: Ny. W.
: 681868
Alamat
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : Demam
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Dialami sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, dirujuk dari RS Stella
Maris dengan trombosit 86,000. Demam dirasakan semakin memberat, bersifat terus
menerus, tidak turun dengan obat penurun panas, ada menggigil. Riwayat pendarahan
spontan tidak ada. Pasien juga mengeluh sakit kepala. Batuk tidak ada, sesak tidak
ada. Mual dan muntah ada, frekuensi 2 kali, berisi makanan. Tidak ada penurunan
berat badan drastis.
BAK: Lancar, warna kuning, kesan sedikit.
BAB: Biasa, warna kuning, tidak hitam.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
- Riwayat keluar ke daerah endemis malaria tidak ada
- Riwayat Penyakit kuning tidak ada.
-Riwayat Hipertensi dan Diabetes tidak ada
Riwayat Keluarga:
- Riwayat tertangga dengan keluhan yang sama ada.
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 18x/menit
Suhu
: 38.9 oC
Tinggi Badan
: 153 cm
IMT
: 20.9 kg/m2
Berat Badan
: 49 kg
Status Gizi
: Normal
Kepala
Deformitas
: Tidak ada
Ukuran
: Normosefal
Bentuk
: Mesosefal
Mata
Eksoptalmus
Konjugtiva
Kornea
: Tidak ada
Enoptalmus
: Anemi (-)
: Refleks kornea (+)
Sklera
Pupil
: Tidak ada
: Ikterus (-)
: Isokor, 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran
Hidung
Pendarahan
: Tidak ada
Sekret
: Tidak ada
Mulut
Bibir
Lidah
: Kotor (-)
Tonsil
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok
DVS
: R-2 cmH2O
Kaku Kuduk
: Tidak ada
Dada
Bentuk
Buah dada
Sela iga
Paru
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
Ekstremitas
Tampak petekie di ekstremitas atas, pada kedua lengan bawah dan ujian tourniket
positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
WBC
: 4200
PT
HGB
: 12.4
PLT
: 72,000
INR
Ureum
: 15
Kreatinin
: 0.60
SGOT
: 164
HCT
SGPT
: 59
MCH : 84
RBC
: 4.14
MCV : 30.0
: 1.00
: 34.9
RESUME
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 18x/menit
Suhu : 38.9 oC
Kepala
Leher
Paru
Jantung
Ekstremitas
PLANNING
Pengobatan
:
5
Cairan adekuat
IVFD Asering 40 tetes/menit
Sistemol 500mg/8jam/oral
Omeprazole 20mg/12jam/oral
Rencana pemeriksaan :
-
PROGNOSIS
Ad Functionam
: Dubia et bonam
Ad Sanationam
: Dubia et bonam
Ad Vitam
: Dubia et bonam
PERJALANAN PENYAKIT
Perawatan hari ke-1
INSTRUKSI DOKTER
R/
O2
N: 88 x/menit
2litre/menit
Diet lunak
IVFD
Asering
P : 30 x/menit
S : 38,40C
O: SS/GC/CM
Konjungtiva anemis -/Sklera ikterik -/Lab:
PLT= 72 - 67
PT= 11.7, control 9.1
INR=1.0
APTT=29.4, control 22.2
Ur/Cr=15/0.6
nasal
canule
40tpm
Sistenol
500mg/8jam/oral
Omeprazole
20mg/24jam
Maxiliv 1-0-0
Plan:
- Darah rutin
-Awasi tanda pendarahan
SGOT/SGPT=164/59
A: Demam Berdarah Dengue grade II
26/09/2014
R/
Diet lunak
IVFD
Asering
40tpm
Sistenol
P : 20 x/menit
S : 38,60C
500mg/8jam/oral
Omeprazole
20mg/24jam
Maxiliv 1-0-0
PLT=72 67 70
HGB=10.7 11.4
A: Demam Berdarah Dengue grade II
27/10/2014
disangkal.
