Oleh
Budi Susanto, S.Pd., M.Pd
NIP : 19670815 199512 1003
Guru Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Elektroika
di SMK Negeri 2 Kudus Jawa Tengah
Adalah benar-benar merupakan karya asli saya dan bukan merupakan plagiasi.
Apabila di kemudian hari terbukti karya ini merupakan hasil plagiasi, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
iii
ABSTRAK
Penyolderan adalah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh pesera didik
SMK Jurusan Teknologi Elektronika. Dikarenakan menyolder berkaitan dengan
prosedur dan pembiasaan, maka kompetensi ini tidak semudah yang dibayangkan.
Dibutuhkan proses panjang untuk mendapatkan hasil yang setara dengan produk
industri. Guru sering mengalami kesulitan dalam menyajikan demonstrasi yang tepat
dan mudah dipahami peserta didik.
Kesulitan yang dialami diantaranya adalah faktor pengendalian panas pada
media yang disolder. Apabila panas terlalu tinggi komponen elektronika dapat
mengalami kerusakan, sedangkan apabila sistem kurang panas maka hasil
penyolderan tidak maksimal. Pengaturan panas merupakan hal penting tetapi tidak
ada alat ukur panas dalam proses penyolderan, untuk mengetahui tepat dan tidaknya
panas dalam penyolderan elektronika dibutuhkan insting yang tepat. Kesulitan-
kesulitan inilah yang membuat produk penyolderan dari peserta didik tidak
memenuhi standar industri.
Metode Step Procedure Counting merupakan solusi untuk pelaksanaan
pembelajaran praktik penyolderan elektronika. Metode Step Procedure Counting
memudahkan guru dalam memberikan contoh/demonstrasi pelaksanaan penyolderan,
serta peserta didik dapat meniru dengan mudah. Penulis telah melakukan dan
mengembangkan metode ini sejak tahun 2008. Peserta didik antusias mengikuti
pembelajaran dengan metode ini, serta mayoritas hasil produk penyolderan dari
peserta didik termasuk dalam kategori baik dan sesuai standar industri
iv
PRAKATA
Puji syukur atas kemurahan dan kemudahan yang telah diberikan Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa, sehinggalaporan/karya tulis ilmiah dengan judul “Step
Procedure Counting Metode Inovatif Pembelajaran Penyolderan untuk Ciptakan
Teknisi Elektronika Handal”dapat penulis selesaikan dengan baik.
Banyak pihak yang penulis libatkan nantinya dalam penelitian ini, untuk
itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada :
1. Orang tuaku terkasih, istriku tercinta, anak-anakku tersayang, serta mertuaku
yang sabar, yang selalu memberi motifasi.
2. Bapak Drs. Harto Sundoyo., M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kudus
yang selalu memberikan bimbingan,dorongan serta arahan.
3. Kawan-kawan pembangun insan cendekia di jurusan elektronika SMK Negeri 2
Kudus yang sering penulis ajak berdiskusi dan memberi banyak masukan.
4. Murid-muridku di SMK Negeri 2 Kudus, sukses selalu untuk kalian.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan penu-
lisan selanjutnya, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibu-
tuhkan.
Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan, terutama di SMK yang memiliki jurusan teknik elektronika. Amin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 11
B. Permasalahan ..................................................................................... 22
C. Pendekatan Penyelesaian Masalah .................................................... 33
D. Tujuan dan Manfaat .............................................................................. 3
Daftar Pustaka
Lamiran-lampiran
vi
DAFTAR GAMBAR TABEL DAN LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Produk penyolderan elektronika pada kondisi ini memiliki proporsi yang buruk,
kuat mekanisnya rendah, mudah
sekali mengelupas dan
konduktifitasnyapun buruk. Target
yang harus dicapai saat praktik,
diharapkan peserta didik memiliki
hasil produk penyolderan yang
dilakukannya sebagai produk
penyolderan yang berkualitas atau
Gambar 2. Hasil Penyolderan memenuhi standar produk
Berkualitas
industi, produk yang dihasilkan di-
harapkan dapat dilihat sebagaimana ilustrasi Gambar 2 di atas.
