujudkan kemaslahatan yang maksimum maka proses produksi harus mampu
mewujudkan maslahah pada setiap proses produksi, mulai dari pencarian dan pemilihan
input, pemilihan teknologi produksi sampai pendistribusianproduk dan layanan kepada
konsumen. Menurut Metwally (1992), “perbedaan dari perusahaan-perusahaan non
Islami tidak hanya pada tujuannya tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan
strategi pasarnya”. Adapun prinsip produksi Islam yang pokok adalah:
Tujuan produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan maslaha yang optimum bagi
konsumen atau bagi manusia secara keseluruhan. Subtansi suatu proses produksi dan
bisnis tertuju pada kemuliaan harkat manusia, yaitu mengangkat derajat manusia menuju
fitrah. Segala aktifitas yang bertentangan dengan pemuliaan harkat manusia dapat
dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam. Harkat manusia dalam produksi meliputi
harkat pemilik faktor produksi khususnya pegawai, konsumen, partner usaha, pesaing,
maupun masyarakat di lingkungan produksi. Islam melarang keras adanya perdagangan
manusia (human trafficking) atau penindasan harkat manusia dalam bentuk lainnya.
Dalam Surat Al-Isrä’ (17) ayat 70 Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Kemuliaan manusia menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi , berupa takrīm dan tafdlīl.
Takrīm adalah dianugerahinya manusia oleh Allah dengan sesuatu yang sifatnya bawaan
82
Kegiatan Produksi Menurut Islam
seperti akal, bisa berbicara dan berbahasa, struktur tubuh yang sempurna, dan wajah-
wajah yang rupawan. Adapun tafdlīl lebih terkait dengan kemampuan manusia dalam
menggunakan potensinya menemukan akidah yang benar, cara hidup yang baik, dan
etika yang mulia. Manusia mulia dengan takrim dari Allah artinya setiap manusia
berhak mendapatkan rezeki dari hal-hal yang baik, sama dan sederajat, sehingga tidak
dibenarkan apapun bentuk praktiknya menjadikan manusia tidak sederajat dengan
manusia lainnya. Penindasan dan perbudakan manusia dalam kegiatan produksi
merupakan bentuk perlawanan terhadap ke-takrīm-an manusia, sehingga secara tegas
sistem itu harus ditentang.
Dalam sebuah hadis Dari Abu Hurairah (RA), Nabi Muhammad SAW bersabda:
Allah berfirman: “Tiga golongan yang Aku akan menjadi musuh mereka di hari Kiamat.
Pertama, seorang yang bersumpah atas nama-Ku lalu ia tidak menepatinya. Kedua,
seseorang yang menjual manusia merdeka dan memakan hasil penjualannya. Dan
ketiga, seseorang yang menyewa tenaga seorang pekerja yang telah menyelesaikan
pekerjaan itu akan tetapi dia tidak membayar upahnya.” (H.R. Al-Bukhārī).
Dalam ekonomi umum, tenaga kerja dan modal memiliki kedudukan yang setara sehingga
keduanya boleh saling menggantikan secara sempurna. Dengan kata lain, seandainya
menggunakan teknologi padat modal lebih murah daripada teknologi padat tenaga
kerja, maka produsen akan memilih yang pertama. Sebaliknya, jika teknologi padat
tenaga kerja lebih menguntungkan, maka produsen akan lebih memilih teknologi padat
tenaga kerja. Dalam dunia nyata, implementasi konsep subtitusi ini telah menimbulkan
berbagai permasalahan ekonomi sosial yang kompleks, seperti:
1) Eksploitasi terhadap upah buruh. Upah buruh cenderung murah di bawah tingkat
hidup yang layak karena adanya kelebihan jumlah pelamar buruh dari yang
dibutuhkan.
2) Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan hal yang biasa terjadi dengan alasan
ketidakmampuan perusahaan atau tujuan efisiensi.
3) Dehumanisasi kegiatan produksi untuk menekan biaya produksi, seperti penggunaan
tenaga kerja anak, gaji wanita yang murah, atau pemanfaatan kerja lembur.
4) Substitusi mesin dengan tenaga manusia. Misalkan upah tenaga manusia lebih murah
dari mesin, maka penggunaan tenaga manusia lebih dipilih,contoh pengangkutan
barang-barang berat oleh tenaga manusia tanpa alat bantu mesin.
7 Nama lengkap beliau Abu Abdillah, Muhammad bin Umar bin Alhusain bin Alhasan Ali, At Tamimi, Al Bakri At
Thabaristani Ar Rozi. beliau di juluki sebagai Fakhruddiin ( kebanggaan islam), dan dikenal dengan nama Ibnu Al khatiib,
yang bermadzhabkan sunni Syafi’i. Beliau lahir pada tahun 1149 di Iran dan wafat tahun 1209 di Afganistan. Karya
beliau sangat banyak, diantaranya adalah tafsir Al Kabiir atau yang kita kenal dengan Mafaatihul Gaib, Tafsir Mafatihul
Ulum, Sarh Nahjul Balaghah dan Manaqib Imam Syafi’i. Informasi diekslorasi melalui https://en.wikipedia.org.
83
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Contoh diatas merupakan contoh yang tidak diperbolehkan dalam proses produksi Islam
karena mengorbankan kemaslahatan yang lebih besar atau mengorbankan berkah.
Ibu-ibu kuli gendong, substitusi tenaga mesin yang Porter pasar lebih bekerja manusiawi dengan dibantu
dipaksakan alat teknologi
Sumber: https://ayukwardani.files.wordpress.com/2011/02/ Sumber: http://www.aktual.com/
Konsep produksi yang mendudukkan manusia sebagai pusat dari semua kegiatan
produksiperlu diupayakan. Substitusi alamiah perlu dipercepat sebab substitusi alamiah
membutuhkan waktu lama karena membutuhkan modal untuk merealisasikannya.
Langkah-langkah strategis perlu dilakukan misalnya kerjasama dengan bank syariah
mengatasi masalah permodalan untuk mencapai kemashlatan produksi.
84
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Amanah berasal dari kata amuna yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau
titipan. Amanah mencakup segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia baik yang
menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah. Pengertian amanah yang lain
adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan (Q.S.
As-Sajdah 32: 72).
Islam memerintahkan agar kita menyerahkan suatu urusan kepada ahlinya. Firman Allah
dalam Surat An-Nahl (16): 43 yang artinya
8 Lihat Imam Ibnu Hibban dalam kitab Sahih-nya (17/68) meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash, dari ayahnya, dari
kakeknya bahwa Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya: “Ada empat sumber kebahagiaan seseorang, yaitu istri
salehah, rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Juga ada empat sumber kesedihan
seseorang, yaitu tetangga yang jahat, istri yang membangkang, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk.
85
Ekonomi dan Keuangan Syariah
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan [828] jika kamu tidak
mengetahui.” (QS An-Nahl:43)
Hal ini memberikan implikasi bahwa setiap pelaku produksi menurut Islam harus
mempunyai keahlian terstandard untuk bisa melaksanakan kegiatan produksi. Produsen
harus memersiapkan karyawannya agar memenuhi standar minimum yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan produksi.
Seorang produsen yang peduli maslahah mestinya selalu sadar untuk selalu meningkatkan
kemaslahatan yang dihasilkan sepanjang waktu. Produsen akan belajar sepanjang waktu
untuk meningkatkan kemampuan kegiatan produksi. Pembelajaran sepanjang hayat
adalah ajaran Islam. Media belajar bisa berupa lingkungan bekerja (working place). Dari
tempat bekerja ini produsen berangsur-angsur meningkatkan kegiatan produksi sehingga
hasil kerjanya semakin meningkat. Peningkatan kemampuan produksi menyebabkan
jumlah barang atau jasa yang dihasilkan bertambah karenaprodusen bekerja semakin
efisien. Hal ini disebut dengan efek kurva pembelajaran (learning curve) yang ditunjukkan
dalam gambar berikut ini.
86
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Secara singkat di awal juga telah disebutkan ada empat nilai pokok dalam ekonomi
Islam, yaitu kepemilikan, keadilan, kerjasama dalam kebaikan, dan pertumbuhan
yang seimbang. Bagaimana nilai-nilai Islam tersebut diimplementasikan dalam proses
produksi diuraikan berikut ini. Dalam berbagai literatur, istilah nilai-nilai dalam produksi
sering disebut etika bisnis.
Komitmen terhadap nilai-nilai Islam tidak terlepas dari komitmen terhadap hukum Islam
yang lima, dari yang haram hingga yang wajib. Meskipun demikian, dalam urusan bisnis
atau muamalah, Islam memiliki prinsip pokok yang berbeda dibandingkan dengan urusan
ibadah khusus (mahdhoh). Di bab awal telah dibahas prinsip utama dalam muamalah
yang disepakati ulama, yang artinya:
“Hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya
(memakruhkannya atau mengharamkannya).”
Nabi Muhammad SAW tidak menciptakan akad transaksi khusus. Bentuk-bentuk model
transaksi yang dipraktikkan di zaman para sahabat adalah melanjutkan bentuk transaksi
yang sudah lazim di kalangan masyarakat sejak masa sebelumnya. Artinya, transaksi itu
sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW diutus. Yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW hanyalah membatasi atau melarang jika pada transaksi itu ada unsur-unsur yang
87
Ekonomi dan Keuangan Syariah
dilarang. Oleh karena itu, kita akan bahas terlebih dahulu mengenai transaksi yang
dilarang dalam Islam dan setelahnya baru kita paparkan hal-hal yang dianjurkan dalam
transaksi.
Transaksi muamalah yang dilarang oleh syariah Islam tidaklah banyak dan ini menjadi hal
yang wajib diketahui oleh siapapun sebelum terjun dalam dunia usaha. Sahabat Umar
Ibn Khattab (RA) pernah berkata yang artinya:
“Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk
beluk riba.”
Terkait dengan hal diatas, ada empat sebab utama dilarangnya suatu transaksi yaitu:
9 Mughnil Muhtaj Ila Ma’rifati Alfadhil Minhaj adalah kitab yang ditulis oleh Syamsuddin, Muhammad bin Ahmad Al-Khotib
Asy-Syarbini, diterbitkan oleh Darul Ma’rifat, Beirut – Lebanon, tahun 1997.
Sumber : https://rumaysho.com/824-berilmu-sebelum-berdagang.html
88
Kegiatan Produksi Menurut Islam
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu).”
(QS Al-Maidah:3)
Secara ringkas ada dua jenis komoditas yang dilarang diperdagangkan, yaitu:
1) Transaksi terhadap barang (benda hidup atau barang mati) atau jasa yang
diharamkan oleh syariat.
Beberapa barang yang dilarang diperdagangkan (untuk mencari keuntungan)
adalah babi, anjing, kucing, minuman atau bahan yang memabukkan, barang
atau binatang persembahan kepada Tuhan selain Allah Swt., dan pedagangan
manusia atau anggota tubuhnya.
Adapun jasa yang dilarang diperdagangkan diantaranya adalah jasa dukun, jasa
pelacur, jasa calo orang desa dengan penduduk kota, menyewakan rahim atau
kandungan, dan menyewakan barang-barang yang diharamkan. Dalam sebuah
hadis dijelaskan Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “Tidak boleh
menjual anjing dan tidak boleh memakan harta hasil penjualannya. Hadis
lainnya “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang memakan hasil penjualan
anjing, bayaran dukun dan upah pelacur.” (HR. Al Bukhari).
89
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Mayoritas ulama menyepakati bahwa alasan khamr, bangkai, dan babi dilarang
adalah karena ini barang najis. Sementara berhala dilarang karena dia najis
maknawi meskipun bendanya tidak najis. Barang-barang yang termasuk najis
zatnya secara umum tidak banyak, diantaranya adalah:
a. Kotoran binatang atau manusia10;
b. Darah segar (kecuali hati dan limpa binatang yang halal dagingnya);
c. Susu hewan yang tidak halal dimakan dagingnya;
d. Bangkai binatang kecuali tulang, tanduk, kuku, dan bulunya dan kecuali
bangkai ikan dan belalang;
e. Babi, termasuk daging, lemak, tulang, dan barang turunannya.
Perintah larangan berdagang saat adzan Jumat ini berlaku dengan ketentuan:
a. Larangan berlaku untuk lelaki yang telah berkewajiban sholat Jumat, sedangkan
wanita, anak kecil, dan orang sakit tidak terkena larangan jual beli tersebut.
b. Orang yang melakukannya tahu akan adanya larangan melakukan jual beli
setelah azan Jumat.
c. Jual beli dilakukan bukan untuk keperluan darurat sehingga ia terpaksa
melakukan jual beli seperti jual beli kafan untuk mayit dan jika ditunda, kondisi
mayit akan berubah.
d. Jual beli dilakukan setelah azan Jumat saat khatib naik mimbar11.
Jual beli semacam ini dilarang meskipun barang yang ditransaksikan adalah halal.
10 Ulama Malikiyyah, Hambali dan salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’i menyatakan bahwa kotoran hewan yang halal
dimakan adalah suci. Kotoran anjing, babi dan keledai jinak saja yang diharamkan. Sedangkan ulama Hanafiyah, mayoritas
madzhab Syafi’i berpendapat bahwa seluruh kontoran hewan itu najis baik hewan yang halal dimakan ataukah hewan yang
tidak halal dimakan.
11 Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 9: 225, buku fiqh yang ditulis dan diterbitkan oleh Kementrian Wakaf dan Urusan Agama
Kuwait, pertama tahun 1983. Dapat diakses di
http://www.fikihkontemporer.com/2013/05/download-kitab-al-mausuah-al-fiqhiyah.html
90
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Meski demikian, akad jual beli yang haram tersebut tetap sah jika syarat dan
rukunnya terpenuhi, namun pelaku akadnya mendapatkan dosa.
Dengan penerapan nilai-nilai Islam di atas, diharapkan produksi tidak saja akan
mendatangkan keuntungan bagi produsen tetapi sekaligus mendatangkan berkah.
Kombinasi keuntungan dan berkah yang diperoleh oleh produsen merupakan satu
maslahah yang akan memberi kontribusi bagi tercapainya falah. Dengan cara ini, maka
produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki yaitu kemuliaan tidak saja di dunia
tetapi juga di akhirat.
91
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Komponen maslahah kedua dalam produksi adalah berkah, yaitu bertambahnya kebaikan
yang ditimbulkan dari suatu proses produksi sebagai akibat dari komitmen terhadap
kewajiban agama atau berbuat baik kepada pihak lain. Bisa jadi untuk mendapatkan
berkah ini memerlukan biaya tambahan. Contoh untuk mendapatkan daging yang
halal bagi sebuah warung makan maka adakalanya diperlukan biaya tambahan dan ada
kalanya tidak, bergantung pada adat dan budaya yang berkembang di wilayah tersebut.
Di sebagian besar negara Barat menggunakan daging halal mungkin berimplikasi pada
meningkatnya biaya produksi, namun di Indonesia hal ini belum tentu menambah biaya
produksi.
Contoh biaya berkah: untuk mendapatkan bahan kayu yang resmi harus mengeluarkan
biaya tambahan yang lebih besar.
(Tugas mencari atau mendata barang barang di sekitar siswa yang berkah dan tidak
berkah)
92
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Karena diasumsikan bahwa keberadaan berkah tidak dirasakan langsung oleh produsen,
maka penerimaan dari berkah adalah nol, sehingga maslahah total yang diterima oleh
produsen adalah:
Jika penerimaan total dinotasikan dengan TR (total revenue), biaya ekonomi total
dinotasikan dengan TC (total cost), biaya atas berkah dinotasikan dengan BC (berkah
cost) dan M adalah maslahah, maka maslahah yang diperoleh produsen adalah:
M = TR – TC – BC
Persamaan di atas menunjukkan bahwa berkah menjadi faktor pengurang laba. Hal ini
masuk akal karena berkah tidak bisa datang dengan sendirinya melainkan harus dicari
dan diupayakan kehadirannya sehingga kemungkinan akan timbul beban ekonomi atau
bahkan finansial dalam rangka itu. Sebagai contoh adalah penerapan prinsip dan nilai
halalan toyyiban dalam produksi. Ketika produsen menerapkan prinsip dan nilai ini, maka
seluruh kegiatan produksi dan input yang digunakannya adalah legal/resmi dan baik.
Penggunaan kayu curian (illegal logging) dalam industri furnitur memang kemungkinan
akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan kayu
legal (legal logging) sebab biasanya kayu yang berasal dari legal loging harganya lebih
mahal. Untuk mendapatkan berkah, produsen muslim akan rela mengeluarkan biaya
yang lebih tinggi guna membeli kayu yang legal.
Adanya biaya untuk mencari berkah (BC) tentu saja akan membawa implikasi terhadap
biaya produksi dan akhirnya berpengaruh terhadap harga barang/jasa yang dihasilkan.
Harga produk setelah mengakomodir berkah (P*) adalah harga ditambah dengan biaya
berkah yaitu:
P* = P + BC
Sehingga penerimaan produsen muslim berubah menjadi TR*, yaitu jumlah produksi
terjual dikalikan dengan harga setelah berkah atau (TR* = QxP*). Dengan demikian
maslahah bagi produsen adalah:
M = TR* – TC – BC
Pertanyaan penting bagi produsen adalah berapa produksi harus dihasilkan jika akan
memaksimalkan maslahah?
93
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Dalam meraih laba yang maksimum, perusahaan dihadapkan pada dua kondisi yaitu
jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek yaitu ketika perusahaan
tidak mampu meningkatkan skala usaha pada tingkat yang lebih besar, maka laba
akan maksimum jika:
1. Perusahaan akan berproduksi sampai saat biaya tambahan (marginal cost=MC)
sedang meningkat dan besarnya adalah sama dengan tambahan penerimaan
(marginal revenue=MR). Dengan kata lain, perusahaan akan memproduksi
sejumlah output ketika MR=MC. Dalam kondisi pasar yang bersaing sempurna,
maka seorang produsen tidak mampu mengubah harga karena harga ditentukan
oleh mekanisme pasar. Dalam kondisi ini, tambahan penerimaan untuk setiap
unit penjualan (MR) adalah sama dengan harga output itu sendiri, atau
P=MR. Keuntungan akan maksimal jika P=MR=MC. Artinya perusahaan akan
berproduksi pada saat harga (di pasar) adalah sama atau lebih besar daripada
biaya marjinal, yaitu biaya tambahan yang digunakan untuk memproduksi unit
terakhir.
2. Perusahaan akan berproduksi jika harga dari output (P) sama atau lebih besar
dari biaya variabel per unitnya. Artinya penerimaan per unitnya mampu untuk
menutupi biaya operasionalnya.
94
Kegiatan Produksi Menurut Islam
2. Perusahaan akan berproduksi hanya jika labanya lebih besar atau sama dengan
nol. Dalam jangka pendek, perusahaan masih mau berproduksi meskipun harga
barang dibawah biaya rata-rata asalkan masih diatas biaya variabel rata-rata
sehingga secara operasional masih tidak rugi. Namun dalam jangka panjang,
seluruh biaya harus dapat di-cover, seperti biaya tenaga kerja maupun biaya
modal dan investasi, sehingga harga yang menguntungkan adalah harga yang
diatas biaya rata-rata.
Kalau kita perhatikan konsep konvensional, produsen akan memiliki insentif (daya tarik)
untuk menambah produksi apabila harga (P) barang mencukupi untuk memberikan
kompensasi atas biaya produksi unit output terakhir yang hasilkan (MC). Dalam konteks
Islam, produsen tidak hanya menanggung biaya produksi tambahan (MC), namun juga
menanggung biaya berkah tambahan (MB), sehingga ia akan tertarik untuk menambah
produksi jika harga (P) barang mencukupi untuk memberikan kompensasi atas tambahan
biaya produksi (MC) dan tambahan biaya berkahnya (MB). Hanya jika nilai unit terakhir
cukup untuk membayar kompensasi yang dikeluarkan dalam rangka memproduksi unit
tersebut, (=MC+MB) maka tidak akan ada dorongan bagi produsen untuk menambah
produksi lagi.
Sebagai ilustrasi, bayangkan seorang petani padi yang akan memproduksi padi dihadapkan
pada dua pilihan yaitu padi organik dan padi anorganik. Padi organik adalah padi yang
diproduksi dengan menggunakan bahan dan proses non kimiawi, seperti penggunaan
pupuk kandang atau kompos, penggunaan bibit padi organik dan pestisida organik.
Sebaliknya pertanian anorganik menggunakan bahan-bahan kimiawi dalam proses
produksinya. Pada umumnya biaya produksi padi organik lebih mahal dibandingkan
dengan padi anorganik. Berikut disampaikan ilustrasi biaya dan pendapatan padi untuk
luasan satu hektar lahan di wilayah provinsi Riau, Sumatera.
Dari tabel 5.2, dapat diindikasikan bahwa petani yang peduli berkah akan menanggung
biaya yang lebih tinggi. Seandainya harga jual padi organik sama dengan padi anorganik,
maka petani organik akan mendapatkan laba lebih kecil dibandingkan dengan petani
anorganik. Petani anorganik sudah mencapai titik impas (yaitu ketika labanya nol) ketika
ia memproduksi sejumlah 1.009 kilogram gabah (yaitu = Rp5.550.000 dibagi Rp5.500).
Sedangkan petani organik baru mencapai titik impas ketika produksinya mencapai 1.454
kilo gram gabah (yaitu=Rp8.000.000 dibagi Rp5.500). Konsekuensinya, untuk mencapai
produksi yang menghasilkan laba yang berkah, seorang petani (organik) memerlukan
lahan yang lebih luas. Insentif untuk memproduksi dengan kandungan berkah tidak ada
ketika lahan petani sempit karena ia akan menanggung kerugian.
95
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kerugian karena peduli berkah ini dapat teratasi ketika masyarakat, khususnya
konsumen, juga peduli berkah. Misalnya ketika konsumen mau membeli padi organik
dengan harga yang lebih tinggi daripada anorganik. Hal ini memerlukan pengetahuan
dan kesadaran, bahwa produk organik akan mendatangkan maslahah yang lebih
besar atau menghindarkan masyarakat dari madharat seperti kerusakan lingkungan.
Sebagai contoh, lihat Tabel 5.2, ketika harga padi organik per kilogram Rp7.200, maka
keuntungan petani organik akan lebih tinggi daripada petani anorganik. Petani organik
akan mendapatkan laba sekitar Rp20.800.000 dan petani anorganik mendapatkan laba
Rp15.075.000.
Laba Total:
jika harga sama (Rp 5500) 14.000.000 15.075.000
Jika harga beda (Rp 7200 & Rp 5500) 20.800.000 15.075.000
12 Angka yang lebih tepat dapat dilihat dalam Fauzi, Analisis Perbandingan Biaya Dan Pendapatan Pengguna Pupuk Organik dan
Anorganik Pada Usaha Tani Padi Sawah Irigasi Di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah Kabupeten Rokan Hulu, tidak
dipublikasikan, Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian, 2016.
96
Kegiatan Produksi Menurut Islam
Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga dengan
jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen. Ia menunjukkan respon produsen dalam
memasok outputnya terhadap perkembangan harga produk di pasar. Kurva penawaran
diturunkan dari perilaku produsen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah
maksimum.
Dengan menggunakan kaidah maslahah diatas, yaitu maslahah bagi produsen terdiri
dari laba (TR*-TC) dikurangi biaya berkah (BB), maka kita akan ilustrasikan dengan
contoh padi organik diatas. Kita asumsikan bahwa padi organik adalah produksi padi
yang mendatangkan berkah karena pagi organik hanya dihasilkan dengan cara-cara yang
tidak merusak lingkungan alam sebagaimana diperintahkan oleh AllahSWT.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa ketika harga gabah meningkat, maka laba padi
organik maupun anorganik akan meningkat. Ketika harga gabah Rp1.500 per kg, petani
anorganik sudah mendapatkan laba karena harga ini telah mampu menutupi keseluruhan
biayanya. Namun harga ini belum cukup untuk menutupi biaya padi organik, sehingga
petani organik harus menanggung kerugian Rp2.000.000 jika harga Rp1.500 (lihat kolom
kedua baris pertama pada tabel 5.3). Semakin tinggi harga yang terjadi di pasaran, maka
akan semakin menarik pagi petani untuk menanam padi organik, Ketika harga di atas
97
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Rp2.000 per kg, maka padi organik sudah menguntungkan. Namun demikian laba padi
organik masih lebih rendah daripada laba padi anorganik. Selisih laba antara padi organik
dan padi anorganik dapat dilihat pada kolom keempat. Produksi padi organik baru lebih
tinggi daripada padi anorganik ketika harga padi mencapai Rp9.800 ke atas. Pada titik
inilah, insentif untuk memproduksi padi organik menjadi positif.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa ketika harga meningkat dan tingkat
kemaslahatan tetap, maka produsen akan cenderung memproduksi output lebih banyak.
Produksi optimum adalah produksi yang akan memaksimalkan tingkat kemaslahatan
yaitu ketika tambahan kemaslahatan yang dihasilkan untuk memproduksi suatu
barang/jasa adalah sama dengan tambahan biaya yang ditanggung. Produsen akan
menghentikan produksinya ketika tambahan biayanya lebih tinggi daripada tambahan
kemaslahatan yang ditimbulkan. Dengan demikian hukum penawaran dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Semakin tinggi tingkat harga suatu barang, ceteris pasibus, maka akan semakin banyak
barang yang akan ditawarkan agar kemaslahatan total maksimum tercapai. Sebaliknya,
semakin rendah harga suatu barang maka akan semakin sedikit jumlah barang yang
ditawarkan oleh produsen.
