“Studi kasus penyakit kekurangan gizi konawe kepulauan (wawonii) Terhadap Penyakit
GAKY dan Beras fortifikasi ”
KELOMPOK IV
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
zat makanan yang diperlukan oleh tubuh. Zat makanan tersebut sangat penting bagi tubuh karena
berguna untuk pertumbuhan, perkembangan, serta mengganti sel – sel yang rusak dalam tubuh
kita. Makanan yang baik tidaklah cukup hanya terlihat menarik dan mempunyai rasa enak bagi
yang mengonsumsinya, tetapi harus mengandung zat – zat gizi yang diperlukan. Oleh karena itu,
pada proses pengolahan ditambahkan bahan tambahan dan zat gizi kedalam bahan makanan
tersebut. Misalnya penambahan iodium dalam bahan makanan seperti garam dan beras.
Sekarang ini masalah gizi yang cenderung meningkat di Indonesia maupun di dunia
kekurangan iodium (GAKY ) yang paling serius antara lain adalah kerusakan otak pada fetus
yang dapat mempengaruhi perkembangan neurointelektual. Hal ini tentu saja menghawatirkan
perkembangan sumber daya menusia suatu bangsa. Iodium merupakan salah satu unsur mikro
yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit di dalam tubuh, tetapi bila kekurangan dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tubuh, sehingga iodium disebut sebagai mineral yang
esensial bagi tubuh. Kebutuhan iodium pada orang dewasa sebanyak 150 mg / hr (Untoro, 2000).
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu diupayakan fortifikasi iodium pada bahan pangan
lain yang umum di konsumsi masyarakat. Kegiatan pada tahun 2006 telah menghasilkan
teknologi pembuatan beras beriodium, jenis fortifikan yang tepat untuk produksi beras
beriodium, informasi sifat fisikokimia nasi beras beriodium dan daya simpan beras beriodium.
Pemilihan beras sebagai bahan untuk difortifikasi iodium, karena beras merupakan bahan pangan
pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Komponen utama dari beras ialah
karbohidrat (85-90%, berat kering), yang mayoritas adalah pati. Pati terdiri dari amilosa dan
amilopektin, dan senyawa ini dapat berikatan dengan iodium. Oleh karena itu beras berpeluang
1.2. Tujuan
1. Mengetahui gambaran mengenai penambahan zat gizi iodium kedalam bahan makanan
2.1.1. Pengertian
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrien) ke dalam bahan
makanan dalam jumlah yang diperhitungkan untuk maksud tertentu . Tujuan utama dari
penambahan zat gizi dalam bahan pangan yaitu untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat
gizi yang ditambahkan dan untuk meningkatkan status gizi populasi dan yang harus diperhatikan,
bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan defisiensi: dengan demikian
menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian
sosiol ekonomis. Namun demikian, fortitkasi pangan juga digunakan untuk menghapus dan
menggambarkan proses dimana zat gizi makro dan zat gizi mikro ditambahkan kepada pangan
yang dikonsumsi secara umum. Untuk mempertahankan dan untuk memperbaiki kualitas gizi,
masing-masing ditambahkan kepada pangan atau campuran pangan. Pangan pembawa zat gizi
Untuk memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki defisiensi akan zat gizi
yang ditambahkan).
Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang siquifikan
dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan. Untuk meningkatkan
kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang digunakan sebagai sumber pangan bergizi
misal : susu formula bayi. Untuk menjamin equivalensi gizi dari produk pangan olahan yang
menggantikan pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega .
Beras merupakan makanan pokok penduduk di beberapa bagian dunia seperti Asia
Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur. Indonesia yang berada di kawasan Asia Tenggara juga
mengandalkan beras sebagai makanan utama dengan tingkat konsumsi 139 kg/kapita/tahun.
Strategi yang bisa dilakukan untuk untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah program
diversifikasi pangan. Selain beras Indonesia juga memiliki sumber pangan lokal lain seperti
dapat diperoleh melalui beras yang difortifikasi dengan multimikronutrien. Meskipun mekanisme
ini tidak dapat dijelaskan secara rinci akan tetapi tampaknya peran zat gizi tersebut pada
meningkatkan kemampuan otak.17 Meskipun telah banyak studi yang memperlihatkan pengaruh
asam folat terhadap perkembangan otak dan fungsinya, tetapi masih terbatas penelitian pada
hewan. Oleh karena itu, penelitian pada manusia perlu dilakukan untuk melihat apakah efek
beras fortifikasi dengan pre-mix local khususnya kandungan asam folat yang adekuat dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak (peningkatan konsentrasi dan hasil belajar) (
Gamba1. Gambar 2.
Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) merupakan masalah gizi utama di Indonesia,
begitu juga di dunia. GAKI dapat berdampak pada semua kalangan usia, baik pada janin, bayi,
anak, remaja, dewasa sekalipun. GAKI yang paling umum terjadi di berbagai usia adalah
gondok. Gondok merupakan dampak dari kurangnya iodium yang terjadi kronis. Salah satu
upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi GAKI ditingkat populasi yaitu iodisasi atau
penambahan/fortifikasi iodium pada semua garam atau Universal Salt Iodization (USI).
Penentuan status iodium dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun metode penentuan
status iodium di populasi yang dianjurkan oleh WHO yakni melalui Ekskresi Iodium Urin (EIU).
EIU merupakan indikator paling tepat digunakan untuk melihat status iodium seseorang karena
nilai yang didapat merefleksikan asupan iodium seseorang saat itu. Hal ini dikarenakan sebagian
besar iodium yang diabsorbsi dalam tubuh diekskresikan melalui urin. Pengukuran EIU juga
Berdasarkan hasil studi kasus yang kami lakukan di wawonii, menurut bapak hendra
(penderita penyakit) penyakit gondok yang di awalinya tidak memiliki gejala apapun, ia juga
tidak merasa ada gejala yang timbul saat pertama terserang penyakit tersebut, akan tetapi
sebelum timbul penyakit gondok pada diri bapak hendra beliau pernah memeriksa dirinya ke
dokter terdekat dan kata dokter dirinya kekurangan iodium sehingga disarankan unuk
Iodium merupakan salah satu unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit di
dalam tubuh sehingga Iodium disebut sebagai mineral mikro. Walaupun jumlah yang dibutuhkan
sangat sedikit akan tetapi perannya sangat vital bagi kesehatan maupun perkembangan tubuh
dalam pembentukan hormon tiroid (Dunn, 1990). Menurut Kartono (1986), kebutuhan Iodium
sehari-hari untuk mencegah penyakit gondok adalah sebanyak 0,05-0,08 mikrogram atau 0,001
mikrogram per kilogram berat badan. Kekurangan mineral dalam jangka panjang akan
menyebabkan sejumlah gangguan kesehatan yang dikenal dengan gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKI).
Oleh karena itu perlu diupayakan fortifikan iodium untuk bahan pangan lain yang umum di
konsumsi masyarakat. Beras merupakan bahan pokok yang dikonsumsi dalam jumlah besar dan
digunakan lebih dari 90 penduduk Indonesia. Komponen utama dari beras ialah karbohidrat (85-
90%, berat kering), yang mayoritas adalah pati. Pati terdiri dari amilosa dan amilopektin, dan
Program fortifikasi sebaiknya dilaksanakan dan diikuti program gizi lainnya. Pendekatan
program yang dapat disertakan diantaranya pendidikan gizi, suplementasi, aktivitas kesehatan
masyarakat, dan perubahan konsumsi pangan. Program fortifikasi memiliki peranan yang sangat
penting, tentunya tidak sebatas pemenuhan gizi masyarakat tapi juga mempunyai arti
peningkatan kualitas perekonomian suatu negara. Begitu pentingnya program ini, ada wacana
diterjemahkan sebagai fortifikasi prematur, yakni fortifikasi bukan diberikan pada produk tapi
bahan-bahan hasil pertanian seperti padi sudah memiliki kandungan zat gizi yang sengaja
“ditambahkan” mulai dari saat budidaya. Biofortifikasi baru mulai dilakukan peneitian terhadap
padi.
2.2. Fortifikasi iodium
Iodium adalah suatu mineral yang esensial bagi tubuh,karena merupakan komponen
hormon THYROXINE. Iodium merupakan salah satu unsur yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Kekurangan iodium dapat menurunkan kecerdasan dan konsentrasi anak, gangguan pertumbuhan
2.2.2. Sumber Iodium
Lauk merupakan sumber utama iodium. Oleh karena itu, makanan lauk berupa ikan,
udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik. Di daerah pantai,
air dan tanah mengandung banyak iodium sehingga tanaman yang tumbuh didaerah pantai
mengandung cukup banyak iodium. Semakin jauh tanah itu dari pantai semakin sedikit pula
kandungan iodiumnya, sehingga tanaman yang tumbuh didaerah tersebut termasuk rumput yang
dimakan hewan sedikit sekali atau tidak mengandung iodium. Salah satu cara penanggulangan
kekurangan iodium ialah dengan fortifikasi pada bahan makanan. Fortifikasi yang dimaksud
adalah fortifikasi garam dapur dengan iodium dan bahan makanan lainnya seperti fortifikasi
2.2.3. Fortifikasi iodium
Fortifikasi iodium adalah penambahan iodium dalam jumlah tertentu pada suatu produk
pangan sedemikian rupa sehingga produk tersebut dapat berfungsi sebagai sumber penyedia
dalam beras sehingga beras tersebut berfungsi sebagai sumber penyedia iodium untuk
penduduk Indonesia. Fortifikasi dilakukan pada beras, karena beras merupakan bahan pangan
pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia saat
ini sekitar 150 kg/kapita, atau sekitar 200 g/hari, sedangkan kebutuhan iodium untuk
pertumbuhan normal pada manusia dewasa antara 120 – 150 µ g /hari (Antono, 1991). Dengan
demikian iodium sebagai fortifikan pada beras hanya diperlukan dalam kadar yang sangat kecil
(sekitar 750 µg /kg atau 0,75 ppm). Apabila dibandingkan dengan fortifikan iodium pada garam
yang dianjurkan, yaitu 80 ppm, maka tambahan biaya dalam pembuatan garam beriodium akan
jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya pembuatan beras beriodium (Depkes RI, 1999).
