Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
PENGERTIAN SOLDER......................................................................................................................3
Sambungan Solder.............................................................................................................................3
Klasifikasi Solder..............................................................................................................................3
Solder Lunak (Braze Welding)......................................................................................................3
Solder Keras..................................................................................................................................4
PENGGUNAAN SOLDER...................................................................................................................5
KEUNTUNGAN & KERUGIAN..........................................................................................................6
PENGERTIAN LAS.............................................................................................................................8
Pengelasan.........................................................................................................................................8
Klasifikasi Las...................................................................................................................................8
PENGGUNAAN LAS.........................................................................................................................11
Pengelasan pada beberapa jenis logam............................................................................................11
A. Besi dan Baja.......................................................................................................................11
B. Allumunium dan paduan allumunium..................................................................................12
C. Pengelasan logam lainnya....................................................................................................12
Perencanaan Konstruksi Las............................................................................................................14
1. Klasifikasi Sambungan Las..................................................................................................14
2. Tanda-tanda Gambar Dalam Pengelasan.............................................................................15
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

1
PENDAHULUAN
Mesin merupakan alat untuk memindahkan/mengubah energi/benda sehingga
mempunyai efesiensi (perbandingan antara keluaran dan masukan)

Sambungan solder dan las adalah jenis sambungan tetap, yaitu sambungan yang tidak
dapat dilepas kembali kecuali dengan merusaknya. Masing-masing jenis sambungan tersebut
berbeda.

Sambungan solder adalah sambungan yang diperoleh dengan mencairkan logam


tambahan, dengan syarat titik cair logam tambahan tersebut harus lebih rendah dari pada
kedua logam yang akan disambungkan. Penggunaan sambungan solder pada umumnya untuk
perapat kebocoran pada logam, dengan kekuatan yang tidak terlampau besar.

Sambungan las diperoleh dengan memanaskan kedua bahan yang disambung sampai
titik leburnya, baik dengan atau tanpa bahan tambahan. Pada umumnya bahan yang dapat
dilas adalah logam, seperti baja, baja tuang, besi tuang, tembaga, alumunium, tetapi juga
termoplastik. Sambungan las termasuk sambungan kuat, dan juga rapat, sehingga dapat
merupakan pilihan sambungan kuat selain sambungan paku keling. Konstruksi las, dengan
bentuk disain khusus, bahkan dapat menggantikan penuangan yang tempa dengan
memperitmbangkan keuntungan dan kerugiannya, misalnya pertimbangan funsgi, proses
pengerjaan dan biaya, dalam pembuatan roda gigi, roda, dan puli.

Kekuatan kedua sambungan ini sangat bergantung pada jenis dan kualitas bahan
tambah, bahan yang disambung, pengerjaan, dan konstruksi sambungan. Faktor
ketergantungan kekuatan ini dapat diatasi dengan evaluasi faktor-faktor tersebut berdasarkan
hasil pengujian kekuatan sambungan. Hal ini penting dilakukan untuk konstruksi yang
menuntut faktor keamanan yang tinggi.

2
PENGERTIAN SOLDER

Sambungan Solder

Sambungan solder adalah cara menyambung dua bagian logam dengan mencairkan
logam tambahan, tetapi suhu yang dicapai tidak sampai mencairkan logam-logam yang akan
disambung. Sambungan ini pada umumnya dipergunakan untuk perapatan dengan kekuatan
yang tidak terlalu besar.

Klasifikasi Solder

Jenis sambungan solder dibedakan menjadi dua macam yaitu solder lunak dan solder keras.

Solder Lunak (Braze Welding)

Solder lunak adalah solder


yang menggunakan bahan tambah
paduan timah putih (Sn) dengan
timah hitam (Pb) diantara kedua
logam dengan titik cair 300°C. Patri,
dapat juga digolongkan solder
lunak, menggunakan bahan
tambahan paduan perak (Ag), seng
Gambar 1.1 Penyolderan Lunak
(Zn) dan tembaga (Cu), pada titik
cair 720°C. Pada penyolderan lunak
disambung dengan meleburkan sebuah solder (logam pengisi) yang mengalir kedalam rongga
yg sempit di antar dua logam dengan penarikan secara kapiler. Penyolderan ini diterapkan
apabila diperlukan:

 Jalur sambungan yang kedap,


 Tidak terlalu pejal, dan
 Tidak untuk menerima suhu yang tinggi.
 Logam penyambung (solder) lunak

3
Jenis logam penyambung (solder) untuk penyolderan lunak, yang digunakan untuk
menyambung logam-logam besar dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

 Solder lunak timbel – timah dan timah – timbel


 Solder lunak timah – timbel dengan tambahan tembaga atau perak.
 Solder lunak istimewa.

