Anda di halaman 1dari 7

CASE DR.

HENDRAYANA

- DDR jika suhu >390


- Panas – infeksi : cari sumber infeksi
- Panas – menggigil : tanya riwayat berpergian ke luar pulau, pantai atau pegunungan
- Anamnesis harus sesuai dengan WD atau DD
- Mencret mules-mules : curiga disentri
- Tifoid sekarang boleh makan nasi, yag penting jangan santan
- 20 tpm 8 jam, 30 tpm 6 jam, 40 tpm 4 Jam
- Tifoid lebih baik ciprofloxacin
- DDR 2X positif = +
- Kalau DDR 3x negatif tapi suspek = tetap terapi anti malaria
- Psidii untuk menaikan trombosit
- Hepar >2 jari = hepatomegali
- Bil total normal = <1,1-1,2
- Es ciprofloxacin = iritasi lambung. Pada anak mempercepat penutupan lempeng epifisis
- Widal + = kenaikan titer 4x. Atau O 1/320 dan H 1/160. Yang dilihat titer O

CASE DR. BETSY

- KU bedain akut atau kronik


Mungkin sesak 2 hari – memberat
- Keluhan tambahan : misal batuk – ada hubungan dengan KU atau keluhan lain (penyakit
lain). Harus dirinci : sejak kapan, karakteristik dll. Kalau sesak tanya yang memperberat dan
memperingan
- Sesak : paru, jantung, metabolik
- Sesak bedakan beneran sesak atau rasa tidak nyaman / nafas tidak plong. Karena sesak
orang awam berbeda dengan pengertian kita
- Sesak tanya : mengi,kebiruan,batuk,dahak
- Riwayat pengobatan harus ada : apa, sejak kapan, dosis, berapa kali,dll
- Di anamnesis jangan tulis istilah medis
- RPD yang ditanya juga harus tau kira-kira mengarah kemana
- Wajib hitung BB,TB,IMT
- Nadi : kuat angkat, reguler
- Nafas : jenis pernafasan
- Kalau ketemu redup saat perkusi : cari batasnya di ICS berapa
- Batas jantung seperti bidang (yang dr mario ajar)
- Konsistensi hepar : lunak (pada dekomp kanan), keras, kenyal
- Asites : undulasi (cairan banyak), shifting dullness (cairan sedikit)
- Asites terutama pasien yang ada edema
- CRT : untuk melihat perfusi perifer
- CKD : HT, anemia, ur/cr meningkat
- Kalau kira-kira ada pembesaran jantung harus dikonfirmasi dengan EKG
- LVH pada EKG R-V6 + ........ > 35 kotak
- T-inverted : tanda adanya iskemik
- Irama sinus : P diikuti QRS
- CHF = orthopnea, edem, hepatomegaly, JVP meningkat
- CHF harus tau grade berapa
- Diagnosa CHF ada 3 = diagnosa fisiologis, etiologi, anatomi (karena terapi akan berbeda)
contoh : CHF grade 2, left ventrikel hipertrofi, suspek infark/ht/cad
- Restriksi cairan seberapa % tergantung kebutuhan pasien
- Obat jangan ditulis nama dagang
- Digoxin = inotropik + - meningkatkan kontraktilitas
- Digoxin (digitalisasi) – kenapa ga dikasih yang cepat = karena ginjal jelek
- Digitalisasi = cepat (bisa sampai 500mg-1gram loading) dan lambat
- Amiodaron = untuk pasien takikardi SVT/VT/PVC
- Amiodaron inisial dose = 800mg (loading) terutama kasus aritmia yang mengancam jiwa.
dalam drip 5-15 menit (diencerkan dulu dalam 100cc NaCl)
observasi – membaik – maintenance
- Beraprost = untuk menurunkan tekanan pulmonal
- Keto G = untuk menurunkan ureum
- Pasien masih bisa minum = harus rinci seberapa banyak
- Tulis RPD darah tinggi bukan Hipertensi
- Pupil isokor 3mm/3mm, RC +
- Batas kiri jantung = normal di midclavicularis kiri
- Batas atas jantung = ICS .. bukan line
- Nyeri tekan tulis di mana dan digambar
- Semua kelainan tulis di diagnosa
- Pasien muntah-muntah = kira-kira hitung ganti cairannya.
muntah +/- 100cc x 5kali = 500cc (harus diganti)
- DOC diare
- Attalpugite p.r.n 2 tab . max 12 tab (terapi simptomatik bukan kausatif)
- PPI indikasi = ulkus peptik, dispepsia
- PPI akan hambat sel parietal lambung – ireversibel. 1 sel yang terkena bisa kena sel yang lain
- Coba obat yang ringan dulu = antasida-ranitidin-omeprazole
- Hepatitis = riwayat transfusi darah, alkohol, drug induced (TB)
