Diagnosa/Diagnosa Kerja :
Dokter : Efusi Pleura
Co-Ass : Efusi Pleura Bilateral ec Suspek TB
A. ANAMNESA (Auto/Hetero)
ANAMNESIS KHUSUS :
Pasien mengeluh sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, keluhan sesak
nafas dirasakan terus menerus, semakin bertambah berat. Sesak nafas tidak
berhubungan dengan aktivitas. Keluhan sesak tidak diperburuk oleh cuaca dingin,
debu, maupun makanan tertentu. Keluhan sesak tidak disertai mengi. Pasien
mengaku lebih nyaman tidur berbaring ke kiri. Keluhan sesak nafas tidak disertai
adanya bengkak pada kedua kelopak mata yang timbul pada pagi hari dan
berkurang pada sore hari.
Keluhan didahului adanya batuk sejak 3 minggu yang lalu. Batuk disertai
dahak berwarna putih. Keluhan juga didahului adanya panas badan tidak terlalu
tinggi yang hilang timbul, keringat yang banyak pada malam hari, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan hingga 6 kg.
Pasien sudah berobat ke Kesdim kemudian diberikan obat batuk dan
penurun panas namun keluhan tidak membaik. Pasien baru pertama kali
mengalami keluhan seperti ini. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak
ada. Tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.
Keadaan sirkulasi
Tekanan darah kanan : 100/60 mmHg kiri : 100/60 mmHg
Nadi kanan : 100 x/menit,regular,equal,isi cukup
Nadi kiri : 100 x/menit,regular,equal,isi cukup
0
Suhu : 37,6 C
Keringat dingin : tidak ada Sianosis : Tidak ada
Keadaan pernapasan
Tipe : Abdomino thorakal
Frekuensi : 28 x/menit
Corak : Normal
Hawa/bau nafas : Tidak ada kelainan
Bunyi nafas : Tidak ada kelainan
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
7. Gigi dan gusi
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8. Lidah
Besar : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Tidak ada kelainan
Bentuk : Tidak ada kelainan
Permukaan : basah, bersih
9. Rongga mulut
Hiperemis : Tidak ada
Lichen : Tidak ada
Aphtea : Tidak ada
Bercak : Tidak ada
b. Leher
1. Inspeksi
Trakea : Tidak ada kelainan, deviasi (-)
Gld. Tiroid : Tidak terlihat membesar
Pembesaran vena : Tidak terlihat
Pulsasi vena leher : Tidak terlihat
Tekanan vena : JVP Tidak meningkat
2. Palpasi
Kel. getah bening : Tidak teraba
Kel. tiroid : Tidak teraba
Tumor : Tidak ada
Otot leher : Tidak ada kelainan
Kaku kuduk : Tidak ada
c. Ketiak
- Inspeksi
Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada
- Palpasi
Kel. Getah bening : Tidak teraba
Tumor : Tidak ada
d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
Inspeksi
Bentuk umum : asimetris, thorax kiri terlihat lebih cembung
Diameter frontal dan sagital: Ǿ frontal < Ǿ sagital
Sudut epigastrium : < 900
Sela iga : Tidak ada kelainan
Pergerakan : asimetris, thorax kiri tertinggal
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak terdapat benjolan
Ictus cordis : Tidak terlihat
Pulsasi lain : Tidak ada
Pelebaran vena : Tidak terlihat
Palpasi
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Mammae : Tidak ada kelainan
Sela iga : melebar mulai ICS IV sinistra
Paru-paru Kanan Kiri
- Pergerakan : Normal Tertinggal
- Vokal fremitus : Normal Menurun
- Jantung
Batas atas : ICS II Linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : tidak dapat ditentukan
Auskultasi
- Paru-paru Kanan Kiri
Suara pernafasan pokok : VBS VBS menurun mulai ICS IV
Suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-
Vokal resonasi : Normal Menurun mulai ICS IV
- Jantung
Irama : regular
Bunyi jantung pokok : M1 > M2; P1 < P2
T1 > T2 A2 > P2 A1 < A2
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising jantung : Tidak ada
Bising gesek jantung : Tidak ada
Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : asimetris
Pergerakan : asimetris
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Palpasi Kanan Kiri
Sela iga : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Vocal fremitus : Normal Menurun
e. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Kulit : Tidak ada kelainan, spider nevi (-)
Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
Pergerakan waktu nafas: Tidak ada kelainan
Pergerakan usus : Tidak terlihat
Pulsasi : Tidak ada
Venektasi : Tidak ada
Palpasi
Dinding : lembut
Nyeri tekan lokal : Tidak ada
Nyeri tekan difus : Tidak ada
Nyeri lepas : Tidak ada
Defance muskuler : Tidak ada
Hepar : Tidak teraba
Besar :-
Konsistensi :-
Permukaan :-
Tepi :-
Nyeri tekan :-
Lien : Tidak teraba, ruang traube kosong
Perbesaran :-
Konsistensi :-
Permukaan :-