Solder Keras

Solder keras adalah proses penyolderan yang menggunakan bahan tambah dari logam-
logam yang agak keras (perak, kuningan, tembaga, dan sebagainya), dan logam solder
mencair pada suhu di atas 450°C. Solder keras diterapkan apabila diinginkan ikatan yang
lebih kokoh dan tahan terhadap suhu tinggi bila disbanding dengan ikatan solder ringan.

Solder keras terdiri dari solder tembaga (Cu) dan solder perak (Ag) solder tembaga
menggunakan paduan tembaga dan seng (Zn), bahkan sering ditambah sedikit timah putih
(Sn) dan perak (Ag). Sedangkan solder perak menggunakan bahan paduan perak dengan
tembaga (Cu).

Bahan Solder Keras untuk Logam Berat

Ada beberapa jenis bahan yang dipakai untuk penyolderang dengan menggunakan logam
berat ini. Diantaranya yaitu :

1) Solder Keras Tembaga


 Terbuat dari tembaga tungku lebur (FCu) dan (SF-Cu).
 Sifatnya sangat mudah dibentuk, menghasilkan jalur sambungan yang kedap, tahan
asam, karat, dan suhu.
 Pemakaiannya: menyolder celah sambungan antara baja dan baja.
 Bahan pelumer (fluks) yang cocok: FSH3.
2) Solder Keras Tembaga – Timah (Solder Perunggu)
 Terbuat dari tembaga dan timah dengan sedikit fospor.
 Pemakaian: untuk penyolderan keras pipa baja.
 Bahan pelumer yang cocok: FSH3.
3) Solder Keras Tembaga – Seng (Solder Kuningan)
 Terbuat dari tembaga dan seng dengan sedikit campuran silisium, timah, mangan, dan
besi. Untuk keperluan khusus, ada juga yang dicampur perak dan nikel.

4
 Sifatnya: memiliki daya regang tinggi, kekuatan batas menengah, kekerasan rendah,
dan merupakan bahan solder keras yang paling banyak dipakai.
 Pemakaian: menyolder macam-macam celah dan celah sambungan.
 Bahan pelumer yang cocok: FSH2, tapi bahan pelumer ini tidak cocok untuk
penyolderan logam keras.

PENGGUNAAN SOLDER
Dalam dunia industri dikenal berbagai teknik penyolderan. Untuk menentukan teknik
penyolderan yang dipakai, perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a) Fugsi benda kerja


b) Bahan dari benda kerja
c) Jumlah

Tetapi pada prisipnya semua teknik dapat digunakan untuk penyolderan lunak dan
penyolderan keras.

Macam – macam teknik penyolderan:

a. Penyolderan batang/kawat

Penyolderan mengunakan bahan tambah (biasanya tembaga) berupa batang yang dipanaskan.
Lebih sesuai untuk penyolderan lunak Membutuhkan bahan pengalir, serta lebih sering untuk
pekerjaan tunggal dengan bagian – bagian yang kecil.

b. Penyolderan Busur Api

Bahan tambah dicairkan dengan busur api dari peralatan solder atau gas asentilen.
Membutuhka bahan pengalir. Pemakaian pada penyolderan lunak dan keras, serta sesuai
untuk pekerjaan tunggal.

c. Penyolderan Celup

Untuk penyolderan lunak atau keras. Bahan tambah dalam bentuk cari ditempatkan pada
sebuah bak. Bisa juga bahan tambahnya berupa larutan garam yang dipanaskan. Logam yang
akan disolder dicelupkan ke dalam bak.

d. Penyolderan Dalam Oven

5
Bagian logam yang akan disolder dipersiapkan, demikian pula bak garamnya. Kemudian
dilewatkan kedalam oven yang memberi panas terus – menerus dengan pengurangan gas
disekelilingnya, tanpa penambahan bahan pengalir.

e. Penyolderan Tahanan dan Induksi

Bagian bahan yang akan disolder bernama bahan tambah dan bahan pengalir dipanaskan
dengan gulungan induksi listrik. Sangat sesuai dan menghemat waktu untuk pengerjaan masal
dengan ban berjalan.

f. Penyolderan Sinar

Panas dipanaskan dari sinar lampu Halogen (Daya sekitar 150 – 4000 W) yang difokuskan
lensa cekung. Daerah panas yang dihasilkan mencapai diameter 15 mm. Metode ini sangat
cocok untuk penyolderan benda – benda teknik yang presisi dan peralatan listrik.

g. Penyolderan Lainnya

Masih ada beberapa metode penyolderan lain yang digunakan untuk pemakaian khusus.
Misalnya metode penyolderan ultrasonik, memungkinkan penyambungan alumunium dan
paduannya.

