Oleh
Kelompok 3
I. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 46 Tahun
Agama :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa :-
Alamat :-
Tanggal masuk RS : 10 September 2020
Tanggal Pengkajian :-
No. Register :-
Diagnosa Medis : Stroke hemoragik, hemiparese N. VII dextra
Sentral
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Hub. Dengan Pasien :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama :
Klien mengeluh sering sakit kepala
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini :
Pasien masuk rumah sakit dengan penurunan kesadaran tiba-tiba sejak 5 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pada saat dikaji pasien mengalami tekanan
darah tinggi dengan TD 150/100 mmHg, kesadaran CM, GCS E₄M₆V₃,
mulut mencong (+), reflex fisiologis +2/+2, rangsang meningen (-/-).
Terdapat hemiparesis dan hemihipestesi dextra.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Tidak terkaji.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu namun tidak
minum obat maupun kontrol tekanan darah.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terkaji.
d. Diagnosa Medis dan therapy
Stroke hemoragik, hemiparese N. VII dextra entral. Terapi ROM aktif-pasif
e. Genogram
Tidak terkaji.
3. Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu namun tidak
minum obat maupun kontrol tekanan darah, klien sering mengeluh sakit
kepala.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit :
Pasien sudah 5 hari susah makan hanya minum air putih sehari 1 gelas
- Saat sakit :
Pasien menggunakan NGT dan infus NaCL 0,9% 500 cc/12 jam
c. Pola Eliminasi
Tidak terkaji
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mandi
Gosok gigi
Mencuci rambut
Menggunting kuku
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Pasien melalukan latihan ROM aktif-pasif
e. Pola Kognitif dan Persepsi
Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep Diri
Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan
Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Tidak terkaji
k. Pola Nilai-kepercayaan (spiritual)
Tidak terkaji
l. Pola/Aspek Sosial
Tidak terkaji
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Komposmentis
GCS : E₄M₆V₅
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- Respirasi : 26 x/menit
- Suhu : 37,5 ºC
- Berat badan : 45 kg
- Tinggi badan : 170 cm
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan Leher
Mulut mencong (+), terdapat karies gigi
b. Dada
- Paru
Respirasi 26 x/menit, saturasi O₂ 95%. Pada pemerikasaan paru terdapat
ronkhi basah halus pada kedua basal paru.
- Jantung
Didapatkan batas jantung membesar. Batas jantung atas ICS II linea
sternalis sinistra, batas jantung kanan ICS V linea parasternalis dextra,
batas jantung kiri ICS VI linea axillaris anterior sinistra dan pada
auskultasi terdengar S3 heart rate 100 x/menit.
c. Payudara dan ketiak
Tidak terkaji.
d. Abdomen
Abdomen tampak datar, adanya nyeri epigastrium. Pasien tampak kurus TB
170 Cm, BB 45 Kg, IMT pasien 15,5 yang berarti berat badan kurang.
e. Genetalia
Tidak terkaji
f. Intergumen
Akral dingin. Luka dekubitus (+) di area sacrum dengan derajat II.
g. Ekstremitas
Terdapat hemiparesis dan hemihipestesi dextra.
Kekuatan otot:
- Atas : 5555/4444
- Bawah : 5555/4444
h. Neurologis
- Status mental dan emosi :
GCS E₄M₆V₅
- Pengkajian saraf kranial :
Rangsang meningen (-/-). Terdapat hemiparesis dan hemihipestesi
dextra
- Pemeriksaan refleks :
Refleks fisiologis +2/+2.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium yang berhubungan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Natrium (Na) 147 mEq/L 135-153
Kalium (K) 3.8 mEq/L 3.7-5.2
Kalsium (Ca) 4 mEq/L 8.8-10.4
Hemoglobin (Hb) 9.7 Mg/dL 14-18
GDS 202 Mg/dL 70-140
Leukosit 15.000.00 Mm² 5.000-10.000
AGD
pH pO₂ 7.25 7.35-7.45
pCO₂ 90 mmHg 75-100
HCO₃ 49 mmHg 35-45
25 mEq/L 22-26
2. Pemeriksaan Radiologi
CT scan kepala : perdarahan intra cranial capsula eksterna kurang lebih
30cc
Angiografi : terdapat rupture di arteri serebri anterior sinistra.