Pola hubungan antara jumlah barang/jasa yang ditawarkan produsen dengan tingkat
harga barang/jasa ini akan membentuk kurva penawaran sebagaimana di bawah ini.
98
Kegiatan Produksi Menurut Islam
RANGKUMAN
1. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling
berkait satu dengan lainnya. Kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan
kegiatan konsumsi. Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa
yang memberikan maslahah maksimum bagi konsumen yang diwujudkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan wajar, menemukan kebutuhan
masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang/jasa di masa
depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada AllahSWT.
2. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak
dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan prinsip dan nilai-nilai Islam.
Islam mengajarkan agar tujuan produsen lebih dari sekedar laba, yaitu mewujudkan
kemaslahatan yang terdiri atas laba dan berkah.
3. Komitmen produsen untuk memaksimalkan kemaslahatan diwujudkan dalam
ketaatan terhadap nilai dan prinsip-prinsip Islam dalam setiap mata rantai produksi.
Nilai utama Islam dalam produksi adalah menghindari hal-hal yang diharamkan
dalam transaksi dan melaksanakan nilai-nilai Islam yang dianjurkan. Prinsip utama
dalam produksi ada empat, yaitu tujuan utama bisnis untuk memaksimalkan
maslahah, bisnis adalah amanah, penerapan prinsip profesionalisme, dan produsen
selalu belajar untuk meningkatkan kemaslahatan dan efisiensi.
4. Implikasi dari visi maksimisasi maslahah bagi produsen adalah pada perubahan
respon produsen terhadap perubahan harga barang. Fokus utama produsen adalah
maslahah total yang dihasilkan dari produksi. Kenaikan harga barang yang berimplikasi
pada kenaikan laba baru akan direspon dengan peningkatan produksi selama tidak
ada penurunan pada komponen maslahah lainnya. Namun, jika kenaikan harga ini
disertai dengan penurunan kandungan maslahah total, maka belum tentu produksi
akan ditingkatkan. Oleh karena itu, hukum penawaran Islam diturunkan dengan
asumsi bahwa kandungan maslahah pada produksi tidak berubah.
5. Hukum penawaran Islam menyatakan bahwa jika harga suatu barang naik, ceteris
paribus, maka jumlah barang yang akan diproduksi dan ditawarkan ke pasar akan
naik, demikian pula sebaliknya.
KONSEP-KONSEP PENTING
• Produksi
• Laba ekonomis
• Biaya oportunitas
• Penerimaan total
99
Ekonomi dan Keuangan Syariah
• Biaya total
• Tujuan produksi
• Biaya berkah
• Prinsip-prinsip Islam dalam produksi
• Nilai-nilai Islam dalam produksi
• Hukum penawaran
• Takrim
• Tafdhil
EVALUASI BAB V
1. Buatlah rencana usaha laundry(jasa pencucian dan setrika baju) yang menguntungkan
dan berkah. Jelaskan bagaimana konsep bisnis laundry yang berkah itu? Apakah
yang membedakan dengan bisnis laundry pada umumnya?
2. Mungkinkah proses produksi yang berkah itu memberikan keuntungan yang lebih
tinggi daripada keuntungan produksi konvensional? Jika mungkin, dari manakah
sumber datangnya keuntungan yang lebih tinggi tersebut? Berikan contohnya
(Petunjuk: ingatlah formula perhitungan maslahah bagi produsen)
3. Bagaimana bunyi hukum penawaran menurut Islam? Apakah bunyi hukum itu
berbeda dengan hukum penawaran konvensional? Jelaskan mengapa demikian?
PENUGASAN
Amati bisnis atau produksi di lingkungan kalian tinggal. Kemudian pilih 5 (lima) bidang
usaha produksi yang paling kalian pahami. Dari kelima bidang bisnis tersebut, jawablah
pertanyaan ini masing-masing.
1. Apakah barang/jasa yang diproduksi merupakan barang/jasa yang tidak haram?
2. Apakah proses produksinya memungkinkan terjadinya hal-hal yang diharamkan?
Jika iya, dalam hal apakah?
3. Apakah sistem pendukung bisnis tersebut juga tidak melanggar hal yang diharamkan?
4. Apakah produk yang dihasilkan memberikan kemanfaatan bagi konsumen dengan
tanpa menimbulkan kerugian dalam jangka panjang?
5. Jika jawaban dari pertanyaan di atas ada yang “tidak”, jelaskan bagaimana caranya
agar bisnis tersebut menjadi halal dan bermanfat?
100
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Bab.6
S
etiap menjelang hari raya Idul Fitri dan menjelang tahun baru, harga-harga barang
selalu meningkat, khususnya sandang dan pangan. Demikian pula menjelang hari
raya Idul Adha, harga hewan kambing dan sapi cenderung meningkat. Di sisi lain,
pada saat musim kemarau (umumnya terjadi antara bulan April sampai September)
harga beras dan jagung cenderung meningkat.
Apa kesamaan kejadian diatas? Hal itu semua menunjukkan cara kerja penawaran dan
permintaan. Pernawaran dan permintaan adalah dua kata yang paling sering digunakan
oleh pakar ekonomi. Penawaran dan permintaan adalah kekuatan yang membuat
perekonomian pasar bekerja. Mereka menentukan jumlah setiap barang yang diproduksi
dan tingkat harga saatbarang itu dijual. Jika kalian ingin tahu bagaimana pengaruh
suatu kejadian atau kebijakan terhadap perekonomian, maka kalian harus memikirkan
dulu bagaimana hal itu akan memengaruhi penawaran dan permintaan. Bab ini
memperkenalkan teori penawaran dan permintaan. Ini mempertimbangkan bagaimana
pembeli dan penjual berperilaku dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Bab
ini juga akan menguraikan mekanisme pasar menurut prinsip syariah Islam. Bagaimana
pula perilaku pembeli dan penjual yang memperhatikan aspek etika dan agama Islam
dalam berinteraksi di pasar, apakah perilaku mereka akan berbeda? Bagaimana sikap
Nabi Muhammad SAW dan pada sahabat saat itu ketika berdagang? Apakah mereka
akan menaikkan harga barangnya ketika jumlah calon pembelinya meningkat?
Istilah permintaan dan penawaran menunjukkan perilaku rumah tangga atau perusahaan
saat mereka berinteraksi satu sama lain di pasar. Sebelum membahas bagaimana
perilaku pembeli dan penjual, pertama-tama kita bahas dahulu bagaimana mekanisme
pasar itu terjadi.
Pasar atau mekanisme pasar merupakan suatu sistem, kelembagaan, prosedur, hubungan
sosial, dan infrastruktur yang di dalamnya orang atau para pihak terlibat saling bertukar
101
Ekonomi dan Keuangan Syariah
barang dan jasa. Pertukaran dapat dilakukan antara barang dengan barang atau disebut
barter, namun sebagian besar pertukaran yang terjadi di pasar dilakukan dengan uang
atau jual beli. Dengan kata lain, pasar adalah proses yang di dalamnya harga barang
dan jasa ditentukan. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan
alokasi sumber daya dalam masyarakat.
Sistem pertukaran barang/jasa ini terjadi pada setiap bentuk perekonomian, baik sistem
perekonoman pasar bebas, perekonomian komando ataupun sistem campuran. Dalam
ekonomi pasar bebas, semua barang atau jasa dialokasikan oleh sektor swasta (individu,
rumah tangga, dan kelompok individu atau perusahaan). Dalam ekonomi komando,
semua sumber daya dimiliki oleh sektor publik (pemerintah daerah dan pusat). Dalam
ekonomi campuran, beberapa sumber daya dimiliki oleh kedua sektor, swasta dan publik.
Pada kenyataannya, sumber daya dialokasikan sesuai dengan kekuatan penawaran dan
permintaan, dan ini dikenal sebagai mekanisme pasar.
Mekanisme pasar terbentuk karena kebutuhan manusia tidak dapat dipenuhi dengan
cara memproduksi sendiri alat pemenuhan kebutuhan tersebut. Kebutuhan bervariasi
baik jumlah maupun macamnya, dipihak lain keterbatasan kemampuan maupun
sumberdaya lain yang tersedia menyebabkan manusia cenderung untuk berspesialisasi
dalam menghasilkan barang atau jasa dan menukarnya dengan barang atau jasa lain yang
diperlukan. Contoh, seorang petani padi cenderung untuk memproduksi padi atau beras
dalam jumlah yang optimal, kemudian menjual hasil pertaniannya di pasar tani. Pada
posisi ini, petani berperan sebagai produsen yang menawarkan komoditas padi di pasar
output. Di pasar, padi atau beras dibeli oleh konsumen atau pembeli yang memerlukan.
Petani sebagai produsen dapat menjadi konsumen barang atau jasa lainnya pada saat
yang sama. Berapa jumlah barang yang akan ditransaksikan di pasar dan berapa harga
barang yang disepakati oleh penjual dan pembeli dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini
akan kita bahas lebih mendalam dalam bab ini.
Mekanisme pasar terjadi dalam rangka untuk mencapai keseimbangan pasar, yaitu
terjadinya kesepakatan antara pembeli dan penjual mengenai berapa harga dan jumlah
barang atau jasa yang dibeli dan dijual. Keseimbangan pasar terjadi ketika penawaran
= permintaan. Pada titik ini, tidak ada kecenderungan harga untuk berubah. Untuk
memahami bagaimana keseimbangan pasar terjadi, biasanya kita asumsikan bentuk
pasarnya adalah persaingan sempurna, yaitu terdapatnya banyak penjual dan banyak
pembeli, sehingga seorang pembeli atau seorang penjual tidak akan memiliki peran
yang berarti untuk memengaruhi harga. Mereka secara individual hanya bisa menerima
harga apa adanya. Bagaimana proses keseimbangan pasar terjadi dan bagaimana harga
barang bisa naik turun dapat kita uraikan di bawah ini.
102
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Sebagai ilustrasi, perhatikan Diagram 6.2. Pada saat harga terlalu murah, atau dibawah
harga keseimbangan, maka konsumen akan menginginkan barang lebih banyak dan
sebaliknya produsen cenderung memproduksi dalam jumlah yang sedikit (misalnya
pada harga=P1). Akibatnya jumlah barang yang disediakan di pasar oleh produsen akan
lebih sedikit dari jumlah yang diminta oleh konsumen. Dengan kata lain, permintaan
akan lebih besar dari penawaran. Oleh karena itu ada kekurangan barang atau shortage
sebesar Q2-Q1. Dalam jangka panjang, perusahaan akan berusaha menyediakan lebih
banyak barang dan memasang dengan harga yang lebih tinggi karena mereka yakin
bahwa konsumen akan mau membelinya. Harga barang kemudian akan terus bergerak
naik sesuai kemauan beli konsumen atau willingness to pay (WTP). WTP adalah harga
maksimal atau di bawahnya yang dibayarkan konsumenuntuk membeli suatu produk.
Menurut teori preferensi konsumen, WTP bersifat sangat sensitif terhadap konteks atau
kondisi nyata, artinya WTP seorang konsumen untuk sebuah produk bergantung pada
konteks keputusan yang konkret. Misalnya, konsumen cenderung bersedia membayar
lebih mahal untuk minuman bersoda (soft drink) di hotel mewah dibandingkan dengan
di warung makan atau toko eceran setempat.
Oleh karenanya, ketika perusahaan yakin bahwa WTP konsumen meningkat, maka
mereka akan menaikkan harga barangnya maksimal setara WTP. Ketika harga mencapai
batas atas WTP, maka akan terjadilah keseimbangan pasar yaitu kesepakatan jual beli,
yaitu harga jual akan sama dengan harga beli, dan jumlah yang dibeli-pun sama dengan
jumlah yang terjual (Pe dan Qe).
103
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Reaksi konsumen ataupun produsen akibat adanya perubahan harga ditunjukkan oleh
pergeseran keseimbangan kurva di sepanjang kurva tersebut. Jika reaksi dilakukan oleh
produsen, maka pergerakan keseimbangan mengikuti kurva penawaran S. Sebaliknya
jika reaksi dilakukan oleh konsumen akibat perubahan harga, maka keseimbangan pasar
akan bergerak sepanjang kurva permintaan D.
Keseimbangan pasar tercapai jika terdapat kesepakatan harga jual dan harga beli,
sehingga ada kecenderungan harga barang atau jasa tidak akan berubah. Kenyataanya
keseimbangan pasar bisa berubah setiap saat. Coba kalian dengarkan berita setiap pagi
di radio tentang harga kebutuhan pokok di kota besar Indonesia. Hampir dipastikan
bahwa harga berubah setiap hari, ada yang fluktuasinya tinggi dan ada yang fluktuasinya
rendah. Harga yang diumumkan saat berita merupakan harga keseimbangan. Artinya
104
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
telah terjadi perubahan dari suatu keseimbangan pasar menuju keseimbangan pasar
yang baru.
Penyebab ketidakseimbangan pasar dapat berasal dari sisi konsumen atau dari sisi
produsen. Ketidakseimbangan terjadi ketika ada perubahan jumlah permintaan atau
jumlah penawaran meskipun harga barang tidak berubah. Misalnya, ketika musim
kemarau tiba maka permintaan terhadap soft-drink dan minuman dingin lainnya akan
meningkat karena selera konsumen yang meningkat. Setiap awal bulan belanja kebutuhan
rumah tangga meningkat sebagai akibat banyaknya orang yang memperoleh gaji di awal
bulan sehingga pendapatan mereka di awal bulan meningkat. Di musim libur sekolah,
tempat-tempat wisata penuh dikunjungi wisatawan meskipun harga tiket masuknya
tetap. Semua contoh tersebut merupakan gambaran adanya ketidakseimbangan yang
disebabkan oleh faktor permintaan.
Pada Diagram 6.4, ketidakseimbangan pasar yang diakibatkan oleh faktor permintaan
dicerminkan oleh pergeseran kurva permintaan. Meningkatnya permintaan ditunjukkan
oleh bergesernya kurva permintaan ke kanan dari kurva D1 ke kurva D2, karena dengan
harga yang tetap jumlah yang diminta menjadi meningkat dari Qe ke Q2b. Naiknya
permintaan ini menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan (shortage) sebesar (Q2b-
Qe) dan akan direspon oleh perusahaan dengan menaikkan harga barangnya hingga
tercapai keseimbangan pasar yang baru. Hal ini ditunjukkan oleh pergeseran dari E1
ke E2. Pada keseimbangan pasar yang baru (E2) dicapai harga keseimbangan (Pe2) dan
kuantitas keseimbangan (Qe2) yang lebih tinggi dari keseimbangan sebelumnya.
105
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Perubahan keseimbangan pasar dapat disebabkan oleh faktor harga dan nonharga
yang bersumber dari sisi permintaan. Kenaikan atau penurunan harga barang akan
mendorong konsumen untuk mengurangi (atau meningkatkan) permintaan barang
tersebut. Perubahan permintaan ini ditunjukkan oleh pergerakan titik keseimbangan
di sepanjang kurva permintaan, sebagaimana digambarkan oleh Diagram 6.2 yaitu
sepanjang kurva permintaan D (dari titik E0 ke E01 atau ke E02).
a. Pendapatan Konsumen
Kenaikan pendapatan konsumen akan meningkatkan daya beli konsumen, sehingga
ia akan meningkatkan jumlah pembeliannya, kecuali untuk pembelian barang-
barang inferior. Kenaikan pendapatan justru bisa menurunkan pembelian barang-
barang inferior karena konsumen akan beralih ke barang penggantinya. Peningkatan
pendapatan yang berakibat pada peningkatan permintaan akan menggeser
keseimbangan pasar menuju harga dan output yang lebih tinggi (lihat pergeseran
dari titik E1 ke E2 pada Diagram 6.4).
106
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Namun perlu dicatat bahwa menurut Islam, naiknya pendapatan tidak boleh
dipergunakan secara berlebihan atau boros, sehingga meningkatnya pendapatan
diharapkan akan meningkatkan permintaan hingga batas tidak berlebih-lebihan
(israf).
c. Selera Konsumen
Islam tidaklah melarang orang untuk mengikuti seleranya, selama selera itu tidak
bertentangan dengan prinsip syariat Islam. Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW
menyukai makanan yang diolah dari labu, beliau juga menyukai baju jenis gamis, dan
beliau menyukai warna putih pada bajunya. Nabi juga menjelaskan mengapa beliau
menyukai hal tertentu, seperti labu adalah sangat baik untuk kesehatan badan dan
baju gamis lebih menutup aurat dan sedernaha pemakaiannya. Selain tidak boleh
melanggar syariah, pemenuhan selera juga harus mengikuti moralitas Islam, seperti
tidakberlebihan (israf) atau melakukan penyia-nyiaan (tabdzir), memakai baju yang
aneh, atau tampil beda dengan kewajaran (syhurah)13.
Dikutip dari Saudi Gazette, sebuah hadis riwayat Muslim (30/9/2016), dari Anas
bin Malik Rasulullah mengatakan, pernah ada seorang penjahit yang mengundang
Rasulullah untuk pesta dan makan hidangannya. “Aku pergi bersama dengan
Rasulullah ke pesta itu. Dia menyajikan roti gandum, sup labu dan potongan daging.
Aku melihat Rasulullah pergi setelah menghabiskan satu piring sup labu, jadi saya
selalu menyukai labu sejak saat itu.”
Naiknya selera tentu akan menaikkan permintaan sekalipun harga barang tidak
berubah. Kenaikan selera ini dicerminkan pula dengan bergesernya kurva pemintaan
ke kanan, sehingga mengakibatkan naiknya output diikuti dengan kenaikan harga
keseimbangan.
13 Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memakai pakaian syuhroh, niscaya Allah akan
memakaikan kepadanya pakaian semisal pada hari kiamat” (HR. Abu Daud no. 4029 dan Ibnu Majah no. 360)
107
Ekonomi dan Keuangan Syariah
d. Ekspektasi (Pengharapan)
Jika konsumen memperkirakan harga suatu barang akan naik karena faktor penyebab
apapun, dia akan membelinya sebelum harga naik dan karenanya permintaan
barang tersebut akan meningkat. Demikian pula jika konsumen memiliki ekspektasi
negatif lainnya seperti ketidakpastian kondisi ekonomi atau gejolak sosial politik akan
membuat konsumen belanja lebih awal sehingga akan meningkatkan permintaan.
e. Maslahah
Bagi konsumen Islami, maslahah merupakan tujuan utama dalam mengonsumsi
barang, karena maksimasi maslahah merupakan cara untuk mencapai kesuksesan
(falah). Sebagaimana telah diketahui, maslahah merupakan kombinasi dari manfaat
dengan berkah. Pengaruh kandungan maslahah dalam suatu barang atau jasa
terhadap permintaan tidak bisa dijelaskan secara sesederhana pengaruh faktor-
faktor yang disebutkan terdahulu, karena ia akan tergantung pada tingkat keimanan
seseorang. Ulama membagi berbagai tingkatan keimanan menjadi berbagai
tingkatan. Secara sederhana, seseorang yang beragama Islam dibagi menjadi tiga
tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi, yaitu tingkatan muslim, mukmin dan
tingkatan muhsin. 14
Konsumen dengan tingkatan muslim atau sekedar “Islam” maka ia akan mengonsumsi
barang dengan kandungan berkah minimum, misalnya sebatas melaksanakan yang
wajib dan meninggalkan yang haram. Misalnya, ia sudah makan makanan yang halal,
namun belum bisa meninggalkan berlebih-lebihan ketika makan, bermewah-mewah
dan pemborosan. Hal itu semua ia lakukan karena mengikuti keinginan (nafsu)
semata karena ia memandang bahwa keinginan tersebut tidaklah diharamkan. Pada
tingkatan ini, konsumen mungkin masih akan mengonsumsi barang dalam jumlah
yang banyak selama keberkahan minimum terpenuhi.
14 Hadits riwayat Muslim (102) atau terdapat pula dalam kitab Hadist Arba’in Nawawiyah No 2.
108
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
f. Jumlah pembeli
Selain faktor-faktor sebelumnya yang memengaruhi perilaku pembeli individual,
permintaan pasar juga bergantung pada jumlah pembeli. Jika teman satu kelas
bergabung sebagai konsumen bakso misalnya, kuantitas yang diminta di pasar akan
lebih tinggi untuk setiap harga, dan permintaan pasar akan meningkat.
Karena kurva penawaran pasar disusun dengan mengasumsikan hal-hal lain yang
konstan, maka ketika salah satu faktor ini berubah, kurva penawaran akan bergeser.
Misalnya, ketika teknologi informasi semakin murah maka biaya memproduksi ponsel
juga menurun yang berdampak pada meningkatnya pasokan ponsel. Dengan harga yang
sama, perusahaan sekarang bersedia menghasilkan jumlah ponselyang lebih banyak.
Kurva penawaran untuk ponselbergeser ke kanan. Diagram 6.5 mengilustrasikan
pergeseran penawaran. Setiap perubahan yang meningkatkan kuantitas yang ditawarkan
pada setiap harga akan menggeser kurva penawaran ke kanan dan ini disebut kenaikan
penawaran atau pasokan. Demikian pula, setiap perubahan yang mengurangi kuantitas
yang ditawarkan pada setiap harga akan menggeser kurva penawaran ke kiri dan disebut
penurunan pasokan. Ada banyak variabel yang bisa menggeser kurva penawaran. Inilah
beberapa hal terpenting.
109
Ekonomi dan Keuangan Syariah
b. Teknologi Produksi
Teknologi produksi sangat berpengaruh terhadap biaya produksi. Dengan teknologi
maka efisiensi dan optimalitas akan tercipta, sehingga dengan jumlah input yang
sama maka produksi akan lebih tinggi. Dengan kata lain, kemajuan teknologi
dapat menurunkan biaya produksi sehingga meningkatkan keuntungan produsen.
Akhirnya, meningkatnya keuntungan ini akan mendorong produsen untuk menaikkan
penawarannya.
c. Pengharapan
Jumlah output yang diproduksi perusahaan hari ini mungkin tergantung pada
pengharapan tentang masa depan. Misalnya, jika perusahaan mengharapkan harga
sepatu meningkat di masa depan, ia akan menyimpan sebagian hasil produksi saat
ini ke dalam gudang dan mengurangi pasokan untuk pasaran saat ini.
110
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
e. Maslahah
Seperti halnya permintaan, pengaruh maslahah terhadap penawaran pada
dasarnya akan tergantung pada tingkat keimanan dari produsen. Jika jumlah
maslahah yang terkandung pada barang yang diproduksi semakin meningkat maka
produsen “mukmin” akan memperbanyak jumlah produksinya, ceteris paribus.
Produsen dengan tingkat keimanan “biasa” atau sebatas “Islam”, kemungkinan akan
menawarkan barang dengan kandungan berkah minimum. Dalam kondisi seperti ini
jika barang atau jasa yang ditawarkan telah mencapai kandungan berkah minimum
maka produsen “muslim” akan menganggapnya sudah baik sehingga pertimbangan
penawaran selanjutnya akan didasarkan pada keuntungan. Tetapi, konsumen dengan
tingkat keimanan yang lebih tinggi lebih menyukai barang dengan kandungan berkah
yang lebih tinggi. Jika mereka melihat barang dengan kandungan berkah yang lebih
tinggi, ceteris paribus, maka mereka akan meninggalkan barang dengan kandungan
berkah yang rendah dan menggantinya dengan barang yang kandungan berkahnya
lebih tinggi. Dalam keadaan ini keuntungan kemungkinan tidak lagi menjadi faktor
penting dalam penawaran barang.
111
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Namun jika kita cermati, terdapat sekelompok orang atau pengusaha yang mampu
melakukannya. Beberapa rumah makan memberikan sedekah atau menyediakan
makan gratis kepada fakir miskin secara rutin tiap hari Jumat. Mengapa mereka
yang merupakan bagian kecil umat ini mau melakukannya? Mereka meyakini
bahwa dengan sedekah, maka akan memberikan keselamatan terhadap bisnis dan
kehidupannya dalam jangka panjang. Mereka yakin, bahwa sumber rizki adalah dari
yang Maha Pemberi Rizki, Allah SWT. Konsumen yang datang hanyalah bentuk jalan
datangnya rizki, karena rizki bisa datang dari berbagai sumber. Keyakinan inilah yang
mendorong mereka tidak takut miskin dengan bersedekah dan amal kebaikan.
Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3425025/warung-di-malang-ini-sediakan-makan-gratis-bagi-dhuafa-tiap-jumat
112
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Pada pemaparan di depan perubahan yang terjadi hanya terdapat pada satu sisi saja,
yaitu sisi penawaran atau sisi permintaan saja. Pada kenyataannya, perubahan yang
ada bisa terjadi pada kedua sisi. Sebagai contoh, terjadinya kenaikan pendapatan di sisi
permintaan dan terdapat perubahan teknologi di sisi penawaran. Dampak yang muncul
bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
Keseimbangan awal terletak pada tingkat harga Pe dan jumlah keseimbangan pasar
sebesar Qe. Ketika terjadi kenaikan pendapatan maka terjadi kenaikan permintaan yang
bisa ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan dari D1 ke D2. Kenaikan permintaan
ini cenderung meningkatkan harga pasar (dari Pe ke P2b). Namun di lain pihak juga terjadi
perubahan teknologi yang menekan biaya produksi sehingga hal ini mendorong para
pemasok barang untuk lebih banyak memasokkan barangnya ke pasar. Naiknya pasokan
ini cenderung menekan harga pasar (dari Pe ke P1b). Hasil akhir dari proses tarik menarik
dari penawaran dan permintaan ini adalah tercapainya keseimbangan pasar yang baru
dengan tingkat harga pasar sebesar Pe4 dan jumlah barang yang ditransaksikan sebesar
Qe4.