KEUNTUNGAN & KERUGIAN


Apabila penyambungan solder ini kita bandingkan dengan sambungan perekat, keling
dan las; maka dapat terlihat beberapa keuntungan dan kerugian. Berikut ini adalah
keuntungan dan kerugian dari penyolderan dalam sambungan elemen mesin.

A. Keuntungan

1. Dapat menyambung dua bahan logam yang berbeda.

2. Pada penyolderan lunak tidak merusak permukaan.

3. Tidak menghambat aliran listrik.

4. Dibandingkan pengelingan, tidak ada pelubangan yang melemahkan konstruksi.

5. Umumnya kedap fluida.

B. Kerugian

6
1. Untuk penyolderan massal biayanya besar, karena bahan tambahnya harus campuran
timah putih atau tembaga.

2. Bahan pengalir yang tersisa dapat menimbulkan korosi listrik.

7
PENGERTIAN LAS

Pengelasan
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logm atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada
waktu itu telah digunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang
dilaksanakan dengan hanya menekan dua logam yang disambungkan sehingga terjadi ikatan
antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang disambungkan

Klasifikasi Las
Secara konfensional cara cara pengklasifikasian dalam bidang las dapat dibagi dalam
dua golongan, yaitu klasifikasi cara kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri, dan lain
lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok kelompok seperti
las listrik, las kimia, las mekanik, dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih
terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas akan terbaur dan akan terbentuk
kelompok kelompok yang banyak sekali.

Klasifikasi berdasarkan cara kerja pengelasan dapat dibagi dalam 3 kelas utama yaitu :

1. Pengelasan cair
Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar
2. Pengelasan tekan
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu
3. Pematrian
Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam
induk tidak turut mencair

8
Perincian lebih lanjut dari klasifikasi ini dapat dilihat dalam tabel 1.1, bedasarkan
klasifikasi dalam tabel tersebut, beberapa cara pengelasan yang banyak dilaksanakan pada
waktu ini diterangkan lebih terperinci dalam pasal pasal berikut

las MIG

las busur gas

las busur CO2

las busur CO2


las busur gas dan
dengan elektroda
fluks
besridi fluks
elektroda
terumpan las elektroda
terbungkus
las busur
elektroda tak
terumpan las busur dengan
las busur fluks elektroda berisi
las gas fluks

las busur logam


las busur rendam
tanpa pelindung
las listrik terak

Pengelasan Cair las listrik gas

las termit

las sinar elektron

las busur plasma

las titik

las tumpang

las resistensi listrik

las busur tekan

Cara Pengelasan las tekana gas

las tumpul tekan

las tempa

Pengelasan Tekan las gesek

las ledakan

las induksi

las ultrasonik

pembrasing

Pematrian

penyolderan

Tabel 1.1

9
Cara pengelasan yang masih digunakan sekarang adalah pengelasan cair dengan busur
atau las busur listrik dan dengan gas.

 Las tahanan listrik ( Las tekan)


Metode ini menggabungkan panas listrik dengan penekanan dimana permukaan
pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus
listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena
adanya resistansi listrik. Dalam las ini terdapat tiga kelompok yaitu las tumpul, las
titik, dan las kampuh rol
 Las lebur gas ( las otogen)
Adalah metode pengelasan dengan semburan api yng berasal dari oksigen yang
dicampur dengan gas bakar. Bahan gas bakar yang dipergunakan ada beberapa
macam
1. Gas asetilen (suhu bakar 3100oC)
Digunakan untuk segala keperluan pengelasan lebih dikenal dengan sebutan
las oksiasetilen atau las karbit.