3. Hasil Konsultasi
1) Latihan ROM aktif-pasif
2) Medication management
- Paracetamol 3x1gr
- Laxadine 3x15cc
- Omeprazole 1x40mg
- Myonal 2x1tab
- Catopril 3x50mg
- NaCl 0,9% 500cc/12 jam
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
-
Defisit neurologi
Hemiparesis
Hambatan mobilitas
fisik
Ds: Stroke hemoragik Kerusakan integritas
- kulit
Do: Pasien mengalami Domain 11. (Hal
- Luka decubitus (+) hemiparesis dan 425)
diarea sacrum dengan hemihipestesi
derajat II
- Leukosit 15000/mm2 Hambatan mobilisasi
- Terdapat hemiparesis
dan hemihipestesi dextra Tirah baring
- Kekuatan otot
ekstremitas atas Decubitus derajat II
5555/4444, ekstremitas
atas 5555/4444 Kerusakan integritas
kulit
Ds: Stroke hemoragik Defisit perawatan
- diri
Do: Hemiparesis kanan Domain 4 (Hal. 258)
- oral hygiene buruk
- terdapat karies gigi Mobilitas menurun
- terpasang NGT
Hambatan mobilitas
fisik
IV. PERENCANAAN
DX NOC NIC
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (Hal 197)
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan - Tentukan jumlah kalori
kebutuhan tubuh ….x24 jam dan jenis nutrisi yang
berhubungan dengan diharapkan status dibutuhkan untuk
ketidakmampuan nutrisi terpenuhi memenuhi persyaratan
mencerna makanan. dengan kriteria hasil: gizi.
Domain 2 (00002) - Asupan makanan - Anjurkan pasien terkait
dipertahankan dengan kebutuhan
Definisi: Asupan pada 3 (cukup makanan tertentu
nutrisi tidak cukup menyimpang dari berdasarkan
untuk memenuhi rentang normal) perkembangan atau usia
kebutuhan metabolik ditingkatkan ke 4 (misalnya, peningkatan
(Sedikit kalsium, protein, cairan,,
Batasan menyimpang dari peningkatan asupan serat
karakteristik: rentang normal) untuk mencegah
- Berat badan - Rasion berat konstipasi pada orang
20% atau lebih badan dewasa yang lebih tua)
di bawah dipertahankan
rentang berat pada 2 (Banyak Bantuan Peningkatan Berat
badan ideal menyimpang dari Badan (Hal 78)
- Gangguan rentang normal) - Timbang pasien pada jam
sensasi rasa ditingkatkan ke 4 yang sama setiap hari
- Kelemahan otot (sedikit - Monitor asupan kalori
untuk menelan setiap hari
- Ketidak menyimpang dari - Sediakan variasi makanan
mampuan rentang normal) yang tinggi kalori dan
memakan bernutrisi tinggi
makanan - Lakukan perawatan mulut
- Nyeri abdomen sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Peningkatan Latihan:
fisik berhubungan asuhan keperawatan Latihan kekuatan (Hal 339)
dengan penurunan …x24 jam diharapkan - Lakukan skrining
kekuatan otot. mobilitas pasien tidak kesehatan sebelum
Domain 4 (00085) terganggu dengan memulai latihan untuk
kriteria hasil: mengidentifikasi risiko
Definisi: - Tekanan darah dengan menggunakan
Keterbatasan dalam 120/80 mmHg skala kesiapan latihan
gerakan fisik atau - Berjalan pelan fisik terstandar atau
satu atau lebih dipertahankan melengkapi pemeriksaan
ekstremitas secara pada 3 (cukup riwayat kesehatan dan
mandiri dan terarah terganggu) fisik
ditingkatkan ke 5 - Beri informasi mengenai
Batasan (tidak terganggu) jenis latihan daya tahan
Karakteristik: - Gerakan otot otot yang bisa dilakukan
- Kesulitan dipertahankan (misalnya, latihan tanpa
