I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. D
Usia : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl. Jendral Sudirman Gg. Manunggal 2C Bandung
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS: 2 September 2017
ANAMNESA TAMBAHAN
a. Gizi :Kuantitas : Cukup
Kualitas : Cukup
b. Penyakit menular : Ada
c. Penyakit keturunan : Tidak ada
d. Ketagihan : Tidak ada
e. Penyakit venerik : Tidak ada
c. Keadaan Pernafasan
Tipe : Thorakoabdominal
Frekuensi : 20 x/menit
Corak : Normal
Hawa/bau Nafas : Tidak ada bau
Bunyi Nafas : Tidak ada bunyi tambahan
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Tengkorak : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada kelainan
b. Muka
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada kelainan
c. Mata
Letak : Simetris
Kelopak Mata : Udem -/-
Kornea : Tidak ada kelainan
Refleks Kornea : +/+
Pupil : Bulat isokor
Reaksi konvergensi : +/+
Lensa Mata : Jernih
Sklera : Ikterik -/-
Konjungtiva : Anemi -/-
Iris : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Normal ke segala arah
Reaksi Cahaya : +/+
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Telinga
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada kelainan
Pendengaran : Tidak ada kelainan
e. Hidung
Inspeksi : Rhinore -/-, PCH -/-
Sumbatan : Tidak ada
Ingus : Tidak Ada
f. Bibir
Sianosis : Tidak ada
Khelitis : Tidak ada
Stomatitis Angularis : Tidak ada
Rhagaden : Tidak ada
Perlecha : Tidak ada
h. Lidah
Besar : Tidak ada kelainan
Bentuk : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Normal
Permukaan : Bersih licin
i. Rongga Mulut
Hiperemis : Tidak ada
Lichen : Tidak ada
Apthea : Tidak ada
Bercak : Tidak ada
j. Rongga Leher
Selaput lendir : Sulit dinilai
Dinding belakang pharinx : Sulit dinilai
Tonsil : Sulit dinilai
k. Leher
Inspeksi
Trakhea : Tidak ada kelainan
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Pembesaran Vena: Tidak ada
Pulsasi Vena : Tidak terlihat
Palpasi
KGB : Tidak ada pembesaran
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Tumor : Tidak ada
Otot Leher : Tidak ada kelainan
Kaku Kuduk : Tidak ada
m. Ketiak
Inspeksi
Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada
Palpasi
KGB : Tidak dilakukan pemeriksaaan
Tumor : Tidak dilakukan pemeriksaan
n. Pemeriksaan thorax
Thorax depan
Inspeksi
Bentuk Umum : Simetris
Sela Iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Sudut Epigastrium : <90o
Diameter Frontal Sagital :Frontal > sagital
Pergerakan : Simetris
Muskulatur : Tak ada kelainan
Kulit : Tak ada kelainan
Tumor : Tidak ada
Ictus Kordis : Tidak terlihat
Pulsasi lain : Tidak ada
Pelebaran Vena : Tidak ada
Palpasi
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Mamame : Tidak ada kelainan
Sela Iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Thorax/Paru
Pergerakan : Simetris, kanan = kiri
Vokal Fremitus : Kanan = kiri
Ictus Cordis : Tidak teraba
Lokalisasi :-
Intensitas :-
Pelebaran :-
Thrill :-
Perkusi
Paru-Paru : Sonor/sonor
Perkusi Perbandingan : Sonor/sonor
Batas paru Hepar : ICS V LMC Dextra
Peranjakan : 1 sela iga
Jantung
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS IV 2 cm ke arah medial linea midclavicularis
sinistra
Batas Atas : ICS II linea sternalis sinistra
Auskultasi
Paru-Paru
Suara pernafasan : Vbs normal/normal
Sura tambahan : Whezing -/-, Ronkhi -/-
Vocal Resonance : Kanan = kiri
Jantung
Irama : Reguler
Bunyi Jantung : M1 >M2 P1 >P2
T1 >T2 A1 >A2
Bunyi Jantung tambahan : Tidak ada
Bising Jantung :Tidak ada
Bising gesek jantung : Tidak ada
Thorax Belakang
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Pergerakan : Simetris