- Akumulasi kuning selain sklera – di mulut (frenulum)
- Jangan bilang panas, tapi demam (yang pasti)
- Hepatitis tifosa = lebih dominan kuning
- Tubex untuk <1minggu
- Tifoid >1minggu = PCR Tifoid (antigen)
- Jaga kebersihan = cuci tangan setelah buang air besar, jangan menyediakan makanan untuk
orang lain
- Isi cairan infus
- RG = ringer dan glukosa (ada kalori)
- Obat jangan double
- PPOK biasa ada gangguan cor,pulmonale = biasa jantungnya membesar (jantung kanan)
- Diet hati = rendah lemak, tinggi kalori, lunak
- GD-Nucter = puasa
- Cara hitung pemberian O2
- IPPB (Intermitten Positive Presure Breathing) = hati-hati pada asma (karena tekanannya ga
boleh tinggi) – karena takut alveoli nya pecah – pneumothorax
- Gejala GERD
- Identitas pasien harus lengkap
- Pekerjaan harus spesifik dibagian apa
- Pasien perempuan wajib status obsterinya ditanya
- Komplikasi anemia
- Anemia kronik – ada dekomp
- Hepatomegali infeksi = tidak merubah konsistensi
- Anemia – cari sumber perdarahan – pemeriksaan yang murah = darah samar
- Leukemia akut = pantositopenia atau leukosit yang meningkat extrem ?
- Indikasi transfusi
- Dekomp : hati-hati beri cairan
- Kalau masih bisa intake PO , ga usah infus
- Cairan perlu semua IV ? kalau bisa PO hitung (dibagi)
- CHF wajib hitung JVP
- Indikasi ISDN sublingual ? pada fase akut. Harus cari tanda-tanda akut
- Isosorbid mononitrat bedanya apa ? karena tidak ada tanda akut
- Pemberian obat IV vs PO = patokannya khusus pasien CHF = JVP
- Interpretasi CKMB,CPK ? CKMB normal 3%<CPK
- Kapan harus terapi Hipertensi ?
- Pada CHF walau TD meningkat sedikit tetap harus diterapi walaupun tidak ada riwayat HT.
Karena untuk menurunkan beban jantung terutama yang ada koroner.
- Kapan mulai terapi digoxin ?
- Obstruksi jaundice = kuning kehijauan
- KU demam kemungkinan besar ada ‘itis’ apalagi disertai dengan peningkatan leukosit
- KU harus sesuai dengan diagnosis
- DD harus dengan yang mungkin
- Pankreas letaknya retroperitoneal
- Hepatitis jarang demam tinggi
- Hepatitis tifosa biasanya hepar membesar tidak besar banget
- Novalgin tidak boleh gangguan hati berat (?)
- Obat untuk gangguan hati = sistenor (PCT + antidotum – asetilsistein)
- Cefotaxime = infeksi berat single dose
biasanya bisa dinaikan 2x2 gram
kalau masih tidak bisa tercover = ganti golongan
- Kalau pasien tua + demam lama , cek : GDS, urin rutin, elektrolit, ro thorax, ekg =
pemeriksaan wajib
- Anjuran pemeriksaan = untuk singkirkan DD, yang dibutuhkan pada pasien, komorbid.
Intinya harus ada alasannya
- ES tomit = ekstrapiramidal. Pada dewasa jarang
- DD/ hepatitis tifosa = pemeriksaan PCR Tifoid (infeksi baru, lama,carier ga bisa dibedakan)
- Tifoid >2 minggu biasa dengan IgM tidak bisa dideteksi
- Carier tifoidd bisa cek dari feses, asalkan tidak ada obstruksi
- Bil indirek meningkat = anemia hemolitik, hipoalbumin, hepatitis, gangguan enzim
- Gangguan hati, demam meningkat tinggi, PCT masih boleh kalau perlu
novalgin masih boleh (dipiron), tulis bila panas >38 0
sistenor
NSAID = piretik < analgetik
- Anemia harus cari penyebab baru terapi
- Gizi buruk baru-baru jangan kasih FE = karena efek mual. Perbaiki selera makan dulu
- CRT >2, TD meningkat ? mungkin mikroangiopati karena pasiennya DM
sirkulasi perifer terganggu (ada yang menghambat jalannya) = cek pulsasi kanan kiri,
sensoris, luka
- Kalau 2 diagnosa : D/ kerja sesuai KU
D/ tambahan : .... misal CHF,DM (penyakit yang memang ada
- Cek HCV jarang. Biasa kalau ada klinis ke hepatitis + HAV - + HBV –
- Sirosis hepatis = hepar mengecil, tepi ireguler, keras
- CHF bisa kuning ? hipertensi portal – dari dekomp kanan + JVP meningkat