membolak-balik pada 3 (cukup beban, pembebanan
posisi terganggu) dengan mesin, ban
- Keterbatasan ditingkatkan ke 4 peregangan karet, objek
rentang gerak (sedikit angkat beban, olahraga
- Ketidaknyaman terganggu) air)
an
- Penurunan - Bergerak dengan Terapi Latihan: Ambulasi
kemampuan mudah (Hal. 438)
melakukan dipertahankan - Beri pasien pakaian yang
keterampilan pada 3 (cukup tidak mengekang
motorik halus terganggu) - Bantu pasien untuk
- Penurunan ditingkatkan ke 5 perpindahan, sesuai
kemampuan (tidak terganggu) kebutuhan
melakukan - Frekuensi
keterampilan pernafasan Pengaturan Posisi (Hal. 306)
motorik kasar dipertahankan - Monitor status oksigenasi
- Malnutrisi pada 3 (deviasi pasien sebelum dan
- Penurunan sedang dari setelah perubahan posisi
kekuatan otot kisaran normal) - Imobilisasi atau sokong
ditingkatkan ke 4 bagian tubuh yang terkena
(deviasi ringan dampak dengan tepat
dari kisaran - Posisikan pasien untuk
normal) memfasilitasi
ventilasi/perfusi
- Dorong latihan ROM aktif
dan pasif
- Tinggikan anggota badan
yang terkena dampak
setinggi 20 derajat atau
lebih, lebih tinggi dari
jantung, untuk
mendapatkan aliran balik
vena
Oleh:
Kelompok 3
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=5ph17Qv3J9M
b) Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
b) Pelaksanaan
1) inform konsen, pemberian privasi, mencuci tangan, pemeriksaan ttv
sebelum pemasangan tranfusi darah
2) Untuk pengambilan contoh darah dalam menetukan golongan darah pasien
diambil darah vena sekurang-kurangnya 3 cc lalu dimasukkan ke dalam botol
yang tersedia dan diberi etiket yang dengan jelas mencantumkan :
a) Nama pasien
b) Umur
c) Nomor Med. Rec
d) Ruang rawat
e) Tanggal dan jam pengambilan darah
2) Formulir permintaan darah diisi secara tepat dan benar, kemudian segera
dikirim bersama contoh darah ke Bank Darah Rumah Sakit atau sesuai dengan
peraturan yang berlaku
3) Segera setelah darah yang diperlukan tersedia, lakukan hal-hal berikut :
(a) Periksa apakah suhu darah dalam botol sesuai dengan suhu tubuh normal
(suhu kamar) dengan cara meraba bagian luar botolnya. Bila suhu belum
sesuai maka pemasangan infuse ditangguhkan (dibiarkan di luar lemari es
sekurang-kurangnya 30 menit)
(b) Anjurkan pasien untuk buang air serta bantu kembali pisisi nyaman.
Tampung bahan urin ( dapat di gunakan sebagai data dasar
mengidentifikasi bila terjadi reaksi transfusi)
(c) Pemasangan infuse dilakukan dengan cairan NaCl yang tersedia
(d) Bila aliran/tetesan sudah lancer, slang infuse dipindahkan ke botol darah
dengan cara: dahulukan memindahkan slang infusnya ke botol darah
kemudian baru slang udaranya
Sumber
https://www.youtube.com/watch?v=qYsDCM27wiY&t=327s
II. AKTIVITAS DAN MOBILITAS
Perbandingan:
Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=sqbrV3iz5OY
III. OKSIGENASI
A. Batuk Efektif
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pemenuhan kebutuhan oksigen,
mahasiswa mampu melakukan prosedur batuk efektif dengan benar dan tepat.
2. Deskripsi
Latihan batuk efektif mengandung makna dengan batuk yang benar, akan dapat
mengeluarkan benda asing atau sekret semaksimal mungkin dengan tenaga yang
seminimal mungkin.