P : 26 x/menit
S : 38,40C
Plan:
- Darah rutin
-Awasi tanda pendarahan
R/
Diet lunak
IVFD
Asering
40tpm
Sistenol
500mg/8jam/oral
Omeprazole
20mg/24jam
Maxiliv 1-0-0
Plan:
-Darah rutin
-Elektrolit
-Awasi tanda pendarahan
29/09/2014
R/
Diet lunak
IVFD
Asering
40tpm
Sistenol
P : 22 x/menit
S : 39.0 0 C
500mg/8jam/oral
Omeprazole
20mg/24jam
Maxiliv 1-0-0
PLT=72-67-70-80-87
A: Demam Berdarah Dengue grade II
Plan :
- Darah rutin
-Awasi tanda pendarahan
30/09/2014
P : 20 x/menit
S : 36.5 0 C
R/
Diet lunak
IVFD
Asering
40tpm
Sistenol
500mg/8jam/oral
Omeprazole
20mg/24jam
Maxiliv 1-0-0
HGB=9.5
Plan:
- Darah rutin
A: Demam Berdarah Dengue grade II
(perbaikan)
DISKUSI
Dari anamnesis, pasien wanita berusia 39 tahun ini dirujuk dari RS Stella Maris
dengan keluhan demam sudah 5 hari dengan trombosit 86,000 sudah dapat diarahkan
pada diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam yang bersifat terus
menerus, tidak turun dengan obat penurun panas dan mengiggil merupakan gejala
klinis yang dapat menunjang ke DBD. Selain itu, ada juga keluhan mual dan muntah
disertai sakit kepala, terutama petekie yang tampak di ekstremitas atas, menandakan
pendarahan spotan. Oleh karenanya, pasien ini sudah dapat didiagnosis sebagai DBD.
Terdapat 4 derajat DBD menurut WHO 1997, derajat I adalah, demam disertai
gejala tidak khas dan uji turniket positif dan derajat II adalah, gejala dari derajat I
disertai perdarahan spontan di kulit /perdarahan lain. Pada pasien ini, dikatakan DBD
grade II karena adanya gejala demam yang tidak khas, ujian tornikuet positif dan
adanya petekie di kedua lengan bawah pasien.
Diagnosis DBD juga dilihat dari hasil laboratorium, dimana kriteria
laboratoris adalah, trombositopenia ( 100000/l) dan hemokonsentrasi. Diagnosis
pasti DBD adalah dua kriteria klinis pertama, yang bisa ditentukan dari derajat DBD
menurut WHO, 1997 disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sebagai
tambahan, PT dan APTT pada pasien ini juga memanjang dan SGOT/SGPT
cenderung meningkat menandakan kriteria laboratoris dari DBD.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah rehidrasi dengan intake cairan yang
adekuat dibantu oleh infus asering 40 tetes/menit. Antipiretik, sistemol diberikan
karena SGOT/SGPT pada pasien ini cenderung tinggi. Perlu monitor berkala,
pemantauan tanda vital (kesadaran, tekanan darah, frek.nadi, jantung, nafas) supaya
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, seperti syok.
Selama perawatan, harus dilakukan evaluasi darah rutin tiap hari untuk
melihat perbaikan jumlah trombosit dan evaluasi berkala fungsi hati, fungsi ginjal,
dan status elektrolit. Ini bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya efek samping obat
atau dan pecegahan komplikasi yang lebih berat dari DBD.
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUE
I.
PENDAHULUAN
World Health Oganisation (WHO) menyatakan bahwa penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyebab utama kesakitan dan kematian
anak di Asia Tenggara. Diperkirakan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 50
100 juta kasus DBD dan sebanyak 500.000 di antaranya memerlukan
perawatan di rumah sakit.[1]
Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies serangga yang sangat
penting di lingkungan pemukiman, khususnya. A. aegypti adalah vektor utama
penyakit DBD di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit
tersebut sering menimbulkan epidemi, namun terabaikan dari aspek
pendanaan dan program penanggulangan oleh Global Fund. WHO mencatat
hingga tahun 2008, lebih dari 60 negara di daerah tropis dan subtropis
terjangkit penyakit DBD; angka insidensi meningkat 30 kali lipat, dan setiap
tahun terjadi 50 juta kasus.
WHO telah merekomendasikan vaksin untuk pencegahan penyakit
demam kuning sejak tahun 1990, namun hingga saat ini belum ada obat dan
vaksin
yang
direkomendasikan
untuk
demam
dengue,
DBD,
dan
[2]
10
II.
ETIOLOGI
Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang
termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4
serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4, ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae.
albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik)
berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata
muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi
ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari. [3]
III.
