DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
PENGERTIAN SOLDER......................................................................................................................3
Sambungan Solder.............................................................................................................................3
Klasifikasi Solder..............................................................................................................................3
Solder Lunak (Braze Welding)......................................................................................................3
Solder Keras..................................................................................................................................4
PENGGUNAAN SOLDER...................................................................................................................5
KEUNTUNGAN & KERUGIAN..........................................................................................................6
PENGERTIAN LAS.............................................................................................................................8
Pengelasan.........................................................................................................................................8
Klasifikasi Las...................................................................................................................................8
PENGGUNAAN LAS.........................................................................................................................11
Pengelasan pada beberapa jenis logam............................................................................................11
A. Besi dan Baja.......................................................................................................................11
B. Allumunium dan paduan allumunium..................................................................................12
C. Pengelasan logam lainnya....................................................................................................12
Perencanaan Konstruksi Las............................................................................................................14
1. Klasifikasi Sambungan Las..................................................................................................14
2. Tanda-tanda Gambar Dalam Pengelasan.............................................................................15
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
1
PENDAHULUAN
Mesin merupakan alat untuk memindahkan/mengubah energi/benda sehingga
mempunyai efesiensi (perbandingan antara keluaran dan masukan)
Sambungan solder dan las adalah jenis sambungan tetap, yaitu sambungan yang tidak
dapat dilepas kembali kecuali dengan merusaknya. Masing-masing jenis sambungan tersebut
berbeda.
Sambungan las diperoleh dengan memanaskan kedua bahan yang disambung sampai
titik leburnya, baik dengan atau tanpa bahan tambahan. Pada umumnya bahan yang dapat
dilas adalah logam, seperti baja, baja tuang, besi tuang, tembaga, alumunium, tetapi juga
termoplastik. Sambungan las termasuk sambungan kuat, dan juga rapat, sehingga dapat
merupakan pilihan sambungan kuat selain sambungan paku keling. Konstruksi las, dengan
bentuk disain khusus, bahkan dapat menggantikan penuangan yang tempa dengan
memperitmbangkan keuntungan dan kerugiannya, misalnya pertimbangan funsgi, proses
pengerjaan dan biaya, dalam pembuatan roda gigi, roda, dan puli.
Kekuatan kedua sambungan ini sangat bergantung pada jenis dan kualitas bahan
tambah, bahan yang disambung, pengerjaan, dan konstruksi sambungan. Faktor
ketergantungan kekuatan ini dapat diatasi dengan evaluasi faktor-faktor tersebut berdasarkan
hasil pengujian kekuatan sambungan. Hal ini penting dilakukan untuk konstruksi yang
menuntut faktor keamanan yang tinggi.
2
PENGERTIAN SOLDER
Sambungan Solder
Sambungan solder adalah cara menyambung dua bagian logam dengan mencairkan
logam tambahan, tetapi suhu yang dicapai tidak sampai mencairkan logam-logam yang akan
disambung. Sambungan ini pada umumnya dipergunakan untuk perapatan dengan kekuatan
yang tidak terlalu besar.
Klasifikasi Solder
Jenis sambungan solder dibedakan menjadi dua macam yaitu solder lunak dan solder keras.
3
Jenis logam penyambung (solder) untuk penyolderan lunak, yang digunakan untuk
menyambung logam-logam besar dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
Solder Keras
Solder keras adalah proses penyolderan yang menggunakan bahan tambah dari logam-
logam yang agak keras (perak, kuningan, tembaga, dan sebagainya), dan logam solder
mencair pada suhu di atas 450°C. Solder keras diterapkan apabila diinginkan ikatan yang
lebih kokoh dan tahan terhadap suhu tinggi bila disbanding dengan ikatan solder ringan.
Solder keras terdiri dari solder tembaga (Cu) dan solder perak (Ag) solder tembaga
menggunakan paduan tembaga dan seng (Zn), bahkan sering ditambah sedikit timah putih
(Sn) dan perak (Ag). Sedangkan solder perak menggunakan bahan paduan perak dengan
tembaga (Cu).