3. Tujuan
Mengeluarkan benda asing atau sekret semaksimal mungkin dengan tenaga yang
seminimal mungkin
4. Indikasi
Bila klien mengalami gangguan pernafasan karena akumulasi sekret, ajarkanlah
bagaimana melakukan batuk efektif
5. Standar Operasional prosedur
a) Persiapan
1) Pasien
(a) Inform consent
(b) Posisi klien diatur senyaman mungkin
(c) Memperhatikan privacy
(d) Anjurkan minum air hangat sebelum tindakan dilakukan bila tidak ada
kontraindikasi
2) Alat
(a) Tempat tidur pasien kalau tersedia yang dapat diatur (diturunkan atau
dinaikan)
(b) Masker
(c) Handscoon jika perlu
(d) Bak/spot sputum berisi desinfektan
(e) Perlak pengalas
(f) Bengkok
(g) Bantal 1-4 buah
(h) Tissue wajah, kantung kertas untuk menampung sputum
(i) Air minum hangat
b) Pelaksanaan
a. Tahap Prainteraksi
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Memakai masker
4) Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan sapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
c. Tahap kerja
1) Menjaga privasi pasien
2) Mempersiapkan pasien
3) Menganjurkan pasien minum air hangat terlebih dahulu 30 menit sebelum
tindakan jika tidak ada kontraindikasi. (Alasan: untuk mencairkan secret
agar mudah dikeluarkan. Atau jika tidak, lakukan fibrasi dada)
4) Atur posisi klien duduk dengan agak sedikit membungkuk ke depan dan
kaki diluruskan di atas tempat tidur
5) Pertahankan posisi panggul dan mulut fleksi untuk merelaksasikan dan
mengurangi ketegangan otot-otot abdomen ketika batuk
6) Anjurkan klien menarik nafas lambat dan dalam melalui hidung dan
menghembuskan melalui bibir yang dirapatkan beberapa kali (3 kali)
7) Batukkan 2 kali selama mengeluarkan nafas (ekspirasi) sambil
mengecangkan otot-otot abdomen bersamaan dengan batuk
8) Tahan dan bebat apabila ada luka pada andomen atau daerah dada
9) Buang lender di wadah yang bersih. Bila klien tidak dapat batuk,
penghisapan harus dilakukan
10) Menutup bak/spot penampung sputum
11) Biarkan klien istirahat sebentar bila perlu
12) Bersihkan mulut dengan tissue. (Alasan: agar bersih disekitar mulut)
13) Biarkan klien minum secukupnya
d. Tahap terminasi
1) Lakukan evaluasi
2) Berpamitan dengan pasien
3) Mencuci tangan
4) Kembalikan posisi klien yang nyaman.
Sumber:
Sumber :
Asmadi. (2008). Teknik procedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebuuhan dasar klien.
Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddart. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
https://www.youtube.com/watch?v=5vDO5hJDHwU
https://www.youtube.com/watch?v=nmtdmPVB9zU&t=130s
V. PEMBERIAN OBAT
Sumber:
Dr. Lyndon Saputra. 2013. Keterampilan Dasar Untuk Perawat dan Bidan : Binarupa
Aksara Publisher
B. OBAT MELALUI INTRAVENA
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, mahasiswa mampu melaksanakan
pemberian obat secara intravena dengan benar dan tepat.