Komponen utama dari beras ialah karbohidrat (85-90%, berat kering), yang mayoritas
adalah pati. Pati terdiri dari amilosa dan amilopektin, dan senyawa ini dapat berikatan dengan
iodium. Oleh karena itu beras berpeluang besar untuk difortifikasi dengan iodium
Pembuatan beras beriodium sangat sederhana karena tidak perlu menggunakan peralatan
khusus. Dengan penambahan alat pengkabut fortifikan iodium pada komponen alat penyosoh
akan diperoleh hasil beras giling yang mengandung iodium. Fortifikan yang digunakan adalah
iodat 1 ppm. Larutan fortifikan dikabutkan dengan bantuan tekanan udara 40 psi yang berasal
dari kompresor, sehingga terjadi kabut fortifikan iodium. Debet fortifikan yang digunakan 4-5
– Fortifikasi iodium pada beras dapat lebih efektif dalam mengatasi beberapa penyakit karena
– Teknologi fortifikasi iodium dapat dilakukan di penggilingan padi yang tersebar di hampir
Manfaat / Aplikasi :
Beras beriodium akan sangat efektif untuk mengatasi penyakit yang disebabkan kekurangan
iodium pada masyarakat Indonesia yang berdampak terhadap perkembangan intelektual generasi
muda Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikan iodat + bahan pengikat (dextrosa 0.04%
dan sodium bikarbonat 0,006%) terpilih untuk pembuatan beras beriodium. Konsentrasi iodat +
bahan pengikat (dextrosa 0,04% dan sodium bikarbonat 0,006%) yang ada pada beras beriodium
7,47 ppm serta nasi beriodium tanpa cuci sebesar 4,6 ppm dan nasi dari proses pencucian
sebesar 2,65 ppm. Selama dalam penyimpanan beras beriodium dengan menggunakan
konsentrasi 1,0 ppm rasa nasi masih digemari dengan preferensi konsumen sebesar 90%
menyatakan suka, dan 10% menyatakan tidak suka. Selama dalam penyimpanan beras
beriodium, perkembangan asam lemak bebas dapat ditekan dengan menggunakan konsentrasi
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih nutrisi pada makanan. Tujuan
utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk
meningkatkan status gizi populasi. harus diperhatikan bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan
membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian sosiol ekonomis. Namun demikian,
fortifikasi pangan juga digunakan untuk menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan
gangguan yang diakibatkannya seperti defesiensi iodium yang mengakibatkan timbulnya GAKY
Fortifikasi iodium dalam beras adalah penambahan iodium dalam jumlah tertentu ke
dalam beras sehingga beras tersebut berfungsi sebagai sumber penyedia iodium untuk
Beras beriodium akan sangat efektif untuk mengatasi penyakit yang disebabkan
2.5 Saran
Dengan adanya fortifikasi atau penambahan iodium dalam bahan makanan diharapkan
diharapkan dapat menjadi acuan dalam menambah pengetahuan untuk mencoba membuat
fortifikasi iodium ke bahan makanan lain, agar dapat digunakan sebagai cara dalam pengurangan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi wahyu. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hariyadi, P. 1997. Pangan dan Gizi. apakabar@clark.net. Diakses tanggal 15 april 2012.
Kurniawati Ika. Mengenal zat aditif makanan. Jakarta : CV sinar cemerlang abadi.
Latthifah N dan Sri S. 2018. Faktor yang berhubungan dengan status iodium anak sekolah di
Indonesia. Jurnal Berkala Epidemiologi. 6(2) : 147-156
Nugraha sigit, 2008. Beras Fortifikasi Iodium. http://www.pustaka-deptan.go.id. diakses tanggal
17 april 2012.
Rachma R dan Syafaruddin L. 2010. Prospek Teknologi Pembuatan Beras Bergizi melalui
fortfikasi Iodium. Jurnal Pangan. 19(3) : 265-274
Siagian, A. 2003. Pendekatan Fortifikasi Pangan Untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Zat
Gizi Mikro, www.library.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 April 2012.
Suparitno cahyo. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.