Ada beberapa jenis bahan yang dipakai untuk penyolderang dengan menggunakan logam
berat ini. Diantaranya yaitu :
4
Sifatnya: memiliki daya regang tinggi, kekuatan batas menengah, kekerasan rendah,
dan merupakan bahan solder keras yang paling banyak dipakai.
Pemakaian: menyolder macam-macam celah dan celah sambungan.
Bahan pelumer yang cocok: FSH2, tapi bahan pelumer ini tidak cocok untuk
penyolderan logam keras.
PENGGUNAAN SOLDER
Dalam dunia industri dikenal berbagai teknik penyolderan. Untuk menentukan teknik
penyolderan yang dipakai, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Tetapi pada prisipnya semua teknik dapat digunakan untuk penyolderan lunak dan
penyolderan keras.
a. Penyolderan batang/kawat
Penyolderan mengunakan bahan tambah (biasanya tembaga) berupa batang yang dipanaskan.
Lebih sesuai untuk penyolderan lunak Membutuhkan bahan pengalir, serta lebih sering untuk
pekerjaan tunggal dengan bagian – bagian yang kecil.
Bahan tambah dicairkan dengan busur api dari peralatan solder atau gas asentilen.
Membutuhka bahan pengalir. Pemakaian pada penyolderan lunak dan keras, serta sesuai
untuk pekerjaan tunggal.
c. Penyolderan Celup
Untuk penyolderan lunak atau keras. Bahan tambah dalam bentuk cari ditempatkan pada
sebuah bak. Bisa juga bahan tambahnya berupa larutan garam yang dipanaskan. Logam yang
akan disolder dicelupkan ke dalam bak.
5
Bagian logam yang akan disolder dipersiapkan, demikian pula bak garamnya. Kemudian
dilewatkan kedalam oven yang memberi panas terus – menerus dengan pengurangan gas
disekelilingnya, tanpa penambahan bahan pengalir.
Bagian bahan yang akan disolder bernama bahan tambah dan bahan pengalir dipanaskan
dengan gulungan induksi listrik. Sangat sesuai dan menghemat waktu untuk pengerjaan masal
dengan ban berjalan.
f. Penyolderan Sinar
Panas dipanaskan dari sinar lampu Halogen (Daya sekitar 150 – 4000 W) yang difokuskan
lensa cekung. Daerah panas yang dihasilkan mencapai diameter 15 mm. Metode ini sangat
cocok untuk penyolderan benda – benda teknik yang presisi dan peralatan listrik.
g. Penyolderan Lainnya
Masih ada beberapa metode penyolderan lain yang digunakan untuk pemakaian khusus.
Misalnya metode penyolderan ultrasonik, memungkinkan penyambungan alumunium dan
paduannya.
A. Keuntungan
B. Kerugian
6
1. Untuk penyolderan massal biayanya besar, karena bahan tambahnya harus campuran
timah putih atau tembaga.
7
PENGERTIAN LAS
Pengelasan
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logm atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada
waktu itu telah digunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang
dilaksanakan dengan hanya menekan dua logam yang disambungkan sehingga terjadi ikatan
antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang disambungkan
Klasifikasi Las
Secara konfensional cara cara pengklasifikasian dalam bidang las dapat dibagi dalam
dua golongan, yaitu klasifikasi cara kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri, dan lain
lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok kelompok seperti
las listrik, las kimia, las mekanik, dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih
terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas akan terbaur dan akan terbentuk
kelompok kelompok yang banyak sekali.
Klasifikasi berdasarkan cara kerja pengelasan dapat dibagi dalam 3 kelas utama yaitu :
1. Pengelasan cair
Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar
2. Pengelasan tekan
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu
3. Pematrian
Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam
induk tidak turut mencair
8
Perincian lebih lanjut dari klasifikasi ini dapat dilihat dalam tabel 1.1, bedasarkan
klasifikasi dalam tabel tersebut, beberapa cara pengelasan yang banyak dilaksanakan pada
waktu ini diterangkan lebih terperinci dalam pasal pasal berikut
las MIG
las termit
las titik
las tumpang
las tempa
las ledakan
las induksi
las ultrasonik
pembrasing
Pematrian
penyolderan
Tabel 1.1
9
Cara pengelasan yang masih digunakan sekarang adalah pengelasan cair dengan busur
atau las busur listrik dan dengan gas.