CASE DR. MARIO

- PF thorax = paru + jantung


- Batas jantung
- RPD dan RPK = yang berhubungan dengan keluhan saat ini
- Kalau misal KU demam, buat aja suhunya demam (walaupun saat kita cek tidak demam)
- Infus tulisnya 2000cc/24 jam (20 tpm)
- PCT tab 500mg bila suhu >37.50 max 4x1 tab
- Plantasid syrup 3x1c (kalau dr betsy maunya 3xC1)
- Kalau mau tulis DD dulu, tulis WD di DD no1
- Anjuran PP harus sesuai dengan DD
- Pembagian asma
- Harus tanya muncul serangan dalam /minggu brp x, /bulan brp x, gejala malam
- Aminofilin pakai cairan D5, kecuali pasien DM
- Asma biasanya tidak demam/leukositosis. Kemungkinan ada infeksi sebelumnya
- Perbedaan asma vs PPOK
- Pink puffer vs blue bloater pada PPOK
- Kesadaran selain CM harus tulis GCS nya
- Indikasi terapi
- PPOK terapi O2 tinggi pasiennya bisa apneu. Why ?
- PPOK – barrel chest. Why ?
- Gelombang QS (tidak ada gel R) = bahaya fibrilasi ventrikel
- AF saat auskultasi mirip gallop , Cuma lebih khas, seperti jantungnya menendang
- Tanda-tanda old miokard infark vs infark baru terutama dari EKG