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2008, untuk seluruh wilayah Asia Tenggara, dilaporkan ada
peningkatan kasus sekitar 18% dan dilaporkan ada peningkatan kematian
akibat dengue sekitar 15% pada periode yang sama dibandingkan tahun
sebelumnya. Peningkatan kasus yang dilaporkan terutama di Thailand,
Indonesia, dan Myanmar.
Transmisi dengue dengan puncak peningkatan kasus di Indonesia pada
bulan Februari, di Thailand pada bulan Juni, dan di Myanmar pada bulan Juli.
Data sampai dengan akhir tahun 2006, jumlah kasus DBD di Indonesia
sebanyak 57% dari total kasus di Asia Tenggara, diikuti oleh Thailand 23%,
kemudian Srilangka, Myanmar, dan India masing masing 6%. DBD
merupakan kasus endemik yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan
sekarang endemik hampir di 300 kabupaten yang ada. Ae. aegypti adalah
vektor utama dari penyakit DBD seluruh wilayah Indonesia memiliki risiko
untuk terjangkit penyakit DBD kecuali daerah dengan ketinggian di atas
1000m di atas permukaan laut. Penyakit DBD di Indonesia yang pada
mulanya ditemukan di Surabaya pada tahun 1968 dengan jumlah kasus 58
11
orang dan yang meninggal sebanyak 24 orang (Case fatality rate= 41,3%).
Perkembangan penyakit ini dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan baik jumlah kasus maupun wilayah penyebarannya. Pada
awalnya penyakit ini lebih banyak terjadi di kota-kota besar namun sekarang
sudah terjadi di kota kecil bahkan sampai ke daerah pedesaan. [1]
DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka
insidensi tingkat nasional tahun 2008 mencapai 60/100.000 penduduk, dengan
daerah terjangkit mencapai lebih dari 78% kabupaten/kota. Tiga provinsi
dengan kasus DBD tertinggi adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa
Barat, dan Jawa Tengah. Jumlah kasus baru DBD di Jawa Tengah tahun 2008
mencapai 19.235 penderita; incidence rate (IR) 58,45/100.000 penduduk dan
case fatality rate (CFR) 1,19%. Insidensi ini meningkat pada tahun 2010,
dengan jumlah kasus baru 19.362 penderita, IR 58,9/100.000 penduduk dan
CFR 1,29%.[2]
IV.
PATOGENESIS
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada
saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia,
virus dengue akan
12
bawah usia 2 tahun yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan terjadi
infeksi dari ibu ke anak, dalam tubuh anak tersebut terjadi non neutralizing
antibodies akibat adanya infeksi yang persisten. Akibatnya, bila terjadi infeksi
virus dengue pada anak tersebut, maka akan langsung terjadi proses
enhancing yang akan memacu makrofag mudah terinfeksi dan teraktifasi dan
mengeluarkan IL-1, IL-6 dan TNF alpha juga PAF. Pada teori ADE
disebutkan, jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka
dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi
sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi virus, justru akan
menimbulkan penyakit yang berat. Kinetik immunoglobulin spesifik virus
dengue di dalam serum penderita demam dengue (DD), DBD dan SSD,
didominasi oleh IgM, IgG1 dan IgG3.
Selain kedua teori tersebut, masih ada teori-teori lain tentang
pathogenesis DBD, di antaranya adalah teori virulensi virus yang
mendasarkan pada perbedaan serotipe virus dengue yaitu DEN 1, DEN 2,
DEN 3 dan DEN 4 yang kesemuanya dapat ditemukan pada kasus-kasus fatal
tetapi berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Selanjutnya ada teori
antigen-antibodi yang berdasarkan pada penderita atau kejadian DBD terjadi
penurunan aktivitas sistem komplemen yang ditandai penurunan kadar C3, C4
dan C5. Disamping itu, pada 48- 72% penderita DBD, terbentuk kompleks
imun antara IgG dengan virus dengue yang dapat menempel pada trombosit,
sel B dan sel organ tubuh lainnya dan akan mempengaruhi aktivitas
komponen sistem imun yang lain. Selain itu ada teori moderator yang
menyatakan bahwa makrofag yang terinfeksi virus dengue akan melepas
berbagai mediator seperti interferon, IL-1, IL-6, IL-12, TNF dan lain-lain,
yang bersama endotoksin bertanggungjawab pada terjadinya sok septik,
demam dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat, hanya dalam
beberapa hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat tapi derajat kerusakan
14
jaringan
(tissue
destruction)
yang
ditimbulkan
tidak
cukup
untuk
V.