113
Ekonomi dan Keuangan Syariah
1. Surplus Konsumen
Bayangkan setiap konsumen memiliki kemauan bayar yang berbeda-beda untuk barang
yang sama. Misalnya, kalian ingin menjual sepeda motor XX karena ingin ganti dengan
motor merek yang lain. Kalian ingin menjual ke kawan kalian dan ada empat kawan yang
ingin membeli. Maka kalian melakukan lelang, yaitu menjual motor tersebut kepada yang
mau membayar paling tinggi. Kemauan bayar konsumen ini disebut dengan willingness
to pay, misalnya:
Ahmad 17
Musa 15
Ibrahim 13
Issa 12
Misalkan kalian mulai menawarkan motor dengan harga Rp10 juta. Karena keempat
kawan menginginkan motor yang sama dan kemauan bayar mereka di atas Rp10 juta,
maka mereka akan menawar lebih sehingga harga akan terus naik. Lelang akan berhenti
ketika Ahmad menawar Rp15 juta (atau sedikit di atasnya), karena Issa, Ibrahim dan
Musa tidak mau lagi menawar di atasnya. Maka Ahmad akan membeli motor kalian
dengan harga Rp15 juta, yaitu Rp2 juta di bawah kemauan bayarnya. Artiya Ahmad
mendapatkan surplus konsumen sebesar Rp 2 juta.
114
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Jika kalian memiliki dua buah sepeda motor yang sama dan akan dijual dengan harga
yang sama pula, maka hanya Musa dan Ahmad yang akan mendapatkannya dengan
harga Rp13 juta (lebih sedikit). Maka surplus konsumen yang diperoleh Ahmad dan
Musa masing-masing adalah Rp4 juta dan Rp2 juta dan total surplus konsumen adalah
Rp6 juta. Jika anda memiliki empat sepeda motor yang sama dan akan dijual dengan
harga yang sama pula, maka motor akan dijual dengan harga Rp12 juta dan total surplus
konsumennya akan bertambah menjadi Rp9 juta. Dengan demikian, semakin rendah
harga barang, maka semakin tinggi surplus konsumennya.
Besarnya surplus konsumen ini dapat diukur berdasarkan luas area di bawah kurva
permintaan setelah dikurangi dengan harga. Kurva permintaan menujukkan kemauan
bayar konsumen. Sebagai misal, jika produsen mampu menjual barang sesuai kemauan
bayar setiap konsumen, maka ia akan jual barang dengan harga yang berbeda-beda
sesuai kemauan belinya. Dalam contoh di atas, maka Ahmad akan membeli motor
dengan harga Rp17 juta, Musa dengan harga Rp15 juta, Ibrahim dengan harga Rp13 juta
dan Issa dengan harga Rp12 juta. Jika hal ini dilakukan maka surplus konsumen tidak
ada, karena setiap konsumen membayar dengan harga yang maksimal. Maka jika motor
dijual dengan harga yang sama, misalkan Rp12 juta, maka ketiga konsumen selain Issa
akan mendapatkan surplus konsumen dan jumlahnya adalah seluas segitiga di bawah
kurva permintaan, yaitu seluas segitiga ABC pada Diagram 6.7.
115
Ekonomi dan Keuangan Syariah
2. Surplus Produsen
Bayangkan kalian ingin memodifikasi sepeda motor kalian untuk dibuat off-road.
Kalian menghubungi empat orang ahli bengkel: Michael, Raqib, Ridwan, dan Malik.
Kalianmelakukan lelang untuk mendapatkan harga yang termurah. Setiap bengkel akan
menawar dengan penawaran harga terendah selama masih di atas biaya yang ia harus
keluarkan. Misalnya keempat bengkel tersebut menanggung biayayang berbeda-beda
seperti pada Tabel 6.2 :
Malik 15
Ridwan 14
Raqib 13
Michael 12
Misalkan kalian mulai menawarkan ongkos modifikasi dengan harga Rp17 juta. Karena
keempat bengkel merasa tawaran itu menguntungkan, mereka mau menawar dengan
harga lebih rendah untuk memenangkan lelang. Lelang akan berhenti ketika Michael
menawar Rp13 juta (atau sedikit di atasnya), karena Raqib, Ridwan, dan Malik akan merugi
dengan harga sebesar itu. Maka Michael akan memenangkan lelang dan memodifikasi
116
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
motor kalian dengan harga Rp13 juta, yaitu Rp1 juta di atas biaya produksinya. Artiya
Michael mendapatkan surplus produsen sebesar Rp1 juta.
Dengan pendekatan yang sama dengan surplus konsumen, besarnya surplus produsen
dapat diukur berdasarkan luas area di atas kurva penawaran. Kurva penawaran
menujukkan biaya tambahan yang diperlukan untuk memproduksi satu unit barang.
Sebagai misal, jika untuk memproduksi barang pertama diperlukan biaya Rp12 juta,
untuk memproduksi barang kedua diperlukan biaya Rp13 juta, dan hingga barang ke
empat diperlukan biaya Rp15 juta. Maka jika keempat barang tersebut dijual dengan
harga sama yaitu Rp16 juta, maka produsen akan mendapatkan surplus dari keempat
barang tersebut sejumlah Rp10 juta, dan masing-masing dari barang pertama, kedua,
ketiga hingga keempat adalah Rp4 juta, Rp3 juta, Rp2 juta, dan Rp1 juta.
C. EFISIENSI EKONOMI
S produsen
117
Ekonomi dan Keuangan Syariah
laba usaha yang maksimal dengan biaya yang minimal atau biaya nol, melainkan laba
hanya bisa dimaksimalkan dengan cara mengalokasikan biaya tertentu. Demikian pula,
seorang konsumen hanya bisa memaksimalkan kepuasan dari belanjanya dengan cara
mengalokasikan pengeluaran atau pengorbanan tertentu.
Dalam ilmu ekonomi, efisiensi diartikan sebagai suatu bentuk alokasi sumber daya
yang memaksimalkan kesejahteraan yang diterima oleh semua anggota masyarakat,
yaitu konsumen dan produsen. Kesejahteraan konsumen diukur dari besarnya surplus
konsumen, sedangkan kesejahteraan produsen diukur dari besarnya surplus produsen.
Jika alokasi sumber daya memaksimalkan surplus total yaitu konsumen dan produsen,
kita mengatakan bahwa alokasi menunjukkan efisiensi. Ini pula yang disebut dengan
efisiensi alokatif (allocative efficiency).
Jika alokasi sumber daya tidak efisien, maka beberapa potensi keuntungan dari
perdagangan antara pembeli dan penjual tidak dapat diraih. Sebagai contoh, alokasi
tidak efisien jika barang tidak diproduksi dengan biaya terendah. Dalam hal ini,
pergerakan produksi dari produsen berbiaya tinggi menuju produsen berbiaya murah
akan menurunkan total biaya dan meningkatkan surplus total. Demikian pula, alokasi
dikatakan efisien jika barang dibeli dengan harga yang jauh di bawah kemauan beli
konsumen sehingga kesejahteraan konsumen akan meningkat.
Dengan demikian, naiknya total surplus akan meningkatkan efisiensi alokatif. Naiknya
total surplus ini bisa disebabkan oleh naiknya surplus konsumen saja, yaitu ketika harga
turun akibat naiknya jumlah penawaran, seperti turunnya harga ponsel akibat semakin
majunya teknologi dan meningkatnya jumlah produsen ponsel (Lihat grafik b pada
Diagram 6.9). Naiknya total suprlus juga bisa disebabkan oleh naiknya surplus produsen
saja, yaitu ketika harga barang meningkat akibat meningkatnya jumlah permintaan,
seperti naiknya harga sandang pangan ketika menjelang hari raya Idul Fitri. (Coba
lukiskan dalam grafik, seperti apakah perubahannya?). Demikian pula naiknya surplus
total dapat disebabkan oleh keduanya, yaitu kenaikan surplus produsen dan konsumen.
118
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Kapankah surplus total akan menurun? Yaitu ketika produsen mampu menjual barang
yang sama dengan harga yang berbeda-beda untuk setiap konsumen sesuai dengan
kemauan beli mereka. Konsumen dengan kemauan beli tinggi dikenakan harga yang
tinggi, dan konsumen dengan kemauan beli yang rendah dikenakan harga yang rendah
pula. Akibatnya setiap konsumen tidak dapat menikmati surplus konsumen karena
mereka mendapatkan harga setara dengan kemauan belinya. Hal ini hanya dapat
dilakukan jika produsen memiliki kekuasaan untuk mengendalikan harga, seperti jika
hanya terdapat satu atau beberapa penjual saja di pasar. Kondisi persaingan pasar yang
semacam ini disebut dengan kondisi monopolis atau oligopolis, yaitu adanya satu atau
beberapa produsen yang dapat memengaruhi harga pasar. Karenanya dengan kondisi
monopolis atau oligopolis ini, tingkat efisiensi ekonomi tidak akan tercapai secara
maksimal.
Jika efisiensi berkaitan dengan total surplus yang dihasilkan dalam suatu perekonomian,
maka keadilan berkaitan dengan pembagian total surplus tersebut kepada setiap
pelaku ekonomi. Keadilan adalah kondisi yang setiap konsumen dan produsen di pasar
memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang seimbang. Pada intinya, keuntungan dari
perdagangan di pasar seperti kue untuk dibagi di antara para pelaku pasar. Pertanyaan
tentang efisiensi menekankan pada “semaksimal apakah besarnya kue”? Pertanyaan
tentang keadilan menyangkut bagaimana kue dipotong dan didistribusikan di antara
anggota masyarakat.
Secara umum, ada dua paham utama mengenai arti keadilan ekonomi. Pertama, adil
diartikan kesamaan dalam distribusi. Dalam hal ini adil diartikan merata, yaitu setiap
orang berhak mendapatkan alokasi sumber daya yang sama. Semakin tinggi perbedaan
alokasi sumber daya antar orang berarti semakin tidak adil perekonomian tersebut.
119
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kedua, adil tidak harus berarti sama, namun adil adalah kondisi yang setiap orang
mendapatkan sumber daya sesuai apa yang diperlukan, karena setiap orang memiliki
kapasitas dan kebutuhan yang tidak selalu sama. Misalkan, ukuran baju, setiap orang
memiliki ukuran baju yang berbeda-beda sehingga masing-masing juga memerlukan
luas bahan baju yang berbeda. Dalam hal ini, maka adil tidak berarti setiap orang
mendapatkan jatah kain dengan luas yang sama, melainkan setiap orang berhak atas
satu baju dengan luas yang bisa berbeda.
Kita akan kupas bagaimana persaingan antar individu untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka masing-masing. Dengan menggunakan law of one price (LoP) atau “hukum satu
harga” yang berlaku pada pasar persaingan, kita akan tunjukkan bahwa pasar murni
akan mendorong makin terjadinya kesenjangan dalam masyarakat.
Hukum satu harga (LoP) adalah konsep ekonomi yang menyatakan bahwa “barang pasti
dijual dengan harga yang sama di semua lokasi”. Hukum ini berasal dari asumsi bahwa
“tidak ada makan siang yang gratis”. Jika seorang pedagang atau konsumen menemukan
harga sebuah baju batik di sebuah pasar di Yogyakarta adalah 30% lebih murah daripada
di baju yang sama di Surabaya, maka ibarat makan siang gratis, mereka akan segera
membeli barang itu di Yogyakarta dan menjualnya di Surabaya. Perdagangan baju batik
dari Yogyakarta menuju Surabaya akan terus terjadi hingga harga batik di Surabaya turun
(karena ada pasokan tambahan dari Yogyakarta) dan harga di Yogyakarta naik (karena
naiknya pembelian dari Surabaya) sampai akhirnya harga di kedua pasar itu tidak
berbeda secara berarti. Itulah mekanisme hukum satu harga (LoP).
Apakah hubungan antara LoP dengan keadilan? Bayangkan ada segmen pasar yang
berbeda yaitu segmen pasar yang produktif dan segmen pasar yang tidak produktif atau
mandeg. Sebagai ilustrasi, misalkan masyarakat (konsumen) di Surabaya merupakan
konsumen yang produktif dan lebih makmur daripada masyarakat Yogyakarta, sehingga
ketika belum ada perdagangan antar kota, maka harga di Yogyakarta lebih murah daripada
Surabaya. Dengan adanya pasar bebas antar daerah dan terjadinya perdagangan
baju batik antar kota, maka konsumen di Surabaya diuntungkan karena mereka akan
mendapatkan harga yang semakin murah disamping mereka juga lebih produktif dan
120
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
kaya. Sebaliknya, konsumen Yogyakarta dirugikan karena dengan perdagangan ini mereka
terkena dampak kenaikan harga. Jika mereka tidak produktif, maka sebagian mereka
tidak akan mampu lagi membeli baju batik dan hal ini pun tidak merugikan pedagang
secara umum karena barang akan mereka kirim ke Surabaya untuk mendapatkan laba
yang lebih tinggi.
121
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Sebelum kita membahas bagaimana seharusnya pasar yang sesuai dengan prinsip Islam,
kita akan pelajari bagaimana karakter pasar pada masa Nabi Muhammad SAW dan masa
para sahabat yang kemudian akan kita jadikan contoh untuk mengembangkan pasar
dalam konteks modern.
Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat muslim pada masa
Nabi Muhammad SAW dan khulafaurrasyidin. Bahkan, Nabi Muhammad SAWsendiri
pada awalnya adalah seorang pebisnis, demikian pula khulafaurrasyidin dan kebanyakan
sahabat. Pada usia 7 tahun Nabi Muhammad SAWdiajak oleh pamannya Abu Thalib
berdagang ke negeri Syam. Kemudian sejalan dengan usianya yang semakin dewasa, Nabi
Muhammad SAWsemakin giat berdagang, baik dengan modal sendiri ataupun bermitra
dengan orang lain. Kemitraan, baik dengan sistem mudharabah atau musyarakah cukup
populer pada masyarakat Arab waktu itu. Salah satu mitra bisnisnya adalah Khadijah,
seorang wanita pengusaha yang cukup disegani di Mekkah yang di masa selanjutnya
menjadi istri beliau. Berkali-kali Nabi Muhammad SAW terlibat urusan dagang ke luar
negeri (Syam, Syria, Yaman, dan lain-lain) dengan membawa modal dari Khadijah.
Setelah menjadi suami Khadijah pun Nabi Muhammad SAW juga tetap aktif berbisnis,
termasuk berdagang di pasar-pasar lokal sekitar kota Mekkah.
Hal pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah adalah
menekankan gagasan bahwa bekerja adalah merupakan ibadah dan sebagai jalan untuk
mewujudkan tujuan dari umat Islam. Masyarakat didorong dengan sungguh-sungguh
untuk berusaha dan bekerja dengan giat sehingga setiap orang dapat berubah dengan
cepat menjadi aset masyarakatsesuai dengan kemampuannya, dan bukan beban.
Wilayah Madinah diubah menjadi lahan kerja yang indah, produktif, pertanian subur,
dan taman sertakebun buah yang indah.
Cerita mengenai pasar Islami diawali dari hijrahnya Nabi MuhammadSAW dan para
sahabat dari Makkah ke Madinah. Perhatian awal Nabi MuhammadSAW saat itu adalah
konsolidasi antara kaum muslim pendatang (muhajirin) dengan kaum muslim Madinah
(anshar). Dengan cepat, kerjasama antara kaum muhajirin dan anshar berjalan meskipun
latar belakang mereka berbeda. Sebagian besar profesi muhajirin adalah pedagang
sedangkan masyarakat Madinah adalah bertani dan berkebun. Pada awalnya mereka
masih menggunakan pasar-pasar yang ada untuk berdagang, yaitu pasar-pasar yang
dikendalikan oleh orang-orang Yahudi. Di pasar ini, orang-orang Yahudi menghina dan
melakukan banyak praktik penyimpangan, sehingga kaum muslim makin enggan untuk
melakukan bisnis di sana.
122
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
Ketidaknyamanan yang dirasakan umat Islam di pasar Yahudi dapat dilihat dari dua
contoh. Pertama, setelah perang Badar Nabi MuhammadSAW pergi ke pasar salah
satu suku Yahudi, Bani Qaynuqa (ini adalah pasar yang paling dikenal dan paling banyak
digunakan di Madinah) dengan harapan dapat merefleksikan mukjizat Badar yaitu ketika
tentara muslim dalam jumlahsedikit mampu mengalahkan suku Makkah. Kunjungan ini
diharapkan bisa mengubah hati mereka. Namun, mereka menghina Nabi Muhammad
SAW dengan angkuh dan mengatakan kepadanya: “Wahai Muhammad, jangan tertipu
oleh perang itu, karena anda melawan orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan
tentang perang, dan karenanya anda beruntung. Tetapi demiTuhan, jika kami berperang
melawanmu, kamu akan tahu bahwa kami adalah orang-orang yang harus ditakuti”15.
Insiden kedua, seorang wanita muslim telah datang ke pasar yang sama untuk menjual
atau menukar beberapa barang, ia sangat dihina oleh seorang pedagang emas Yahudi.
Seorang Yahudi dan seorang pria muslim, seorang pembantu yang datang untuk
menyelamatkan wanita tersebut, justru terbunuh sebagai hasilnya. Hal ini menyebabkan
puncak pertikaian dan suku Bani Qaynuqa harus diusir dari Madinah.
Setelah memilih lokasi pasar baru, Nabi Muhammad SAW berkata kepada kaum muslim:
“Inilah pasar kalian, jangan dipersempit (dengan menguasai dan mendirikan bangunan,
misalnya) dan tidak ada pajak yang harus dikumpulkan darinya”. Sistem penentuan
ruang pasar mengikuti pola pemanfaatan masjid: “siapa yang pertama kali datang di
tempat, ia yang berhak menempatinya, dan ini berlaku hingga dia ingin pergi”. Peraturan
ini dilembagakan dan ditegakkan. Pernah sebuah tenda yang didirikan secara ilegal di
dalam pasar dibakar atas perintah Nabi Muhammad SAW Seorang pria dari suku Bani
Harithah sebelumnya telah mendirikannya dan telah menjual kurma.
Keberadaan pasar Madinah ini dilengkapi dengan sebuah institusi baru yang disebut
al-Hisbah, yang pusat perhatiannya adalah pemeliharaan hukum, ketertiban, dan
perdagangan yang adil di pasar. Nabi Muhammad SAW biasa pergi ke pasar sendiri
untuk mencari apa yang terjadi di sana dan memperbaiki perilaku pedagang yang keliru,
sehingga hal ini dijadikan pedoman para khalifah dan gubernur berikutnya.
Posisi pasar Madinah tidak jauh dari masjid Nabawi, sisi barat laut. Ada beberapa
rumah berdiri di antara pasar dan kompleks masjid. Panjang pasar kira-kira 500 meter
dan lebarnya lebih dari 100 meter. Sesuai kondisi saat itu, pasar cukup besar untuk
15 Lihat Lings Martin (Abu Bakr Siraj al-Din), Muhammad, (Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 1983), p. 161. Bisa di akses di
https://medinanet.org/2011/03/madinah-market-during-the-prophets-time-part-2/
123
Ekonomi dan Keuangan Syariah
mengakomodir segala sesuatu yang diharapkan dari pasar kota, bahkan lebih besar dari
apa yang dibutuhkan pada saat itu. Itu adalah manifestasi lain dari disposisi visioner
Nabi, karenanya Madinah berkembang dengan pesat dalam hampir segala hal.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai karakter pasar Madinah ini, Ja’afar Mortadhza
(1988, 23-25) telah menyimpulkan beberapa hal berikut16:
a. Tanah dan bangunan yang dibutuhkan untuk membangun pasar disediakan oleh
masyarakat.
b. Tidak ada penyewaan untuk penggunaan lahan dan fasilitas yang disediakan oleh
pasar.
c. Beberapa pasar memiliki bangunan dan beberapa lainnya tidak memiliki fasilitas
sama sekali. Mereka tidak mengizinkan pemegang kios untuk menggunakan ruang
umum pasar atau masuk ke ruang yang telah dialokasikan untuk lainnya.
d. Dilarang mendirikan bangunan atau menempati tempat yang tidak diperbolehkan
di pasar. Begitu pimpinan memerintahkan pembakaran terhadap tenda pelanggar,
penjual yang bersangkutan tidak diizinkan lagi berjualan.
e. Di tempat-tempat yang tidak ada bangunan, prioritas diberikan berdasarkan prinsip
‘siapa cepat dapat’ dan izin tersebut hanya berlaku untuk hari itu.
Pasar yang dimaksud di sini tidak menujuk ke lokasi tertentu, tapi semua pasar pada
masa awal Islam. Misalnya, pasar Makkah termasuk juga pasar Ukaz dan Dhul Majaz.
Pada awal migrasi, pasar Madinah termasuk pasar yang digunakan oleh kaum muslim
dan pasar suku Bani Nainogha. Namun, setelah perang Al-Ahzab pada tahun ke-5 Hijrah,
hampir semua penghuni Madinah adalah muslim dan, untuk periode selanjutnya, kita
bisa merujuk ke pasar Madinah sebagai pasar Islam.
Kota Makkah ditaklukkan pada tahun ke-8 Hijrah. Setelah itu, dalam waktu tiga tahun,
Hijaz dan hampir semua wilayah di Jazirah Arab menerima Islam. Oleh karena itu, kita
16 Selengkapnya baca Sayed Kazem Sadr, The Economic System of the Early Islamic Periods, Palgrave Mac. MIllan, 2016,
bab 5 tentang Pasar pada Masa Awal Islam, hal. 161-185
124
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
bisa menyebut pasar Jazirah Arab sebagai pasar umat Islam era Islam awal. Dengan
mempertimbangkan pentingnya pasar Makkah dan Madinah dalam ekonomi era Islam
awal, kita akan analisis karakter mereka untuk kepentingan pengembangan pasar Islami
di masa mendatang.
125
Ekonomi dan Keuangan Syariah
penimbunan. Jika menimbun dengan maksud mencari laba lebih besar dan penjual
menyadari adanya kekurangan pasokan, maka ia telah melakukan dosa dan tindakan
haram.
i. Larangan Pemborosan
Alquran dan hadis maupun para ulama menegaskan atas larangan pemborosan.
Pada saat pemborosan terjadi, keuntungan personal mungkin tidak menjadi nol,
namun hal ini kurang bermanfaat sosial.
k. Larangan riba
Pembahasan riba telah dilakukan di depan dan transaksi ini juga dilarang dilakukan
di pasar.
126
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
127
Ekonomi dan Keuangan Syariah
waktu yang telah ditentukan, maka transaksi tersebut dapat dibatalkan jika
kondisi ini tidak terpenuhi.
7) Opsi Periode Waktu: Jika disepakati periode waktu tertentu untuk pengiriman
barang dan pembayaran harganya, transaksi menjadi tidak berlaku jika barang
tersebut tidak disampaikan dalam periode tersebut.
8) Opsi untuk jual Hewan: Jika objek transaksi adalah binatang, pembeli dapat
menjaga hewan itu selama tiga hari dan mengembalikannya ke penjual jika
tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Melihat karakteristik pasar pada masa Nabi Muhammad SAW maka untuk diaplikasikan
dalam konteks modern dewasa ini, kita perlu klasifikasikan kriteria pasar Madinah
menurut kriteria struktur pasar modern. Jika diamati dari struktur pasar dan perilaku
penjualnya, pasar Madinah dapat diringkas seperti tabel berikut ini.
Pasar modal syariah merupakan pasar modal sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang tentang Pasar Modal (UU Nomor 8 Tahun 1995) yang produk dan transaksinya
tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam. Oleh karena itu, pasar modal syariah
bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara
umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal
konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu
bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
Kegiatan di pasar modal syariah adalah khusus yang tidak dilarang oleh syariah Islam,
berdasarkan prinsip yang diturunkan dari Alqurandan hadits serta kesepakatan dan
ijtihad ulama. Beberapa prinsip pokok yang membedakan pasar modal syariah dengan
konvensional adalah:
a. Hanya memperdagangkan efek-efek syariah, seperti saham, sukuk atau derivatif
syariah. Efek syariah adalah efek atau surat berharga yang diterbitkan oleh
perusahaan yang tidak melanggar prinsip syariah. Maka dalam pasar modal syariah
tidak diperdagangkan saham-saham perusahaan perjudian, saham perusahaan
rokok, perusahaan senjata, perusahaan keuangan ribawi, dan saham perusahaan
yang memiliki kandungan barang haram cukup tinggi.
b. Dalam pasar modal syariah, instrumen yang diperdagangkan adalah saham, obligasi
128
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
syariah dan reksadana syariah, sedangkan opsi, warant, right tidak termasuk
instrumen yang dibolehkan. Sedangkan dalam pasar modal konvensional hampir
semua instrumen pasar modal diperdagangkan.
c. Transaksi dalam pasar modal syariah tidak mengandung riba, gharar dan judi.
Beberapa transasi dilarang seperti menjual saham yang belum dimiliki, dan
membelinya belakangan (short selling), futures, marjin trading, warrant, swap
tradisional.