Salah satu tuntutan Kurikulum 2013 adalah bagaimana guru dapat
mengkondisikan peserta didik sebagai pusat belajar (Studen Centred) dan dalam
proyeksi besar dapat menjadi generasi emas Indonesia tahun 2045 pada bidangnya
masing-masing. Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang paling
familiar dilakukan untuk Kurikulum 2013 pada SMK Teknologi dan Rekayasa.
Pembelajaran model ini dilakukan untuk mengkondisikan peserta didik sebagai
pusat belajar . Khusus untuk Jurusan Teknologi Elektronika proyek yang paling
sering dilakukan adalah melakukan perakitan/rekayasa perangkat elektronika.
Hasil proyek peserta didik tentunya tidak akan menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan industri apabila peserta didik tidak memilki kompetensi
penyolderan elektronika secara sempurna.
B. Permasalahan
Dari paparan latar belakang di atas permasalahan yang sering dijumpai
di SMK Jurusan Teknik Elektronika umumnya dan di SMK Negeri 2 Kudus
khususnya adalah
1. Bagaimana teknik mengajarkan kompetensi penyolderan elektronika secara
efektif dan efisien agar pesera didik dapat menguasai kompetensi ini dengan
menghasilkan produk sesuai dengan standar industri?
2. Bagaiamana dampak atau hasil dari pengajaran teknik penyolderan Step
Procedure Counting sebagai solusi pada permasalahan di atas?
2
C. Pendekatan Penyelesaian Masalah
Menyolder sebenarnya bukan sekedar ketrampilan menggunakan solder
yang sudah panas untuk melekatkan timah solder pada kaki komponen elektronika
di PCB. Ada prosedur perlakuan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan panas
solder untuk mendapatkan hasil penyolderan yang sempurna. Peserta didik pada
praktik perdana di kelas X banyak yang tidak mengetahui perlakuan tepat untuk
penyolderan elektronika. Kecuali itu mereka mengalami rasa canggung dan
gamang saat melakukan penyolderan. Dampak dari kondisi ini akan menghasilkan
penyolderan yang tidak bisa maksimal.
Sesuai dengan pengalaman penulis, untuk mengatasi permasalahan pada
pesera didik dan guru saat melakukan praktik penyolderan elektronika tersebut
penulis melakukan inovasi metode pembelajaran praktik penyolderan elektronika
berbasis pengelolaan panas. Agar lebih familier metode inovatif ini penulis sebut
metode Step Procedure Counting untuk penyolderan elektronika. Penulis telah
mengembangkan dan menggunakan metode ini sejak tahun 2008 pada saat
pembelajaran praktik di Jurusan Teknik Elektronika Audio Video SMK Negeri 2
Kudus.
3
BAB II
IMPLEMENTASI BEST PRACTICES
A. Pemecahan Masalah
1. Kajian Teori
Produk penyolderan elektronika dapat diperoleh dengan hasil yang
memenuhi standar industri apabila prosedur penyolderan yang dilakukan
memenuhi persyaratan. Sebagaimana dibahas di atas, persyaratan dimaksud
adalah hasil produk memiliki kuat mekanis, proporsional dan memiliki
konduktifitas yang tinggi. Daryanto (2011:38) menyatakan hasil patrian atau
solderan yang baik adalah komponen elektronika harus menempel erat serta
komponen-komponen harus terhubung secara elektris yang baik. Pekerjaan
penyolderan elektronika/pematrian kelihatannya memang mudah, akan tetapi agar
mengahasilkan produk yang baik memerlukan latihan yang benar dan cukup
banyak. Wasito (2004:280) menyatakan solderan yang baik timahnya mengkilat,
dan merembes ke segala arah. Semua bagian yang bersentuhan tertutup oleh
timah. Hasil penyolderan seperti ini dapat terjadi jika hal-hal yang mendukung
terhadap kesempurnaan hasil penyolderan terpenuhi.
Ilustrasi bentuk hasil penyolderan yang memenuhi standar industri
dapat dilihat pada Gambar 3a di bawah ini.
Bentuk seperti Gambar 3a
di samping dapat terjadi
apabila dalam penyolderan
panas yang ditimbulkan
solder tepat terjadi pada
kaki komponen, tembaga
PCB dan timah bahan
penyolderan, suhu tepat
Gambar 3. Penampang Hasil Penyolderan
dimaksud berkisar 3000 C.
