Anda di halaman 1dari 4

Biografi Hugo Grotius

Hugo Grotius yang lahir di sebuah kota di utara Belanda, Delft pada 10 April
1583 adalah penasihat hukum terkenal, ahli, dan penulis esai pada masanya. Dia adalah seorang
sarjana yang hidup pada abad kelima belas yang pikirannya dipengaruhi oleh beberapa hal,
termasuk negara Eropa ketika diserang oleh perang tiga puluh tahun, pertempuran untuk otonomi
Belanda dari Spanyol, dan pertempuran akses untuk jalur perdagangan di wilayah timur jauh. 1
Gagasan Hugo Grotius juga kemudian dimeriahkan oleh para sarjana gaya lama, misalnya,
Aristoteles dan Stoa. Dia mendapatkan pemahaman tentang Aristoteles yang mempengaruhi
renungan Hugo Grotius ketika dia mempertimbangkan ilmu-ilmu estetika di Universitas Leiden.2

Setelah menyelesaikan bimbingannya, pada saat dia berumur kelima belas, Hugo
menyetujui ajuan untuk menjadi bagian dari kontingen Belanda yang dikirim untuk bertemu
Mahkamah Agung Prancis pada 1598.3 Penugasan itu, yang digerakkan oleh Jan Van
Oldenbarnevelt, direncanakan untuk memperoleh bantuan dari Prancis untuk kemerdekaan
Belanda. Terlepas dari kenyataan bahwa misi tersebut gagal untuk mencapai tujuannya, akan
tetapi, Hugo Grotius mendapatkan apresiasi dari Raja Henry IV dengan memanggilnya " the
miracle of Holland "4. Apresiasi itu diberikan karena hubungan Hugo sebagai kontingen pada
usia muda. Keterlibatan Hugo dalam hal ini, memungkinkan Hugo berkesempatan untuk tinggal
lebih lama di Prancis dan melanjutkan dengan pendidikan doktornya di bidang hukum sebelum
kembali ke Belanda tahun berikutnya

Kembali dari Perancis, Hugo Grotius perlu menghadapi berbagai elemen politik yang
diciptakan di bangsanya. Elemen-elemen ini pada saat itu memunculkan pendirian berbagai ide
yang disebut dalam hubungan universal kontemporer, misalnya, kedaulatan, peluang lautan,
hukum negara, masyarakat dunia dan pada hukum perang dan harmoni. Setiap gagasan dan
spekulasi ini tidak dapat dipisahkan dari pemahaman Hugo Grotius tentang hukum natural.5

1
Heddley Bull, Benedict Kingsbury, Adam Roberts. Hugo Grotius and International Relations. ( New York : Oxford
University, 1992 ) hlm. 1
2
A. Bloom. 2014. “Hugo Grotius”, Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses dalam
http://www.iep.utm.edu/grotius/ pada 07 maret 2020, pukul 21.00
3
Miller, Jon, "Hugo Grotius", The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Spring 2014 Edition), Edward N. Zalta (ed.)
diakses dalam http://plato.stanford.edu/archives/spr2014/entries/grotius/ pada 07 Maret 2020, pukul 21.15
4
Jeferee Renee, Hugo Grotius in International Thought. (London : Palgrave Macmilan 2006), hlm. 4

5
Ibid., hlm. 15
Mengacu pada buku Teori Hubungan Internasional: Edisi Keempat oleh Viotti dan
Kaupi, hukum kodrat adalah hukum yang berasal dari Tuhan, dan secara alami melebihi hukum
lain yang dibuat oleh manusia. Walaupun konsep hukum kodrat bukanlah murni pemikiran Hugo
Grotius, pemahamannya tentang hukum kodrat memiliki posisinya sendiri dalam hukum
internasional. Komponen-komponen Hukum Alam dalam gagasan Hugo Grotius dapat dilihat
dari gagasan Sovereignity yang ia kemukakan. Dalam pandangan buku Hugo Grotius dalam
Pemikiran Internasional oleh Rene Jefferey, kedaulatan adalah pilihan yang fenomenal untuk
memimpin dan mengawasi suatu negara di mana tidak ada otoritas posisi yang lebih signifikan
daripada keinginan individu-individu di negara itu. Sesuai Hugo, individu memiliki opsi
"normal" untuk memutuskan oleh siapa mereka didorong dan kepada siapa kedaulatan akan
diberikan.6 Ini dengan alasan bahwa semua aspek jaringan perlu untuk menjamin bahwa
keuntungan mereka dijamin oleh kedaulatan otoritas eksekutif.