Gambar 2.1

10
2. Gas hidrogen (2000oC)
Untuk pengelasan timah hitam, allumunium dan plat plat baja.
3. Gas coal (1800oC)
Digunakan untuk pengelasan timah dan plat baja yang mempunyai ketebalan
lebih besar dari 15mm.
4. Benzena (2700oC)
Khusus untuk pekerjaan bangunan dan konstruksi pelat baja yang cukup tebal.
Dipergunakan juga untuk pemotongan pelat.
5. Las karbit
Adalah metode pengelasan yang menghasilkan kampuh las diantara benda
kerja dalam keadaan cair tanpa menggunakan tekanan untuk pengelasan
dengan kampuh-v pada pelat tebal mm tidak perlu menggunakan bahan
tambahan. Sedangkan untuk pelat pelat yang lebih tebal menggunakan bahan
tambahan berbentuk batang las. Metode ini banyak digunakan untuk
penymbungn pipa konstruksi tangki, pengelasan pelat tipis, dan pekerjaan
reparasi.

PENGGUNAAN LAS

Pengelasan pada beberapa jenis logam


A. Besi dan Baja
Besi
Didalam besi kandungan karbon dan unsur paduan sangat rendah, karena itu
besi tidak dapat dikeraskan dengan cara pendinginan celup besi yang digunakan,
dalam industri ada dua jenis yaitu besi tempa dan besi ingot. Kedua jenis besi ini pada
dasarnya adalah besi dengan kadar karbon yang sangat rendah yang diproses dengan
cara khusus untuk penggunaan yang tertentu.
Pengelasan besi tempa menggunakan cara pengelasan busur elektroda
terbungkus dengan arus listrik dan kecepatan pengelasan yang rendah. Sedangkan
pengelasan besi ingot dilakukan dengan cara yang sama seperti pengelasan besi
tempa, hanya saja di perlukan suhu pengelasan yang lebih tinggi.
Baja

11
Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S,
dan Cu sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon, karena itu baja ini
dikelompokan berdasarkan kadar karbon nya. Baja karbon rendah adalah baja dengan
kadar karbon kurang dari 0,30%, baja karbon sedang mengandung 0,30 – 0,45 %
karbon dan baja karbon tinggi berisi karbon antara 0,45 – 1,70 %.
Cara pengelasan baja karbon dapat dilakukan dengan semua cara pengelasan
yang ada di dalam praktek dan hasilnya akan baik bila persiapan nya sempurna dan
persyaratan nya dipenuhi. Tetapi, bila kadar karbon naik kekuatan dan kekerasannya
juga bertambah tinggi tetepi perpanjangannya menurun.

B. Allumunium dan paduan allumunium


Allumunium termasuk logam ringan yang mempunyai kekuatan tinggi, tahan
terhadap karat, dan merupakan konduktor listrik yang cukup baik. Teknik pengelasan
busur listrik dengan gas mulia menyebabkan pengelasan Allumunium dan paduannya
menjadi sederhana dan dapat dipercaya alluminium dibagi dalam 7 jenis yaitu : Al
murni, Al – Cu, Al – Mn, Al – Si,Al – Mg, Al – Mg – Si, dan Al – Zn.
Las gas, las busur elektroda terbungkus dan las sinar elektron semuanya dapat
digunakan untuk mengelas alluminium dan paduannya. Tetapi walaupun demikian
yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah gas mulia dengan cara
pengelasan ini lapisan oksida yang terjadi pada logam alluminium, yang menjadi
masalah pengelasan, dipecah dan di bersihkan olelh busur listrik yang digunakan.
Karena selama pengelasan terlindung oleh gas mulia maka permukaan nya bersih dan
menyebabkan terbentuknya sifat sifat yang menguntungkan bila digunakan cara
pengelasan yang lain, maka diperlukan fluks yang berisi clorida atau fluorida untuk
menghilangkan lapisan oksida yang terjadi. Bahaya nya menggunakan fluks adalah
bila fluks tertinggal di dalam logam yang akan menyebab kan korosi. Karena itu
pembersihan sisa fluks harus dilakukan dengan sesama.

C. Pengelasan logam lainnya

Magnesium dan paduannya

Logam magnesium dan paduannya termasuk kedalam logam ringan, karena berat
jenisnya berkisar antara anatara 1,74 dan 1,83. Jenis Mg – Al – Zn, yang paling
banyak digunakan dalam konstruksi las, karena mempunyai sifat mekanik, sifat

12
mampu potong, dan sifat mampu las yang baik. Dalam pengelasan magnesium dan
paduannya, biasanya digunakan las TIG, las MIG, las gas, dan las titik. Sedangkan las
busur elektroda terbungkus tidak dapat digunakan, karena proses las ini menyebabkan
terjadinya percampuran terak.