4
Sedangkan untuk hasil produk pada Gambar 3c terjadi sebaliknya, tembaga PCB
sudah cukup panas akan tetapi kaki komponen kurang panas. Parameter yang lain
yang menyebabkan hasil produk tidak memenuhi syarat adalah karat pada kaki
komponen dan PCB serta mata solder yang tidak memenuhi syarat.
Pengaturan panas pada penyolderan elektronika merupakan hal yang
sangat penting, sayangnya solder manual tidak dilengkapi dengan peralatan
pengatur panas. Apabila panas yang diberikan pada bahan dan media penyolderan
kurang, maka timah tidak dapat meleleh dan memadat dengan sempurna.
Sedangkan apabila panas yang diberikan terlalu tinggi akan merusak komponen
elektronika yang disolder.
Komponen elektronika aktif tidak dapat menahan suhu diatas 350 0 C,
(Alonso. 2002:3). Panas yang berlebihan juga akan merusak lapisan tembaga pa-
da PCB, lapisan tembaga ini dapat terbakar dan mengelupas. Menurut Handayani
(2008:97) saat dilakukan penyolderan waktu penyolderan untuk setiap titik tidak
boleh lebih dari 8 detik. Penentuan waktu maksimal tersebut adalah agar saat dil-
akukan penyolderan elektronika suhu komponen berkisar 300º - 400º C. Apabila
suhu ini dapat dipertahan, keandalan kerja komponen elektronika tidak mengala-
mi penurunan akibat panas yang diderita. Dengan demikian pengaturan panas
merupakan hal yang sangat penting. Lalu bagaimana agar dalam proses
penyolderan panas yang diberikan dapat sesuai?
Proses dari penyolderan
elektronika dibutuhkan perangkat
penyolderan yang memenuhi syarat.
Persyarat dimaksud adalah solder yang
sempurna (mata solder lancip), timah
dengan titik leleh yang sesuai, kaki dan
tempaga PCB yang bersih dari
oksida/karat, serta suhu yang tepat dalam
Gambar 4. Mata Solder
proses penyolderan. Layak Pakai
Setelah semua perangkat terpenuhi, selanjutnya dibutuhkan teknik
pelaksanaan penyolderan yang dapat memenuhi standar suhu penyolderan,
sehingga dapat menghasilkan produk penyolderan yang memenuhi persyaratan
5
industri. Inovasi pembelajaran penyolderan elektronika dengan pola Step
Procedure Counting merupakan solusi efektif dan efisien untuk menyampaikan
teknik pemnyolderan kepada peserta didik, sihingga peserta didik paham kapan
melakukan pemanasan kaki komponen dan PCB, meletakkan tenol pada titik
peyolderan dan melepaskan mata solder dari titik penyolderan.
Penulis melakukan pengukuran panas
solder berbanding waktu dengan
ilustrasi sebagaimana pada Gambar 5.
Pengukuran menujukkan bahwa
konveksi panas mata solder pada
detik ke 4 adalah berkisar 258 C.
Suhu ini sudah memenuhi syarat
Gambar 5. Pengukuran Konfeksi untuk melelehkan tenol dan aman
Panas pada Mata Solder terhadap komponen elektronika.
Pengukuran ini dapat digunakan sebagai patokan suhu pada pada proses
penyolderan. Hasil pengukuran suhu lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
a. Step
Maksudnya adalah penyolderan elektronika harus dilakukan step by step.
Dimana step yang dilalui adalah menyediakan piranti penyolderan yang
6
memenuhi syarat keamanan dan penggunaan, dilanjutkan pelaksanaan
penyolderan dengan prosedur yang benar.
b. Procedure
Maksudnya adalah pelaksanaan penyolderan yang memenuhi prosedur agar
komponen elektronika tidak rusak akibat panas, serta menghasilkan produk
yang memenuhi standar industri.
c. Counting
Pelaksanaan prosedur penyolderan dengan cara melakukan hitungan (Acount)
dimana setiap tahap hitungan setara dengan satu detik sebagaimana analisis
hasil pengukuran konfeksi panas mata solder.