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Palpasi
Sela Iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Vocal fremitus : Kanan = kiri
Perkusi
Perkusi Perbandingan : Sonor/sonor
Auskultasi
Suara Pernafasan : VBS normal/normal
Suara tambahan : Wheezing -/-, Ronkhi -/-
Vocal Resonance : Kanan = kiri
o. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Datar
Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Umbilicus : Tidak menonjol
Pergerakan Usus : Tidak terlihat
Pulsasi : Tidak ada
Venektasi : Tidak ada
Auskultasi
Bising usus : (+) Frekuensi normal, Nada normal
Bruit : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Perkusi
Suara Perkusi : Tympani
Asites
Pekak Samping :-
Pekak Pindah :-
Fluid Wave :-
Palpasi
Dinding Perut : Lembut
Nyeri tekan lokal : Tidak ada
Nyeri tekan difus : Tidak ada
Nyeri lepas : Tidak ada
Defans muscular : Tidak ada
Hepar Tidak teraba
Besar :-
Konsistensi :-
Permukaan :-
Tepi :-
Nyeri tekan : Tidak ada
Lien : Tidak teraba
Pembesaran :-
Konsistensi :-
Permukaan :-
Insisura :-
Nyeri tekan :Tidak ada
Tumor/massa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Pemeriksaan balottemen : -/-
CVA : -/-
p. Lipat Paha
Inspeksi
Tumor : Tidak dilakukan pemeriksaan
KGB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hernia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi
Tumor : Tidak dilakukan pemeriksaan
KGB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pulsasi a.femoralis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi
A.Femoralis : Tidak dilakukan pemeriksaan
q. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
r. Sakrum : Tidak dilakukan pemeriksaan
s. Anus dan rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
t. Ekstremitas atas-bawah
Inspeksi
Bentuk : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Tidak terbatas
Kulit : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Edema : Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada
Palmar eritem : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Pulsasi arteri : Teraba
u. Sendi-sendi
Inspeksi
Kelainan bentuk : Tidak ada
Tanda radang : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Fluktuasi : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
b. Foto Thorax
Hasil foto thorax:
- Cor tidak membesar, CTR < 50%
- Corakan bronkovaskuler bertambah
- Tampak bercak lunak di apex-lapang tengah dan bawah paru kanan serta
apex-lapang bawah paru kiri
Kesan:
- Gambaran TB paru aktif
- Tidak tampak kardiomegali
V. Resume
Pasein Ny. D, perempuan, usia 37 tahun datang dengan keluhan batuk.
Pasien mengeluh batuk sejak ±3 minggu yang lalu. Batuk dirasakan terus-
menerus. Keluhan batuk disertai dahak berwarna hijau tanpa disertai darah.
Keluhan batuk disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi terutama pada
malam hari, keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan hingga 7 kg dan lemas badan. Keluhan tidak disertai adanya sesak
nafas ataupun nyeri dada sebelah kanan atas.
Pasien sebelumnya sudah berobat ke Puskesmas, diberikan obat batuk
namun tidak ada perbaikan. Kemudian pasien berobat lagi dan dilakukan
pemeriksaan dahak. Hasil pemeriksaan dahak menunjukkan 2 kali positif. Dari
hasil pemeriksaan dikatakan pasien menderita infeksi paru-paru dan diberikan
obat berwarma merah yang harus dikonsumsi selama 6 bulan. Saat ini pasien
sudah mengkonsumsi obat selama 1 minggu, namun belum ada perbaikan.
Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Tidak ada di
keluarga yang mengalami keluhan serupa, terdapat di lingkungan sekolah yang
mengalami batuk lama. Tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan diabetes
mellitus.