Tembaga dan paduannya

Tembaga murni adalah logam yang mempunyai daya hantar listrik dan daya
hantar panas yng tinggi serta mempunyai daya than korosi yng baik terhadap air laut,
beberapa zat kimia dan bahan makanan. Titik cair tembaga terletak antara titik cair
alluminium dan besi daya hantar panasnya lebih dari delapan kali daya hantar baja,
yang menyebabkan penjalaran panas berlangsung dengan cepat sekali.
Semua pengelasan yang dapat dipakai untuk baja lunak dapat juga digunakan
untuk tembaga dan pduan tembaga. Tetapi karena paduan tembaga sangat bayak
jenisnya sangat banyak jenisnya dan berbeda sifatnya antara yang satu dan yang lain
maka pemilihan cara pengelasannya harus di titik beratkan pada sifat yang
dimilikinya. Pengelasan yang biasanya digunakan pada tembaga dan paduannya yaitu
las gas, las busur gas mulia, dan las busur gas elektroda terbungkus.

Titanium dan paduannya

Kekuatan titanium hampir sama dengan kekuatan baja maka angka


perbandingan kekuatan terhadap berat dari titanium lebih tinggi dari baja. Pengelasan
titanium tidak terlalu sukar, tetapi karena lgam ini menjadi aktif pada suhu tinggi,
maka perlu adanya pelindung pada daerah HAZ agar tidak menjadi getas karena
bereaksi dengn oksigen dan nitrogen yang ada di udara. Dalam pengelasan titanium di
samping las busur mulia dapat juga dipakai las resistansi, las ledakan, dan las sinar
elektron. Las busur gas mulia lebih banyak digunakan karena dalam pengelasan ini
titanium yang menjadi ktif pada suhu tinggi, diilindungi terhadap udara.

13
Perencanaan Konstruksi Las
1. Klasifikasi Sambungan Las
a. Berdasarkan Jenis Sambungan dan Bentuk Alur
 Sambungan las dasar, dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T,
sambungan sudut dan sambungan tumpang. Sambungan tumpul adalah jenis
sambungan yang paling efisien. Sambungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi sebagian. Sambungan T
dan bentuk silang, pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam
dua jenis yaitu las dengn alur dan jenis las sudut. Sambungan sudut, dalam
sambungan ini dapat terjdi penyusut dalam dan dalam arah tebal pelat yang
dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Sambungan tumpang jarang sekali
digunakan untuk pelaksanaan penyambungan kontruksi utma karena
efisiensinya rendah.
 Sambungan sisi, sambungan ini dibagi dalam sambungan las dengan alur dan
sambungan las ujung dari keduanya yang sering digunakan adalah sambungan
las dengan alur
 Sambungan dengan pelat penguat, sambungan ini mirip dengan sambungan
tumpang dan sambungan inipun sangat jarang digunakan untuk
penyambungan kontruksi utama.

b. Berdasarkan cara pengelasan


 Sambungan las cair, sambungan ini yang paling banyak digunakan dalam
kontruksi las yang masih dibagi lagi ke dalam elektroda terumpan dan
elektroda tak terumpan.
 Sambungan las tekan, penggunaan las tekan diutamakan untuk mencapai
efesiensi kerj yang tinggi pada penyambungan dua jenis logam, pada
konstruksi dengan bentuk rumit dan pada konstruksi dengn pelat tipis.
 Sambungan patri, semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi
dimana logam dapat dipadu pada tempertur yang lebih rendah dari pada
temperatur cairnya.

14
2. Tanda-tanda Gambar Dalam Pengelasan
Pada teknik pengelasan kapal ataupun yang lain, Simbol pada pengelasan digunakan
untuk para disainer pengelasan dapat menyampaikan ide tentang disain struktur pengelasan
secara mudah dan akurat baik pada pihak pembangun. Terdapat simbol-simbol pengelasan
umum, simbol-simbol akhir, simbol-simbol pengujian tak merusak (NDT) , simbol-simbol
proses pengerjaan metal dan sebagainya perlu untuk digunakan. Simbol-simbol pengelasan
sudah telah dibuat dan ditetapkan dalam JIS.