Definisi di atas menujukkan metode Step Procedure Counting untuk
penyajian praktik penyolderan elektronika secara lengkap dapat dijabarkan
sebagai pembelajaran praktik penyolderan elektronika dengan mengajak peserta
didik untuk melakukan pekerjaan penyolderan sesuai dengan prosedur persiapan
yang benar dilanjutkan dengan menyolder dengan pola hitungan dimana setiap
hitungan setara dengan satu detik. Hitungan dimaksud benar-benar diucapkan oleh
peserta didik saat berlatih menyolder. Dari latihan ini peserta didik akan terbiasa
dan terbangun habis dan insting kapan harius dilekatkan mata solder pada titik
penyolderan dan kapan harus melepaskannya.
Latihan sebagaimana tersebut diatas selaras dengan pola belajar
berorentasi aktifitas peserta didik. Belajar berorientasi aktifitas peserta didik
merupakan belajar dengan pola student center atau pembelajaran berpusat pada
peserta didik. Pembelajaran ini tidak hanya mengembangkan aspek intelektualitas
saja, akan tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Pengem-
bangan potensi peserta didik mutlak sebagai konsentrasi pada pembelajaran beroi-
entasi pada peserta didik (Sanjaya, 2006: 135-145). Kecuali itu pola belajar seperti
ini selaras dengan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005, pada Bab IV Pasal
19. Pada pasal ini disebutkan bahwa proses pembelajaran dalam satuan pendidi-
kan diselenggarakan secara interkatif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup pada prakarsa , kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
7
Secara lebih rinci tahap hitungan pada metode pembelajaran Step
Procedure Counting untuk penyolderan elektronika dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Gambar Tahapan dalam Step Procedure Counting
PROCEDURE COUN
STEP TING
3 Melepaskan / mengangkat
solder dan tenol dari obyek
penyolderan bersama sama 8
pada hitungan ke 8
1 hitungan
8
implementasi dari metode ini untuk praktik penyolderan elektronika tingkat
pemula (kelas X) dengan cara sebagai berikut
a. Eksplorasi
Eksplorasi dimaksud peserta didik
melakukan latihan awal
penyolderan elektronika sebanyak-
banyaknya pada pin matrik PCB.
Eksplorasi dimaksud agar peserta
didik dapat menemukan sendiri
(penerapan model Inkuiri) teknik
penyolderan yang tepat. Tahap ini Gambar 6. Inkuiri Mencoba Sendiri
dapat diberikan dengan cara Terlebih Dahulu
9
mengucapkan hitungan satu sampai delapan secara tersetruktur, dimana setiap
hitungan setara dengan satu detik.
Pada hitungan satu
sampai tiga peserta didik
melekatkan solder pada titik
penyolderan dengan panas
mata solder mengenai kaki
komponen dan pin PCB
tempat penyolderan. Pada hi- Gambar 7. Pendampingan Terstruktur
tungan satu sampai tiga ini terjadi proses pemanasan secara konfeksi dari mata
solder ke kaki komponen dan pin tembaga PCB. Panas yang terjadi kurang dari
3000 C, sehinggah aman untuk dilakukan penyolderan.
Pada hitungan ke empat sampai tujuh peserta didik melekatkan tenol,
selama kurang lebih empat didik tenol dicairkan, selanjutnya hitungan ke
delapan mengangkat tenol dan solder secara bersamaan. Langkah ini
dimaksudkan untuk membangun kebiasaan dan insting dalam penyolderan
elektronika. Apabila sudah mahir peserta tidak perlu melakukan hitungan yang
diucapkan, karena sudah terbangun kebiasaan.
B. Hambatan
Hambatan berarti dari impemetasi motode Step Procedure Counting
untuk pembelajaran praktik penyolderan elektronika di SMK Negeri 2 Kudus
nyaris tidak ada. Peserta didik antusias untuk dapat melaksanakan praktik
penyolderan dengan hasil terbaik.
Hambatan yang mungkin akan ditemui pada sekolah-sekolah lain bila
menerapkan metode ini adalah berkaitan dengan sarana prasarana khususnya
ketersediaan daya listrik. Apabila semua peserta didik melakukan praktik
penyolderan elektronika secara mandiri, maka daya listrik yang disediakan cukup
besar. Kecuali itu apabila informasi awal berkaitan dengan metode Step
Procedure Counting untuk pembelajaran praktik penyolderan elektronika
disampaikan melalui video telephone celluler dimungkinkan tidak semua sekolah
mengijinkan peserta didiknya membawa perangkat ini ke sekolah.