Hal menarik lainnya yang ada pada pasar modal (syariah maupun konvensional) adalah
adanya lembagapengawas pasar, yang sebelumnyaberada di lembaga BAPEPAM-LK, saat
ini berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika dilihat dari struktur
pasar, pasar modal telah mendekati pasar yang Islami. Jumlah penjual dan pembeli
sangat banyak, sehingga harga tidak dapat dikendalikan oleh penjual ataupun pembeli
secara individual. Kode etik perdagangan saham juga diatur secara lengkap dan ketat
serta harus ditaati oleh para pelaku pasar. Monopoli terhadap lokasi pun tidak terjadi,
setiap konsumen atau pedagang saham memiliki kebebasan untuk jual beli saham
dengan prinsip siapa yang cepat dia yang dapat, karena sistem jual beli yang diterapkan
pada pasar modal adalah sistem lelang.
Ditinjau dari perilaku pasar, kode etik telah menjadi syarat utama para pedagang.
Meskipun untuk menjadi broker diperlukan lisensi atau izin, namun untuk sekedar
membeli atau menjual saham tidak diperlukan persyaratan dan biaya yang berarti.
Pemerintah pun tidak turut campur tangan terhadap harga saham dan surat berharga.
Pergerakan harga saham mencerminkan pergerakan kekuatan antara permintaan dan
penawaran.
Bagaimana caranya pasar modal syariah itu disusun hingga bisa dipisahkan transaksinya
dari pasar modal konvensional? Secara umum, proses untuk menyiapkan pasar modal
syariah di berbagai negara adalah sama. Ada tiga tahapan dalam proses islamisasi pasar
modal, yaitu:
a. Seleksi terhadap bisnis dan manajemen para emiten.
b. Seleksi terhadap struktur keuangan emiten.
c. Pengaturan terhadap metode bertransaksi.
Aktivitas utama perusahaan harus diselidiki serta diyakinkan tidak mengandung banyak
produk dan transaksi yang diharamkan. Kriteria produk yang diharamkan merupakan
hasil kesepakatan para ulama di setiap negara atau lokasi, dan dimungkinkan ada
perbedaan di dalam membuat kriteria produk yang haram tersebut. Di pasar modal
129
Ekonomi dan Keuangan Syariah
syariah Indonesia, perusahaan yang memproduksi komoditi di bawah ini tidak lolos
seleksi sebagai efek syariah:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional;
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat.
e. melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya.
Pada seleksi tahap selanjutnya, aktivitas lain dari perusahaan harus diselidiki. Jika
aktivitas utama perusahaan bercampur dengan aktivitas nonhalal lainnya, maka syarat
lolos dalam efek syariah adalah:
a. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas sampingan.
b. Aktivitas halal merupakan aktivitas inti dan utama.
c. Aktivitas nonhalal tersebut tidak bisa dihindari atau sangat sulit dihindari.
d. Publik membutuhkan perusahaan yang aktivitasnya halal tersebut dan
menguntungkan bagi masyarakat.
e. Persentase aktivitas nonhalal bisa diabaikan jika dibandingkan dengan aktivitas
utama perusahaan sangatlah kecil.
Struktur keuangan perusahaan diselidiki. Inti dari penyelidikan ini adalah meyakinkan
bahwa perusahaan tidak terlalu banyak hutang berbasis bunga dan aktivitas utamanya
tidak dalam bentuk piutang. Setiap negara memiliki pertimbangan rasio keuangan yang
berbeda untuk meloloskan suatu efek ke dalam efek syariah.
Terdapat transaksi efek yang dilarang menurut syariah yaitu transaksi spekulatif dan
manipulatif yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maysir, risywah,
maksiat dan kezhaliman, yaitu:
a. Bai’najsy, yaitu melakukan penawaran palsu. Dalam pasar modal biasanya
diwujudkan dalam bentuk aksi goreng-menggoreng saham.
b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang belum
dimiliki (nama lainnya short selling).
c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang.
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan. Dalam pasar modal terkait dengan
fakta material.
130
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman
berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut.
f. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau pengumpulan suatu
efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain.
Contoh pasar Islami pertama di Indonesia dilakukan oleh Prof Dr. H. Suroso Imam
Zadjuli, SE, seorang guru besar Ekonomi Islam dari Universitas Airlangga Surabaya.
Dengan lahan seluas 800 meter persegi milik beliau yang berada di kawasan Kutisari
Selatan Surabaya, beliau menawari sejumlah pedagang (yang kesulitan cari lahan) untuk
membuka lapak, dengan masing-masing kios berukuran 2×2 meter. Pasar ini diresmikan
dan mulai beroperasi sejak tahun 2010 dengan nama Pasar Syariah Az-Zaitun. Harga
sewanya sangat murah, yaitu Rp5000 per hari. Karena sewa kios amat murah, tak heran,
pedagang juga bisa memberlakukan harga yang amat bersahabat.
Untuk bisa berdagang di pasar ini, seorang pedagang harus mematuhi 7 prinsip yang
telah ditentukan pengelola. Pertama, barang yang diperdagangkan halal. Kedua, alat
timbang dan alat hitung tepat. Ketiga, kebersihan yang terjaga. Keempat, kejujuran.
Kelima, persaudaraan antar pedagang. Keenam, larangan merokok di dalam pasar dan
ketujuh, harga yang murah meriah.
131
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Ada 120 kios yang beroperasi, dan ini adalah pasar syariah pertama di Indonesia. Meskipun
namanya syariah, pasar ini tetap menampung pedagang nonmuslim. Beberapa pedagang
ada yang beragama Nasrani, Hindu dan sebagainya. Pembelinya juga demikian. Betul-
betul pasar yang memberi kemanfaatan optimal untuk semua. Pasar syariah ini juga
dilengkapi dengan fasilitas pendanaan dari At-Tin Islamic Foundation yang memberikan
bantuan pinjaman kepada pedagang pasar tanpa bunga.
Bisnis online saat ini semakin berkembang dan diminati di Indonesia. Bahkan banyak situs
yang menyebutkan dirinya sebagai bisnis online syariah. Kini semakin banyak masyarakat
yang sadar akan pentingnya bisnis yang bersih, jujur, dan sesuai dengan hukum Islam.
Keberadaan bisnis online syariah ini juga tak terlepas dari peran perbankan syariah yang
tumbuh secara positif di Indonesia.
Pada dasarnya, bisnis online ini sama dengan bisnis offline seperti biasanya. Yang
membedakan keduanya hanya lokasi atau tempat bisnis itu dijalankan. Dalam bisnis
offline, terdapat toko atau tempat tetap yang digunakan untuk menjual barang atau
jasa, sedangkan bisnis online menggunakan media internet sebagai tempat berjualan
sekaligus media berpromosi. Antara pembeli dan penjual saling tak tatap muka dan
transaksi dilakukan atas dasar kepercayaan.
Sama seperti bisnis pada umumnya, bisnis online juga terbagi dalam yang halal
atau haram, legal atau illegal. Bisnis online yang diharamkan yaitu bisnis judi online,
perdagangan barang-barang terlarang seperti narkoba, video porno, barang yang
melanggar hak cipta, senjata dan benda lain yang tidak memiliki manfaat. Intinya, bisnis
132
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
online adalah bisnis berdasarkan muamalah. Bisnis online diizinkan (Ibahah) selama
bisnis tersebut tidak mengandung elemen yang dilarang. Ketentuan jual beli online
mengikuti beberapa ketentuan:
a. Komoditi yang dijual belikan adalah halal.
b. Adanya kejelasan status penjual, apakah sebagai pemilik barang atau wakilnya,
ataukah sebagai pemberi jasa layanan pengadaan barang, ataukah bukan kedua-
duanya. Perbedaan status ini akan membedakan bentuk transaksi atau akad yang
seharusnya digunakan agar sesuai prinsip syariah Islam.
c. Transparansi dan kejujuran. Jual beli online tidak dapat dilakukan secara tunai
(ada uang ada barang) karena barang diterima tidak bisa bersamaan waktunya
denganwaktu pembayaran. Potensi ketidakjujuran dan kecurangan cukup tinggi.
Oleh karena itu kejujuran pembeli dan penjual adalah mutlak diperlukan agar
perdagangan ini berfungsi maksimal. Misalnya, penjual jujur akan mengirimkan
barang sesuai dengan kriteria yang disepakati baik jumlah, kualitas, dan waktu
pengiriman. Konsumen juga harus jujur akan membayar sesuai kesepakatan.
d. Adanya lembaga pengatur dan pengawas pasar. Peran pengawas ini sangatlah
penting untuk menegakkan komitmen penjual dan pembeli mengikuti etika
perdagangan yang baik.
133
Ekonomi dan Keuangan Syariah
RANGKUMAN
1. Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan
telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar
pada kedudukan yang penting daam perekonomian. Praktek ekonomi pada masa
Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin menunjukkan adanya peranan
pasar yang besar. Nabi Muhammad SAW sangat menghargai harga yang dibentuk
oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya pengaturan harga
seandainya mekanisme pasar berjalan wajar. Tetapi pasar di sini mengharuskan
adanya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty),
keterbukaan (tranparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah ditegakkan
maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar.
2. Pasar ideal dalam Islam pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat, yaitu pasar Madinah yang dibangun setelah prosesi Hijrah. Pasar
ini dibangun untuk menggantikan pasar Yahudi yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Pasar Madinah dibangun atas dasar prinsip Islam, khususnya menjunjung tinggi
kesetaraan, kejujuran, kesehatan dalam persaingan, dan keterlibatan seluruh
anggota umat.
3. Harga pasar dibentuk oleh berbagai faktor yang kemudian membentuk permintaan
dan penawaran barang atau jasa. Permintaan konsumen dipengaruhi oleh banyak
faktor, misalnya harga, pendapatan konsumen, selera, ekspektasi, dan tingkat
maslahah. Hubungan antara tingkat harga dan jumlah yang diminta konsumen
disebut kurva permintaan. Sementara itu, penawaran produsen juga dipengaruhi
oleh banyak faktor, misalnya maslahah, keuntungan, dan harga. Hubungan antara
tingkat harga dan jumlah yang ditawarkan disebut kurva penawaran.
4. Kehadiran pasar Islam adalah mengoreksi keberadaan pasar yang telah ada, yang
secara umum hanya mengedepankan aspek efisiensi dan mengabaikan aspek
moralitas serta keadilan. Pasar persaingan murni secara teori maupun praktik telah
membawa pada ketimpangan distribusi barang dan jasa dalam masyarakat sehingga
berpotensi pada meningkatnya ketidakadilan.
134
Pasar, Efisiensi, dan Keadilan
KONSEP-KONSEP PENTING
• Keseimbangan pasar
• Pasar Madinah
• Efisiensi Ekonomi
• Keadilan Ekonomi
• Karakter Pasar Islam
EVALUASI BAB VI
135
Ekonomi dan Keuangan Syariah
7. Apakah maksud ayat Alquran yang menjelaskan bahwa di dalam harta kita terdapat
hak-hak orang miskin?
8. Bagaimanakah prinsip pasar yang Islami itu? Apakah perbedaan utama dengan
pasar konvensional?
PENUGASAN
Carilah masing-masing 5 (lima) situs jual beli online konvensional dan syariah untuk
produk yang sama. Lakukan pengamatan apakah persamaan dan perbedaan diantara
kedua jenis situs tersebut.
136
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
Bab.7
B
arangkali kalian sering mengenal istilah distribusi, distributor atau jaringan
distribusi. Distribusi dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan kegiatan pemasaran,
yang ditujukan untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Distribusi dalam
hal ini sering berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, pembelian, promosi, penjualan,
penyimpanan, dan penjaminan kualitas serta berbagai metode bagi produsen untuk
menyampaikan produknya kepada konsumen.
Pembahasan kita di sini bukanlah distribusi dalam arti perdagangan atau pemasaran,
namun distribusi dalam arti ekonomi. Perhatian ekonomi dalam aspek distribusi adalah
bagaimana output, kekayaan dan pendapatan dibagi antar individu dalam masyarakat.
Seperti dibahas di awal, problem utama ekonomi adalah ketidakmerataan kepemilikan
dan akses terhadap sumber daya dan outputnya. Masalah ini sangatlah penting karena
sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan setiap anggota masayarakat.
Distribusi, dalam konteks ekonomi, adalah cara bagaimana membagi output, pendapatan,
atau kekayaan dalam suatu perekonomain negara di antara individu atau di antara
pemilik faktor produksi. Output, pendapatan dan kekayaan adalah tiga hal yang berbeda
dan masing-masing sering digunakan sebagai indikator kesejahteraan seseorang.
Output merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian
yang diukur dalam satuan unit. Ketika output itu diukur dalam satuan uang, misalnya
rupiah maka nilai rupiah dari output tersebut disebut dengan pendapatan (income). Di
sisi lain, kekayaan merupakan akumulasi pendapatan yang diterima ditambah dengan
semua sumberdaya ekonomi yang dimiliki oleh seseorang.
137
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Sebagai ilustrasi, misalkan dalam suatu perekonomian terdapat empat orang yang akan
bisnis menyewakan komputer, yaitu pemilik modal kerja, modal uang, tenaga kerja dan
pemilik keahlian. Dalam satu bulan, mereka berhasil mendapatkan pendapatan sewa
sebesar Rp10 juta. Perhitungan produksi dan kepemilikan faktor produksinya sebagai
berikut:
Dari gambaran tabel di atas, dapat diilustrasikan bahwa distribusi pendapatan dan
kekayaan sebagai berikut:
Dari tabel 7.2 dari keempat orang di atas, C adalah orang yang terbanyak pendapatannya,
sedangkan D adalah orang yang terkaya. Namun di sisi lain D adalah orang yang paling
sedikit pendapatannya. Dari ilustrasi di atas dapat digambarkan distribusi pendapatan
dan kekayaannya (lihat kolom ke-3 dan kolom ke-5 pada tabel 7.2).
138
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
Diagram 7.1 mengilustrasikan bahwa distribusi kekayaan (garis warna orange) lebih
tidak merata daripada distribusi kekayaan (garis warna biru). Semakin merata distribusi
ditunjukkan dengan semakin lurusnya garis, seperti ditunjukkan oleh garis putur-
putus. Pada garis putus-putus ini setiap kelompok masyarakat menerima bagian yang
proporsinya sama dan disebut dengan kemerataan sempurna. Ilustrasi di atas sesuai
dengan fakta global, bahwa distribusi kekayaan dunia jauh lebih tidak adil daripada
pendapatan17.
Inti dari teori distribusi adalah menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu:
139
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kita sering dirancukan antara makna distribusi dan keadilan, seolah-olah kedua istilah
ini memiliki arti yang sama. Di depan telah kita bahas tentang definisi dan pengukuran
distribusi. Pertanyaannya adalah apakah keadilan ekonomi itu identik dengan distribusi
yang merata? Ataukah distribusi ’tertentu’itu menujukkan keadilan? Untuk menjawab
hal tersebut, kita akan bahas beberapa paham yang populer tentang keadilan, khususnya
yang terkait dengan keadilan dalam aspek ekonomi.
Secara umum keadilan merupakan domain moralitas dan sering dikaitkan dengan istilah
kesetaraan (fairness), kesamaan (equality), pembiaran (desert) atau hak (rights). Filsuf
Aristoteles mendefinisikan keadilan dengan kesetaraan (fairness), yaitu pemberlakuan
tindakan yang sama kepada siapapun kecuali jika terdapat perbedaan yang relevan atau
penting. Mill mendefinisikan keadilan sebagai hak moral (moral right), yaitu hak untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta sesuatu yang individu berhak untuk menuntut
sebagai hak moral.
Maka prinsip umum dalam keadilan distributif ada lima, yaitu, setiap individu:
1) memiliki andil yang sama
2) mendapatkan sesuai kebutuhan
3) mendapatkan sesuai usaha personal
4) mendapatkan sesuai kontribusi sosial
5) mendapatkan hidup yang berkualitas (merits)
Dari kelima prinsip tersebut, para ekonom berpendapat bahwa tidak semua prinsip itu
bisa dijalankan secara bersamaan, meskipun secara individual dapat diterapkan. Misalkan
ada tiga orang satpam yang berkerja di sebuah perusahaan selama 48 jam dalam
seminggu. Satpam pertama (A) telah bekerja selama 20 tahun dan memiliki 5 anggota
keluarga (istri dan anak). Satpam kedua (B) telah bekerja selama 5 tahun dan memiliki 3
anggota keluarga, sedangkan satpam ke-tiga (C) baru bekerja selama 2 tahun dan belum
140
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
berkeluarga. Berapakah gaji yang adil untuk masing-masing satpam tersebut? Jika kita
terapkan prinsip pertama, maka gaji ketiga satpam tersebut seharusnya sama karena
mereka memberikan andil yang sama kepada perusahaan. Jika kita gunakan prinsip
kedua, maka dimungkinkan gaji satpam A lebih besar dari satpam B dan satpam B lebih
besar gajinya daripada satpam C karena pertimbangan beban keluarga yang berbeda.
Jika prinsip ketiga yang digunakan, maka harus diteliti lebih jauh seberapa besar usaha
personal masing-masing satpam, apakah beban kerja setiap satpam adalah sama? Jika
kita terapkan prinsip ke-lima, maka setiap satpam berhak untuk mendapatkan gaji
minimum yang cukup untuk hidup secara layak.
1 Egaliter murni 1) Setiap individu harus mendapatkan barang dan jasa yang sama
2) Mengecam adanya pembatasan kebebasan individu meskipun
hal itu akan meningkatkan kesejahteraan sosial
141
Ekonomi dan Keuangan Syariah
142
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
Dari gambaran singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kesamaan distribusi bukan satu-
satunya ukuran keadilan. Perbedaan pemahaman terhadap arti keadilan distribustif ini,
akan membawa implikasi kepada perbedaan arah pembangunan ekonomi dan kebijakan-
kebijakan ekonomi yang diperlukan.
Pendekatan Tidak ada kewajiban memberi Setiap orang bekerja dan berpikir tentang
berbasis subsidi kepada mereka yang pendapatan mereka sendiri
sumber daya lemah, baik individual atau Setiap orang adalah bebas dari pengaruh
kolektif lingkungannya
143
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Pendekatan Tidak ada kewajiban memberi Tiap orang bekerja dan berpikir tentang
berbasis subsidi kepada mereka yang pendapatan mereka saja
sumber daya tidak beruntung, baik individual Tiap orang terbebas dari pengaruh
atau kolektif lingkungannya
Konsep dasar sistem kapitalisme dalam masalah distribusi mengunakan azas bahwa
penyelesaian kemiskinan dan kekurangan dalam suatu negara dengan cara meningkatkan
produksi dalam negeri dan memberikan kebebasan bagi penduduk, untuk mengambil
hasil produksi (kekayaan) sebanyak yang mereka produksi untuk negara.
Azas distribusi yang diterapkan oleh sistem kapitalis ini pada akhirnya berdampak
pada realita bahwa yang menjadi penguasa sebenarnya adalah para kapitalis (pemilik
modal dan konglomerat), oleh karena itu hal yang wajar kalau kebijakan-kebijakan
144
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
yang dikeluarkan oleh pemerintah selalu berpihak kepada para pemilik modal atau
konglomerat dan selalu mengorbankan kepentingan rakyat sehingga terjadilah
ketimpangan (ketidakadilan) pendistribusian pendapatan dan kekayaan.
Isu pokok distribusi dalam distribusi fungsional adalah seberapa besar faktor produksi
mendapatkan bagian pendapatan dari produk yang dihasilkan. Dengan pijakan asumsi
motivasi kepentingan pribadi, permintaan input dalam kapitalisme dipandang merupakan
permintaan turunan, yaitu permintaan yang lahir sebagai akibat produsen membutuhkan
mereka untuk mencari laba. Produsen membutuhkan pegawai, sumberdaya alam dan
sumberdaya modal dalam rangka memaksimalkan laba mereka. Motivasi laba dalam
produksi inilah yang menjadi akar keputusan mengenai input apa yang akan digunakan,
berapa jumlahnya dan dengan tingkat harga berapa.
Maka dari kacamata produsen, harga input yang diharapkan adalah harga yang
memaksimalkan laba mereka. Jika pasar input juga diasumsikan bersaing bebas
sehingga harga input bergantung pada mekanisme pasar, maka peran produsen sebatas
penentuan jumlah input atau biaya yang akan digunakan. Mereka menggunakan
pendekatan produktivitas marjinal untuk menentukan bagian pendapatan bagi faktor
produksi yang digunakannya.
Bagi kapitalis murni, sistem ekonomi pasar dianggap tidak memberikan masalah terhadap
urusan distribusi. Distribusi pendapatan melalui mekanisme pasar adalah fakta yang apa
adanya, dan itulah yang terjadi di mana-mana. Milton Friedman, salah satu pendukung
kapitalis murni, menyadari hal ini dan membiarkan adanya intervensi pemerintah untuk
mengatasi kesenjangan pendapatan dan mengurangi kemiskinan.
Oleh karena itu, kaum kapitalis akan membedakan antara persamaan hak dan persamaan
kesempatan di satu sisi, dan persamaan materi atau output di sisi lain. Untuk mengatasi
masalah kesetaraan ini, kaum kapitalis menyarankan peran sedekah swasta (pilantropi)
untuk membantu orang yang kurang beruntung sebagai wujud prinsip kebebasan
yang tepat. Namun, ternyata mereka juga menyetujui adanya tindakan negara, untuk
memperbaiki kemiskinan sebagai cara yang lebih efektif di mana sebagian besar
masyarakat dapat mencapai tujuan bersama.
145
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Keadilan dalam distribusi sumber daya, selalu menjadi perhatian mendasar oleh Islam.
Hal ini adalah masalah pertama yang diselesaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Langkah
awal beliau ketika hijrah ke Madinah adalah upaya meredistribusi kekayaan antara
masyarakat Mekkah (muhajirin) dan Madinah (Anshor). Metode distribusi dilakukan
melalui kekayaan negara maupun kekayaan individu. Pembagian kekayaan negara (fa’i
dan ghanimah) dilakukan melalui metode transfer langsung oleh Rasulullah kepada
penerima, sedangkan distribusi kekayaan personal diserahkan kepada mekanisme sosial
yang ada. Pada umumnya kaum anshor membagikan sebagian hartanya kepada kaum
muhajirin secara percuma.
Di sisi lain, dalam hal distribusi pendapatan sangat berkaitan dengan kemampuan dan
kemauan individu dalam berkontribusi dalam perekonomian. Besar kecilnya pendapatan
seseorang telah ada sejak sebelum Islam dan peran Islam, dalam hal ini adalah sebatas
pada mengendalikan cara pencarian pendapatan agar tidak merugikan pihak lain dan
tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Berbagai profesi dengan variasi pendapatan-
pun tetap berkembang sejak zaman Rasulullah SAW tidak pernah membatasi mengenai
besar kecilnya penetapan pendapatan ini.
Jika diamati, konsep distribusi dalam berbagai paham konvensional pada hakikatnya
ditujukan untuk meraih keadilan sosial, meskipun di antara mereka memiliki definisi
dan indikator keadilan distributif yang berbeda-beda. Islam tidak hanya melihat bahwa
keadilan sosial adalah satu-satunya tujuan distribusi pendapatan atau kekayaan, namun
juga ada tujuan lain yang tidak kalah penting, yaitu kepatuhan syariah dan moralitas. Ini
adalah implikasi dari orientasi maqasid syariah dalam distribusi. Maqasid syariah dalam
distribusi dapat diuraikan menjadi tiga, yaitu:
1) Mencegah kekayaan (sumber daya) dikuasai oleh sekelompok kecil orang dan
membantu meredistribusi kekayaan tersebut kepada anggota masyarakat.
2) Mengendalikan perilaku ekonomi yang tidak sehat dan bertentangan dengan
prinsip syariah.
Syariah Islam secara tegas melarang beberapa perilaku konsumen dan produsen yang
tidak sehat seperti riba, judi, spekulasi berlebihan, pasar gelap, kemubadziran, minuman
keras dan sebagainya. Kegiatan distribusi diharapkan mampu miminimalkan terjadinya
pasar yang tidak sehat dan pelanggaran syariah. Sebagai contoh dalam bersedekah,
146
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
Islam mengajarkan untuk menerapkan skala prioritas mengenai siapakah yang berkah
mendapakan sedekah terlebih dahulu. Prioritas dalam bersedekah atau memberikan
nafkah dijelaskan oleh para ulama harus mengikuti skala prioritas:
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sedekah yang
paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan mulailah dari
orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112)
18 Dalam berbagai hadits dan ayat Al-Quran dijelaskan mengenai berbagai keutamaan sedekah. Keutamaan inilah yang
dijadikan dasar para ulama membuat skala prioritas dalam sedekah. Salah satu pendapat yang umum adalah bahwa
sedekah hendaknya diprioritaskan kepada mereka dengan urutan berikut (1) keluarga, yaitu istri anak dan orang tua
yan g menjadi tanggungan kita, (2) saudara dekat, seperti paman, adik, dan saudara sedarah lain, (3) a nak yatim
dan orang miskin, (4) tetangga dan teman sejawat, dan (5) orang yang dalam perjalanan dan memerlukan bekal, (6)
peminta-minta.
147
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Bagaimana indikator atau ukuran distribusi yang dikehendaki oleh Islam? Apakah setiap
orang berhak atas jumlah kekayaan yang sama merata? Ataukah setiap orang berhak
mendapatkan kekayaan sesuai dengan kerja kerasnya? Ataukah ada indikator lain yang
Islam kehendaki?
Dalam hal ini, kita akan sederhanakan pembahasan dalam dua ukuran, yaitu dalam hal
distribusi personal dan kedua adalah distribusi fungsional.