Insisura :-
Nyeri tekan :-
Tumor/massa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Nyeri tekan : -/-
Perkusi :
Suara perkusi : thympani
Ascites
- pekak samping : Tidak ada
- pekak pindah : Tidak ada
- fluid wave : Tidak ada
Auskultasi
Bising usus : (+) normal
Bruit : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. DARAH RUTIN
HEMATOLOGI
- Hemoglobin : 12.1 g/dl
- Eritrosit : 4.0 x 106/uL
- Leukosit : 5.2 x 103/uL
- Hematokrit : 29.5 %
LED 1 jam : 30
LED 2 jam : 42
B. FOTO THORAX
Hasil foto Thorax :
Cor sulit dinilai, batas kiri berselubung
Sinus & diafragma bilateral berselubung
Pulmo :
Tampak bercak lunak di apex – lapang tengah paru bilateral
Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax bilateral
Kesan :
Efusi pleura bilateral
Tidak tampak kardiomegali
RESUME
Anamnesis :
Pasien mengeluh sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, keluhan sesak
nafas dirasakan terus menerus, semakin bertambah berat. Sesak nafas tidak
berhubungan dengan aktivitas. Keluhan sesak tidak diperburuk oleh cuaca dingin,
debu, maupun makanan tertentu. Keluhan sesak tidak disertai mengi. Pasien
mengaku lebih nyaman tidur berbaring ke kiri. Keluhan sesak nafas tidak disertai
adanya bengkak pada kedua kelopak mata yang timbul pada pagi hari dan
berkurang pada sore hari.
Keluhan didahului adanya batuk sejak 3 minggu yang lalu. Batuk disertai
dahak berwarna putih. Keluhan juga didahului adanya panas badan tidak terlalu
tinggi yang hilang timbul, keringat yang banyak pada malam hari, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan hingga 6 kg.
Pasien sudah berobat ke Kesdim kemudian diberikan obat batuk dan
penurun panas namun keluhan tidak membaik. Pasien baru pertama kali
mengalami keluhan seperti ini. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak
ada. Tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.
Pemeriksaan Fisik :
-Kesadaran : compos mentis -Kesan sakit : Sakit ringan
-Tekanan Darah : 100/60 mmHg -Nadi : 100x/menit
-Respirasi : 28x/menit -Suhu : 37,6°C
Thorax :
Pulmo :
Inspeksi : asimetris, bentuk dan pergerakan thorax sinistra tertinggal
Palpasi : Sela iga kiri melebar mulai ICS IV
Vocal Fremitus kiri menurun mulai ICS IV
Perkusi : Dull mulai dari ICS IV sinistra , dan Dull mulai ICS VI
dextra
Auskultasi : VBS kiri menurun mulai ICS IV
Vocal resonance kiri menurun mulai ICS IV
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil foto Thorax :
Cor sulit dinilai, batas kiri berselubung
Sinus & diafragma bilateral berselubung
Pulmo :
Tampak bercak lunak di apex – lapang tengah paru bilateral
Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax bilateral
Kesan :
Efusi pleura bilateral
Tidak tampak kardiomegali
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
1. Efusi Pleura Bilateral ec Suspek TB
2. Efusi Pleura Bilateral ec non TB
DIAGNOSIS KERJA
Efusi Pleura Bilateral ec Suspek TB
USUL PEMERIKSAAN
- Pemeriksaann sputum
- Analisa cairan pleura
Makroskopis : Warna, kekeruhan
Mikroskopis : Jumlah sel,hitung jenis sel
Biokimiawi : BJ,PH,Protein,glukosa,rivalta
- Adenosin Deaminase (ADA) cairan pleura
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
-Obat OAT
Panduan Obat 2RHZE/4RH
Dosis OAT
• Rifampisin :10 mg/ kg BB, dosis maksimal 600mg atau :
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
• INH 5 mg/kg BB/hari, 10 mg /kg BB/kali 3x seminggu, dosis maksimal 300mg
atau:
BB > 60 kg : 300 mg
BB 40-60 kg : 300 mg
BB < 40 kg : 300 mg
• Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB/hari, 35 mg/kg BB/kali 3x seminggu
semingggu, atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
• Etambutol : fase intensif 15 mg /kg BB/hari, 30mg/kg BB/kali 3x seminggu
atau:
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Resep
R/ Rifampisin tab 450 mg no. XXX atau R/ 4KDT tab no. XC
S 1 dd I S 1 dd III
R/ Isoniazid tab 300 mg no. XXX
S 1 dd I
R/ Pirazinamid tab 500 mg no. LX
S 1 dd II
R/ Etambutol tab 500 mg no. LX
S 1 dd II
R/ Piridoksin tab 10 mg no. XXX
S 1 dd I
PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan
parietalis. Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan
yang menghambat pengembangan paru-paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi
ini dapat diakibatkan penekanan pada paru-paru akibat penimbunan udara, cairan
darah atau nanah dalam rongga pleura. Nyeri akibat peradangan atau fibrosis
pleura juga dapat menyebabkan pembatasan pengembangan dada.
