SATUAN OPERASI
ACARA III
DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDUL RAHMAN R
NIM : 19/446789/TP/12592
GOL. : 3A
CO ASS : NOVERIA ANGGI N
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gula semut adalah bentuk diversifikasi produk gula merah yang berbentuk
butiran kecil (granulasi) berdiameter antara 0,8 – 1,2 mm. Bahan dasar untuk
membuat gula semut yaitu dapat dari nira pohon kelapa atau aren (enau).
Dibandingkan dengan gula kelapa cetak, gula semut memiliki beberapa kelebihan di
antaranya lebih mudah larut , daya simpan lebih lama, pengemasan dan pengangkutan
lebih mudah, dapat diperkaya dengan bahan lain seperti rempah-rempah, iodium dan
vitamin A atau mineral (Mustaufik dan Dwianti, 2017) serta harga yang lebih tinggi.
Pada prinsipnya proses produksi gula semut (sering juga disebut gula kelapa
kristal) meliputi proses pengaturan pH dan penyaringan nira atau pemilihan gula
cetak, pemanasan/pemasakan nira atau larutan gula, proses solidifikasi, proses
granulasi / kristalisasi, pengayakan, pengeringan, dan pengemasan (Mustaufik dan
Haryanti, 2016).
Proses pengolahan gula aren granul selama ini dilakukan petani dengan cara
memanaskan bahan baku nira segar dan menguapkan airnya pada suhu 97°C sampai
120°C lebih, hingga jenuh dan berlangsung proses kristalisasi gula dari nira aren. 2
Kemudian didinginkan sambil diaduk dan ditekan (digosok) sampai menjadi granul
(Rahmadian, O. 2012). Dibanding gula nira yang lain, gula yang dibuat dari nira aren
dianggap lebih unggul dari sisi kualitas yang salah satu indikatornya adalah harga
lebih baik di pasar namun warna gula dan aroma yang masih tajam dari gula aren
membuat kualitas dan mutunya sedikit berkurang
Fineness Modulus (FM) penting dalam penentuan kualitas dari tepung
(witdarko et al, 2015). Vibrator screen merupakan alat pengayak otomatis untuk
dipisahkan kedalam dua atau tiga fraksi dengan menggunakan ayakan, setiap fraksi
yang keluar dari ayakan mempunyai ukuran yang seragam (Sulistiawan et al, 2014).
Pada praktikum acara 3 ini, vibrator digunakan untuk penentuan Finenes Modulus
dan Uniformity index.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Jagung, oatmeal, dan gula semut
2. Ayakan standar Tyler berbagai ukuran
3. Vibrator (penggetar)
w1
x 1= × 100 (3.2)
∑ wt
Wi = Massa bahan tertinggal tiap mesh (gram)
Wtotal = massa bahan awal setelah diayak (gram)
= ∑ oversize (3.2)
Ukura
Fraksi
Mes n Oversiz Fraksi %
Oversize %
h. Luban e Oversize
kumulatif (%) Oversiz
No g (%) Kumulatif
e
(mm)
X1
X1 X1+X2
3/8 “ 9.5
X2 X1+X2+X3 X1 / ΣXok
48 4.75 X1/100
X3 X1+X2+X3+X4 X1+X2 / ΣXok
14 2.36 X2/100
X4 X1+X2+X3+X4+X5 …………
30 1.4 ……
X5 X1+X2+X3+X4+X5+X6 X1+X2+…
50 0.6 ……
X6 X1+X2+X3+X4+X5+X6 +X7 /
100 0.3 X7/100
X7 + ΣXok
Pan 0.15
- X7
-
Tota
100 Jumlah total
l
BAB IV
4.1 Hasil
Tabel 4.2.1. Hasil Analisis Data Fineness Modulus dan Uniformity Index Gula Semut
Ulangan 2
Diameter Massa
Aperture
Aperture Aperture di Partikel Bahan % Fraksi Oversize Xi Oversize
Tyler Mesh Log (mm) di
di (inch) (mm) Rata-rata D Tertinggal massa (%) Kumulatif (%)
(mikron)
(inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0.8 0.008 0.809716599 0.809716599 5613.4
-3 1/2 + 4 0.183 4.6482 0.667284806 0.138 5.4 0.054 5.465587045 6.275303644 4648.2
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 34.1 0.341 34.51417004 40.78947368 2362.2
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 22 0.22 22.26720648 63.05668016 1397
-
14+30 0.023 0.5842 0.017 26.8 0.268
0.233438447 27.12550607 90.18218623 584.2
-
.-30+50 0.011 0.2794 0.0085 7.1 0.071
0.553773598 7.186234818 97.36842105 279.4
-
50+100 0.006 0.1524 0 2.6 0.026
0.817015033 2.631578947 100 152.4
Pan 0 0
Total 0.4785 98.8 100.00 398.4817814
Tabel 4.2.2. Hasil Analisis Data Fineness Modulus dan Uniformity Index Gula Semut
Ulangan 3
Diameter Massa
Aperture
Tyler Aperture Aperture Partikel Bahan % Fraksi Oversize Xi Oversize