10
C. Alat yang Digunakan
Peralatan yang digunakan untuk mendukung implementasi metode Step
Procedure Counting untuk pembelajaran praktik penyolderan elektronika adalah
toll set penyolderan elektronika yang memenuhi syarat.
Persyaratan dimaksud
adalah mata solder
yang lancip dan bersih
dari kerak, pin PCB
tempat penyolderan
dan kaki komponen
bersih dari karat dan
kotoran laiinya, serta
tenol khusus untuk
kebutuhan perakitan
Gambar 8. Perangkat untuk Implementasi
rekayasa elektronika.
Metode Step Procedure Counting
11
pengembangan. Kecuali itu metode ini juga telah penulis desiminasikan pada
guru-guru sejawat.
A B
Terlihat jelas pada Gambar 8a dan 8b hasil produk latihan dengan implemetasi
metode Step Procedure Counting hasilnya jauh lebih baik dibandingkan
dengan pola konvensional.
12
F. Rencana Pengembangan
Penulis berusaha terus untuk melakukan pengembangan metode Step
Procedure Counting untuk pembelajaran praktik penyolderan elektronika. Sejak
penulis gunakan mulai tahun 2008, metode ini mengalami pengembangan-
pengembangan. Pengembangan dimaksud adalah format penyampaian kepada
peserta didik. Awalnya peserta didik hanya menerima demonstrasi/peragaan dari
penulis sebagai guru untuk melakukan penyolderan elektronika pada proyek yang
dibuatnya dengan menggunakan pola penyolderan Step Procedure Counting.
Selanjutnya tahun 2010 penulis mengembangkan dengan melengkapi model
dengan menggunakan video tutorial yang dapat dieksekusi dengan menggunakan
telephone celluler, dengan demikian peserta didik dapat belajar melalui pola
tutorial berbantuan video.
Rencana pengembangan selanjutnya dapat dilakukan dengan pola
pengembangan kualitas dan pengembangan kuantitas. Dua pengembangan
tersebut dapat dijabarkan sebagi berikut
1. Pengembangan Kualitas
Pengembangan kualitas dimaksud adalah berkaitan dengan kualitas metode
Step Procedure Counting untuk pembelajaran praktik penyolderan elektronika.
Penulis sebagai penggagas yang telah menggunakan metode ini merencanakan
mengembangkan metode Step Procedure Counting dengan melakukan
a. Sistem Timer
Sistem timer dimaksud adalah aplikasi timer digital yang dapat
mengeluarkan isyarat suara setiap detik, dengan pola tiga detik pertama,
empat detik ke dua dan satu detik ketiga memilki isyarat suara berbeda-
beda. Dengan pola timer ini pelatihan penyolderan elektronika dengan
menggunakan metode Step Procedure Counting tidak perlu menggunakan
pola hitungan yang diucapkan oleh peserta didik akan tetapi hitungan
dipandu dari sistem timer.
13
dengan bagaimana memilih solder yang memenuhi standar praktik dan
keselamtan kerja, bagaimana teknis mebersihan solder, serta bagaimana
menyiapkan PCB dan kaki komponen agar dalam proses penyolderan
tidak menghasilkan produk yang tidak memenuhi syarat. Metode pra
implementasi metode Step Procedure Counting untuk pembelajaran
praktik penyolderan elektronika dapat dibuat dalam bentuk modul atau
media lain yang komunikatif untuk konsumsi peserta didik.
2. Pengembangan Kuantitas
Rencana pengembangan kuatitas pelaksanaan metode Step Procedure
Counting untuk pembelajaran praktik penyolderan elektronika, dapat
dilakukan dengan pola sosialisasi yang lebih inten agar guru lain dapat
mengetahui dan mengadopsi metode ini. Dengan demikian kuatitas pengguna
metode ini baik dari pendidik maupun peserta didik bisa terjadi dalam jumlah
lebih besar. Pengembangan ke user dapat dilakukan dengan menggunakan
pembelajaran firtual berbantuan internet, serta melakukan sosialisasi secara
lebih luas melalui MGMP dan forum-forum illmiah terkait.