Simbol dasar pengelasan

15
Contoh menggunakan simbol pengelasan

Gambar di atas menunjukkan beberapa contoh cara mencantumkan simbol dalam


hubungannya dengan garis dasar. Jika satu bagian yang  dilas diletakkan pada sisi yang
ditunjukkan dengan tanda panah atau garis dasar , satu simbol pengelasan dan pernyataan
ukuran harus diletakkan di bawah garis dasar. Jika satu bagian yang  dilas diletakkan pada
sisi berlawanan dengan tanda panah ataupun  dibelakang garis dasar, maka simbol
pengelasan dan pernyataan ukuran harus diletakkan berada di atas garis dasar.

 Gambar (a) adalah bagian yang dilas diletakkan disisi yang ditunjukkan tanda panah
atau garis dasar pada sisi anda
 Gambarb (b) adalah bagian agian yang dilas diletakkan pada sisi yang berlawanan
dengan tanda panah atau dibelakang garis dasar
 Gambar c (c) adalah untuk las-lasan dengan pengelasan sambungan yang tumpang
(seperti las titik)

Gambar Sisi atas dan sisi bawah dari garis dasar

Jika dalam pengelasan terjadi garis dasar tidak dapat digambar secara horisontal, ada
aturan khusus untuk menentukan sisi atas dan bawah garis dasar seperti ditunjukkan pada

16
gambar diatas. Adalah dengan menambahkan garis penunjuk ke ujung lain dari garis dasar,
dan sebuah panah ke ujung garis penunjuk, untuk menunjukkan daerah las. Garis penunjuk
biasanya lurus. Untuk menunjukkan permukaan yang dikampuh pada alur tunggal atau ganda
atau bentuk-bentuk sejenis, maka gambar sebuah garis dasar disisi bagian logam induk yang
dikampuh, dan gambar sebuah garis penunjuk yang patah dengan panah terarah pada
permukaan yang dikampuh, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.

Gambar Penunjukan dengan menggunaan garis penunjuk yang patah

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Dalam pengelasan gunakan pelindung untuk keselamatan pekerja

 apron tahan api untuk melindungi pakaian


 kaca mata hitam untung pelindung mata dari percikan las
 sarung tangan untuk melindungi bagian tangan dari percikan
 sepatu pengaman berujung besi untuk melindungi jari kaki
 penutup pergelangan untuk mencegah masuknya masuknya percikan kedalam sepatu
 baju khusus lupa aih namanya untuk melindungi leher dan badan
 Kacamata las yang standar memiliki dua lapis kaca satu bening dan satu berwarna

Gas yang digunakan untuk pengelasan biasanya adalah campuran gas asetilena yang
dicampur dengan oksigen

 Bisa juga dengan gas argon


 kebanyakan besi akan berubah warna ketika dipanaskan menjadi berwarna merah
pada suhu tertentu atau bisa juga berwarna putih terang pada suhu tertinggi

17
 tetapi pada allumunium tidak terjadi perubahan nyata ketika di panaskan
 gas asetilena terdiri atas atom hidrogen dan atom karbon dengan komposisi tertentu
gas asetilen ini jika dibakar bersama oksigen dapat menghasilkan panas sampai 3100
derajat celcius
 komposisi pembakaran gas asetilena
1. Api Normal
yakni komposisi antar gas asetilen dan oksigen seimbangujung panas apinya bisa
mencapai 3100 derajat
2. Api Karbu
lebih banayak gas asetilen nya dibanding oksigennya
3. Api Oksidasi
lebih banyak gas oksigennya dibanding gas asetilena dasar pengelasan w kenyen
Ir dires gintin

18
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.infoservicetv.com/teknik-menyolder-yang-baik.html
- https://www.dlsweb.rmit.edu.au/toolbox/electrotech/toolbox1204/resources/03workshop/
09joining/02methods.htm
- Polman, 2016. ELEMEN MESIN 1. Bandung: POLITEKNIK MANUFAKTUR
BANDUNG
- Rahman Hakim, Adies, 1988. Perhitungan Dasar Elemen Mesin.Bandung: POLITEKNIK
MANUFAKTUR BANDUNG
- Judul : Teknologi Pengelasan Logam,Oleh : Prof. DR. IR Harsono Wiryosumarto dan
Prof. DR. Toshie Okumura,PT. Pradnya Paramita Jakarta 1979
- Niemen Gustav, Machine Elements, Design and Calculation in Mechanical Engineering,
Volume 1: Fundamentals, Connections, Bearings, Shafts, and Accessories; Springer-
Verlag, Berlin heidelberg New York

19

Anda mungkin juga menyukai