Log (mm) di
Mesh di (inch) di (mm) Rata-rata D Tertinggal massa (%) Kumulatif (%)
(mikron)
(inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0 0 0 0 5613.4
-3 1/2 + 4 0.183 4.6482 0.667284806 0.138 8.74 0.0874 8.817594835 8.817594835 4648.2
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 46.78 0.4678 47.19531881 56.01291364 2362.2
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 23.9 0.239 24.11218725 80.12510089 1397
14+30 0.023 0.5842 -0.233438447 0.017 16.6 0.166 16.74737692 96.8724778 584.2
.-30+50 0.011 0.2794 -0.553773598 0.0085 2.5 0.025 2.522195319 99.39467312 279.4
50+100 0.006 0.1524 -0.817015033 0 0.6 0.006 0.605326877 100 152.4
Pan 0 0
Total 0.330796789 0.4785 99.12 100.00 441.2227603
Tabel 4.2.3. Hasil Analisis Data Fineness Modulus danUniformity Index Jagung A
Tabel 4.2.4. Hasil Analisis Data Fineness Modulus danUniformity Index Jagung A
Ulangan 2
Diameter Massa
O
Tyler Aperture Aperture Partikel Bahan % Fraksi Oversize Xi
Log (mm) K
Mesh di (inch) di (mm) Rata-rata Tertinggal massa (%)
D (inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0 0 0
-3 1/2 + 4 0.183 4.6482 0.667284806 0.138 0.03 0.0003 0.02
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 80.97 0.8097 53.98
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 53.5 0.535 35.66666667 89.6
-
14+30 0.023 0.5842 0.017 15.1 0.151 10.06666667 99.7
0.233438447
-
.-30+50 0.011 0.2794 0.0055 0.4 0.004 0.266666667
0.553773598
Pan 0 0 0
Total 0.4755 150 100 3
Diameter Massa
%
Tyler Aperture Aperture Partikel Bahan Oversize Xi
Log (mm) Fraksi K
Mesh di (inch) di (mm) Rata-rata Tertinggal (%)
massa
D (inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0 0 0
-3 1/2 +
0.183 4.6482 0.667284806 0.138 0.05 0.0005 0.033433634 0.0
4
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 93.4 0.934 62.45402875 62
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 46.8 0.468 31.29388164 93
-
14+30 0.023 0.5842 0.017 9 0.09 6.018054162 99
0.233438447
-
.-30+50 0.011 0.2794 0.0055 0.3 0.003 0.200601805
0.553773598
Pan 0 0 0
Total 0.4755 149.55 1 35
Pada praktikum acara 3 ini yang berjudul Penentuan Finenes Modulus dan
Uniformity Index. Fineness modulus adalah salah satu index yang digunakan untuk
menyatakan tingkat kehalusan suatu bahan padatan curah (fluidized solid, padatan
yang dapat bekerja seperti fluida) seperti tepung, pasir, semen, dan lain-lain. Tingkat
kehalusan umumnya dibagi menjadi kasar, sedang dan halus, dengan semakin halus
suatu bahan, nilai FM nya akan semakin kecil (Witdarko dkk, 2015). Pengukuran FM
biasanya dilakukan dengan ayakan standar Tyler yang terdiri dari beberapa ayakan
tersusun sedemikian rupa. Fineness modulus untuk sampel gula semut pada ulangan 2
dengan rata-rata 3.98, pada ulangan 3 dengan rata-rata 4.41dan jagung A pada
ulangan 1 sebesar 3,43, pada ulangan 2 sebesar 3,57 hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa kedua sampel tergolong halus karena semakin besar nilai FM
menunjukan semakin kasar. Uniformity Index (indeks keragaman) merupakan
perbandingan ukuran diameter butiran yang lolos dari suatu ukuran saringan tertentu.
Nilai D diperoleh dari grafik antara diameter partikel vs persentase kumulatif bahan
lolos. Diameter partikel disini adalah diameter bukaan tiap-tiap ayakan yang
digunakan sesuai dengan nomor meshnya. Berbeda dengan fineness modulus,
semakin besar nilai Uniformity index maka semakin rapat sebaran butiran (diameter
partikel semakin seragam/sama). Geometric Mean Diameter (GMD) merupakan
Rataan ukuran partikel dengan satuan millimeter (mm) atau micron (µm) sedangkan
variasinya dinyatakan dengan Geometric Standard Deviation (GSD) dimana semakin
besar nilai GSD maka semakin rendah keseragamannya. GMD dan GSD
mendeskripsikan dengan akurat hanya jika distribusi ukuran partikel dinyatakan
sebagai data log, terdistribusi secara parametrik yaitu sebagai Log normal.