14
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Sesuai dengan proyeksi Kurikulum 2013, sebagai pilar penting pencetak
generasi emas 2045, guru harus dapat menciptakan grand design pembelajaran
yang dapat membuat peserta didik antusias untuk mengikuti pembelajaran.
Inovasi pembelajaran dituntut untuk dapat merangsang peserta didik aktif, kreatif
serta tertantang untuk berprestasi maksimal. Uraian pengalaman mengelola
pembelajaran yang menarik untuk pembelajaran penyolderan elektronika dengan
metode Step Procedure Counting sebagaimana dipaparkan pada bab-bab
terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran penyolderan elektronika untuk menghasilkan produk yang
memenuhi syarat dapat dilakukan dengan metode Step Procedure Counting.
Metode ini membantu peserta didik untuk melakukan penyolderan secara
tepat.
2. Implementasi metode Step Procedure Counting dapat memudahkan guru
dalam menyampaikan pembelajaran penyolderan dan meningkatkan kualitas
produk hasil penyolderan dari peserta didik sesuai dengan standar industri.
B. SARAN
Agar inovasi pembelajaran elektronika dengan metode Step Procedure
Counting memiliki kemaslakhatan untuk membangun kompetensi peserta didik
pada SMK Jurusan Teknik Eleketonika, maka guru yang mengajar pada bidang ini
dapat mengadopsi metode Step Procedure Counting untuk digunakan pada
pembelajaran yang diampunya.
Prosedur penggunaan metode Step Procedure Counting membutuhkan
demonstari dari guru yang akan ditiru peserta didik, oleh sebab itu dalam
implementasi metode Step Procedure Counting ini guru harus benar-benar
memahami konsep/prosedurnya, sehingga dalam pemberian contoh dapat berjalan
sebagaimana yang diinginkan. Pendampingan guru saat pelaksanaan praktik
penyolderan elektronika mutlak diperlukan, oleh sebab itu guru tidak hanya
berperan sebagai fasilitator tetapi harus juga berperan sebagai ahli.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Lampiran 1
Implementasi Metode
Mata Pelajaran Step Procedure Counting
Dapat Tidak
C2. Dasar Kompetensi Kejuruan
1 Teknik Kerja Bengkel
2 Teknik Listrik
3 Elektronika Dasar
4 Teknik Microprosessor
5 Teknik Pemrograman
6 Simulasi Digital
C3. Kompetensi Kejuruan
PK-1: Teknik Audio Video
7 Penerapan Rangkaian Elektronika
8 Perekayasaan Sistem Audio
9 Perekayasaan Sistem Radio & Televisi
10 Perekayasaan Sistem Antena
11 Perencanaan & Instalasi Sistem Audio
12 Perencanaan & Instalasi Sistem Antena
Penerima
13 Perbaikan & Perawatan Peralatan
Elektronika
PK-2: Teknik Elektronika Industri
14 Rangkaian Elektronika
15 Sensor dan Aktuator
16 Komunikasi Data
17 Aplikasi Sistem Kontrol
18 Perekayasaan Sistem Robotik
19 Pembuatan dan Pemeliharan Peralatan
Sistem Kontrol
PK-3: Teknik Elektronika Komunikasi
16 Penerapan Rangkaian Elektronika
17 Perekayasaan Sistem Audio
18 Perekayasaan Sistem Radio & Televisi
19 Perekayasaan Sistem Antena
20 Perencanaan Sistem Komunikasi
21 Perencanaan & Instalasi Sistem Pemancar
17
Implementasi Metode
Mata Pelajaran Step Procedure Counting
Dapat Tidak
22 Perencanaan & Instalasi Antena Pemancar
Dan Penerima
23 Perbaikan & Perawatan Peralatan
Elektronika Komunikasi
PK-4: Teknik Mekatronika
24 Mekanika & Elemen Mesin
25 Teknologi Mekanik
26 Teknik Kontrol
27 Pneumatik & Hidrolik
28 CAE (Computer -Aided Engineering)
29 PLC (Programmable Logic Unit)
30 Teknik Pengendali Daya
31 Robotik
PK-5: Teknik Ototronik
31 Teknologi Dasar Otomotif
32 Engine Management System (EMS)
33 Chasis Management System (CMS)
34 Comfort Safety and Information
Technology (CSIT)
35 Vehicle Control System (VCS)
18
Lampiran 2.