CASE DR. JULIAN

- Pengobatan TB :
Lini 1 = Rifampisin, Isoniazid, Etambutol, Pirazinamid, Streptomisin.
Lini 2 = Fluorokuinolon, Kanamisin, Amikasin, Kapreomisin, Viomycin, Etionamid, Para amino
salisilat (PAS), Sikloserin, Tioasetazon, Macrolides, Klofazimin, Linezolid.
- ES Rifampisin = trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik, hepatotoksik, hipotensi,
sinus takikardia, ventrikuler aritmia, GI effects, menstrual disturbances, edem, orange-red
discolouration of body fluids, visual disturbances
Dosis = dewasa 8-12 mg/kg once daily. (10mg/kg)
<40kg = 300 mg
<50 kg = 450 mg
>50 kg = 600 mg
Gangguan hati : max 8mg/kg/hari
Pemberian = saat perut kosong
KI = hipersensitivitas, kuning, concurrent use with saquinavir/ritonavir therapy
Monitoring = AST,ALT,Bilirubin,CBC,mental status,sputum culture,Ro thorax 2-3 months into
treatment
Mekanisme = bakterisid pada basil aktif mebelah dan tidak aktif (menghambat proses
transkripsi bakteri), distribusi jaringan tubuh dan cairan termasuk CSF, melewati sawar
plasenta dan ASI, metabolisme di hepar, ekskresi via feses dan urin.
Sediaan : 300/450/600
- ES Isoniazid = peripheral neuritis (kesemutan, rasa terbakar. Efeknya dikurangin dengan
pemberian piridoksin 100mg/hr atau vit b com), psychotic, convulsions, optic neuritis,
transient increases in liver enzyme, trombositopenia, anemia, dry mouth, constipation,
hyperglicemia, gynecomastia, urinary retention, hepatitis
Dosis = 5mg/kg max 300mg daily as single dose atau 15mg/kg max 900mg 2-3x weekly
renal impairment severe = dose reduction may be needed
Pemberian = saat perut kosong
KI = hipersesitivitas, acute liver disease
Monitoring = AST,ALT
Mekanisme = bakterisid (basil aktif) dan bakteriostatik (basil tidak aktif) : (mengganggu
sintesis asam mikolat-komponen utama dari dinding sel dan menghambat sintesis asam
nukleat), distribusi jaringan tubuh dan cairan termasuk CSF, melewati sawar plasenta dan
ASI, metabolisme di hepar, eksresi via urin dan feses.
Sediaan : 300
- ES Pirazinamid = hepatotoksik, hyperuricemia, GI effect, anemia sideroblastic,
trombositopenia, fotosensitif, pellagra (disease caused by a lack of vit b3).
Dosis = fase intensif 25mg/kg atau 35mg/kg 3x/minggu
>60kg = 1500mg
40-60kg = 1000mg
<40kg = 750mg
Renal impariment = doses reduction
Hepatic impairment severe = contraindicated
Pemberian = bersamaan dengan makanan
KI = severe hepatic impairment
Perhatian khusus = mild-moderate hepatic & renal impairment, pregnancy, lactation
Monitoring = fungsi hati, asam urat
Mekanisme = bakterisid (membunuh kuman dalam kondisi semi-dorman pada kondisi pH-
asam) dapat bersifat bakteriostatik. Merupakan pro-drug yang diubah oleh pirazinamidase
menjadi bahan aktif pyrazionic acid (akan mengganggu sistem transport membran sel
bakteri), distribusi jaringan tubuh dan cairan termasuk CSF, melewati sawar plasenta dan
ASI, metabolisme di hepar, ekskresi via urin
Sediaan = 500
- ES Etambutol = optic neuritis, colour blindness and irreversible blindness, hepatotoksik,
trombositopenia, leukopenia, GI effect, jaundice,hyperuricemia, peripheral neuropathy,
hallucinations, confusion, pulmonary infiltrates, dermatitis, eritema multiforme, pruritus.
Dosis = 15mg/kg once daily , max 1600mg/daily
Pemberian = bersamaan dengan makanan
Perhatian khusus = renal impairment
Mekanisme = bakteriostatik (mengganggu struktur dinding sel M.Tbc), distribusi jaringan
termasuk ginjal, paru-paru, eritrosit, melewati plasenta-ASI, ekskresi urin dan feses.
Sediaan = 250,500
- ES Streptomisin : neurotoxic (vestibular, cochlear function disturbance, peripheral neuritis,
encephalopathy), trombositopenia, leukopenia, pansitopenia, anemia hemolitik, muscular
weakness, ambylopia, resp paralysis, nefrotoxic
Dosis = 15mg/kg as a single dose daily max 1 gram daily
KI = hipersensitivitas terhadap streptomisin dan aminoglikosida
Monitoring = fungsi ginjal
Mekanisme = bakterisid, distribusi jaringan tubuh dan cairan termasuk CSF, melewati sawar
plasenta dan ASI, ekskresi via urin
Sediaan = vial 1 gram
- Pemberian DHP = 4-4-2 (3hari)
- Primakuin 14 hari
- Alasan pemberian primakuin 14 hari
- Vivax menyerang eritrosit muda
- Falciparum menyerang semua eritrosit (malaria tropica)
- Ovale menyerang eritrosit tua. Tidak ada di Indonesia, adanya di Africa Barat
- Siklus Malaria
- DHP+Primakuin = artesunat/arterakin (Oral) – artemisin (IV)
- Yang ditakutkan dari malaria = malaria cerebral (falciparum)
- Nicardipin : 10mg/kg
- Etiologi HT = idiopatik. Yang ada Cuma faktor resiko
- White coat HT = HT dimana meningkat saat pasien berobat
- Irbesarta = ARB. Menghambat Ang 1 menjadi Ang II . Bekerja di Vena dengan meningkatkan
venous return
- Amlodipin = CCB. Bekerja di arteri. ES edem karena venous return ke jantung menurun.
- Jadi dengan pemberian irbesartan akan meningkatkan venous return.
- Jadi irbesartan + amlodipin = efek saling melengkapi
- Kalau pasien kakinya bengkak karena pemberian amlodipin :
1. Ganti obat
2. Kombinasi dengan irbesartan, dosis amlodipin diturunkan
REKOMENDASI TB DRUG – WHO

