DISUSUN OLEH :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Dengan ini mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah
dan kekuatan dari-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pelayanan Prima
Dalam Pelayanan Kebidanan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk keperluan
pendidikan pada Program Studi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Mataram.
Makalah ini dapat diselesaikan atas bimbingan petunjuk, bantuan, dan saran. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini` penulis menghaturkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna
untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
untuk semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 9
B. Saran.................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan amanat Pasal 28H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga
kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Pada
hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Fungsi dimaksud rnemiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan
tanggung jawab para tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, ahli gizi dan lainnya.
Dalam berinteraksi dengan pasien maka semestinya diberikan pelayanan yang bermutu
atau yang sering disebut “Pelayanan Prima”. Pelayanan di rumah sakit tidak hanya di berikan
oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain. Akan tetapi pelayanan prima sudah di
dapatkan oleh pasien dan keluarga pasien dari pertama memasuki gerbang rumah sakit. Tetapi
pada kenyataannya, pelayanan prima tidak bisa di berikan oleh semua tenaga kesehatan.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Padahal mayoritas dari tenaga kesehatan indonesia memiliki pengetahuan yang baik
mengenai pelayanan kesehatan. Tetapi tidak semua tenaga kesehatan menerapkannya. Inilah
yang menjadi masalah yang berdampak buruk bagi citra rumah sakit indonesia.Dampak dari
pelayanan yang buruk bisa kita rasakan. Contohnya saja seperti saat sekarang ini, warga
negara indonesia yang memiliki ekonomi di atas rata-rata lebih memilih rumah sakit di luar
negeri dari pada rumah sakit di indonesia. Padahal, jika kita tinjau dari segi kognitif,
pengetahuan tenaga kesehatan indonesia tidak kalah dari tenaga kesehatan yang ada di luar
negeri.
Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang bertumbuh
dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
1
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, fisiologi neonatus merupakan ilmu
yang mempelajari fungsi dari proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : ).
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia
0-28 hari. Neonatus memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi yaitu pematangan
pada setiap organ agar neonatus dapat menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterin (Marmi , 2015).
Menurut Departeman Kesehatan Republik Indonesia (2016) Neonatus adalah bayi baru
lahir sampai dengan usia 28 hari, pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk
neonatus patologis?
2. Bagaimanakah pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk
neonatus fisiologis?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pelayanan Prima Dalam Pelayanan
Kebidanan serta memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang berbagai hal
mengenai pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk neonatus
fisiologis dan patologis.
b. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk
neonatus patologis
2. Untuk mengetahui pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk
neonatus fisiologis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c) Definisi Kebidan komunitas Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan
yang berupa serangkaian ilmu dan ketrampilan untuk memberikan pelayanan
kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat diwilayah tertentu.
4
D. Pelayanan Prima Pada Pelayanan Kebidanan Di Komunitas Untuk Neonatus Fisiologis
Pengelolaan neonatal dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan komunitas.
Bayi baru lahir / neonatus meliputi umur 0-28 hari. Pelayanan kesehatan neonatus adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
PANDUAN PELAYANAN BBL OLEH BIDAN PADA MASA PAMDEMI COVID-19
Ketika bayi baru lahir yang harus dinilai :
1. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan belum sempurna
fungsi imunitasnya.
2. Bayi baru lahir dari ibu yang BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 tetap
mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 – 6 jam) yaitu pemotongan
dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), injeksi vit K1, pemberian
salep/tetes mata antibiotik, dan imunisasi Hepatitis B
3. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan, pengambilan
sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Idealnya waktu pengambilan sampel dilakukan pada 48 – 72 jam setelah lahir. Untuk
pengambilan spesimen dari bayi lahir dari Ibu ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19,
tenaga kesehatan menggunakan APD level 2. Tata cara penyimpanan dan pengiriman
spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining Hipotiroid Kongenital. Apabila terkendala
dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi pandemi COVID-19, spesimen dapat
disimpan selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.
4. .Kunjungan neonatal :
Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di fasyankes. Kunjungan
neonatal kedua dan ketiga dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan
kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga. Penggunaan face shield
dapat digunakan di rumah, apabila terdapat keluarga yang sedang sakit atau memiliki
gejala seperti COVID-19.
- Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus ke-1 (KN 1) dilakukan pada waktu 6-
48 jam setelah lahir. Hal yang dilaksanakan :
a. Jaga kehangatan tubuh bayi
b. Berikan ASI eksklusif
5
c. Rawat tali pusat
- Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai
dengan hari ke-7 setelah lahir.
a. Jaga kehangatan tubuh bayi
b. Berikan ASI esklusif
c. Cegah infeksi
d. Rawat tali pusat
- Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai ke
28 setelah lahir.
a. Periksa ada/ tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit
b. Lakukan :
a) Jaga kehangatan tubuh
b) Beri ASI eksklusif
c) Rawat tali pusat
Adapun prinsip perawatan atau kunjungan neonatus :
a) Tidak ada keluhan agar menerapkan isi buku KIA, lakukan pemantauan mandiri, jika
ada keluhan/tanda bahaya pada ibu/BBL segera ke fasyankes
b) Pelayanan nifas dan BBL, dengan membuat janji melalui Telepon/WA
c) Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar,dengan kewaspadaan Covid-19.
Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah sedang
isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid+).
d) Pelayanan nifas &BBL dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 dan
menerapkan protokol pencegahan Covid-19
e) Jika tidak dapat memberikan pelayanan, Bidan segera berkolaborasi dan rujuk ke
PKM/RS
f) Lakukan Asuhan esensial Bayi Baru Lahir. Imunisasi tetap diberikan sesuai
rekomendasi PP IDAI
g) Tunda kelas Ibu Balita atau dilakukan secara online
h) Konsultasi nifas & BBL, KIE, Konseling Laktasi, pemantauan Tumbang
dilaksanakan secara on-line
i) Ibu nifas, pendamping & semua tim yang bertugas menggunakan masker dan
menerapkan protokol pencegahan Covid-19
6
E. Pelayanan Prima Pada Pelayanan Kebidanan Di Komunitas Untuk Neonatus Patologis
1. Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:
Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord Clamping).
Bayi dikeringkan seperti biasa.
Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak menunggu setelah 24
jam
TIDAK DILAKUKAN IMD.
Sementara pelayanan neonatal esensial lainnya tetap diberikan.
2. Bayi lahir dari ibu hamil HbsAg reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi dan bayi dalam
keadaan:
Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap
dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B serta pemberian HbIg (Hepatitis B
immunoglobulin kurang dari 24 jam).
Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap mendapatkan pelayanan
injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin
kurang dari 24 jam). Pemberian vaksin Hepatitis B ditunda sampai keadaan klinis
bayi baik (sebaiknya dikonsultasikan pada dokter anak untuk penatalaksanaan
vaksinasi selanjutnya).
3. Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis, pada usia 6-8 minggu
dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis (EID) bersamaan dengan pemberian
imunisasi DPT-HB-Hib pertama dengan janji temu.
4. Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi Benzatil Penisilin
sesuai Pedoman Neonatal Esensial.
5. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan RAWAT GABUNG di RUANG
ISOLASI KHUSUS COVID-19.
6. Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan perawatan di ruang ISOLASI
KHUSUS` COVID-19, terpisah dari ibunya (TIDAK RAWAT GABUNG).
7. Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan mengenai risiko utama
untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan
melalui droplet infeksius di udara. Sesuai dengan protokol tatalaksana bayi lahir dari Ibu
terkait C`OVID-19 yang dikeluarkan IDAI adalah :
Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan melaksanakan
prosedur pencegahan COVID-19 antara lain menggunakan masker bedah, menjaga
7
kebersihan tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, dan rutin
membersihkan area permukaan di mana ibu telah melakukan kontak.
Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap diberikan dalam bentuk
ASI perah dengan memperhatikan:
a. Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan pembersihan
pompa setelah digunakan.
b. Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan.
Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang sehat
untuk memberi ASI.
c. Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik), sehingga bayi
dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga persediaan ASI agar proses
menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan kembali. Jika memerah
ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus dibersihkan dan didesinfeksi
dengan sesuai.
d. Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi penyimpanan
harus menggunakan kantong spesimen plastik. Kondisi penyimpanan harus
sesuai dengan kebijakan dan kantong ASI harus ditandai dengan jelas dan
disimpan dalam kotak wadah khusus, terpisah dengan kantong ASI dari pasien
lainnya.
e. Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan swab negatif,
sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat menyusui langsung setelah 14
hari dari pemeriksaan swab kedua negatif.
8. Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab, sementara pada bayi
lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19 dilakukan pemeriksaan swab dan sediaan
darah pada hari ke 1, hari ke 2 (dilakukan saat masih dirawat di RS), dan pada hari ke 14
pasca lahir.
9. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif dan tanda –
tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila
ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila
ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mampu melakukan pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk
neonatus patologis
2. Mampu melakukan pelayanan prima pada pelayanan kebidanan di komunitas untuk
neonatus fisiologis
B. SARAN
Penyusun mengharapkan dalam mempelajari asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal, seorang calon bidan diharapkan mengetahui tali pusat menumbung
sehingga mampu memberikan asuhan kebidanan dengan baik dan sesuai dengan
kewenangan profesi.
Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan
makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan
yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bustami, Lusiana El Sinta, dkk. 2017. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Erka CV Rumahkayu
Pustaka Utama: Padang.
Pinem, Srilina. 2017. Modul Askeb Komunitas. Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan.
10