Salah satu gangguan pada pleura yaitu berupa efusi pleura dimana terjadi
peningkatan jumlah cairan dalam rongga pleura yang normalnya berisi sekitar 10-
200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecali pada
cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam, yaitu : tuberkulosis paru
(merupakan penyebab yang palng sering di Indonesia), penyakit primer pada
pleura, penyakit penyakit sistemik dan keganasan baik pada pleura maupun diluar
pleura.
ANATOMI PLEURA
Pleura visceralis dan parietalis bersatu di daerah hillus arteri dan mengadakan
penetrasi dengan cabang utama bronkhus, arteri dan vena bronkhialis, serabut
saraf dan pembuluh limfe.Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks.
Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial,jaringaan ikat,Dan
dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yan sangat tipis. Rongga pleura
dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai sistem transmisi antara paru
dan dinding thorak. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut
pleura viseralis,sedangkan membran serosa yang melapisi dinding
thorak,diafragma,dan mediatinum disebut pleura parietalis.
Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan
mediastinum. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini,
terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis,di antaranya :
Pleura visceralis :
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis
<30 µm
Di antara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi
fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan
serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang
banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a.
Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringan paru
Fungsinya untuk mengabsorbsi cairan pleura
Pleura parietalis :
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
(kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a.
Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak
reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan
temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan
alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan (transudat) ke dalam rongga
pleura tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga terjadi
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-
kira 16,8 ml (pada orang dengan berat badan 70 kg). Kemampuan untuk
reabsorpsinya dapat meningkat sampai 25 kali. Apabila antara produk dan
reabsrpsinya tidak seimbang (produksinya meningkat atau reabsorpsinya
menurun) maka akan timbul efusi pleura.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan
selajutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura visceralis
melalui sistem limfatik dan vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis
kepleura visceralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan
tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh sistem limfatik dan
hanya seagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan pada leura visceralis adalah terdapatnya banya
mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila :
1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan
pembentukan cairan leura melalui pengaruh terhdaphukum Starling.
Keadaan ni dapat terjadi pada gagaljantung kanan, gagal jantung kiri dan
sindroma vena kava superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis,
baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan leura dapat menarik lebih
banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
4. Hipoproteinemi seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan
transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleura parietalis. Saluran limfe bermuara
pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan
menghambat pengosongan cairan limfe.
ETIOLOGI
A. Berdasarkan jenis cairan
Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk
menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan
cairan pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita
efusi pleura jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau
faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura
mengalami perubahan.
Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan
dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran
kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan pleura. Efusi
pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini,
sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini :
1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6
3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang
normal di dalam serum.
PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT
Warna Jernih Jernih,keruh,berdarah
Bj < 1,016 > 1,016
Jumlah set Sedikit Banyak (> 500 sel/mm2)
Jenis set PMN < 50 % PMN < 50 %
Rivalta Negatif Positif
Glukosa > 60 mg/dl (=GD < 60 mg/dl (bervariasi)
Protein plasma) > 2,5 g/dl
Rasio protein T-E / < 2,5 g/dl >0,5
plasma <0,5 >200 IU/dl
LDH <200 IU/dl >0,6
Rasio,LDH T-E / plasma <0,6