Islam tidak menetapkan ketentuan yang baku mengenai kondisi ideal distribusi
kekayaan dan pendapatan di suatu masyarakat, apakah merata sempurna ataukah
bukan. Berbagai ketentuan mengenai distribusi lebih banyak berkaitan batasan metode
pemilikan dan pendistribusian yang dibolehkan dan dilarang oleh syariah. Sejarah Islam-
pun menunjukkan praktik yang bervariasi tentang bagaimana distribusi kekayaan dan
pendapatan dilakukan oleh para pemimpin Islam.
Secara garis besar, prinsip Islam dalam keadilan distributif kekayaan dan pendapatan
mencakup hal-hal berikut19:
1) Perekonomian menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu.
Kebutuhan dasar dalam Islam merujuk kepada kebutuhan darurat atas lima jenis
kemaslatan seperti kebutuhan jiwa, akal, keluarga, pendapatan/pekerjaan dan
agama.
2) Prinsip keadilan bukan kesamaan dalam hal pendapatan personal; dan
3) Penghapusan ketidaksetaraan pendapatan personal dan kekayaan yang ekstrim.
Ketidakmerataan distribusi kekayaan antar manusia adalah suatu hal alamiah yang
Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara manusia itu yang terbaik perbuatannya.
Islam tidak menghendaki untuk membuat distribusi kekayaan adalah merata sempurna,
karena memang setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Prinsip Islam dalam aspek distribusi personal adalah sebagai berikut:
19 Khalid Ahmad dan Arif Hassan, 2000, Distributive Justice: The Islamic Perspective, Intellectual Discourse, Vol 8, No 2, 159-172.
148
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
1) Sirkulasi harta: penumpukan kepemilikan harta pada sekelompok orang saja dan
penimbunan harta adalah dilarang, namun hal ini bukan berarti bahwa kekayaan di
suatu negara harus dibagi merata kepada setiap individu. Islam hanya memberikan
batasan atau aturan mengenai hal-hal (perintah dan larangan) yang dapat
memperparah penguasaan harta, seperti larangan riba dan judi.
3) Hak hidup layak: kekayaan dan pendapatan yang menjamin kepada kehidupan layak
minimum (lima maslahah) adalah hak setiap individu dan menjadi tanggungjawab
secara kolektif, baik pemerintah atau masyarakat.
5) Jaminan sosial: Islam melarang penguasaan oleh individu atas kekayaan yang
menjadi hajat hidup orang banyak, seperti air, energi, bahan tambang dan mineral
dan sebagainya. Karenanya negara bertanggungjawab untuk memberikan layanan
dan jaminan sosial kepada setiap individu sehingga mereka mampu berpartisipasi
secara mandiri dalam perekonomian.
149
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Keadilan dalam konteks harga faktor produksi adalah diterapkannya prinsip iwad
al-mithl (kompensasi yang sepadan), artinya faktor produksi mendapatkan imbalan
sesuai dengan jasa atau kontribusi yang telah diberikannya. Suatu harga faktor
produksi akan dikatakan tidak adil apabila faktor produksi tersebut mendapatkan
imbalan yang tidak sama atau proporsional dengan kontribusinya terhadap kegiatan
produksi. Setiap faktor produksi hanya berhak atas imbalan yang sepadan, tidak
lebih dan tidak kurang. Dalam QS An- Najm (53) ayat 39 disebutkan:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya” (QS An-Najm:39)
Prinsip keadilan dalam menentukan harga input ini akan semakin penting dalam
kaitan input manusia (tenaga kerja), sebab input ini berbeda dengan input non
manusia. Kelangkaan mengacu pada kondisi relatif antara permintaan suatu barang
atau jasa terhadap penawarannya. Semakin langka suatu faktor produksi maka akan
150
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
semakin mahal harganya, sebaliknya semakin berlimpah maka akan semakin rendah
harganya. Pertimbangan kelangkaan dalam penentuan harga faktor produksi berarti
penempatan harga pasar sebagai harga dari faktor produksi tersebut.
Penentuan harga faktor produksi ini telah banyak dibahas oleh ulama dan ekonom
Islam mengenai peran setiap faktor produksi dan penentuan harganya. Konsep
penentuan harga faktor produksi secara singkat dapat disajikan dalam tabel berikut
ini.
Tenaga Kerja Manusia tidak boleh diperlakukan sebagai komoditi yang diperjualbelikan.
Tingkat upah riel mempertimbangkan tingkat kebutuhan /maslahah
minimum, aspek konstribusi, dan kondisi atau risiko pekerjaan. Kekuatan
pasar tenaga kerja lebih berperan dalam menentukan tambahan upah yang
di atas batas minimal.
Tingkat upah = tingkat upah pasar, jika tingkat upah pasar
tingkat upah minimum
Tingkat upah = tingkat upah minium, jika tingkat upah pasar
< tingkat upah minimum
Tingkat upah pasar = f (kelangkaan, kontribusi, risiko pekerjaan)
Tanah/Modal Fisik Sewa modal fisik boleh ditetapkan di awal kontrak meskipun penggunaan
modal mengalami kerugian. Hal ini dibolehkan karena adanya penyusutan
nilai modal ketika modal fisik itu dipergunakan meskipun pengguna
mengalami kerugian. Kompensasi modal fisik juga dibolehkan melalui
kontrak kerjasama bagi-hasil, dimana pemilik modal dan manajemen berbagi
untung atau kerugian sesuai dengan kesepakatan.
Proses penetapan harga modal tetap diserahkan kepada mekanisme pasar
yang adil.
Jika pasar tidak dapat menentukan harga dengan adil, maka pemerintah
memiliki tanggungjawab untuk campur tangan. Misalnya, pernah Rasulullah
SAW melarang pemilik tanah untuk menyewakan tanah dalam bentuk
ongkos sewa yang dipungut dari hasil panen, karena hal ini berpotensi
menindas dan merugikan
151
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Modal Uang Sewa modal uang dalam bentuk tetap adalah riba dan diharamkan.
Maka pemanfaatan modal uang menggunakan kontrak investasi, dimana
pemilik modal dan manajemen bersepakat untuk suatu usaha dengan
berbagi untung dengan porsi bagi hasil yang disepakati di awal. Pembagian
keuntungan disesuaikan dengan kesepakatan di awal perjanjian, sedangkan
pembagian kerugian disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing.
Larangan sewa modal uang ini dikarenakan modal uang tidak memiliki nilai
penyusutan ketika digunakan. Porsi bagi hasil yang ideal diserahkan kepada
mekanisme pasar yang adil.
Taqiyyudin an-Nabhani menjelaskan kriteria upah yang sepadan ini (ajrun al-mithl)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Upah hendaklah jelas besar dan ukurannya dengan bukti dan ciri yang
bisa menghilangkan ketidakjelasan.
2. Upah harus dibayarkan sesegera mungkin atau sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dalam akad.
152
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
upah yang berlaku di pasar tidak mencukupi, para karyawan berhak mendapatkan
zakat untuk melengkapinya. Maka salah satu alternatif upah minimum yang
ditawarkan oleh para ekonom muslim adalah upah sebesar nishob zakat, yaitu
pendapatan yang setara dengan pendapatan wajib zakat emas. Artinya, jika nishob
zakat disesuaikan dengan harga 85 gram emas dalam setahun, dalam sebulan, batas
gaji minimum sebesar 85/12 = 7,083 gram emas. Jika harga rata-rata satu gram
emas selama 2016 sebesar Rp500.000, maka upah atau gaji minimum 2016 sebesar
7,083 x Rp500.000= Rp3.541.500. Dengan asumsi kondisi harga emas stabil. Dalam
hal kondisi harga emas sangat berfluktuasi, penyesuaian upah minimum dapat
dilakukan dua kali dalam setahun seperti yang sekarang diberlakukan di negara
Spanyol dan Yunani.
Dapat kita lihat perbedaan yang mendasar antara pandangan Islam dan konvensional
dalam hal pengupahan. Perbedaan tersebut ada dua. Yakni (1) Islam melihat
upah sangat besar kaitannya dengan konsep moral atau kemanusiaan sedangkan
konvensional tidak. (2) Upah dalam Islam tidak hanya sebatas berbentuk materi,
153
Ekonomi dan Keuangan Syariah
namun juga kompensasi non finansial dan spiritual, yaitu memberikan kebaikan
yang bersifat ukhrawi bagi pekerja.
Untuk meraih distribusi kekayaan dan pendapatan yang mampu memuliakan harkat
manusia, Islam telah memiliki seperangkat instrumen distribusi yang melekat pada
sistem ekonomi Islam.
Instrumen tersebut meliputi instrumen yang bersifat legal atau diwajibkan, dan ada yang
bersifat sukarela, baik melalui mekanisme pasar ataupun mekanisme sosial.
Jenis Harga yang Dizakati Basis Perhitungan Nisab Bentuk Harta Zakat
Bentuk pembayaran zakat maal dapat dilakukan dalam bentuk uang atau dalam
bentuk komoditi. Seperti zakat atas hasil pertanian dan peternakan dibayarkan
dalam bentuk produk. Dengan demikian, zakat merupakan alat distribusi kekayaan,
baik yang berbentuk faktor produksi ataupun uang/pendapatan.
154
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
b. Sistem Warisan
Islam memberikan hak kepada individu untuk mendistribusikan kekayaannya
kepada keluarga, kerabat dan keturunannya melalui sistem warisan, yaitu
pendistribusian kekayaan menurut syariat waris yang dibagikan setelah individu
meninggal dunia. Islam tidak memberikan otoritas mutlak kepada pemilik harta
untuk mendistribusikan hartanya untuk menghindari terjadinya konsentrasi harta
pada sekelompok kecil. Hak mendapatkan warisan ini telah diatur oleh syariah.
c. Sedekah
Shadaqah berasal dari kata Arab: shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Adapun maknawi,
sedekah adalah membelanjakan harta untuk kepentingan kebaikan. Zakat juga
sering disebut dengan istilah sedakah di dalam Al-Qur’an. Namun secara khusus,
sifat sedekah adalah sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam
pengeluarannya baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya. Sedekah tidak
terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa
yang bermanfaat bagi orang lain. Sedekah mempunyai cakupan yang sangat luas
dan digunakan Alquran untuk mencakup segala jenis sumbangan. Shadaqah adalah
segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang
tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya
menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta hingga memberikan
senyuman.
Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah SAW menyatakan: “jika
tidak mampu bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, takbir, tahmid,
tahlil, atau melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah”.
d. Wakaf
Wakaf adalah salah satu bentuk khusus dari sedekah. Jika sedekah merupakan
istilah umum untuk bentuk amal kebaikan, wakaf adalah sedekah dalam bentuk
memberikan sesuatu hasil manfaat dari harta, dimana harta pokoknya tetap/lestari
atas kepemilikan pemberi manfaat tersebut walaupun sesaat. Pemanfaatan harta
ini bisa bersifat sementara ataupun selamanya.
Wakaf merupakan suatu bentuk amal kebaikan yang akan mendapatkan imbalan
pahala yang tidak pernah putus selama hartanya masih memberikan manfaat,
sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadis:
“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali
tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan,
155
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Wakaf merupakan suatu instrumen distribusi pendapatan dan kekayaan yang sangat
fleksibel. Manfaat wakaf dapat diperuntukkan untuk kepentingan personal (yaitu
wakaf keluarga atau wakaf ahli), ataupun untuk pembangunan sarana publik dan
peribadatan. Dalam hal ini, wakaf dapat dimanfaatkan sebagai layanan penyedia
jaminan sosial seperti sarana kesehatan, pendidikan, transportasi publik dan
sebagainya.
e. Hibah
Hibah atau hadiah adalah pemberian kekayaan oleh seseorang dikarenakan rasa
bahagia atau syukur. Pemberian hibah adalah disunnahkan bahkan dicontohkan oleh
Nabi SAW dan para shahabat. Rasulullah SAW menyukai perilaku berbagi hadiah
karena perilaku semacam ini akan menumbuhkan rasa cinta dan persaudaraan.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw. selalu
menerima hadiah dan membalasnya.” (HR. Al-Bukhari dalam Bulughul Maram).
Dalam hadis yang lain diceritakan: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami ‘Isa bin Yunus dari Hisyam dari bapaknya dari ‘Aisyah
berkata: “Adalah Rasulullah SAW menerima pemberiah hadiah dan membalasnya”.
Waki’ dan Muhadhir tidak menebutkan dari Hisyam dari bapaknya dari ‘Aisyah (HR
Bukhari – 2396)
156
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
Dalam hubungannya dengan distribusi, peran pajak atau dharibah dapat dijadikan
instrumen untuk meredistribusi pendapatan kepada mereka yang membutuhkan.
Secara ideologis, orang yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain
yang sangat membutuhkan adalah hal yang disukai dan dianjurkan, karena
di dalamnya terdapat pahala yang besar. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan
disyariatkannya hutang piutang ialah sebagaimana berikut ini: Dalam Al-Qur’an
surah Al-Baqarah (2) ayat 245
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah:
245)
157
Ekonomi dan Keuangan Syariah
RANGKUMAN
2. Fakta menujukkan bahwa semakin maju pembangunan dewasa ini ternyata tidak
diikuti oleh penurunan ketimpangan pendapatan. Apalagi ketimpangan kekayaan
bahkan menunjukkan kondisi yang lebih parah.
158
Kegiatan Distribusi dalam Ekonomi Islam
6. Islam lebih menekankan pada proses distribusi daripada hasil dari distribusi itu
sendiri. Hal itu tercermin dari prinsip pokok dalam distribusi, seperti prinsip
kekebasan kepemilikan, prinsip sirkulasi harta, prinsip jaminan sosial, prinsip hak
hidup layak dan prinsip kesamaan kesempatan.
KONSEP-KONSEP PENTING
• Distribusi personal
• Distribusi fungsional
• Keadilan distributif
• Indeks Gini
• Pendekatan Produksi Marjinal
• Garis Kemerataan Sempurna
• Zakat, infaq, sedekah dan wakaf
• Dharibah
1. Jelaskan apa yang disebut dengan kegiatan distribusi dalam ekonomi? Apa
perbedaannya dengan pemasaran?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan distribusi personal? Bagaimana cara
mengukurnya?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan distribusi fungsional? Bagaimana cara
mengukurnya?
4. Apakah distribusi pendapatan yang merata sempurna adalah yang terbaik menurut
Islam?
5. Jelaskan mengapa dan berikan contohnya.
6. Apa prinsip utama distribusi personal dalam Islam?
7. Jelaskan beberapa instrumen distribusi dalam ekonomi Islam. Jelaskan pula
perbedaanya dengan konvensional.
159
Ekonomi dan Keuangan Syariah
PENUGASAN
Akseslah data tentang ketimpangan pendapatan secara global. Misalkan akses situs
ini https://ourworldindata.org/global-economic-inequality. Coba perhatikan data dan
informasi yang tersedia dan diskusikan dengan grup di kelas kalian dan jawablah
beberapa pertanyaan ini:
a. Bagaimanakah trend atau perkembangan ketimpangan pendapatan secara global
dewasa ini: apakah semakin memburuk ataukah semakin membaik?
b. Negara-negara manakah yang memiliki ketimpangan 5 tertinggi (terparah) dan 5
terendah (terbaik)?
c. Adakah penjelasannya mengapa ketimpangan pendapatan dan kekayaan itu bisa
terjadi? Diskusikan dengan teman diskusi kalian.
160
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Bab.8
E
konomi makro pada hakikatnya adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Jika
ekonomi makro berjalan dengan baik, pekerjaan mudah ditemukan, pendapatan
pada umumnya akan meningkat, dan keuntungan perusahaan tinggi. Di sisi lain, jika
ekonomi makro dalam keadaan buruk, lowongan kerja sangat sulit, pendapatan tidak
meningkat secara rill, dan keuntungan bisnis rendah dan ketidakpastian tinggi. Krisis
moneter tahun 1995-1997 dan krisis keuangan 2007-2008 diiringi dengan peningkatan
pengangguran dan sulitnya lapangan kerja baru. Harga-harga barang pun naik tanpa
ada kenaikan pendapatan masyarakat. Mengingat besarnya pengaruh makroekonomi
terhadap kehidupan kita, penting bagi kita untuk memahami cara kerjanya dan solusi
yang diberikan oleh Islam terhadap masalah ekonomi makro.
Ekonomi makro adalah ekonomi yang mempelajari kegiatan ekonomi secara keseluruhan
atau agreget. Lebih jauh ekonomi makro memuat analisis terhadap kegiatan satu
perekonomian dari sudut pandang yang lebih luas atau lebih besar, yang mencakup
seluruh kegiatan ekonomi. Dalam analisisnya, bersifat umum dan tidak memperhatikan
atau mempertimbangkan kegiatan ekonom yang dilakukan oleh unit-unit terkecil dalam
perekonomian. Sebagai contoh: dalam teori ekonomi makro,analisis kegiatan penawaran
dan permintaan atau jual beli,bukanlah perilaku seorang pembeli yang dianalisis,tetapi
keseluruhan pembeli yang ada dalam perekonomian.Begitu pula dalam analisis tingkah
laku produsen,yang diamati atau dipelajari bukanlah kegiatan seseorang produsen,tetapi
kegiatan keseluruhan produsen dalam perekonomian.Ekonomi makro mempelajari
topik atau masalah seperti: penentuan kegiatan perekonomian,pengangguan dan inflasi
serta peran kebijakan pemerintah dan sebagainya.
Ekonomi makro Islam, disamping menaruh perhatian besar terhadap berbagai masalah
ekonomi makro yang dihadapi suatu perekonomian, namun hal yang lebih penting
adalah bagaimana kebijakan ekonomi makro dilakukan agar kemaslahatan dalam
konteks yang luas dapat terwujud. Oleh karena itu hal pertama yang perlu dipahami
adalah tujuan-tujuan ekonomi makro Islam, dan indikator ekonomi makro Islam. Dengan
berbasis indikator tersebut akan dirumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi Islam untuk
mewujudkan tujuan ekonomi Islam.
161
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Secara garis besar, tujuan kebijakan ekonomi yang diterima umum ada tiga, yaitu
pertumbuhan ekonomi, stabilitas dan keadilan ekonomi. Aspek pertumbuhan kemudian
dikoreksi dan diuraikan menjadi empat aspek, yaitu pertumbuhan, kesempatan kerja,
keseimbangan ekosistem dan kemandirian. Tujuan keadilan dipertegas menjadi
penurunan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Secara singkat kita uraikan dari
ketujuh tujuan tersebut.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: https://ib-economics.wikispaces.com
Gambar 8.1 Teori Trickle Down Effect dan Hadits Perintah Bersyukur
162
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
ke kelas sosial yang lebih atas. Mereka yang kelas sosialnya rendah akan berusaha
menaikkan status kelasnya dengan meniru gaya baju kelas atasnya dengan cara imitasi.
Mereka yang di kelas atas juga tidak mau kalah. Mereka akan mengganti dengan baju
lebih baru untuk tampil beda dan akhirnya hal ini berlanjut memengaruhi kelas-kelas
dibawahnya. Semua akan mendapatkan baju yang lebih baik.
Teori ini meyakini bahwa jika perusahaan diberi insentif untuk tumbuh, yaitu dengan
penurunan atau pembebasan pajak, maka dorongan untuk belanja dan produksi juga
akan meningkat. Hal ini diyakini akan meningkatkan lapangan pekerjaan, gaji dan
pendapatan semua masyarakat. Produktivitas dan pertumbuhan pun akan meningkat
dengan adanya pembebasan pajak ini.
20 Zubair Hasan, 2015, Economics wit Islamic Orientation, Oxford University Press, hal. 376
163
Ekonomi dan Keuangan Syariah
2. Kesempatan Kerja
Namun faktanya pengangguran seringkali terjadi dan bisa disebabkan oleh faktor-faktor
non ekonomi. Perang, bencana alam dan wabah penyakit, dan faktor sosial politik seperti
korupsi sering menjadi penyebab naiknya pengangguran.
Fokus ekonom adalah pada upaya menurunkan tingkat pengangguran dari aspek
ekonomi. Tidak setiap jenis pengangguran menjadi perhatian ekonom, dimana ada
empat jenis pengangguran, yaitu:
164
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Pengangguran jenis (a) dan (b) tidak diperhitungkan dalam ekonomi karena diharapkan
mereka akan segera terserap dunia kerja ketika proses transformasi ekonomi selesai
dilakukan.
3. Keseimbangan ekosistem
Masalah lingkungan ini telah menjadi perhatian ekonomi mikro, namun belum banyak
mendapatkan perhatian serius dalam konteks makro.
4. Kemandirian Ekonomi
Salah satu perhatian utama kebijakan ekonomi negara berkembang adalah turunnya
ketergantungan utang luar negeri. Sebagian besar negara berkembang memiliki utang
luar negeri yang terus meningkat dan hal ini berimplikasi pada banyak hal, termasuk
ketergantungan pembangunan dan defisit anggaran. Kemandirian ekonomi dalam
konteks global ini tidak selalu diartikan bahwa suatu negara harus mampu memproduksi
seluruh outputnya sendiri, namun setidaknya kemampuan ekspor untuk membiayai
impor atau tidak adanya defisit neraca perdagangan.
5. Keadilan Distributif
Salah satu tujuan utama kebijakan adalah keadilan sosial yang salah satu aspeknya
adalah keadilan distributif. Sebagaimana telah di bahas di bab sebelumnya, keadilan
distributif berkaitan dengan distribusi output, pendapatan dan kekayaan (sumber daya)
dalam suatu masyarakat. Berbagai paham ekonomi memiliki tujuan yang sama yaitu
distribusi yang adil, meskipun mereka memiliki definisi dan pengukuran tersendiri.
165
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Meskipun demikian, harga dari faktor produksi sangat bergantung pada kondisi pasar
faktor produksi dan kelangkaannya. Faktor produksi yang memberikan kontribusi besar
bagi laba perusahaan belum tentu dihargai tinggi karena ketersediaannya tidaklah
langka.
6. Penurunan Kemiskinan
Definisi dan pengukuran kemiskinan sangatlah unik, memerlukan konsep dan teknik
pengukuran yang sesuai untuk tingkat nasional dan internasional.
7. Stabilitas
Tujuan kebijakan ekonomi dalam Islam diturunkan pula dari konsep maqasid syariah,
yaitu tercapainya falah dalam konteks ekonomi makro. Sebagaimana dijelaskan di
166
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
awal bab ketiga buku ini, misi utama ekonomi islam, sebagaimana Islam itu sendiri,
yaitu maqasid syariah dalam rangka mewujudkan al-falah. Secara praktis, pandangan
ideologis ini juga berarti (1) menjaga ekonomi agar aktivitas ekonomi tetap sesuai
dengan petunjuk syariah dan (2) islamisasi ekonomi jika ditemukan praktik yang di luar
ketentuan Shar ah. Penghapusan bunga dari sistem keuangan adalah contoh dari yang
kedua.
Dalam konteks ekonomi makro, tujuan kebijakan ekonomi dapat dipilah menjadi tujuan
utama dan tujuan kedua.
2) Pemenuhan kebutuhan dasar minimum (hak asasi ekonomi) untuk setiap individu
dan keluarga. Kebutuhan dasar bukan sekedar SEMBAKO (sembilan bahan pokok),
namun kebutuhan yang merujuk kepada lima aspek maslahah seperti dibahas
sebelumnya.
Kedua tujuan pertama ini merupakan kewajiban kifaya dari pemerintah, karena
tanpa institusi yang benar dan pemenuhan kebutuhan dasar minimun, maka
keadilan tidak akan bisa diwujudkan. Tanggungjawab ini senantiasa melekat kepada
pemerintah apapun keadannya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam surat Al-Kahfi
(18):7-8 bahwa keberadaan dunia seisinya ini adalah bentuk ujian dari Allah agar
manusia diketahui tingkat kebaikannya.
“(7) Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.(8) dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa
yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (QS Al-Kahfi:7-8)
3) Menjaga negara dari ancaman eksternal, seperti ancaman politik dan keamanan,
ketergantungan terhadap utang luar negeri, teknologi asing dan penguasaan
asing terhadap perekonomian nasional. QS al-Anfal (8):60 menjelaskan perintah
kepada penguasa/pemerintah untuk menjaga umat dari serangan musuh.
167
Ekonomi dan Keuangan Syariah
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang
kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu
dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Anfaal:60)
168
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
4) Pengentasan kemiskinan
Tidak bisa dibenarkan menurut pandangan Islam adanya seseorang yang hidup
berkecukupan atau mewah di tengah masyarakat dalam keadaan kelaparan,
berpakaian compang-camping, meminta-minta, menggelandang atau membujang
selamanya. Artinya jika kemiskinan masih terjadi, maka umat Islam di sekitarnya
menjadi bertanggungjawab untuk turun menyediakan pemenuhan kebutuhannya.
Apabila pemerintah mengambil peran semacam ini, maka kewajiban kolektif (fard
kifayah) untuk membantu yang miskin telah dijalankan.
Kedelapan tujuan diatas merupakan tujuan umum untuk setiap kebijakan ekonomi
makro, baik melibatkan kebijakan fiskal, moneter ataupun bauran (campuran) kebijakan.
Meskipun demikian, kebijakan ekonomi harus disinkronisasikan dengan kebijakan
lainnya dalam mewujudkan tujuan ekonomi makro karena pada hakikatnya sumber
masalah ekonomi bisa berasal dari berbagai aspek.