Gagasan kedaulatan yang ditulis oleh Hugo Grotius, dibujuk oleh ketidaktaatan Belanda
kepada pemerintah Spanyol pada 1601.7 Sebagai seorang sarjana yang bekerja untuk pemerintah
Belanda, Hugo Grotius didekati untuk melakukan upaya hukum untuk kegiatan tersebut. Melalui
karyanya, De Antiquate Reipublicae Batavicae, Hugo menyampaikan beberapa artikulasi pusat
sebagai jenis panggilan yang sah. Intisari penjelasan pokok berisi bahwa Belanda memiliki hak
penuh untuk kedaulatannya sendiri dan memiliki opsi untuk memutuskan kepada siapa hak
istimewa pemerintah diberikan.8 Perwujudan dari artikulasi selanjutnya adalah bahwa
perlawanan Belanda dapat dipandang sebagai kegiatan yang sah, dengan alasan bahwa
pemberontakan direncanakan untuk memperjuangkan hak-hak istimewa individu Belanda.
Pekerjaan ini pada saat itu memicu pertanyaannya mengenai keaslian kontrol Spanyol di
Belanda.

Setelah tiga tahun (1604) ketika ia berusia 23 tahun, Grotius membuka kantor hukum dan
salah satu pelanggan utamanya adalah Dutch East India Company. Sebagai spesialis yang sah,
Grotius dikaitkan dengan menyelesaikan pertanyaan yang sah antara Portugis dan Belanda dalam

6
A. Bloom. 2014. “Hugo Grotius”, Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses dalam
http://www.iep.utm.edu/grotius/ pada 08 Maret 2020, pukul 06.13
7
Ibid., Renee, Hugo Grotius In International Thought, hlm. 5
8
Ibid.,
masalah pertukaran Selat Malaka pada 1602. Produk kontribusinya, Grotius pada saat itu
menyusun sebuah buku berjudul De Jure Praedae (Pengeluaran Hukum). Terlepas dari kenyataan
bahwa buku ini tidak memadai, buku itu memuat pendapat Grotius yang sah untuk situasi
tersebut. Salinan asli kemudian ditemukan pada obral pada tahun 1864. Sepotong signifikan dari
salinan asli adalah bagian yang berbicara tentang gagasan Mare Liberum (Laut Bebas) yang
berisi pertentangan yang sah untuk melindungi hak pertukaran Perusahaan Hindia Timur
Belanda. pengaturan gencatan senjata antara Spanyol dan Belanda pada 1609.9

Mare Liberum mendapat reaksi akut dari para peneliti. Pada 1612 buku itu dibuat dalam
buku terlarang oleh Inkuisisi Spanyol dan pada 1625 peneliti Portugis di University of
Valladolid, yang diatur oleh Profesor Hukum kanonik dari Universitas Freitas mendistribusikan
buku berjudul De justo imperio Lusitanorum Asiatico sebagai jawaban untuk Mare Liberum.
Yang paling terkenal adalah jawaban dari peneliti Inggris, John Selden, yang mendistribusikan
bukunya pada tahun 1636 di bawah judul provokatif dan menentang, Mare Clausum. 10 Diskusi
hangat antara Grotius dan Selden, antara Mare Liberum versus Mare Clausum terkenal dengan
istilah 'Ba1le of the Book'

Sebagai seorang cendekiawan, pada tahun 1611 Grotius mendistribusikan sebuah buku
berjudul Meletius sive de iis quae inter Christianos conveniunt epistola (Meletius or Le1er
on the Points of Agreement between Christians) yang berisi ide solidaritas Kristen. Buku
agama yang menyertainya didistribusikan pada tahun 1617 dengan judul Defensio Fidei
Catholicae de Satisfactione (A Defence of the Catholic Faith Concerning the Satisfaction of
Christ, Against Faustus Socinus). Karya itu memasukkan Grotius dalam perenungan yang
dipertanyakan tentang agama pada saat itu. Grotius dan rekannya tepat ketika pendidiknya Johan
van Oldenbarnevelt ditangkap pada 29 Agustus 1618 karena laporan musuh politiknya karena
percampuran gelap. Namun, kurungan ini adalah karunia untuk Grotius, mengingat kenyataan
bahwa sementara di penjara ia memiliki pilihan untuk menyelesaikan beberapa karyanya
termasuk De Veritate Religionis Christianiae dan Inleiding tot de Hollandsche
Rechtsgeleertheyd (Introduction to the Jurisprudence of Holland).. Berbagai karya yang
diselesaikan adalah De Jure Belli AC Pacis, yang ditulis pada 1622 dan didistribusikan pada
9
Hugo Grotius, Mare Liberum (The Free Sea), trans. Richard Hakluyt, ed. David Armitage, Indianapolis: Liberty
Fund, 2004.
10
Mónica Brito Vieira, “Mare Liberum vs. Mare Clausum: Grotius, Freitas, and Selden’s Debate on Dominion
over the Seas,” Journal of the History of Ideas, Vol. 64, No.3, 2003, hlm. 361–77.
1625. Buku ini adalah showstopper dari Grotius dan menjadi tidak bisa dibedakan dengannya.
Komposisi buku ini didorong oleh keadaan sosio-politik yang sengit pada saat itu dan bahaya
yang ditimbulkan oleh Perang Tiga Puluh Tahun.11 ”Grotius meninggal dunia pada 28 Agustus
1645 pada usia 62 tahun dan diliput di kota DelG. .

11
Yasuaki Onuma, Introduction to A Normative Approach to War: Peace, War and Justice in Hugo Grotius,
Oxford: Clarendon Press, 1993, hlm. 8.

Anda mungkin juga menyukai