SOLDER 20 - 40 WATT
1 118 0 C
2 147 0 C belum cukup panas
3 215 0 C
4 258 0 C suhu aman
sudah cukup panas
0
5 262 C
6 277 0 C suhu ideal pencairan
7 294 0 C tenol/timah
beberapa komponen elektronika
0
8 312 C titik suhu waspada bermasalah akibat panas mulai
sekitar pada suhu ini
9 324 0 C titik suhu waspada tembaga PCB mulai mengelupas
10 336 0 C
11 341 0 C
12 352 0 C suhu bahaya/tidak tembaga PCB lepas dari
aman pertinak
13 363 0 C
14 376 0 C
15 390 0 C
19
Lampiran 3.
JOB SHEET
MENGUASAI DASAR-DASAR TEKNIK ELEKTRONIKA DAN
PERAKITAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PROGRAM/JURUSAN : Elektronika Audio Video
SEKOLAH : SMK NEGERI 2 KUDUS
KELAS : X TAV 1
PEKERJAAN KE :1(PENYOLDERAN
ELEKTRONIKA)
WAKTU : 2 pertemuan (2 X 45 menit)
2. Petunjuk kerja :
A. Dalam melakukan penyolderan :
• Jagalah suhu pin PCB dan kaki komponen .
• Panas yang berlebihan akan merusak komponen.
• Apabila kurang panas hasil penyolderan memiliki konduktifitas yang
buruk.
• Sebelum menyolder, bersihkan terlebih dahulu tembaga pin penyolderan
pada PCB dan kaki komponen yang akan disolder.
• Pastikan solder yang anda gunakan berfungsi dengan baik.
• Jangan membersihkan kotoran yang melekat pada mata solder dengan
menggunakan ampelas, cutter dan benda keras lainnya.
• Bersihkan mata solder yang kotor dengan menggunakan spon basah.
20
• Upayakan panas antara pin PCB penyolderan dan kaki komponen yang
akan disolder merata, dan berimbang.
• Setiap peserta didik melakukan penyolderan sebanyak 20 kali pada PCB
matriks.
• Lakukan penyolderan dengan waktu 5 detik pada setiap pin
• Bacalah teori menyolder pada modul yang ada dengan seksama, mintalah
petunjuk pada instruktur praktek.
• Utamakan Keselamatan kerja.
A B C
4. Perintah Kerja
A. Penyolderan Elektronika
• Pelajarilah video tutorial penyolderan elektronika dengan
menggunakan telephone celluler yang anda miliki.
• Lakukan penyolderan untuk 20 pin pada setiap tahap pada matrik PCB
dengan pola sebagaimana instruksi pada tutorial penyolderan
elektronika.
22
• Lakukan pembongkaran hasil penyolderan untuk 10 pin pada setiap
tahap pada matrik PCB dengan pola sebagaimana instruksi pada
tutorial penyolderan elektronika.
5. Alat Evaluasi/Penilaian :
Pengambilan nilai hasil praktik penyolderan dilakukan sebagai berikut :
• Menilai keterampilan proses dari peserta didik saat melakukan
penyolderan dan pembongkaran hasil penyolderan.
• Membandingkan setiap titik hasil praktek menyolder dengan hasil
penyolderan dari pabrikan.
• Jika hasil praktek menyolder dengan hasil penyolderan dari pabrikan
secara fisik sama diberi skor 1 untuk setiap titik
• Jika hasil praktek menyolder dengan hasil penyolderan dari pabrikan
secara fisik tidak sama diberi skor 0 untuk setiap titik .
• Nilai hasil praktek menyolder adalah konfersi jumlah skor yang didapat
untuk semua penyolderan yang dilakukan oleh setiap peserta didik,
dikonfersikan dengan nilai seratusan.
23
Lampiran 4.
INSTRUMEN EVALUASI
A. Pencapaian
1. Ketrampilan proses :
Melakukan penyolderan dan pembongkaran hasil penyolderan elektronika
dengan benar serta menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kerja .