1.1. The effectiveness of shortened fluoroquinolone-containing regimens when compared to the


standard 6-month treatment regimen of 2HRZE/4HR in patients with drug-susceptible
pulmonary TB disease
Recommendation: In patients with drug-susceptible pulmonary TB, 4-month
fluoroquinolonecontaining regimens2 should not be used and the 6-month rifampicin-based
regimen 2HRZE/4HR remains the recommended regimen (Strong recommendation, moderate
certainty in the evidence).
1.2. The effectiveness of TB treatment using fixed-dose combination tablets when compared to
separate drug formulations in patients with drug-susceptible TB disease
Recommendation: The use of fixed-dose combination (FDC) tablets is recommended over
separate drug formulations in treatment of patients with drug
1.3. The effectiveness of intermittent dosing (thrice weekly) of TB medications, both in the intensive
phase and in the continuation phase of treatment, when compared to daily treatment
Recommendation: In all patients with drug-susceptible pulmonary TB, the use of thrice-weekly
dosing is not recommended in both the intensive and continuation phases of therapy, and daily
dosing remains the recommended dosing frequency (Conditional recommendation, very low
certainty in the evidence).
1.4. Initiation of antiretroviral treatment (ART) in TB patients living with HIV
Recommendation:
1.4.1. ART should be started in all TB patients living with HIV regardless of their CD4 cell count
(Strong recommendation, high certainty in the evidence).
1.4.2. TB treatment should be initiated first, followed by ART as soon as possible within the first
8 weeks of treatment (Strong recommendation, high certainty in the evidence). HIV-positive
patients with profound immunosuppression (e.g. CD4 counts less than 50 cells/mm3) should
receive ART within the first 2 weeks of initiating TB treatment.
1.5. The effectiveness of a TB treatment period of greater than 8 months compared to the standard
6-month treatment period for HIV co-infected patients with drugsusceptible pulmonary TB.
Recommendation: In patients with drug-susceptible pulmonary TB who are living with HIV and
receiving antiretroviral therapy during TB treatment, a 6-month standard treatment regimen is
recommended over an extended treatment for 8 months or more (Conditional
recommendation/very low certainty in the evidence).
1.6. The use of adjuvant steroids in the treatment of extrapulmonary TB disease
Recommendation:
1.6.1. In patients with tuberculous meningitis, an initial adjuvant corticosteroid therapy with
dexamethasone or prednisolone tapered over 6-8 weeks should be used (Strong
recommendation, moderate certainty in the evidence).
1.6.2. In patients with tuberculous pericarditis, an initial adjuvant corticosteroid therapy may be
used (Conditional recommendation, very low certainty in the evidence).

Anda mungkin juga menyukai