[6]
GAMBARAN KLINIS
DBD ditandai dengan demam mendadak, biasanya berlangsung 2 - 7 hari, dan
tanda-tanda gejala non-spesifik. Selama fase akut, sulit untuk membedakan
antara DBD, DD dan penyakit lain yang bisa ditemukan di daerah tropis.
Namun, pada fase kritis yaitu pada saat suhu turun (the time of defervescence),
tanda-tanda kegagalan sirkulasi atau manifestasi hemoragik dapat terjadi,
15
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
16
Leukopenia adalah salah satu ciri khas, dan peningkatan transaminase sering
ditemukan pada demam dengue. Trombositopenia, peningkatan fibrinolisis,
dan hemokonsentrasi terjadi lebih sering dalam bentuk hemoragik penyakit
ini. Abnormalitas fungsi hati adalah hampir universal. Oleh karena gejala
yang non-spesifik, verifikasi dari pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis
diperlukan, biasanya dengan IgM dan IgG ELISA setelah fase febris.[5] Oleh
karena anti-dengue antibodi IgM menetap selama beberapa bulan, dan karena
tidak semua pasien memiliki antibodi IgM yang bisa terdeteksi 6-10 hari
setelah onset, diagnosis yang hanya berdasarkan hasil IgM antibodi MACELISA harus dianggap provisional. [4]
Virus dapat ditemukan di darah pada fase akut. PCR atau deteksi
protein virus spesifik NS1 dengan ELISA bisa menjadi diagnostik hanya
untuk selama beberapa hari pertama infeksi. Imunohistokimia untuk deteksi
antigen dalam sampel jaringan juga dapat digunakan. Foto thorax pada
demam berdarah dengue menunjukkan infiltrat dan efusi, sejajar dengan
pertemuan abnormalitas hasil laboratorium.[5]
VII.
DIAGNOSIS
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4 6 hari (rentang 3 14 hari),
timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang
belakang, dan perasaan lelah.
Demam Dengue (DD)
Merupakan penyakit demam akut selama 2 -7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / atralgia
- Ruam kulit
- Anoreksia (penurunan nafsu makan)
- Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
17
18
DD/ DBD
Derajat*
Gejala
Laboratorium
DD
Leukopenia, trombositopenia,
tidak
ditemukan
adanya
kebocoran plasma, serologi
dengue (+)
DBD
Trombositopenia (<100.000),
terbukti adanya kebocoran
plasma
DBD
II
Gejala
spontan
diatas+perdarahan
Trombositopenia (<100.000),
terbukti adanya kebocoran
plasma
DBD
III
Gejala
diatas+kegagalan
sirkulasi (kulit dingin dan
lembab serta gelisah)
Trombositopenia (<100.000),
terbukti adanya kebocoran
plasma
DBD
IV
Trombositopenia (<100.000),
terbukti adanya kebocoran
plasma
*DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD)
Tabel 1. Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue.[6]
19
VIII.
PENATALAKSANAAN
Protokol 1 penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok
Seseorang yang tersangka menderita DBD di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dilakukan pemeriksaan hemoglobin(Hb), hematokrit(Ht), dan trombosit:
ke IGD.
Hb,Ht normal tetapi trombosit < 100.000 di anjurkan dirawat.
Hb,Ht, meningkat dan trombosit Normal atau turun juga di anjurkan di
rawat.
Gambar 3. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan di IGD. [6]
20
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok maka di ruang rawat di berikan cairan infus kristaloid dengan jumlah
seperti rumus berikut ini:
1500 + {20 x (BB dalam kg 20)}
Contoh volume rumatan untuk BB 55 kg: 1500 +{20 x (55-20)} = 2200 ml
Setelah di berikan cairan di lakukan pemeriksaan Hb,Ht, tiap 24 jam
21
tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus
dikurangi.[6]
22
23
[6]
24
DAFTAR PUSAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR ISI
25
Lembar Pengesahan .. 2
Daftar Isi ..........
I.
Laporan kasus.... 1
II.
Diskusi.11
III.
Pendahuluan12
IV.
Etiologi13
V.
Epidemiologi ......13
VI.
Patogenesis.......................... 14
VII.
Gambaran klinis.... 18
VIII.
Pemeriksaan penunjang.19
IX.
Diagnosis....... 20
X.
Penatalaksanaan .22
26