Gambar 2.1
10
2. Gas hidrogen (2000oC)
Untuk pengelasan timah hitam, allumunium dan plat plat baja.
3. Gas coal (1800oC)
Digunakan untuk pengelasan timah dan plat baja yang mempunyai ketebalan
lebih besar dari 15mm.
4. Benzena (2700oC)
Khusus untuk pekerjaan bangunan dan konstruksi pelat baja yang cukup tebal.
Dipergunakan juga untuk pemotongan pelat.
5. Las karbit
Adalah metode pengelasan yang menghasilkan kampuh las diantara benda
kerja dalam keadaan cair tanpa menggunakan tekanan untuk pengelasan
dengan kampuh-v pada pelat tebal mm tidak perlu menggunakan bahan
tambahan. Sedangkan untuk pelat pelat yang lebih tebal menggunakan bahan
tambahan berbentuk batang las. Metode ini banyak digunakan untuk
penymbungn pipa konstruksi tangki, pengelasan pelat tipis, dan pekerjaan
reparasi.
PENGGUNAAN LAS
11
Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S,
dan Cu sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon, karena itu baja ini
dikelompokan berdasarkan kadar karbon nya. Baja karbon rendah adalah baja dengan
kadar karbon kurang dari 0,30%, baja karbon sedang mengandung 0,30 – 0,45 %
karbon dan baja karbon tinggi berisi karbon antara 0,45 – 1,70 %.
Cara pengelasan baja karbon dapat dilakukan dengan semua cara pengelasan
yang ada di dalam praktek dan hasilnya akan baik bila persiapan nya sempurna dan
persyaratan nya dipenuhi. Tetapi, bila kadar karbon naik kekuatan dan kekerasannya
juga bertambah tinggi tetepi perpanjangannya menurun.
Logam magnesium dan paduannya termasuk kedalam logam ringan, karena berat
jenisnya berkisar antara anatara 1,74 dan 1,83. Jenis Mg – Al – Zn, yang paling
banyak digunakan dalam konstruksi las, karena mempunyai sifat mekanik, sifat
12
mampu potong, dan sifat mampu las yang baik. Dalam pengelasan magnesium dan
paduannya, biasanya digunakan las TIG, las MIG, las gas, dan las titik. Sedangkan las
busur elektroda terbungkus tidak dapat digunakan, karena proses las ini menyebabkan
terjadinya percampuran terak.
Tembaga murni adalah logam yang mempunyai daya hantar listrik dan daya
hantar panas yng tinggi serta mempunyai daya than korosi yng baik terhadap air laut,
beberapa zat kimia dan bahan makanan. Titik cair tembaga terletak antara titik cair
alluminium dan besi daya hantar panasnya lebih dari delapan kali daya hantar baja,
yang menyebabkan penjalaran panas berlangsung dengan cepat sekali.
Semua pengelasan yang dapat dipakai untuk baja lunak dapat juga digunakan
untuk tembaga dan pduan tembaga. Tetapi karena paduan tembaga sangat bayak
jenisnya sangat banyak jenisnya dan berbeda sifatnya antara yang satu dan yang lain
maka pemilihan cara pengelasannya harus di titik beratkan pada sifat yang
dimilikinya. Pengelasan yang biasanya digunakan pada tembaga dan paduannya yaitu
las gas, las busur gas mulia, dan las busur gas elektroda terbungkus.
13
Perencanaan Konstruksi Las
1. Klasifikasi Sambungan Las
a. Berdasarkan Jenis Sambungan dan Bentuk Alur
Sambungan las dasar, dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T,
sambungan sudut dan sambungan tumpang. Sambungan tumpul adalah jenis
sambungan yang paling efisien. Sambungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi sebagian. Sambungan T
dan bentuk silang, pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam
dua jenis yaitu las dengn alur dan jenis las sudut. Sambungan sudut, dalam
sambungan ini dapat terjdi penyusut dalam dan dalam arah tebal pelat yang
dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Sambungan tumpang jarang sekali
digunakan untuk pelaksanaan penyambungan kontruksi utma karena
efisiensinya rendah.