Instrumen evaluasi :
Perintah dalam job sheet :
Lakukan penyolderan elektronika pada papan matrik penyolderan pada 20 titik
pin dengan prosedur penyolderan yang benar serta menerapkan prinsip-prinsip
keselamatan kerja.
Penilaian :
Penilaian dilakukan dengan mengamati unjuk kerja / ketrampilan proses
peserta didik saat melakukan praktik penyolderan.
2. Produk penyolderan :
Menghasilkan produk penyolderan elektronika dengan hasil sebanding hasil
penyolderan dari industri elektronika.
Instrumen evaluasi :
• Pengamatan hasil produk penyolderan.
• Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil/produk penyolderan
dari peserta didik dengan produk dari industri.
24
B. Kisi-kisi
1. Ketrampilan proses
INDIKATOR NILAI
1. Terampil menyediakan alat minimal 1 maksimal 5
2. Terampil menggunakan alat minimal 1 maksimal 5
2. Produk penyolderan
INDIKATOR NILAI
1. Menghasilkan produk penyolderan 1
bersetandar industri
2. Tidak menghasilkan produk 0
penyolderan bersetandar industri
C. Instrumen penilaian
Prioritas penilaian dilakukan menggunakan pola penilaian ranah psikomotoris
dengan sekala nilai sebagai berikut :
1. Nilai ketrampilan proses
INDIKATOR SKOR
JUMLAH
1 2 3 4 5
25
2. Nilai hasil Produk Penyolderan (peserta didik melakukan pada 20 pin)
SKOR PRODUK
NAMA
PENYOLDERNAN PIN JUMLAH
NO PESERTA
KE… *) SKOR
DIDIK
1 2 3 4 5 6 … 20
1
2
3
…
26
RUBRIK/PANDUAN PENILAIAN KOMPETENSI PENYOLDERAN ELEKTRONIKA
SMK 2 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
27
NO INDIKATOR DESKRIPTOR SKOR
Menggunakan waktu 120 detik untuk 10 pin penyolderan 3
Menggunakan waktu 120 detik untuk 5 pin penyolderan 2
Menggunakan waktu 120 detik untuk 0 pin penyolderan 1
5 Memperhatikan keselamatan Semua prinsip keleselamatan kerja penyoldean diterapkan 5
kerja Ada 1 kesalahan prosedur yang kemudian dievaluasi untuk 4
dibetulkan sendiri oleh praktikan
Ada 2 kesalahan prosedur yang kemudian dievaluasi untuk 3
dibetulkan sendiri oleh praktikan
Ada 1 kesalahan prosedur yang tidak dieveluasi oleh praktikan 2
kemudian diingatkan oleh guru
Ada lebih dari 1 kesalahan prosedur yang tidak dieveluasi oleh 1
praktikan kemudian diingatkan oleh guru
6 Memperhatikan kebersihan Sangat peduli dengan kebersihan piranti praktik 5
Peduli dengan kebersihan piranti praktik 4
Kurang peduli dengan kebersihan piranti praktik 3
Tidak peduli dengan kebersihan piranti praktik 2
Sangat Tidak peduli dengan kebersihan piranti praktik 1
28
Rubrik panduan penilaian hasil produk dan pembongkaran hasil produk.
NO INDIKATOR DESKRIPTOR SKOR
1 Menghasilkan produk Hasil penyolderan elektronika memenuhi kriteria secara lengkap 1
penyolderan bersetandar sebagi berikut :
industri • Memiliki kekuatan mekanis memenuhi persyaratan
• Memiliki konduktifitas listrik memenuhi persyaratan
• Memiliki bentuk proporsional
2 Tidak menghasilkan produk Hasil penyolderan elektronika tidak memenuhi kriteria secara 0
penyolderan bersetandar lengkap sebagi berikut :
industri • Memiliki kekuatan mekanis memenuhi persyaratan
• Memiliki konduktifitas listrik memenuhi persyaratan
• Memiliki bentuk proporsional
29
Nilai Kompetensi.
1.Nilai ketrampilan proses :
dimana :
nilai keterampila proses
sekor total keterampilan proses
sekor total produk penyolderan
nilai produk penyolderan
nilai akhir
30
Lampiran 5.
31
32
Lampiran 6.
Link Demo
https://youtu.be/KrhuMWpct3o
33
Lampiran 7.
34