Anda di halaman 1dari 3

Nama : Syahrul imawan suandi

Kelas :C

NIM :20190420263

Mata Kuliah : Sistem Pengendalian Manajemen

Ringkasan

Pengertian idola berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang, gambar, patung, dan
sebagainya yang menjadi pujaan. Di dalam pengertian tersebut di sebutkan patung yang menjadi pujaan
seperti jaman nabi patung yang di jadikan pujaan berarti berhala. Berhala adalah suatu benda yang
disakralkan kemudian dipuja atau disembah sebagai barang suci. Dalam hukum islam menyembah
berhala berarti menyekutukan Allah. Hukum menyekutukan Allah itu haram. Menyekutukan Allah biasa
di sebut Syirk. Syirk memiliki banyak jenis salah satunya Syirk Akbar (Besar) diantaranya Syirik Ad-Du’aa
(Menyekutukan Allah di dalam berdo’a). Sehingga sebaiknya kita tidak perlu mengidolakan siapapun
termasuk mengidolakan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad merupakan utusan Allah jika kita
mengidolakan Nabi Muhammad berarti mengaggap Nabi Muhammad yang harus di imani padahal yang
harus kita imani hanyalah Allah.

Oleh karena itu jangan jadikan apapun sebagai idola karena nantinya akan menimbulkan musyrik.

Ada 4 sifat² Rasululullah sebagai suri tauladan setiap Muslim:

Siddiq, yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. kepada bapaknya adalah perkataan
yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan
mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41, yang artinya: “Dan ceritakanlah
(Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat
membenarkan seorang nabi.”

Fatanah, yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah
di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan alHajar al-Aswad (batu hitam) di
atas Ka’bah, lalu Rasulullah Saw. Menengahi dengan cara semua kelompok yang bersengketa agar
memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka semua
mengangkat hingga sampai di atas Ka’bah. Itulah bukti kecerdas Rasulullah Saw.
Amanah, yaitu rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa
oleh Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang terpercaya (amanah).
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. asy-Syu’ara/26 106-107 yang artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh)
berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul
kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”

Tablig, yaitu rasul selalu meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi
Muhammad Saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ali
bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’an, Ali pun menegaskan bahwa
“Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman
seseorang terhadap al-Qur’an.” Penjelasan ini terkait dengan QS. al-Maidah: 67 yang artinya:“Wahai
rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang
diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari
(gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

QS Surat Al-Ahzab Ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.”

(Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan bagi kalian) dapat dibaca iswatun dan
uswatun (yang baik) untuk diikuti dalam hal berperang dan keteguhan serta kesabarannya, yang masing-
masing diterapkan pada tempat-tempatnya (bagi orang) lafal ayat ini berkedudukan menjadi badal dari
lafal lakum (yang mengharap rahmat Allah) yakni takut kepada-Nya (dan hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah) berbeda halnya dengan orang-orang yang selain mereka.

Kalian benar-benar mendapatkan teladan yang baik pada pribadi Nabi Muhammad. Teladan bagi orang-
orang yang mengharap kasih sayang Allah dan kesenangan hidup di akhirat. Teladan bagi orang-orang
yang banyak berzikir mengingat Allah di setiap kesempatan, kala susah maupun senang.

Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,

ُ ‫صال َِح أِل ُ َت ِّم َم ُبع ِْث‬


‫ت إِ َّن َما‬ َ ‫اأْل َ ْخاَل ِق‬
"Sungguh aku diutus menjadi rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik)."

Pada sebagian riwayat,

‫ار َم أِل ُ َت ِّم َم‬ َ


ِ ‫اأْل ْخاَل ِق َم َك‬
“Untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Hadis yang berbunyi Innamā bu'itstu li utammima makārim al-akhlāq’ini artinya adalah 'Sesungguhnya
Aku diutus untuk hanya menyempurnakan akhlak'. Hadis ini berupa perkataan Nabi Muhammad SAW
yang menerangkan tujuan pokok Allah SWT mengutusnya sebagai rasul dengan kitab Al-Quran sebagai
petunjuk dan baru. Hadis itu adalah penegasan bahwa islam agama yang sangat menjunjung tinggi
akhlak yang mulia. Bahkan salah satu pokok ajaran dalam Al-Quran sendiri adalah akhlak. Akhlak
artinya adalah perilaku yang mengarah pada senantiasa sesuai dengan amanat Al-Quran dan Sunnah.
Nabi Muhammad SAW sendiri adalah uswatun hasanah, artinya adalah suri tauladan yang paling baik
sebab pada diri Rasulullah SAW ada banyak kemuliaan dan keutamaan akhlak yang menjadi teladan
hidup bagi umatnya.

c. Mahfudzat ttg ilmu yg tdk diamalkan.

Anda mungkin juga menyukai