Gambaran ideal perekonomian Islam telah sekilas dibahas di bab 3, yaitu perekonomian
yang diharapkan adalah perekonomian yang adil, tumbuh sepadan dan berkesinambungan
dengan tatanan sosial yang berperadaban dan bermoral. Ada lima kata kunci dari jati
diri perekonomian Islam, yaitu adil, tumbuh sepadan, berkesinambungan, bermoral
dan berperadaban. Istilah ini diadopsi dari Al-Qur’an surat Saba’ (34) ayat 15 dengan
istilahnya ‘baldatun thayyibun warabbun ghafuur.
169
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Secara umum, indikator ekonomi makro Islam tidak banyak berbeda dengan ekonomi
konvensional, yang diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu pertumbuhan,
pemerataan dan stabilitas. Di depan telah dibahas ada 7 (tujuh) indikator kinerja
ekonomi, namun beberapa indikator perlu disesuaikan dengan prinsip syariah agar
indikator utama tercapainya falah dapat diukur dengan tepat.
Indikator ini merupakan indikator yang paling awal, sebelum tahun 1960an, digunakan
dan banyak mendapatkan kritik karena tidak mampu mengukur kesejahteraan yang
sesungguhnya. Kelemahan utama indikator ini adalah tidak mampu mengukur
penyebaran atau distribusi kesejahteraan antar individu dan daerah, hanya mengukur
pendapatan atau pengeluaran yang ditransaksikan melalui mekanisme pasar, tidak
mempertimbangan biaya sosial seperti polusi, penyakit akibat kurang istirahat kerja,
tidak mengukur biaya lain non finansial seperti berapa jam kerja yang dikorbankan oleh
pegawai, tidak pula mengukur moralitas dalam aktivitas ekonomi.
170
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Beberapa indikator GDP/PDB yang telah dikoreksi dan lebih mendekati Islam telah
disusun oleh ekonom barat, diantaranya adalah:
3) Tingkat Pengangguran
Islam sangat tegas membenci orang yang malas bekerja atau pengangguran sukarela.
Tujuan utama bekerja dalam Islam bukanlah memperoleh pendapatan namun
pemanfaatan sumber daya, yaitu waktu, tenaga dan pikiran, untuk menghasilkan
kemaslahatan. Oleh karena itu tingkat pengangguran merupakan indikator sangat
penting dalam ekonomi Islam, yaitu pengangguran yang tidak terserap dari sistem
perekonomian sebagai akibat goncangan permintaan ataupun penawaran barang/
jasa.
4) Keadilan Distributif
Indikator utama keadilan distributif dalam Islam adalah mengukur seberapa besar
konsentrasi pemilikan kekayaan dan keadilan kompensasi terhadap faktor produksi.
Koefisien Gini merupakan indikator keadilan distributif yang selama ini banyak
digunakan di berbagai negara, namun indeks ini sebatas mengukur distribusi
22 Nordhaus, W.D. and Tobin, J (1972), Is Growth Obsolete? Economic Growth, National Bureau of Economic Research,
No 96, New York.
171
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan China telah mengukur
tingkat distribusi kekayaan ini dan indikator ini akan lebih melengkapi distribusi
pendapatan. (Lihat www.wid.world)
b. Stabilitas Ekonomi
Dalam ekonomi Islam, stabilitas ekonomi mestinya mengukur stabilitas pasar, kemampuan
pemerintah dan masyarakat yang berkontribusi dalam perekonomian. Stabilitas pasar
dapat diukur dari stabilitas nilai uang dan harga-harga umum (atau inflasi), stabilitas
logistik dan harga input, termasuk tingkat upah dan biaya modal. Stabilitas kemampuan
negara diukur dari keseimbangan fiskal, yaitu naik turunnya defisit anggaran negara.
Sedangkan stabilitas ekonomi masyarakat dapat dilihat dari fluktuasi defisit sektor
zakat dan wakaf. Berbagai indikator tersebut hingga saat ini belum mampu dirumuskan
dengan baik sehingga dapat diimplementasikan dalam kebijakan ekonomi.
1) Tingkat Kemiskinan
Perhatian terhadap kemiskinan merupakan perhatian semua paham ekonomi
termasuk ekonomi islam, sehingga tingkat kemiskinan menjadi indikator pokok
dalam ekonomi makro. Hal yang membedakan adalah definisi dan pengukuran
kemiskinan dan strategi untuk mengatasinya.
Secara umum, ekonom menyepakati bahwa istilah miskin sering dilawankan dengan
muzakki atau kewajiban berzakat. Mereka yang miskin adalah mereka yang secara
keuangan belum berkewajiban membayar zakat. Dalam hal ini, maka indikator
kemiskinan bersifat sangat relatif, bergantung pada jenis mata pencaharian dan
biaya hidup setempat.
Para ekonom Islam telah mengembangkan berbagai indikator kemiskinan yang lebih
sesuai dengan Islam, yang pada intinya mengukur kemiskinan dari aspek material
dan spiritual atau multidimensial. UNDP-PBB telah mengembangkan indeks
kemiskinan multidimensi (MPI) yang terdiri dari tiga indikator utama yaitu standar
hidup, kesehatan dan pendidikan, yang semuanya diuraikan menjadi 18 indikator.
172
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
IMPI
Kekayaan Perumahan Air dan Energi Pendapatan Kesehatan Pendidikan Ibadah Sedekah
Sanitasi Wajib
2) Kelestarian lingkungan
Perhatian terhadap kerusakan lingkungan menjadi perhatian ekonom
konvensional sebagai reaksi atas dampak negatif perkembangan ekonomi satu abat
terakhir abad ini. Di sisi lain, secara ideologis Islam telah memberikan peringatan
keras kepada siapa saja yang dengan sengaja melakukan perusakan lingkungan.
Allah menyebut orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dengan sebutan
munafik, karena mereka sebenarnya sadar dalam melakukannya. Allah berfirman
dalam Surah Al-Baqarah (2):11-12:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS al-Baqarah:11-12).
Larangan berbuat kerusakan di muka bumi juga disebutkan beberapa ayat Al-
Quran yang lain, seperti QS Al-Baqarah (2): 60, QS Al-A’raaf (7): 56-58, 74 dan 85,
QS Ar-Rum (30): 41-42. Dari berbagai ayat tersebut dijelaskan bahwa sesunggunya
alam semesta ini telah Allah ciptakan dalam keadaan sempurna, proporsional dan
seimbang. Perilaku manusia-lah yang seringkali melakukan kerusakan akan alam
semesta ini namun mereka tidak menyadarinya.
• Memanfaatkan kekayaan alam berupa air, tanah, semua isi bumi, tumbuhan,
binatang dan semua yang ada di atas bumi dengan baik dan tidak melakukan
173
Ekonomi dan Keuangan Syariah
• Tindak menggunakan alam semesta dan isinya ini untuk berbuat maksiat
kepada Allah. Termasuk maksiat adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh
Allah seperti riba, maysir dan gharar selain perusakan alam pada umumnya.
Menurut tafsir Syaikh Abdurrahman as-Sa’di, “Melakukan maksiat di muka
bumi” termasuk berbuat kerusakan karena perbuatan tersebut menyebabkan
rusaknya apa yang ada di muka bumi, seperti biji-bijian, buah-buahan,
pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, karena terkena penyakit yang disebabkan
perbuatan maksiat.
Ibn Khaldun, ulama sejarawan dunia dari Tunisia pada abad ke-14 yang menulis
buku tentang ‘Muqaddimah’ (artinya Pendahuluan) mengupas beberapa hal
mengenai pentingnya kemandirian dan kekuatan (al-daulah) umat Islam.
174
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Penyehatan Jiwa (Nafs) • Martabat, harga diri, kesetaraan sosial dan persaudaraan
• Keadilan
• Peningkatan spiritual dan moral
• Keamanan hidup, properti dan kehormatan
• Kebebasan
• Pendidikan
• Tata kelola yang baik
• Penghapusan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar
• Kesempatan kerja dan berwiraswasta
• Distribusi kekayaan dan pendapatan yang adil
• Pernikahan dan Kehidupan Keluarga Stabil
• Solidaritas Keluarga dan Sosial
• Kejahatan dan permusuhan minimal
• Perdamaian dan Kebahagiaan Mental
175
Ekonomi dan Keuangan Syariah
• Peran Negara
• Persaudaraan sesama manusia
• Penghapusan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan pokok
• Kesempatan kerja dan berwiraswasta
• Keadilan
• Kebebasan
• Keamanan Hidup, Properti dan Kehormatan
• Pemenuhan Kewajiban Sosial Ekonomi dan Poltik
• Saling kepedulian dan kepersayaan
• Tata kelola yang baik
Penguatan Akal (‘Aql) • Kualitas pendidikan agama dan ilmu pengetahuan yang
terjangkau
• Penekanan pada maqasid dalam pendidikan
• Fasilitasi perpustakaan dan penelitian
• Kebebasan berpikir dan berekspresi
• Insentif untuk karya kreatif
• Ketersediaan keuangan untuk pendidikan
• Penelitian dan Pengembangan teknologi pendidikan
• Pembangunan sosial ekonomi dan politik
176
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Penjelasan Umar Chapra diatas sangatlah komprehensif, namun secara teknis berbagai
indikator tersebut sulit diukur dan kompleks, karena beberapa variabel saling berkaitan
satu dengan yang lain. Oleh itu diperlukan penyederhanaan variabel dengan tetap
memperhatikan konsistensi dalam pengukuran maqasid syariah. Salah satunya diusulkan
oleh Ismail Nizam, Moussa Larbani (2014) sebagai berikut:
Sumber: Salman Syed Ali, Achmad Tohirin dan Abdul Ghafar Ismail (2014)
177
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Untuk mewujudkan berbagai tujuan kebijakan ekonomi makro Islam, maka peran
pemerintah mutlak diperlukan. Sektor swasta yang cenderung untuk mencari laba yang
barokah -sekalipun- tidak akan mampu menjangkau tujuan-tujuan yang bersifat sosial
murni dan tidak mendatangkan keuntungan duniawi, seperti menciptakan lapangan
kerja, menjaga stabilitas harga dan sebagainya. Pentingnya peran pemerintah dalam
perekonomian ini tidak lagi diperdebatkan.
178
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Dari gambaran diatas, sebenarnya fungsi dan ruang lingkup pemerintah dalam
perekonomian bisa beragam. Islam sebagai suatu agama yang melihat pentingnya
pemerintah dalam membantu pelaksanaan syariah Islam bagi umatnya tentu tidak akan
membiarkan mekanisme pasar berjalan dengan sendirinya seperti paham kapitalisme.
Fungsi dan ruang lingkup peran pemerintah ini telah banyak dibahas oleh para ekonom
Islam dan dapat disarikan menjadi beberapa hal pokok berikut ini.
179
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Pada umumnya, kebijakan ekonomi sering dipisahkan menjadi dua, yaitu kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter, baik di negera-negara barat ataupun di negara-
negara berpenduduk mayoritas Muslim. Kebijakan fiskal sering dikaitkan dengan
upaya mengendalikan perekonomian melalui pengelolaan keuangan negara seperti
kebijakan pajak dan subsidi, sedangkan kebijakan moneter seringkali dikaitkan dengan
pengendalian jumlah uang yang beredar atau penawaran uang untuk memengaruhi
kondisi dan kinerja perekonomian.
Secara umum para ekonom berpandangan bahwa tujuan utama kebijakan fiskal ataupun
moneter dalam Islam adalah hampir sama dengan kebijakan fiskal atau moneter
konvensional. Seperti dijelaskan oleh Faridhi (1983) bahwa kebijakan fiskal dalam
Islam memiliki empat tujuan pokok, yaitu:
180
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Sedangkan tujuan utama kebijakan moneter dalam Islam dijelaskan oleh Umer Chapra
(1983) adalah:
1) mewujudkan kesempatan kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
optimal
2) mewujudkan keadilan sosial ekonomi dan distribusi pendapaTan dan kekayaan yang
sepadan.
3) Menjaga stabilitas mata uang negara.
Dalam praktiknya, kebijakan fiskal dan moneter adalah saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Seringkali suatu kebijakan menjadi pelengkap kebijakan lainnya. Sebagai
contoh, ketika pemerintah mengalami defisit dan pemerintah dapat mengambil kebijakan
(fiskal) dalam bentuk meminjam uang dari bank sentral dalam bentuk menerbitkan
surat berharga negara (SBN). Ketika hal itu dilakukan, maka jumlah uang beredar
dalam perekonomian akan meningkat dengan tanpa kebijakan (moneter) dari bank
sentral.
Kebijakan manakah, fiskal ataukah moneter, yang lebih efektif untuk membuat
perekonomian tumbuh dan stabil masih menjadi perbincangan pada ekonom. Mereka
yang mendukung pasar bebas cenderung untuk membatasi peran pemerintah dalam
perekonomian karena alasan bahwa problem utama perekonomian saat ini adalah
stabilitas dan kebijakan moneter yang hati-hati. Sedangkan mereka yang tidak setuju
dengan kebijakan moneter berpandangan bahwa kebijakan fiskal lebih tepat sasaran
dan efektif.
181
Ekonomi dan Keuangan Syariah
kebijakan moneter adalah jumlah uang beredar, baik uang yang berada di masyarakat,
uang yang ada di lembaga perbankan maupun uang yang berbentuk surat berharga.
182
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
IS0b
Permasalahan penting lainnya dalam kebijakan ekonomi adalah transmisi kebijakan yaitu
mekanisme bekerjanya kebijakan hingga memengaruhi variabel antara dan variabel
akhir kebijakan. Hal ini sangat penting karena terkait dengan waktu yang diperlukan
untuk bekerjanya kebijakan serta variabel apa saja yang nantinya akan dipengaruhi atau
183
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Sebagai contoh, ketika bank sentral memutuskan untuk menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan
stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan
BI-7DDR (dulu sebelum Agustus 2016 namanya adalah kebijakan BI-rate) sebagai
instrumen kebijakan utama untuk memengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian
dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Kebijakan ini sampai dengan pencapaian
sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Pada
awalnya transmisi kebijakan ini akan memengaruhi instrumen moneter antara, dan pada
akhirnya baru berpengaruh terhadap tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi
melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor
riil. Perubahan BI 7DRR memengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur
suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time
lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja
lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat
cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan
tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup
tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI 7DRR biasanya sangat
lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum
tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan
suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan
kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya,
kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam
menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter. (www.bi.go.id)
Berapa lamakah setiap variabel akan mendapatkan pengaruh, dan seberapa besar
pengaruhnya, serta ada potensi gangguan apakah yang berperan terhadap setiap
transmisi kebijakan, merupakan pertanyaan penting yang perlu dikontrol sepanjang
kebijakan agar kebijakan berjalan efektif.
184
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Sumber: http://www.bi.go.id/id/moneter/transmisi-kebijakan/
Islam tidak membatasi bentuk-bentuk instrumen kebijakan fiskal ataupun moneter. Hal
yang terpenting adalah dihindarkannya instrumen tersebut dari hal-hal terlarang seperti
riba (bunga), spekulasi, dan perjudian. Prinsip dasar instrumen fiskal adalah sama
dengan konvensional, yaitu instrumen pemasukan dan pengeluaran negara.
Beberapa instumen kebijakan fiskal yang diterima oleh para ekonom Muslim adalah:
a. Zakat Maal.
Meskipun tarif zakat sudah ditentukan oleh syariah, namun alokasi zakat sangatlah
luas manfaatnya bagi peningkatan keadilan dan kesejahteraan kaum termarjinalkan.
Pemerintah dapat melakukan peningkatan kebijakan pengelolaan zakat yang efektif
sehingga tidak salah sasaran.
Fungsi utama zakat adalah sebagai pemenuhan kebutuhan dasar atau jaringan
pengaman sosial (social safety net), sehingga dengan zakat maka kaum fakir dan
miskin dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi setara dengan masyarakat
yang mampu.
185
Ekonomi dan Keuangan Syariah
186
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
Adapun instrumen kebijakan moneter secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori, yaitu instrumen operasi pasar terbuka, instrumen cadangan wajib minimum,
pengendalian suku bunga dan bujukan moral. Instrumen pertama berbentuk keterlibatan
langsung pemerintah ke dalam pasar keuangan, yaitu memengaruhi permintaan atau
penawaran uang. Sedangkan instrumen kedua terfokus pada pengendalian kemampuan
lembaga keuangan dalam menawarkan uang. Dalam ekonomi islam, semua instrumen
kebijakan moneter tidak boleh menggunakan dan melibatkan transaksi ribawi, spekulasi
atau perjudian. Beberapa instrumen kebijakan moneter yang diusulkan oleh para
ekonom Islam diantaranya adalah:
187
Ekonomi dan Keuangan Syariah
188
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
189
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Akad yang digunakan dalam SBSN bervariasi bergantung pada kebutuhan, seperti
akad Ijarah (sewa menyewa atas suatu aset negara), akad mudharabah, akad istisna’
(akad pembiayaan suatu proyek yang di mana barang diserahkan secara bertahap
dan perlu pembangunan jangka menengah atau panjang). Prinsip pokoknya
adalah bahwa akad yang digunakan boleh bervariasi selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Contohnya pada tahun 2016 DPR menyetujui permohonan
Menteri Keuangan RI untuk menggunakan penggunaan barang milik Negara (BMN )
sebagai Aset Penjamin senilai Rp 33,45 Triliun. Aset Negara tersebut menjadi dasar
penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk menutup devisit anggaran.
190
Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam
RANGKUMAN
191
Ekonomi dan Keuangan Syariah
KONSEP-KONSEP PENTING
PENUGASAN
192
Konsep Dasar Keuangan Syariah
Bab.9
KONSEP DASAR
KEUANGAN SYARIAH
A. PENDAHULUAN
K
euangan syariah merupakan salah satu wujud penerapan ekonomi syariah.
Hadirnya keuangan syariah memberikan sebuah tatanan sistem ekonomi baru bagi
perekonomian global yang selama ini dikuasai oleh keuangan konvensional, untuk
dapat berubah menjadi sepenuhnya berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadis. Dalam
implementasinya keuangan syariah berwujud lembaga keuangan syariah yang memiliki
produk keuangan berbasis akad syariah. Wajah baru keuangan syariah ini ternyata hingga
kini mampu menjawab permasalahan global dan menjadi solusi bagi penerapan sistem
ekonomi yang berkeadilan.
Ekonomi syariah hingga kini telah berkembang dengan sangat pesat. Para ekonom,
ulama dan cendikia ekonomi Islam saling bekerjasama mewujudkan sistem keuangan
yang berbasis syariah, sehingga lahirlah lembaga keuangan syariah yang berbentuk bank
dan nonbank.
Lembaga keuangan syariah memiliki perbedaan yang jauh dengan lembaga keuangan
konvensional. Prinsip bebas maysir, gharar, riba, haram dan batil serta penerapan zakat,
infak, sedekah, dan wakaf merupakan keunggulan dari pelaksanaan sistem keuangan
syariah. Hadirnya lembaga keuangan syariah telah memberikan semangat baru bagi
kesejahteraan umat yang menyeluruh. Karena keuangan syariah hadir sebagai rahmatan
lil alamin untuk semua masyarakat.
Sistem keuangan adalah sistem yang mewadahi transaksi keuangan dan pertukaran
uang antara pihak yang kekurangan dana (peminjam) dan pihak yang kelebihan dana
(investor). Sistem keuangan dapat bersifat global dan regional pada tingkat perusahaan.
Sistem keuangan tersusun dari berbagai elemen yang kompleks, menggambarkan
layanan keuangan, institusi, dan pasar yang menghubungkan peminjam dengan investor.
193
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Sistem keuangan memiliki peran yang penting bagi perekonomian. Peran utama sistem
keuangan adalah menciptakan insentif (bagi investor) untuk mengalokasikan sumber
daya keuangan dan nonkeuangan secara efisien, untuk tujuan dan sasaran yang terbaik
sepanjang waktu dan lokasi. Sistem keuangan yang berfungsi dengan baik mendorong
investasi dengan mengidentifikasi dan mendanai peluang bisnis yang baik, memobilisasi
tabungan, memantau kinerja manajer, memungkinkan perdagangan, lindung nilai,
diversifikasi risiko, dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Fungsi-fungsi ini pada
akhirnya mengarah pada alokasi sumber daya yang efisien, akumulasi modal fisik, dan
manusia yang mampu menciptakan dan memanfaatkan peluang dan kemajuan teknologi
yang lebih cepat, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk menjalankan sekian banyak fungsi tersebut, maka suatu sistem keuangan harus
bisa bekerja secara efisien. Para ekonom menyimpulkan ada peran-peran pokok yang
harus dimiliki oleh suatu sistem keuangan agar berfungsi secara sempurna, yaitu23:
1) Mobilisasi modal dengan efisien
Fungsi mentransfer dana dari investor ke pengusaha akan efisien jika setiap pelaku
ekonomi memiliki akses terhadap pasar dengan berbagai variasi produk, dari jangka
pendek hingga jangka panjang.
2) Alokasi risiko dengan efisien
Dalam kondisi ketidakpastian dan kondisi pasar yang bergejolak, fungsi berbagi risiko
sangat penting dalam sistem keuangan. Fungsi “asuransi” sangat penting untuk
sistem keuangan dan ketersediaan fasilitas berbagi risiko yang efisien mendorong
23 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, 2011, Introduction to Islamic Finance, John Wiley.
194
Konsep Dasar Keuangan Syariah
Pertanyaanya adalah, sistem keuangan macam apakah yang dapat berfungsi dengan
baik? Apakah sistem keuangan syariah menjamin sistem keuangan akan berfungsi lebih
sempurna daripada sistem keuangan konvensional?
Keuangan syariah adalah sistem keuangan yang beroperasi sesuai dengan hukum dan
prinsip syariah. Sama seperti sistem keuangan konvensional, komponen keuangan
syariah mencakup pasar, lembaga keuangan, instrumen keuangan dan jasa keuangan.
Namun, keempat elemen ini diatur oleh hukum syariah dan sekaligus peraturan industri
keuangan yang berlaku karena sistem keuangan syariah selalu berinteraksi dengan
sistem keuangan secara umum.
195
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Prinsip dasar syariah dalam keuangan adalah mengadopsi aturan (rules) syariah dalam
muamalah, yaitu menghindari hal-hal yang diharamkan. Langkah selanjutnya adalah,
menerapkan prinsip dan nilai-nilai yang dianjurkan oleh syariah dalam setiap elemen
sistem keuangan sebagai pengganti atas hal-hal yang diharamkan, dalam rangka
mewujudkan tujuan syariah, yaitu mencapai kemaslahatan. Beberapa aturan atau
batasan syariah dalam keuangan adalah:
Keuangan Syariah harus terbebas dari unsur maysir, gharar dan riba.
1) Maysir atau Perjudian
Maysir secara bahasa maknanya judi, mengundi nasib,atau setiap kegiatan yang
sifatnya untung-untungan. Kata maysir dan turunannya berulang sebanyak 44 kali
dalam Alquran. Sedangkan kata maysir sendiri ditemukan pada QS. Al-Baqarah ayat
219 dan Al-Maidah ayat 90-91. Alquran mengakui bahwa terdapat manfaat material
dari maysir berupa memperoleh keuntungan besar secara mudah, namun dengan
kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar. Maysir merupakan transaksi yang
digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
196
Konsep Dasar Keuangan Syariah
transaksi, yaitu misalnya barang yang tidak jelas kualifikasinya, barang yang tidak
dimiliki oleh penjualnya, barang yang tidak diketahui keberadaannya, atau tidak
dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
Ketidakpastian juga dapat terjadi pada aspek harga, di mana harga tidak disepakati
atau disepakati lebih dari satu harga sehingga membuat setiap pihak tidak pasti
keadaanya.
Tidak setiap bentuk gharar dilarang, bergantung dengan potensi bahaya yang
ditimbulkan. Berbeda dengan judi yang dilarang dalam kondisi apapun, pelarangan
gharar dapat berubah karena pengaruh teknologi dan peradaban. Adanya perbaikan
teknologi dapat mengurangi ketidakpastian sehingga membuat transaksi yang
semula berisiko menjadi tidak berisiko, seperti transaksi online yang berlaku saat
ini.
3) Riba
Secara bahasa riba berarti bertambah dan tumbuh. Kata riba dengan berbagai
bentuknya disebutkan 20 kali dalam Alquran antara lain dalam QS. Ali Imran ayat 130,
QS. An-Nisa ayat 160-161, dan QS. Al-Baqarah ayat 275-280. Riba dalam sejarahnya
merupakan praktik yang juga mengakar sangat kuat dalam tradisi masyarakat
dan sangat sulit untuk dihilangkan sampai sekarang. Riba adalah penambahan
pendapatan secara tidak sah (batil), antara lain, dalam transaksi pinjam-meminjam
yang mempersyaratkan pemberi pinjaman menerima pengembalian dana melebihi
pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
Secara ekonomi, manfaat pelarangan riba sejalan dengan pelarangan judi, yaitu
untuk mendorong lancarnya arus investasi agar tidak terhambat oleh tingkat suku
bunga yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya investasi. Dengan dihapusnya
bunga, maka semua potensi usaha memiliki akses yang sama terhadap modal yang
ditawarkan oleh calon investor.
197
Ekonomi dan Keuangan Syariah
dijelaskan secara langsung dalam Alquran. Kata haram dengan segala turunannya
disebutkan sebanyak 83 kali dalam Alquran, antara lain, QS. Al-Baqarah ayat 173, QS.