Darah Rutin
Hemoglobin : 9,3 g/dl
Eritrosit : 4,0 juta/uL
Leukosit : 9.600 mm3
Hematokrit : 28,6 %
Trombosit : 314.000 mm3
MCV: 71,0
MCH: 23,1
MCHC: 32,5
RDW: 16,4
HJ : Basofil 0,4 % /Eosinofil 0,4 % /Segmen 77,4 %/ Limfosit 12,2 %/,
Monosit 9,6 %
Foto Thorax
IX. Pengobatan
Umum
- Istirahat cukup
- Nutrisi yang baik
Khusus
- Regimen 2RHZE/4RH
OAT tunggal
Isoniazid tablet 300 mg 1 dd 1
Rifampisin tablet 450 mg 1 dd 1
Pirazinamid tablet 500 mg 2 dd 1
Ethambutol tablet 500 mg 2 dd 1
Atau OAT kombinasi
4 FDC tablet 1 dd 3
- Vit B6 tablet 10 mg 1 dd 1
- Domperidone tablet 10 mg 3 dd 1
R/ 4 FDC tablet No XC
S 1 dd 3 tablet
R/ Piridoksin tablet 10 mg No XXX
S 1 dd 1 tablet
R/ Domperidone tablet 10 mg No XXX
S 1 dd 1 tablet
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.
Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia. Pada tahun 1992, World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan TB sebagai Global Emergency. Jumlah kasus terbanyak berada
pada regio Asia Tenggara yaitu 35% dari seluruh kasus TB di dunia. Menurut
data WHO tahun 2009, terdapat lima negara dengan insidensi kasus TB terbanyak
yaitu India, China, Afrika Selatan, Nigeria, dan Indonesia.
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama pada penderita HIV. Di
Afrika, HIV merupakan satu-satunya faktor utama yang menyebabkan
peningkatan insidens TB sejak tahun 1990.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis bersifat aerob, berbentuk batang lurus atau
sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Dinding M.tuberculosis
sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak tinggi dengan penyusun utama asam
mikolat, lilin kompleks, cord factor, polisakarida. Struktur dinding yang
kompleks menyebabkan M.tuberculosis tahan asam.
Gejala Klinis
a. Anamnesis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratori :
Batuk ≥ 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala Sistemik
Demam
Gejala sistemik lain, yaitu : malaise, keringat malam, anoreksia,
dan berat badan menurun.
3. Gejala TB Ekstraparu
Gejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis. Pada pleuritis
TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan tergantung dari organ yang
terlibat. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit
sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta
daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara
lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pada pleuritis TB, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan redup atau pekak, pada auskultasi
suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis TB, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering
didaerah leher (pikirkan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess.
Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersihkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara bebas selama 1-2 jam,tergantung dari ada tidaknya
sinar ultra violet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap, kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi
terhisap oleh oang sehat , ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru.
Kuman ddapat masuk lewat luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang
terjadi.
Kuman yang menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lain. Kuman
yang bersarang tadi akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer atau afek primer. Dari sarang primer akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju illus (limfangitis lokal), dan juga diikuti
pembesaran kelenjar getah bening hillus (limfadenitis regional). Sarang primer +
limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hillus atau kompleks (sarang) Ghon
3) Berkomplikasi dan menyebar secara :
a. Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama tertelan besama sputum dan
ludah sehingga menyebar ke usus
c. Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Semua kejadian diatas tergolong ke dalam perjalanan tuberklosis primer.
b. Tuberkulosis Post-Primer
Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-ahun
kemudian sebagai infeksi endoen menjadi tuberkulosis dewasa (Post-Primer).
Tuberkulosis Post-Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio
atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior).Invasinya
adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru. Sarang dini
ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang
ini menjadi tuberkelyakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan
sel Datia-Langhans (sel besar dengan banak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel
limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.
Bergantung dari imunitas penderita,virulensi, jumlah kuman,sarang dapat
menjadi:
1) Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
2) Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dan menimbulkan
jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras,
menimbulkan perkapuran dan akan sembuh delam bentuk perkapuran.
B. Dosis OAT
Penentuan dosis terapi KDT 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah
ditentukan oleh WHO, merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam
batas dosis terapi dan non toksik. Pada kasus yang mendapat obat KDT tersebut,
apabila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit/dokter
spesialis paru/fasilitas yang mampu menanganinya.
D. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinik
• Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
• Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit
• Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
Komplikasi
Pada pasien TB dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum
pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah : batuk darah, pneumotoraks,
gagal napas, atau gagal jantung. Pada keadaan komplikasi harus dirujuk ke
fasilitas yang memadai.
\
DAFTAR PUSTAKA