Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN

Judul : Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Situasional dan


Pola Komunikasi terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan
pada PT Central Proteinaprima Tbk.

Jurnal : Aplikasi Manajemen

Volume
/Halaman : Vol. 7/13/2009
/Tahun

Penulis : Ida Ayu Brahmasari & Peniel Siregar

Reviewer : Achmad Alif Syahrial

Tanggal : 03 November 2020

Sumber : https://scholar.google.com/scholar?
oi=bibs&cluster=8556031845331003935&btnI=1&hl=en

1. Latar Belakang

Pada masa krisis global seperti saat ini, banyak perusahaan mengalami
kelesuan dalam menjalankan kehidupan organisasinya. Di antara perusahaan-
perusahaan tersebut bahkan ada yang telah mengalami penurunan usaha karena
terfokus pada berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja sekaligus daya
saingnya. Upaya-upaya tersebut penting dilakukan sebagai bentuk adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternalnya, namun seringkali
tanpa disadari perusahaan mengabaikan integrasi internal perusahaan, seperti
melakukan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM)nya sebagai
salah satu aset penting perusahaan.

Bagi PT Central Proteinaprima Tbk konsep budaya organisasi telah lama


diterapkan pada semua lini karyawan sesuai dengan tugas di bidangnya masing-
masing, karena PT Central Proteinaprima Tbk memahami pentingnya
pemahaman tujuan dari apa yang menjadi misi dan visi perusahaan serta tujuan
organisasi oleh setiap karyawan akan membawa pada kemajuan dan daya saing
dari PT Central Proteinaprima Tbk.

Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai ”alat” diagnostik dan proses


penilaian terhadap pengembangan individu, tim dan organisasi. Oleh karena
kinerja merupakan suatu fungsi potensi, untuk mencapai dan mempertahankan
kinerja diperlukan berbagai proses organisasional yang memungkinkan orang
maupun program mewujudkan potensi mereka sepenuhnya.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian penjelasan (explanatory research),


yang akan menjelaskan hubungan kausal antara variabel budaya perusahaan,
kepemimpinan situasional dan pola komunikasi terhadap disiplin kerja dan
kinerja karyawan PT Central Proteinaprima Tbk. melalui pengujian hipotesis.
Subjek penelitian dalam jurnal tersebut adalah karyawan tetap di PT Central
Proteinaprima Tbk yang berjumlah 100 orang karena teknik analisi data yang
dipergunakan adalah structural equation model (SEM) dengan menggunakan
bantuan software AMOS version 4.01. Structural Equation Model (SEM) adalah
sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah
rangkaian hubungan antar variabel secara simultan.

3. Hasil

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis dengan menggunakan analisis


SEM dibuktikan bahwa variabel budaya organisasi memiliki pengaruh yang
signifikan dan dominan terhadap disiplin kerja dan kinerja karyawan. Dan juga
memperkuat teori Hersey dan Blanchard (1988) serta McShane dan Von Glinov
(2005:426) bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang dominan
terhadap kinerja karyawan dimana semakin tinggi kesesuaian antara tingkat
kematangan bawahan dengan kemampuan dan kemauan pemimpinnya maka
karyawan akan merasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari pemimpin.
Hasil juga memperkuat pendapat Ivancevich, Konopaske dan Matteson, 2005:421
serta Kinicki dan Kreitner (2007:438) bahwa komunikasi membantu anggota
organisasi untuk mencapai baik tujuan individu maupun organisasi,
mengimplementasikan dan merespon perubahan organisasi, mengkoordinasikan
berbagai aktivitas, dan berkaitan secara virtual dengan semua perilaku yang
relevan dengan organisasi.

4. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian peneliti menarik kesimpulan bahwa Budaya


organisasi, kepemimpinan situasional, dan pola komunikasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap disiplin kerja dan kinerja karyawan, serta disiplin kerja
juga memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT Central
Proteinaprima Tbk. Saran Peneliti terhadap PT Central Proteinprima Tbk yakni
budaya organisasi PT Central Proteinaprima yang saat ini dianut oleh seluruh
anggota organisasi harus tetap dijaga dan terus ditingkatkan agar dapat membantu
seluruh pimpinan maupun karyawan. Selain itu, perlu diciptakan iklim kerja yang
harmonis sehingga setiap permasalahan karyawan dapat diketahui dengan jelas
oleh pihak manajemen. Memberi kesempatan kepada para karyawan untuk
mengajukan saran dan pendapat. Tindakan disiplin yang diatur dalam peraturan
perusahaan harus dijaga agar tidak dilakukan dengan semena-mena baik
pimpinan maupun karyawan.

5. Kelebihan
 Kelebihan artikel ini dalam hal isi adalah penulis memberikan banyak
teori dari para ahli untuk menjelaskan istilah-istilah di tiap paragraf.
 Menggunakan teknik Structural Equation Model (SEM) dalam
menganalisis data sehingga hasil yang diperoleh sangat detail.
 Penulis melakukan beberapa kali pengujian sehingga hasil yang
diperoleh akurat.
6. Kekurangan
 Pada bagian abstrak penulis hanya menulis abstrak dalam bahasa inggris
sehingga bagi sebagian orang kurang mengerti garis besar penelitian dan
kurang memenuhi syarat penulisan jurnal.
Saran pembaca bagi penulis untuk menambahkan abstrak dalam bahasa
Indonesia.
 Penulis kurang menuliskan struktur penulisan artikel ilmiah seperti
pendahuluan, latar belakang, dan tujuan.
Saran pembaca bagi penulis untuk melengkapi judul tiap struktur.
 Dalam metode penelitian penulis hanya menyebutkan teknik analisis
data.
Saran pembaca bagi penulis adalah menambahkan bagaimana teknik
pengumpulan data yang digunakan.
ARTIKEL ILMIAH KONSEPTUAL