An-Nahl ayat 115 dan QS. Al-Maidah ayat 3. Dalam aktivitas ekonomi setiap orang
diharapkan untuk menghindari semua yang haram, baik haram zatnya maupun
haram selain zatnya. Keuangan syariah hanya memberikan layanan keuangan untuk
memproduksi, mengonsumsi dan mendistribusikan barang dan jasa yang halal saja,
baik dari segi cara memperolehnya, cara mengolahnya, maupun dari segi zatnya.
Keuangan syariah dibangun atas asumsi bahwa manusia sadar dan akan bertanggungjawab
atas semua perbuatannya. Dalam melakukan transaksi dimulai dengan akad atau
perjanjian, akan muncul hak dan kewajiban, sehingga menjadi jelas hak dan kewajiban
masing-masing pihak dan tidak ada pihak yang dizalimi.
Islam menegaskan agar kita memenuhi akad yang sah dan telah disepakati sekalipun
isi akad itu pada akhirnya terkesan merugikan. Kesalahan dalam membuat akad dapat
membuat batalnya transaksi dan menimbulkan kerugian pihak lain. Dalam QS. Al-Maidah
ayat 1 Allah SWT berfirman, yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Aqad (perjanjian) mencakup:
janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam
pergaulan sesamanya,” (QS. Al-Maidah:1).
Prinsip akad atau perjanjian dinilai sah atau tidak batil menurut syariah adalah:
1) Memenuhi rukun dan syarat akad.
Rukun akad adalah hal-hal yang harus ada ketika akad dilangsungkan. Secara umum
ada empat rukun akad, yaitu adanya pihak-pihak yang berakad (‘aqid), objek akad
(ma’qud), tujuan akad (maudhu’ al ‘aqd), dan serah terima (sighat). Sedangkan
198
Konsep Dasar Keuangan Syariah
syarat akad adalah hal-hal yang harus dipenuhi sebelum akad dilakukan, misalnya
terkait dengan kualifikasi ‘aqid, ma’qud ataupun sighat. Terlanggarnya salah satu
dari syarat atau rukun akad menjadikan akad tidak sah atau tidak mengikat.
3) Tidak ada unsur pemaksaaan (ikrah) oleh salah satu pihak yang berakad.
Setiap instrumen keuangan diawali dari akad yang digunakan. Penggunaan akad
yang berbeda berimplikasi kepada hak dan kewajiban yang berbeda pula. Contohnya
adalah instrumen tabungan di bank syariah dapat diwadahi dengan akad wadiah
(titipan) atau dengan akad mudarabah (investasi). Jika akad wadiah yang dipilih,
maka penabung tidak berhak meminta keuntungan dari tabungannya, namun
ia berhak atas nilai utuh tabungannya setelah dikurangi dengan biaya penitipan.
Namun jika akad yang digunakan adalah mudarabah, maka penabung berhak atas
keuntungan usaha bank meskipun nilainya bisa naik atau turun atau bahkan negatif.
199
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Jenis akad ada dua, yatu akad tabarru’ dan akad tijari. Akad tabarru’ merupakan
perjanjian/kontrak yang tidak mencari keuntungan material (nirlaba), namun hanya
bersifat kebajikan murni, seperti infak, wakaf, dan Qard Al-Hasan (pinjaman ihsan)
yaitu pinjaman ikhlas atau pinjaman yang tidak menambahkan syarat tambahan.
Sedangkan akad tijari merupakan perjanjian/kontrak yang bertujuan mencari
keuntungan usaha, seperti akad yang mengacu kepada konsep jual beli yaitu
akad murabahah dan salam; akad yang mengacu kepada konsep bagi hasil yaitu
mudharabah, dan musyarakah; akad yang mengacu kepada sewa yaitu ijarah,
dan akad yang mengacu kepada titipan yaitu wadiah. Semua transaksi ekonomi
menghendaki keuntungan, wajib diikuti oleh adanya ’iwadh (mengimbangi) berupa
risiko, kerja dan usaha serta tanggung jawab. Apabila tidak ada ’iwadh maka
transaksi tersebut dikategorikan sebagai riba.
Keuangan Syariah mempunyai dua peran sekaligus, yaitu peran usaha dan peran sosial.
Pada peran usaha, keuangan syariah berfungsi sebagai manager investasi, investor
dan jasa pelayanan. Pada peran sosial, keuangan syariah berfungsi sebagai pengelola
dana sosial untuk penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah dan wakaf.
Dalam perspektif kolektif ekonomi, zakat akan melipatgandakan harta masyarakat
karena dapat meningkatkan permintaan dan penawaran di pasar yang kemudian
mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro dan pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan ekonomi. Dari sisi permintaan, distribusi zakat pada golongan kurang
mampu akan membuat mereka memiliki daya beli, sedangkan dari sisi penawaran,
zakat memberikan disinsentif bagi penumpukan harta diam (tidak diusahakan) dengan
mengenakan potongan sehingga mendorong harta untuk diusahakan dan dialirkan
untuk investasi di sektor rill.
200
Konsep Dasar Keuangan Syariah
Ide dasar keuangan syariah yaitu larangan adanya riba, tambahan atas pokok pinjaman
atau penggunaan uang yang ditetapkan dan disepakati lebih dulu. Jumhur (banyak
ulama) berpendapat bahwa riba mencakup tidak hanya bunga yang tinggi namun setiap
bentuk pengenaan ‘bunga’ yang dipraktikkan secara luas.
Larangan ini didasarkan pada argumen keadilan sosial, persamaan, dan hak kepemilikan.
Islam mendorong untuk mencari keuntungan tapi melarang memungut bunga, karena
keuntungan itu datang dibelakang, yang mencerminkan kesuksesan wirausaha.
Sedangkan bunga, ditentukan di depan, adalah biaya yang masih harus dibayar tanpa
peduli apakah usahanya untung atau rugi.
Karena bunga itu dilarang, pemilik dana berposisi sebagai investor bukan sebagai
kreditor. Penyedia modal keuangan dan pengusaha saling berbagi risiko bisnis dengan
imbalan berbagi keuntungan. Konsep berbagi risiko ini tentunya disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing pihak dalam menanggung risiko. Implementasinya, dalam
keuangan syariah terdapat produk yang berbagi laba/rugiantara pemilik modal dengan
pengelola modal (mudharabah), berbagi laba/rugi antara pihak yang berkongsi dalam
penyetoran modal (musharakah);
3. Potensial Uang
Uang diperlakukan sebagai modal “potensial” yaitu, akan berubah menjadi modal yang
sebenarnya hanya ketika bergabung dengan sumber lain untuk melakukan kegiatan
produktif. Islam mengakui nilai waktu dari uang, tapi hanya jika uang telah berubah
sebagai modal usaha, bukan sebagai uang.
Sebagai konsekuensinya, dalam sistem keuangan syariah tidak dikenal adanya pasar
uang yang memperjualbelikan uang dengan sewa harian atau mingguan25. Namun
demikian, Islam mengakui adanya pasar investasi, yaitu pasar yang memperdagangkan
faktor produksi modal keuangan.
25 Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan syariah dalam mengelola dana nasabahnya, terdapat pasar likuiditas
syariah, yang dalam konteks konvensional dikenal sebagai pasar uang.
201
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Misalkan, kalian memiliki uang tabungan sejumlah Rp30 juta dan direncanakan akan
digunakan dua tahun mendatang untuk buka usaha kecil-kecilan selepas lulus sekolah.
Andaikan ada seorang kawan ingin meminjam uang kalian sejumlah Rp10 juta untuk
keperluan membeli sepeda motor dan akan dikembalikan 6 bulan ke depan, maka
hakikatnya tidak akan kehilangan apa-apa atau biaya oportunitasnya adalah nol (karena
menabung dalam Islam tidak berhak mendapatkan keuntungan yang diperjanjikan
dari nilai tabungannya). Karena itu, tidak boleh memungut biaya dari kawan peminjam
karena hal itu adalah riba. Namun, jika dua tahun kemudian, ada kawan lain datang dan
bercerita mau pinjam uangnya Rp10 juta selama 6 bulan, maka diri kita akan merasa
kehilangan kesempatan usaha (modal tinggal Rp20 juta). Sehingga boleh mengatakan
bahwa “Saya tidak punya uang, tapi yang saya miliki adalah modal kerja senilai Rp10
juta.” Jika kawan itu akan menggunakan modal tersebut, kalian berhak untuk meminta
imbalan hasil dari usaha kawan tersebut berdasarkan prinsip bagi hasil. Tentunya hal ini
hanya dapat dilakukan jika kawan tersebut menggunakan dana untuk usaha produktif,
bukan untuk keperluan konsumtif. Jika ternyata, kawan kalian menawarkan bagi hasil
yang kurang menarik (atau lebih rendah dari yang diharapkan) maka dapat dilakukan
negosiasi untuk bekerja sama atau membatalkannya. Itulah prinsip kerja uang dalam
keuangan syariah.
Karena hakikatnya modal merupakan faktor produksi, maka penggunaan modal melalui
sistem keuangan selalu dimaksudkan untuk menggerakkan sektor riil. Uang tidak akan
memberikan nilai tambah dengan sendirinya, namun uang baru akan memberikan nilai
tambah ketika ditransformasikan menjadi modal kerja atau alat tukar (jual beli barang).
Sistem keuangan syariah tidak menawarkan keuntungan atas kekayaan keuangan yang
tidak terkait dengan sektor produktif. Simpanan akan memberikan imbalan ketika
dipergunakan untuk sektor produktif. Demikian pula dana pinjaman yang diberikan tidak
berhak atas keuntungan kecuali dimanfaatkan untuk peningkatan produksi.
202
Konsep Dasar Keuangan Syariah
Islam menjunjung tinggi kewajiban kontrak dan keterbukaan informasi sebagai kewajiban
suci agar tidak terjadi moral hazard.
Hanya kegiatan usaha yang tidak melanggar aturan syariah yang memenuhi syarat untuk
investasi. Misalnya, investasi apa pun dalam bisnis yang berurusan dengan alkohol,
perjudian, dan kasino dilarang.
Tipe Instrumen
Kelas Aset
Surat Berharga Tunai Derivatives
Utang (jk panjang) Futures Obligasi
Obligasi Utang, Pembiayaan
Opsi pada Future
> 1 tahun Obligasi
203
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Demikian pula dalam keuangan syariah, jenis instrumen keuangannya pada dasarnya
adalah sama. Namun demikian, karena pada keuangan syariah proses penyusunan
instrumen keuangan harus mengikuti ketentuan dan prinsip syariah, maka keuangan
syariah tidak mengenal instrumen derivative. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor
gharar dan kecenderungan maysir dan riba pada instrumen derivative.
Suatu jenis instrumen keuangan syariah dapat didesain dengan beberapa akad yang
berbeda, sehingga dalam satu instrumen dimungkinkan terdapat berbagai fitur yang
berbeda.Secara garis besar, akad keuangan dalam Syariah dapat dikategorikan menjadi
empat, yaitu:
1) Akad transaksional;
2) Akad pembiayaan atau kredit;
3) Akad intermediasi keuangan;
4) Akad sosial.
Tiga akad pertama merupakan akad muamalah yang mengikat dan menimbulkan
hak dan kewajiban bagi para pihak yang berakad, sedangkan akad sosial merupakan
akad yang tidak mengikat dan menimbulkan hak dan kewajiban antarpihak. Akad
transaksional adalah akad untuk menyediakan barang dan jasa secara langsung seperti
jual beli dan sewa. Akad pembiayaan atau kredit adalah akad untuk menyediakan modal
keuangan atau dana untuk keperluan pihak lain. Akad intermediasi keuangan adalah
akad untuk menjembatani antara pihak yang kelebihan dana atau modal dengan pihak
yang memerlukan dana atau modal.
204
Konsep Dasar Keuangan Syariah
205
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Murabahah Akad jual beli atas Jual beli barang jadi 1. Barang yang diperjualbelikan
barang tertentu, secara transparan. tidak diharamkan oleh syariat
di mana penjual Islam;
menyebutkan dengan 2. Barang yang dijual belikan
jelas barang yang telah ada dan dapat
diperjualbelikan, dipindahtangankan ke pembeli;
termasuk harga 3. Penjual (LKS) dapat membiayai
pembelian barang sebagian atau seluruh harga
kepada pembeli, pembelian barang yang telah
kemudian ia disepakati;
mensyaratkan atasnya 4. LKS harus memiliki barang
laba dalam jumlah lebih dahulu sebelum
tertentu. menjualnya kepada konsumen;
5. Penjualan barang oleh LKS
kepada konsumen harus
memberitahu secara jujur
harga pokok barang berikut
biaya yang diperlukan;
6. Konsumen membayar harga
barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
Salam Penjualan suatu Jual beli barang 1) Barang harus jelas ciri-cirinya
barang yang yang belum dapat dan dapat diakui sebagai
disebutkan sifat- diserahkan saat akad. utang;
sifatnya sebagai Awalnya akad ini 2) Pembayaran harus dilakukan
persyaratan jual beli untuk memfasilitasi pada saat kontrak disepakati;
dan barang dikirim kebutuhan dana 3) Pembayaran tidak boleh dalam
kemudian dengan penjual lebih awal. bentuk pembebasan utang;
pembayaran di muka. 4) Penyerahan barang dilakukan
kemudian;
5) Waktu dan tempat penyerahan
barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan;
6) Pembeli tidak boleh menjual
barang sebelum menerimanya;
206
Konsep Dasar Keuangan Syariah
Istishna’ Jual beli di mana Jual beli barang 1) Barangnya belum tersedia
penjual ditugaskan yang belum dapat dan memerlukan proses
untuk membuat suatu diserahkan saat akad pembuatan;
barang (pesanan namun memerlukan 2) Barang harus jelas ciri-cirinya
pembeli) dan proses pembuatan dan dapat diakui sebagai
pembayaran dilakukan lebih dahulu. utang;
diawal, ditengah, atau 3) Pembayaran dapat dilakukan
diakhir pesanan. di muka, di tengah, atau di
akhir;
4) Pembayaran dilakukan sesuai
dengan manfaat;
5) Pembayaran tidak boleh
dalam bentuk pembebasan
utang;
6) Penyerahan barang dilakukan
kemudian;
7) Pembeli (Mustashni’) tidak
boleh menjual barang
sebelum menerimanya;
8) Tidak boleh menukar barang
kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan;
9) Dalam hal terdapat catat
atau barang tidak dengan
kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiyar (hak
memilih) untuk melanjutkan
atau membatalkan akad;
10) Dalam hal pesanan sudah
dikerjakan sesuai dengan
kesepakatan, hukumnya
mengikat.
Ijarah (sewa) Akad pemindahan hak Sewa menyewakan jasa 1. Obyek ijarah adalah manfaat
guna (manfaat) atas atau barang yang halal dari penggunaan barang dan
suatu barang. dan bermanfaat. atau jasa;
207
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan
bidang keuangan26. Kegiatan usaha lembaga keuangan dapat berupa menghimpun
dana dengan menawarkan berbagai skema, menyalurkan dana dengan berbagai skema
atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, di mana
208
Konsep Dasar Keuangan Syariah
Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga
keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Kedua lembaga keuangan ini
berbeda dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta tanggung jawab.
Lembaga keuangan syariah bertujuan membantu mencapai tujuan sosio-ekonomi
masyarakat secara umum.
Fungsi lembaga keuangan syariah bisa ditinjau dari empat aspek, yaitu dari aspek jasa-
jasa penyedia finansial, aspek kedudukannya dalam sistem perbankan, aspek sistem
moneter, dan aspek sistem keuangan.
209
Ekonomi dan Keuangan Syariah
2) Fungsi lembaga keuangan syariah (LKS) ditinjau dari aspek kedudukannya sebagai
lembaga keuangan dalam sistem perbankan.
LKS berfungsi sebagaimana perbankan konvensional, yaitu sebagai bagian
terintegrasi dari unit-unit yang diberi kewenangan dalam menghimpun dana
masyarakat dan mengalokasikannya kepada masyarakat. Perbankan syariah
melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana juga menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan jasa perbankan baik dalam negeri maupun luar negeri yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
3) Fungsi lembaga keuangan syariah ditinjau dari aspek kedudukannya dalam sistem
moneter.
Lembaga keuangan syariah berfungsi sebagai agen yang menciptakan uang dan
sistem pembayaran. Tujuan utama kebijakan moneter Islam yaitu menjaga stabilitas
dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal), sehingga pertumbuhan
ekonomi yang sepadan dan berkesinambungan diharapkan dapat tercapai. LKS
akan menjadi elemen sistem pembayaran dan transmisi uang yang menghubungkan
antara sektor keuangan dengan sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat
diraih sejalan dengan pertumbuhan sektor keuangan.
4) Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari aspek kedudukannya dalam sistem keuangan.
LKS berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang terintegrasi dari seluruh lembaga
keuangan yang ada dalam sistem keuangan.
210
Konsep Dasar Keuangan Syariah
DSN Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis
Ulama Indonesia pada tahun 1999 yang beranggotakan para ahli hukum Islam (Fuqaha’/
ahli fikih, serta ahli lain dan praktisi ekonomi). DSN MUI berfungsi melaksanakan
tugas-tugas MUI dalam memajukan ekonomi umat, menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah. Salah satu tugas pokok DSN
adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam
(syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di
lembaga keuangan syariah.
211
Ekonomi dan Keuangan Syariah
212
Konsep Dasar Keuangan Syariah
4) Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana
pensiun suatu perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri.
Penghimpunan dana pensiun melalui iuran yang dipotong dari gaji karyawan.
Kemudian dana yang terkumpul oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan
menginvestasikannya ke berbagai sektor yang menguntungkan. Perusahaan
yang mengelola dana pensiun dapat dilakukan oleh bank atau perusahaan
lainnya. Dana pensiun syariah di Indonesia baru hadir dalam bentuk dana
pensiun lembaga keuangan yang diselenggarakan oleh beberapa DPLK bank
dan asuransi syariah.
6) Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk
dalam bidang usaha lembaga pembiayaan yang mencakup usaha sewa guna
usaha, anjak piutang, usaha kartu plastik dan pembiayaan konsumen.
7) Perusahaan Pegadaian
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan
fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut
digadaikan, kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai besarnya
nilai jaminan. Besarnya nilai jaminan akan memengaruhi jumlah pinjaman.
Sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah.
Sedangkan pegadaian syariah adalah menjalankan operasionalnya berpegang
213
Ekonomi dan Keuangan Syariah
214
Konsep Dasar Keuangan Syariah
RANGKUMAN
215
Ekonomi dan Keuangan Syariah
EVALUASI BAB IX
PENUGASAN
216
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Bab.10
K
euangan publik Islam telah ada sejak masa Rasulullah SAW hingga sekarang
berupa zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Peran pemerintah menjadi
sangat krusial karena mengemban tugas sebagai penanggung jawab, regulator
dan pelaksana kebijakan publik yang harus memastikan berjalan sesuai aturan Islam.
Adanya perubahan zaman membuat lemahnya peran pemerintah terhadap sektor
ZISWAF, sehingga pengelolaan ZISWAF banyak dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena
itu, diperlukan prinsip pokok tata kelola (core principles) yang baik untuk zakat, infaq,
sedekah, dan wakaf agar memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian.
Di Amerika Serikat, dana sosial (charity) total tahun 2015 diperkirakan mencapai US$
373 milyar atau 2% dari PDB Amerika Serikat. Di Inggris, dana sosial tahun 2015 juga
mencapai £9,6 milyar atau sekitar 2% dari PDB mereka27. Indonesia diperkirakan memiliki
potensi dana zakat Rp217 trilyun per tahun atau sekitar 2% dari PDB. Namun, dana zakat
yang terhimpun baru 1,5% dari potensi yang ada. Sementara dana wakaf dan sedekah
tidak terhitung pula jumlahnya, namun karena belum ada sistem administrasi yang baik
maka data tidak tercatat sempurna. Peran dana sosial ini memang tampak tidak begitu
besar dibandingkan dengan sumber pajak ataupun utang, namun dana ini jauh lebih
aman dan berkah.
Sejarah Islam mencatat bahwa zaman dulu peran zakat dan wakaf sangat signifikan dalam
menopang penyediaan sarana publik seperti lembaga pendidikan dan pesantren, masjid,
pasar, dan fasilitas umum. Peran ini cukup tinggi hingga masa kekuasaan khalifah di Turki
berakhir tahun 1952. Universitas Al-Azhar di Kairo merupakan salah satu universitas
terbaik dan besar di dunia muslim yang dilahirkan dan dibesarkan dari dana wakaf. Zam-
zam tower di sebelah Masjid Al-Haram di kota Mekkah adalah bangunan hotel dan mal
komersial besar saat ini yang dibangun atas dana wakaf. Peran dana ZISWAF ini memiliki
potensi sangat besar jika dikelola dengan baik.
217
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Permasalahan publik yang selanjutnya muncul adalah terkait (i) pemilihan barang/jasa
yang perlu disediakan oleh pemerintah atau masyarakat, (ii) sumber dana yang akan
digunakan untuk penyediaan barang/jasa tersebut, (iii) alokasi dan distribusi barang/
jasa yang akan disediakan oleh pemerintah atau masyarakat tersebut, (iv) kriteria yang
digunakan untuk memutuskan apakah barang/jasa tertentu layak disediakan oleh
pemerintah atau masyarakat, dan lain sebagainya. Menurutmu bagaimana keuangan
publik ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya? Apakah prinsip-prinsip
yang bisa disarikan dari sunnah Rasul SAW dan sabahat? Serta, bagaimana implementasi
keuangan publik syariah pada masa kekinian?
Pada dasarnya beberapa instrumen keuangan publik syariah telah terbangun sejak awal,
seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf. Menurut Anda, bagaimana prinsip pengelolaan
zakat, infak, sedekah, dan wakaf? Dan bagaimana perkembangannya di Indonesia saat
ini?
Pada dasarnya peranan pemerintah dalam perekonomian yang syariah didasari oleh
beberapa argumentasi, yaitu:
218
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
“Pada hari itu, Allah menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka, dan
mereka tahu bahwa Allah Maha Benar lagi Maha Menjelaskan.”(QS. An-Nur:25).
Kehidupan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin merupakan teladan yang amat baik
bagi eksistensi pemerintah. Dalam menjalankan amanah tersebut, pemerintah
akan menjunjung tinggi prinsip musyawarah (shura) sebagai salah satu mekanisme
pengambilan keputusan yang penting dalam Islam sebagaimana tercantum dalam Surah
As Shura ayat 38 yang artinya:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Fard al kifayah merupakan suatu kewajiban yang ditujukan kepada masyarakat, di mana
jika kewajiban ini dilanggar maka seluruh masyarakat akan menanggung dosa, sehingga
jika telah dilaksanakan (bahkan hanya oleh satu orang) maka seluruh masyarakat akan
terbebas dari kewajiban tersebut. Dengan kata lain, jika individu gagal untuk menjalankan
kewajiban tersebut maka ia akan menjadi beban (dosa) publik. Selain pada salat jenazah,
konsep fard al kifayah mengacu pada segala kepentingan masyarakat (public interest)
di mana jika tidak ada masyarakat yang melakukannya maka seluruh masyarakat akan
menderita kerugian. Sebagai contoh, kewajiban untuk membangun industri yang
menyediakan kebutuhan pokok seperti transportasi, pendidikan, pelayanan medis,
dan lain-lain. Transportasi adalah sesuatu yang esensial bagi kehidupan sehingga jika
tidak ada anggota masyarakat yang bersedia untuk mengusahakannya maka seluruh
masyarakat akan menderita kerugian.
219
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Pemerintah berperan penting dalam menjalankan fard al kifayah ini, karena adanya
kemungkinan masyarakat gagal untuk menjalankannya dengan baik. Masyarakat
bisa gagal berperan karena kurangnya informasi, potensi pelanggaran moral ataupun
kurangnya sumber daya dan kemampuan teknis.
Pemerintah memiliki tugas penting dalam mewujudkan tujuan ekonomi syariah secara
keseluruhan yaitu mencapai falah yang direalisasikan melalui optimasi maslahah.
Sebagai pengemban amanah dari Allah dan masyarakat maka secara umum, tujuan
peran pemerintah adalah menciptakan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat. Menurut
Al-Mawardi tugas dari pemerintah adalah untuk melanjutkan fungsi kenabian dalam
menjaga dan mengatur urusan urusan duniawi dan ukhrawi. Selain itu, menurut Ibnu
Khaldun, eksistensi pemerintah adalah untuk memastikan agar setiap orang dapat
memenuhi tujuan syariat baik dalam urusan dunia maupun akherat.
Teks Alquran dan Sunah secara eksplisit dan implisit telah menyebutkan beberapa peran
yang harus dilakukan pemerintah, yaitu:
a. Manajemen kekayaan publik dalam rangka memaksimumkan kepentingan publik;
b. Pemenuhan segala persyaratan untuk membangun negara yang secara efektif dapat
melindungi masyarakat dan kepentingan budaya, ekonomi, religius dan politik;
c. Menggali pemasukan untuk membiayai administrasi publik dan tugas-tugas
pemerintah;
d. Menjamin para individu agar dapat meningkatkan efisiensi dan derajat kekayaan
dan kesejahteraannya;
e. Menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi, khususnya dalam distribusi dan
redistribusi kekayaan/pendapatan;
f. Melindungi lingkungan ekonomi agar tetap sesuai dengan nilai dan prinsip Islam.