2. Deskripsi
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah dengan
menggunakan spuit yang dilakukan pada vena anggota gerak
3. Tujuan
a. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi
parenteral yang lain
b. Menghindari kerusakan jaringan
c. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
4. Tempat Injeksi
a. Pada lengan (vena basilica dan vena sefalika)
b. Pada tungkai (vena safena)
c. Pada leher (vena juguralis)
d. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
5. Indikasi injeksi intravena (IV)
a. Pasien yang membutuhkan reaksi cepat
b. Pasien yan muntah terus menerus
c. Pasien yang tidak dibolehkan memasukan obat atau apapun lewat oral
d. Thypoid
e. Sesak napas
f. Kejang demam
6. Kontra indikasi injeksi intravena (IV)
a. Pasien dengan liver deases
b. Non – intact ductus biliaris
c. Pasien dengan peningkatan bilirubin lebih dari 2mg/dl
d. Pasien dengan obstructive jaundice dan ppost cholecytecthomy
e. Pasien alergi terhadap obat
7. Bahaya pemberian injeksi intravena (IV)
a. Dapat menyebabkan mengigil, urticarial shock, collapse, dll pada pasien yang
alergi terhadap obat
b. Bekas suntikan dapat menimbulkan abses, nekrose atau hematoma
c. Dapat menimbulkan kelumpuhan
8. Standar Operasional Prosedur
a. Persiapan
Klien
1) Menyampaikan salam
2) Identifikasi Klien
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan dengan
bahasa yang mudah dipahami
4) Posisi diatur senyaman mungkin
5) Memperhatikan privacy
Alat
1) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Kapas alcohol
3) Sarung tangan sekali pakai (bersih)
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inchi
6) Bak spuit
7) Baki obat
8) Perlak pengalas
9) Pembendung vena (tourniquet)
10) Kassa steril
11) Bengkok
12) Plester jika diperlukan
b. Pelaksanaan
1) Perawat cuci tangan
2) Pasang sampiran
3) Siapkan obat sesuai dengan prinsip “6 benar”
4) Atur klien dengan posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
5) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
6) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan
atau rasa gatal
7) Pasang perlak pengalas
8) Letakkan pembendung 15 cm di atas area penusukan
9) Pakai sarung tangan
10) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm,
tunggu sampai kering
11) Pegang kapas alcohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
12) Buka tutup jarum
13) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm d bawah area penusukan dengan
tangan non dominan
14) Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk
perlahan dan pasti
Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=7gVYvYzBUHk
VI. AMAN DAN NYAMAN
Sumber:
Tomy Nur Uninnuha, 2017. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. ORAL HYIENE
1. Tujuan
a. Menjaga kebersihan mulut
b. Meningkatkan selera makan
c. Mencegah bau mulut
d. Mencegah infeksi mulut, kerusakan gigi, bibir dan lidah pecah-pecah, stomatitis
e. Memberikan perasaan senang dan segar pada pasien
f. Mendidik pasien dalam kebersihan perorangan
g. Meningkatkan daya tahan tubuh
2. Indikasi
a. Pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri, misal pada
pasien tidak sadar, pasien patah tulang lengan, pasien anak, pasien post operasi yang
masih puasa
b. Pasien yang mendapatkan oksigenasi dan terpasang NGT
c. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
d. Pasien yang tidak bisa menggunakan sikat gigi, misalnya : stomatitis berat, pada
penyakit darah tertentu
e. Pasien post operasi mulut (odontektomy)
f. pasien patah tulang rahang
3. Ruang Lingkup Oral Hygiene
a. Menyikat gigi/ Oral hygiene pasien sadar
b. Membersihkan mulut/ Oral hygiene pasien tidak sadar
c. Memelihara mulut pada pasien patah tulang rahang
d. Memelihara gigi palsu (protese)
4. Hal yang perlu diperhatikan
a. Apabila ada perdarahan di gusi, gigi rusak, luka pada bibir dan lidah
b. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan 30 - 60 menit setelah makan
c. Cara menyikat gigi sebaiknya dilakukan 10 x gerakan
d. Menyikat gigi palsu harus hati - hati supaya jangan sampai jatuh/ rusak
e. Pada malam hari gigi palsu setelah dibersihkan disimpan dalam kom/ gelas berisi air di
tempat yang aman
f. Bila perlu, perawat membantu pasien membuka dan memasang gigi palsu dengan
menggunakan kasa
g. Gigi palsu dilepas bila pasien akan operasi
h. Jaga jangan sampai infeksi bertambah
i. Cegah jangan sampai pasien kesakitan
j. Hati- hati jangan sampai kawat pengikat terlepas/ berubah posisinya
Sumber:
Setianingsih, 2017. Gambaran pelaksanaan tindakan oral hygiene pada pasien di ruang intensive
care unit (ICU). Program study Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
B. PERAWATAN LUKA
Sumber
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-nanangsuli-6515-3-babii.pdf