Sambungan sisi, sambungan ini dibagi dalam sambungan las dengan alur dan
sambungan las ujung dari keduanya yang sering digunakan adalah sambungan
las dengan alur
Sambungan dengan pelat penguat, sambungan ini mirip dengan sambungan
tumpang dan sambungan inipun sangat jarang digunakan untuk
penyambungan kontruksi utama.
14
2. Tanda-tanda Gambar Dalam Pengelasan
Pada teknik pengelasan kapal ataupun yang lain, Simbol pada pengelasan digunakan
untuk para disainer pengelasan dapat menyampaikan ide tentang disain struktur pengelasan
secara mudah dan akurat baik pada pihak pembangun. Terdapat simbol-simbol pengelasan
umum, simbol-simbol akhir, simbol-simbol pengujian tak merusak (NDT) , simbol-simbol
proses pengerjaan metal dan sebagainya perlu untuk digunakan. Simbol-simbol pengelasan
sudah telah dibuat dan ditetapkan dalam JIS.
15
Contoh menggunakan simbol pengelasan
Gambar (a) adalah bagian yang dilas diletakkan disisi yang ditunjukkan tanda panah
atau garis dasar pada sisi anda
Gambarb (b) adalah bagian agian yang dilas diletakkan pada sisi yang berlawanan
dengan tanda panah atau dibelakang garis dasar
Gambar c (c) adalah untuk las-lasan dengan pengelasan sambungan yang tumpang
(seperti las titik)
Jika dalam pengelasan terjadi garis dasar tidak dapat digambar secara horisontal, ada
aturan khusus untuk menentukan sisi atas dan bawah garis dasar seperti ditunjukkan pada
16
gambar diatas. Adalah dengan menambahkan garis penunjuk ke ujung lain dari garis dasar,
dan sebuah panah ke ujung garis penunjuk, untuk menunjukkan daerah las. Garis penunjuk
biasanya lurus. Untuk menunjukkan permukaan yang dikampuh pada alur tunggal atau ganda
atau bentuk-bentuk sejenis, maka gambar sebuah garis dasar disisi bagian logam induk yang
dikampuh, dan gambar sebuah garis penunjuk yang patah dengan panah terarah pada
permukaan yang dikampuh, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.
Gas yang digunakan untuk pengelasan biasanya adalah campuran gas asetilena yang
dicampur dengan oksigen
17
tetapi pada allumunium tidak terjadi perubahan nyata ketika di panaskan
gas asetilena terdiri atas atom hidrogen dan atom karbon dengan komposisi tertentu
gas asetilen ini jika dibakar bersama oksigen dapat menghasilkan panas sampai 3100
derajat celcius
komposisi pembakaran gas asetilena
1. Api Normal
yakni komposisi antar gas asetilen dan oksigen seimbangujung panas apinya bisa
mencapai 3100 derajat
2. Api Karbu
lebih banayak gas asetilen nya dibanding oksigennya
3. Api Oksidasi
lebih banyak gas oksigennya dibanding gas asetilena dasar pengelasan w kenyen
Ir dires gintin
18
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.infoservicetv.com/teknik-menyolder-yang-baik.html
- https://www.dlsweb.rmit.edu.au/toolbox/electrotech/toolbox1204/resources/03workshop/
09joining/02methods.htm
- Polman, 2016. ELEMEN MESIN 1. Bandung: POLITEKNIK MANUFAKTUR
BANDUNG
- Rahman Hakim, Adies, 1988. Perhitungan Dasar Elemen Mesin.Bandung: POLITEKNIK
MANUFAKTUR BANDUNG
- Judul : Teknologi Pengelasan Logam,Oleh : Prof. DR. IR Harsono Wiryosumarto dan
Prof. DR. Toshie Okumura,PT. Pradnya Paramita Jakarta 1979
- Niemen Gustav, Machine Elements, Design and Calculation in Mechanical Engineering,
Volume 1: Fundamentals, Connections, Bearings, Shafts, and Accessories; Springer-
Verlag, Berlin heidelberg New York
19