Intervensi pemerintah dalam pasar bukan hanya bersifat temporer dan minor, tetapi ia
akan mengambil peranan yang besar dan penting. Pemerintah bukan hanya bertindak
sebagai”wasit” atas permainan pasar, tetapi ia juga akan berperan aktif bersama pelaku-
pelaku pasar yang lain. Pemerintah dapat bertindak sebagai perencana, pengawas,
pengatur, produsen sekaligus konsumen bagi aktivitas pasar (Kahf, 1992, h.150). Peran
220
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
pemerintah dalam pasar ini secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian,
yaitu: Pertama, peran yang berkaitan dengan implementasi nilai syariah; dan Kedua,
peran yang berkaitan dengan teknis operasional mekanisme pasar.
Meskipun dalam sebuah masyarakat yang religius kita dapat mengharapkan suatu
perilaku yang religius pula, tetapi implementasi nilai dan syariah akan lebih efektif jika
disertai dengan intervensi pemerintah. Mekanisme kerja pasar pada dasarnya tidak
memiliki built in system yang berkaitan langsung dengan moralitas, meskipun moralitas
sangat penting bagi optimumnya mekanisme kerja pasar. Sementara itu, dalam dunia
nyata akan selalu terjadi deviasi normatif dari perilaku manusia. Deviasi antara norma
dan realita adalah sesuatu yang alamiah, mengingat manusia memiliki naluri dasar
untuk menaati ajaran Allah sekaligus untuk melanggarnya. Peran pemerintah seperti
ini adalah unik, karena tidak terdapat pada sistem ekonomi lain apapun. Contoh peran
pemerintah sebagai berikut:
1) Memastikan dan menjaga implementasi nilai dan syariah secara keseluruhan.
2) Memastikan dan menjaga agar pasar hanya memperjualbelikan barang dan jasa
yang halalan toyyiban (halal dan bersih). Barang yang haram dan makruh beserta
mata rantai produksi, distribusi, dan konsumsinya harus dilarang secara tegas.
3) Melembagakan nilai-nilai persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan
keadilan. Dalam konteks ini pemerintah juga harus menjadi al muhtashib (menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) yang memiliki wewenang luas
dalam mencegah dan menyelesaian kasus-kasus pelanggaran nilai-nilai ini. Pada
masa RasulullahSAW, beliau terjun sendiri ke pasar untuk menjalankan fungsi al
muhtashib ini.
4) Menjaga agar pasar hanya menyediakan barang dan jasa sesuai dengan prioritas
kebutuhan sebagaimana diajarkan dalam syariat dan kepentingan perekonomian
nasional.
Secara ideal pasar persaingan sempurna tidak akan dijumpai dalam dunia nyata. Biasanya
selalu terdapat hal-hal yang menghambat terjadinya persaingan ini. Oleh karena itu,
pemerintah harus dapat berperan dalam menjamin terjadinya mekanisme pasar yang
baik. Peran pemerintah dalam hal ini sebagai berikut:
1) Secara umum memastikan dan menjaga agar mekanisme pasar dapat bersaing
dengan sempurna. Pemerintah harus menjamin kebebasan masuk dan keluar pasar,
221
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Setelah selama tiga belas tahun di Mekkah, Nabi Muhammad hijrah ke Madinah
(Yathrib). Pada saat hijrah di Madinah, kota ini masih dalam keadan kacau, belum
memiliki pemimpin ataupun raja yang berdaulat. Di kota ini banyak suku, salah satunya
adalah suku yahudi yang dipimpin oleh Abdullah Ibn Ubay yang berambisi menjadi raja
di Madinah. Saat itu suasana kota Madinah sering terjadi pertikaian antarkelompok.
Kelompok yang terkuat dan kaya adalah yahudi, namun ekonominya masih lemah dan
hanya ditopang dari hasil pertanian. Sistem pajak dan fiskal tidak belaku,karena tidak
ada hukum dan aturan.
Setelah Rasulullah SAW berada di Madinah, maka Madinah dalam waktu singkat
mengalami kemajuan yang cepat. Rasulullah SAW telah memimpin seluruh pusat
pemerintahan Madinah, menerapkan prinsip-prinsip dalam pemerintahan dan organisasi,
membangun institusi-institusi, mengarahkan urusan luar negeri, membimbing para
sahabatnya dalam memimpin, dan pada akhirnya melepaskan jabatannya secara penuh.
Sebagai kepala negara yang baru terbentuk, ada beberapa hal yang segera mendapat
perhatian beliau, seperti:
1) Membangun masjid utama sebagai tempat untuk mengadakan forum bagi para
pengikutnya;
2) Merehabilitasi Muhajirin Mekkah di Madinah;
3) Menciptakan kedamaian dalam negara;
4) Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya;
222
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Terdapat dua hal penting yang telah dijalani dan diubah oleh Rasulullah SAW pada
waktu itu. Pertama, adanya fenomena unik yaitu Islam telah membuang sebagian besar
tradisi, ritual, norma-norma, nilai-nilai, tanda-tanda, dan patung-patung dari masa
lampau dan memulai yang baru dengan negara yang bersih. Semua peraturan dan
deregulasi disusun berdasarkan Alquran, dengan memasukkan karakteristik dasar dari
Islam, seperti persaudaraan, persamaan, kebebasan, dan keadilan. Kedua, negara baru
dibentuk tanpa menggunakan sumber keuangan atau pun moneter.Negara yang baru
terbentuk ini sama sekali tidak mendapatkan harta, dana, maupun persediaan yang
diwariskan dari masa lampaunya,sementara sumber keuangan pun belum ada.
Pada zaman Rasulullah SAW hampir seluruh pekerjaan yang dikerjakan tidak
mendapatkan upah. Pada masa Rasulullah tidak ada tentara yang formal. Semua muslim
yang mampu boleh menjadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi
mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari rampasan perang, seperti senjata,
kuda, unta, dan barang-barang bergerak lainnya.
Situasi berubah setelah turunnya Surah Al-Anfal (rampasan perang). Waktu turunnya
surah ini adalah antara perang Badr dan pembagian rampasan perang, pada tahun ke
dua setelah Hijrah. Ayatnya berbunyi:
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada
apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari
bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
223
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Pada tahun ke dua setelah Hijrah, sedekah fitrah diwajibkan. Sedekah ini diwajibkan
setiap bulan Ramadhan. Semua zakat adalah sedekah, sedangkan sedekah wajib disebut
zakat. Zakat mulai diwajibkan pembayarannya pada tahun ke sembilan Hijrah. Ketika
perintah wajib ini dimulai, maka mulai dipikirkan para pegawai pengelolanya, yang mana
mereka tidak digaji secara resmi, tetapi mereka mendapat bayaran tertentu dari dana
zakat tersebut.
Sampai tahun ke empat Hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil.
Kekayaan pertama diperoleh dari Bani Nadir, suatu suku yang tinggal di pinggiran Madinah.
Kelompok ini pernah mengikuti Pakta Madinah, tetapi mereka melanggar perjanjian,
bahkan berusaha membunuh Rasulullah SAW, ketika Rasulullah SAW meminta mereka
meninggalkan kota, mereka menolaknya. Lalu Rasulullah SAWmengerahkan tentara dan
mengepung mereka. Akhirnya, mereka menyerah dan setuju meninggalkan kota dengan
membawa barang-barang sebanyak daya angkut unta, kecuali baju baja. Semua milik
Bani Nadir yang ditinggalkan menjadi milik Rasulullah SAW menurut ketentuan Alquran
Surah Al-Hasyr ayat 2 berbunyi:
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-
kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa
mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat
mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka
(hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan
ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan
tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu)
untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”
Rasulullah SAW membagikan tanah ini sebagian besar kepada kaum Muhajirin dan orang
Anshar yang miskin. Bagian Rasulullah SAW digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Mukhairik, seorang rabbi Bani Nadir, yang telah masuk Islam memberikan
tujuh kebunnya yang kemudian oleh Rasulullah SAW dijadikan tanah sedekah. Inilah
wakaf Islam yang pertama.
Khaibar dikuasai pada tahun ke tujuh Hijrah. Penduduknya menentang dan memerangi
kaum muslim. Setelah pertempuran selama sebulan, mereka menyerah dengan syarat
dan berjanji meninggalkan tanahnya. Syarat yang diajukan diterima. Mereka mengatakan
kepada Rasulullah SAW, “Kami memiliki pengalaman khusus dalam bertani dan berkebun
kurma,” dan meminta izin untuk tetap tinggal di sana. Rasulullah SAW mengabulkan
permintaan mereka dan memberikan mereka setengah bagian hasil panen dari tanah
mereka.
224
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Zakat dan ushr merupakan pendapatan yang paling utama bagi negara pada masa
Rasulullah SAW hidup. Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang,
dibayar hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya
lebih dari 200 dirham. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah
satu pilar Islam. Pengeluaran untuk keduanya telah diatur dalam Alquran dalam Surah
At Taubah ayat 60 yang berbunyi:
Lima belas abad yang lampau belum ada konsep yang jelas mengenai cara mengurus
keuangan dan kekayaan negara di belahan dunia mana pun. Pemerintah suatu negara
225
Ekonomi dan Keuangan Syariah
adalah badan yang dipercaya untuk menjadi pengurus tunggal kekayaan negara dan
keuangan. Rasulullah adalah kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep
baru di bidang keuangan negara pada abad ke tujuh, yaitu semua hasil pengumpulan
negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan
kebutuhan negara. Hasil pengumpulan itu adalah milik negara dan bukan milik
individu. Tempat pengumpulan ini disebut baitul maal (baitulmal) atau bendahara
negara.
Semasa Rasulullah masih hidup, Masjid Nabawi digunakan kantor pusat negara sekaligus
menjadi tempat tinggalnya baitul maal. Tetapi, binatang-binatang tidak bisa disimpan di
baitulmal. Sesuai dengan alamnya, binatang-binatang tersebut ditempatkan di padang
terbuka. Pemasukkan yang sangat sedikit yang diterima negara disimpan di masjid
dalam jangka waktu yang pendek yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat
tanpa ada sisa. Dalam buku-buku budaya dan sejarah terdapat empat puluh nama
sahabat yang jika digunakan istilah modern disebut pegawai sekretariat Rasulullah,
namun tidak disebutkan adanya seorang bendahara negara. Hal ini hanya dimungkinkan
terjadi di dalam lingkungan yang memiliki pengawasan yang ketat. Pada perkembangan
selanjutnya institusi ini memainkan peran aktif dalam bidang keuangan dan administrasi
pada awal periode Islam terutama pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.
Secara ringkas, empat sahabat Nabi SAW berperan meneruskan apa yang sudah
dilakukan oleh Rasulullah SAW Beberapa inovasi yang ditemukan banyak dilakukan oleh
khalifah Umar Ibn RA Berikut ini akan disajikan secara singkat peran masing-masing
khalifah dalam perekonomian saat itu.
Abu Bakar Ash-Siddiq RA terpilih sebagai khalifah dalam kondisi miskin akibat telah
menyedekahkan seluruh hartanya demi perjuangan Islam. Sejak menjadi khalifah,
kebutuhan keluarga Abu Bakar RAdiurus oleh kekayaan dari baitul maal. Menurut
beberapa keterangan, beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga
perempat dirham setiap harinya dari baitul maal dengan tambahan makanan berupa
daging domba dan pakaian biasa. Setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan
tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2.000 atau 2.500 dirham dan menurut
keterangan lain 6.000 dirham per tahun.
226
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Ada beberapa hal penting yang perlu dicatat berkaitan dengan masalah kebijakan
keuangan negara pada masa khalifah Umar bin Khatab RA, diantaranya adalah masalah:
1) Baitul Maal;
2) Kepemilikan Tanah;
3) Zakat dan Ushr;
4) Sedekah untuk Nonmuslim;
5) Mata Uang;
6) Klasifikasi Pendapatan Negara; dan
7) Pengeluaran.
1) Baitul Maal
Pada tahun 16 H, Khalifah Umar RA mengumpulkan dana kharaj senilai 500.000
dirham, hasil dari Abu Haraira, Amil Bahrain, untuk disimpan sebagai cadangan
darurat, membiayai angkatan perang, dan kebutuhan lain untuk umat. Dana
tersebut disimpan di Baitul Maalsecara reguler dan permanen, didirikan untuk
pertama kalinya di ibukota, kemudian dibangun cabang-cabangnya di ibukota
provinsi.
2) Kepemilikan Tanah
Sepanjang pemerintahan Khalifah UmarRA, banyak daerah yang ditaklukkan
melalui perjanjian damai. Di sinilah mulai timbul permasalahan bagaimana
227
Ekonomi dan Keuangan Syariah
28 Fa’i adalah segala harta kekayaan orang-orang kafir yang dikuasai oleh kaum muslimin tanpa peperangan.
228
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Sebelum Islam, setiap suku atau kelompok suku yang tinggal di pedesaan biasa
membayar pajak (ushr) pembelian dan penjualan (maqs). Setelah Negara Islam
berdiri di Arabia, Rasulullah SAW mengambil inisiatif untuk mendorong usaha
perdagangan dengan menghapuskan bea masuk antar provinsi yang masuk
dalam daerah kekuasaan dan masuk dalam perjanjian yang ditangani oleh beliau
bersama dengan suku-suku yang tunduk kepada kekuasaannya. Secara jelas
dikatakan bahwa pembebanan sepersepuluh hasil pertanian kepada pedagang
Manbij (Hierapolis) dikatakan sebagai yang pertama dalam masa Khalifah Umar
RA.
229
Ekonomi dan Keuangan Syariah
v. Pengeluaran
Bagian pengeluaran yang paling penting dari pendapatan keseluruhan
adalah dana pensiun kemudian diikuti oleh dana pertahanan negara dan
dana pembangunan. Secara garis besar pengeluaran negara pada masa
kekhalifahan Umar RA dikeluarkan untuk kebutuhan yang mendapat
prioritas pertama adalah pengeluaran dana pensiun bagi mereka yang
bergabung dalam kemiliteran, baik muslim maupun nonmuslim. Dana
tersebut juga termasuk pensiunan bagi pegawai sipil.
Khalifah Usman bin Affan RA adalah khalifah ketiga. Pada enam tahun pertama
kepemimpinannya, Balkh, Kabul, Ghazni, Kerman, dan Sistan ditaklukkan. Untuk menata
pendapatan baru, kebijakan Khalifah Umar RA yang terdahulu diikuti. Tidak lama setelah
negara-negara tersebut ditaklukkan, kemudian tindakan efektif diterapkan dalam rangka
pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon buah-buahan
ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan organisasi
kepolisian tetap.
Khalifah Usman RA tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, dia meringankan
beban pemerintah dalam hal yang serius. Dia bahkan menyimpan uangnya di bendahara
negara.29 Beliau juga berusaha untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan dan
kelautan, meningkatkan dana pensiun dan pembangunan di wilayah taklukan baru,
khalifah membuat beberapa perubahan administrasi dan meningkatkan kharaj dan jizya
dari Mesir.
Setelah meninggalnya Khalifah Usman RA, Ali RA terpilih sebagai khalifah dengan suara
bulat. Ali RA menjadi khalifah selama lima tahun. Kehidupan Khalifah Ali RA sangat
sederhana dan dia sangat ketat dalam menjalankan keuangan negara.
Dalam hal penerimaan negara, Khalifah Ali RA masih membebankan pungutan khums
atas ikan atau hasil hutan. Menurut Baladhuri, Khalifah Ali RA membebankan para
pemilik hutan (Ajmat) 4.000 dirham. Di hutan ini, terdapat ngarai yang dalam, yang
menurut beberapa orang, tanah untuk batu-batu istana dibuat, dan menurut yang
lainnya, itu adalah tanah longsor.
29 Hal ini menimbulkan kesalahpahaman antara khalifah dan Abdullah bin Arqam, salah seorang sahabat Rasulullah s.a.w
yang terkemuka, yang berwenang melaksanakan kegiatan Baitul Maal Pusat.
230
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Belajar dari sejarah dan penerapan prinsip-prinsip dan nilai syariah dalam keuangan
publik, maka dapat disarikan karakter utama keuangan publik syariah yang dapat
diterapkan dalam dunia modern ini.
231
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kharaj (Cukai hasil tanah yg Merupakan kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah
dikenakan atas orang non kepada pengguna lahan negara atau tanah fai’;
muslim) Tingginya tarif semakin tinggi dengan kondisi:
- Kualitas tanah & jenis tanaman yang lebih baik;
- Metode produksi /peran SDM lebih rendah;
- Nilai hasil produksi (max 50%).
Dipungut secara permanen berkala.
Jizya (pajak dzimmi) pajak Merupakan kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah
pribadi bagi orang non sebagai kompensasi atas perlindungan jiwa, property, ibadah
muslim yang diperintah oleh & tanggungjawab militer;
muslim Dipungut dari non-muslim dzimmi yang tinggal di negara
Islam;
Tingginya tarif dipengaruhi oleh:
- Kemampuan material pembayar jizya;
- Bisa dibayar individual atau kolektif.
Dipungut permanent, kecuali jika dzimmi berpindah agama ke
Islam, maka terkena kewajiban sebagai muslim.
Ghanimah (harta rampasan Merupakan harta yang diperoleh secara paksa melalui perang;
perang yang diperoleh dari Ditujukan terutama untuk pembiayaan perang dan
suatu negara / wilayah yg kesejahteraan tentara (80%);
didahului dengan perang) Sebagian, 20%, dialokasikan untuk sabilillah, sebagaimana
tarif zakat yang dikenakan atas harta temuan (rikaz).
Fa’i (harta yang disita dari Merupakan harta yang diperoleh dari non muslim secara
suatu Negara / wilayah yang damai atau non-perang;
tidak didahului perang) Prinsipnya adalah pemanfaatan harta yang menganggur;
Dimiliki oleh pemilik asal jika masih hidup atau masuk ke
Islam, dan menjadi milik negara jika pemilik asal meninggal
atau tetap non-muslim;
Beberapa pendapatan bisa dikategorikan sebagai fa’i, seperti
jizyah, upeti, bea cukai, denda, kharaj, amwal fadhila dsb.
Amwal Fadhila Merupakan harta yang diperoleh karena tidak ada yang
memiliki baik karena ditinggalkan pemiliknya ataupun tanpa
ahli waris.
232
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Dari contoh historis di atas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai prinsip-prinsip
yang diterapkan dalam penerimaan publik Islam yaitu:
1) Sistem pungutan wajib (dikenal dengna istilah dharibah) harus menjamin bahwa
hanya golongan kaya dan mempunyai kelebihan yang memikul beban utama
dharibah.
2) Berbagai pungutan dharibah tidak dipungut atas dasar besarnya input/sumber daya
yang digunakan, melainkan atas hasil usaha ataupun tabungan yang terkumpul.
3) Islam tidak mengarahkan pemerintah mengambil sebagian harta milik masyarakat
secara paksa, meskipun kepada orang kaya. Sesulit apapun kehidupan Rasulullah
SAW di Madinah beliau tidak pemah menentukan kebijakan pungutan pajak.
4) Islam memperlakukan kaum muslimin dan non-muslimin secara adil. Pungutan
dikenakan proporsional terhadap manfaat yang diterima pembayar.
5) Islam telah menentukan sektor-sektor penerimaan negara menjadi empat jenis:
233
Ekonomi dan Keuangan Syariah
a. Zakat, yaitu pungutan wajib atas muslim yang ketentuannya sudah diatur oleh
Allah. Pemerintah tidak memiliki hak untuk mengubah hal itu semua, tetapi
dapat mengadakan perubahan dalam struktnr harta yang wajib dizakati dengan
bcrpegang pada nash-nash umum yang ada dan pemahaman terhadap realita
modern;
b. Aset atau kekayaan nonkeuangan, yang diperoleh dari ghanimah, fai’, ataupun
amwal fadhila. Aset ini memungkinkan negara untuk memiliki perusahaan
dan menciptakan penerimaan sendiri dengan mengelola sumber daya yang
dikuasakan kepada pemerintah;
c. Dharibah, yaitu pungutan wajib yang nilainya ditentukan oleh pemerintah.
Dharibah meliputi jizyah kharaj, ushr usyur, nawaib, dan sebagainya;
d. Penerimaan publik sukarela, yaitu yang objek dan besarannya diserahkan kepada
pembayar. Jenis penerimaan ini meliputi infak, sedekah, wakaf, hadiah, dan
sebagainya. Penerimaan jenis ini dimanfaatkan untuk melengkapi kekurangan
zakat dan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah.
Aspek pengeluaran, prinsip yang harus diterapkan dalam pengeluaran publik adalah:
1) Alokasi zakat merupakan kewenangan Allah, bukan kewenangan amil atau
pemerintah. Amil hanya berfungsi menjalankan manajemen zakat sehingga dapat
dicapai pendistribusian yang sesuai ajaran Islam.
2) Penerimaan selain zakat dialokasikan mengikuti beberapa prinsip pokok, di
antaranya: (Chapra: 1995, 288-289):
a. Belanja negara harus diarahkan untuk mewujudkan semaksimal mungkin
maslahat.
b. Menghindari masyaqqah (kesukaran, kesulitan) dan mudarat
c. Mudarat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudarat yang lebih
besar
d. Pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu dapat
dikorbankan demi menghindari kerugian dan pengorbanan dalam skala umum.
e. Manfaat publik yang didistribusikan adalah seimbang dengan penderitaan atau
kerugian yang ditanggung.
f. Jika suatu belanja merupakan syarat untuk ditegakkannya syariat Islam, maka
belanja tersebut harus diwujudkan.
Dari fakta sejarah Islam tentang pentingnya peran zakat, wakaf dan keuangan publik
dari sektor masyarakat, kita seharusnya mampu belajar untuk mencari prinsip pokok
234
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
pengelolaan dana publik tersebut dalam suatu rangkaian sistem yang utuh dalam
perekonomian Islam.
Zakat, infak dan sedekah semestinya berperan vital dalam perekonomian sebagai sektor
ketiga, sebagaimana sektor pasar dan pemerintah. Penerapan regulasi dan kelembagaan
ZISWAF semestinya menjadi bagian integral dari sistem perekonomian. Penguatan sistem
dan kelembagaan zakat dan wakaf ini memiliki tujuan utama yang harus dijaga yaitu30:
1) Peningkatan kapasitas dan profesionalitas Organisasi Pengelola Zakat dan Wakaf
(OPZ), baik OPZ pemerintah maupun OPZ swasta.
2) Peningkatan peran serta masyarakat dalam peningkatan pertumbuhan dan
efektivitas pengelolaan zakat dan wakaf.
3) Adanya sinergi yang efektif antar pemangku kepentingan untuk mengembangkan
zakat dan wakaf secara sistemik, yaitu antara amil, pemerintah, muzaki, mustahik,
ulama dan organisasi sosial lain.
4) Peningkatan kontribusi pengelolaan zakat dan wakaf bagi pencapaian tujuan sosial
ekonomi pembangunan di suatu negara.
30 IMZ, 2010, Indonesia Zakat & Development Report 2010 Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia: Menuju Sinergi
Pemerintah dan Masyarakat Sipil Dalam Pengelolaan Zakat Nasional, Jakarta: IMZ, hal.148-152.
235
Ekonomi dan Keuangan Syariah
Secara garis besar, zakat core principle dikelompokkan menjadi 18 (delapan belas)
prinsip pokok. Dari 18 prinsip tersebut, dikategorikan menjadi dua kelompok utama.
Kelompok pertama terkait dengan wewenang, tanggung jawab dan fungsi pengawasan
zakat yang dijelaskan dalam Prinsip 1 sampai 7. Sementara peraturan kehati-hatian dan
persyaratan untuk organisasi pengelola zakat diberikan dalam kelompok kedua dengan
Prinsip 8 sampai 18.
236
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
Sistem pelaporan akuntansi tersebut menjadi salah satu kunci sukses organisasi
pengelola ZISWAF dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazimnya,
harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi
para penggunanya, andal serta dapat diperbandingkan namun tetap dalam konteks
syariat Islam. Akuntabilitas organisasi pengelola ditunjukkan dengan laporan keuangan
serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Karena untuk bisa disahkan sebagai
organisasi resmi, organisasi pengelola ZISWAF harus menggunakan sistem akuntasi yang
benar dan siap diaudit akuntan publik.
Dewasa ini telah dikembangkan sistem akuntansi zakat dan wakaf meskipun dalam
tahap perbaikan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menerbitkan Pedoman Standar
Akuntansi Keuangan nomor 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.
Kecilnya peran ZISWAF secara nasional memerlukan dukungan masyarakat yang lebih
besar. Disamping itu juga peran pemerintah atau otoritas yang masih lemah memerlukan
dukungan dari pelaku ataupun masyarakat untuk meningkatkan efektivitas kerja OPZ.
Peran asosiasi dan Forum Organisasi Pengelola ZISWAF sebagai berikut:
237
Ekonomi dan Keuangan Syariah
238
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
RANGKUMAN
239
Ekonomi dan Keuangan Syariah
KONSEP-KONSEP PENTING
EVALUASI BAB X
240
Peran Sektor Publik dan Ziswaf dalam Perekonomian
PENUGASAN
Kunjungi website dari Islamic Development Bank atau IDB (www.isdb.org). Carilah data
dari dari negara-negara anggota IDB mengenai PDB per kapita mereka dan zakat yang
terkumpul. Dari data tersebut, diskusikan apakah kekayaan masyarakat berkaitan dengan
besarnya pajak yang mereka bayarkan? Dapatkan pula penerimaan zakat dari negara-
negara tersebut? Dari data tersebut, diskusikan apakah kekayaan masyarakat berkaitan
dengan besarnya zakat yang mereka bayarkan? Mengapa?
241
Ekonomi dan Keuangan Syariah
242