Judul : Model Pengkuran Costumer Based Brand Equity Index Perguruan


Tinggi Keagamaan Islam (CBEI-IHE) : Sebuah Artikel Konseptual

Jurnal : Marketing & Financing of Education

Volume/
Halaman/ : Vol. /11/
Tahun

Penulis : Ahmad Juhaidi

Reviewer : Achmad Alif Syahrial

Tanggal : 04 November 2020

Sumber :
https://www.academia.edu/download/60947054/ARTIKEL_BRAN
D_EQUITY__HKI20191018-40429-xucdv2.pdf

1. Latar Belakang

Brand equity atau ekuitas merek memiliki posisi yang penting untuk
melihat bagaimana posisi PTKI di mata calon pelanggan. Tingkat brand equity
akan menjadi dasar pijakan bagi PTKI untuk mengelola brand. Oleh karena
itulah, artikel ini menawarkan sebuah model pengukuran tingkat brand equity
PTKI yang dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar kekuatan merk
PTKI. Model pengukuran ini dirancang untuk perguruan tinggi karena ada
perbedaan perguruan tinggi dengan penyedia jasa lain.

Penulis mengutip beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan


dengan topik yang dipilih. Salah satunya adalah penelitian yang berjudul
Memahami Ekuitas Merek Perguruan Tinggi: Penelitian Empiris pada STIE
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia oleh Elia Ardyan dkk. Dalam riset tersebut,
Ardyan et al menetapkan mahasiswa sebagai pelanggan perguruan tinggi.
Kemudian menemukan bahwa (1) merek STIE Surakarta menempati posisi ke-3
di benak konsumen; (2) asosiasi merek memiliki pengaruh positif tetapi tidak
signifikan pada loyalitas merek dan persepsi kualitas memiliki pengaruh positif
dan signifikan pada loyalitas merek.

Pada penelitian Dwi Astuti berjudul Analisis Pengaruh Consumer


Attributes, Brand Awareness Attributes, dan Brand Image Attributes terhadap
Brand Equity dan Keputusan Memilih Jasa Pendidikan (Studi Kasus Pada
Perguruan Tinggi Di Bengkalis). Astuti melihat brand equity dari sudut pandang
mahasiswa dan salah satu simpulannya adalah consumer attributes, brand
awareness attributes, dan brand image attributes secara bersama-sama
berpengaruh terhadap brand equity perguruan tinggi di Bengkalis.

Teori selanjutnya berasal dari Penelitian ekuitas merk Binus University


yaitu menguraikan penilaian calon mahasiswa yang merupakan siswa kelas 3 dari
10 SMU. Penelitian tersebut menemukan bahwa Binus University merupakan top
of mind. Brand association Binus University adalah asosiasi teknologi informasi
up to date, fasilitas lengkap dan modern, dan universitas swasta yang bermutu
dan inovatif.

2. Hasil

Pada beberapa penelitian diatas penulis mengkritik terhadap kajian brand


equity perguruan tinggi yang telah dilakukan adalah kekeliruan dalam
menetapkan pelanggan. Dalam riset Ardyan et al menurut penulis kurang tepat
karena mahasiswa sudah membeli dan akan terus menjadi pelanggan sampai
mereka meraih gelar sarjana. Dengan model itu, brand equity tidak dapat
digunakan untuk melihat merk perguruan tinggi berdampak bagi keputusan
memilih para calon mahasiswa. Penulis juga tidak sepakat dengan riset Astuti
karena riset tersebut melihat brand equity dari sudut pandang mahasiswa
sehingga sebaik apapun brand equity perguruan tinggi tersebut belum tentu
berdampak dengan tingkat brand equity menurut siswa SMA/MA sebagai calon
pelanggan yang akan memilih perguruan tinggi.

Pada penelitian Binus University terdapat sedikit perbedaan yakni Dewanti et


al memilih siswa SMA sebagai responden untuk mengukur semua elemen brand
equity. Dan penulis sepakat dengan metode mereka tersebut, kecuali untuk
mengukur brand loyalty karena brand loyalty hanya bisa dilihat dari orang yang
telah menggunakan produk jasa, dalam hal ini mahasiswa, dosen dan tenaga
kependidikan.

3. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penulis menyimpulkan bahwa brand equity


perguruan tinggi merupakan cerminan dari kekuatan merk dalam pandangan
calon pelanggan. Brand equity perguruan tinggi berbeda dengan merk layanan
jasa lain sehingga mengukur kekuatan merek harus menggunakan model yang
dirancang untuk perguruan tinggi. Model pengukuran kekuatan merek (brand
equity) berdasarkan empat element yaitu brand awareness, brand association,
perceived quality, dan brand loyalty.

4. Kelebihan
 Pada bagian tinjauan pustaka penulis menyebutkan beberapa teori dari
penelitian terdahulu sehingga pembandingan pemikiran penulis
bervariasi dan jelas.
 Penulis juga menjelaskan tiap instrumen penelitiannya berbasis pada
teori-teori para ahli.
 Hasil penelitian dapat menemukan hubungan antara hal yang diteliti
dengan subjek penelitian.
5. Kekurangan
 Pada bagian abstrak penulis hanya menuliskan dengan bahasa Inggris.
Saran pembaca kepada penulis dimohon untuk menuliskan abstrak dengan
dua bahasa Inggris dan Indonesia.
 Model pengukuran yang dikemukakan penulis tidak secara statistik
mengukur hal yang diteliti dan hasil yang didapat hanya rata-rata dari
bahan yang diteliti.
Sara pembaca adalah untuk meningkatkan atau menambah model
pengukuran sehingga hasil yang didapat beragam.

Anda mungkin juga menyukai