Prinsip kerja dari metode pengayakan menggunakan ayakan tyler untuk
pemisahan partikel merupakan cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan
menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian dapat dipisahkan antara
partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal diayakan (butiran kasar)
ukuran butiran tertentu, yang masih bisa melintasi ayakan dinyatakan sebagai butiran
batas. Sekelompok partikel dikatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu jika seluruh
partikel dapat melintasi lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa sisa ayakan). Dengan
demikian ada batasan maksimal dari ukuran partikel. Pemisah berbagai campuran
partikel padatan yang mempunyai berbagai ukuran dengan menggunakan ayakan
tyler. Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pemisah yang ukurannya
berbeda. Pengayakan memudahkan kita untuk mendapatkan butiran dengan ukuran
yang seragam.
Berdasarkan perhitungan analisis data praktikum acara 3 yang telah dilakukan
didapat hasil berupa grafik sebagai berikut. Pada Perbandingan size (mikron) vs
fraksi massa (%) antara ulangan 2 dengan ulangan 3 pada pengamatan Massa Bahan
Tertinggal Gula Semut sebagai berikut :
0.5
0.4
fraksi massa (%)
0.3
0.2 Ulangan 2
Ulangan 3
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
size (mikron)
120
oversize kumulatif (%)
100
80
60
Ulangan 2
40
Ulangan 3
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
log(mm)
1
0.8
fraksi massa(%)
0.6
0.4 Ulangan 1
0.2 Ulangan 2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
size(mikron)
oversize kumulatif(%)
80
60
Ulangan 1
40
Ulangan 2
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
log(mm)
KESIMPULAN
Mustaufik dan H. Dwianti. 2017. Rekayasa Pembuatan Gula Kelapa Kristal yang
Diper kaya dengan Vitamin A dan Uji Preferensinya kepada Konsumen.
Laporan Penelitian. Peneliti Dosen Muda Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi
Pertanian. Universitas Jendral Soedirman. Perwokerto
Mustaufik dan P. Haryanti. 2016. Evaluasi Mutu Gula Kelapa Kristal yang Dibuat
dari Bahan Baku Nira dan Gula Kelapa Cetak. Laporan Penelitian. Peneliti Muda
Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Rahmadian, O. 2012. Uji Kinerja Hammer Mill dengan Umpan Janggel Jagung.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 1 (1) : 11 – 16.
Sulistiawan, H., Slamet, S. 2014. Perancangan Mesin Pengayak Pasir Cetak Vibrating
Screen pada Ikm Cor di Juwana Kabupaten Pati. Hal 92. ISBN: 978-602
1180- 04-4.
Witdarko, Y., Bintoro, N., Suratmo, B., Rahardjo, B. 2015. Pemodelan pada Proses
Pengeringan Mekanis Tepung Kasava dengan Menggunakan Pneumatic
Dryer: Hubungan Fineness Modulus dengan Variabel Proses Pengeringan. Hal 482.
AGRITECH, Vol. 35, No. 4, November 2015.
LAMPIRAN
Contoh Perhitungan (Gula semut ulangan 2)
3.3.1 Konversi Aperture inch to mm.
1 inch = 25,4 mm.
3.3.2 Penentuan diameter rata-rata D (inch)
Misal : diameter rata-rata partikel yang lolos di mesh 4 tetapi tertahan di
mesh 8
D = ½* (d4+d8) inch
= ½* (0,221+0,183) inch
= 0,202
Keterangan :
D = diameter rata-rata partikel
d4 = aperture mesh 4
d8 = aperture mesh 8
3.3.3 Penentuan % Fraksi Massa
Wi 0,8
FM = = 0,008
100 100
(3.1)
w1
x 1= × 100 (3.2)
∑ wt
0,8
¿ ×100
98,8
¿ 0.8098 %
Dimana:
Wi = Massa bahan tertinggal tiap mesh (gram)
Wtotal = massa bahan awal setelah diayak (gram)
= ∑ oversize
= 0,8098 (3.2)
0,815
= 𝑙𝑜𝑔-1 [- ¿
98,8
= 1,2
3.3.8 Geometric Standar deviation (Sgw)
∑(Wi∨log Di−log Dgw ∨1 ¿ 2)
𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔-1 [- ]
∑ ¿¿
(3.5)
0 , 8 x 0 , 75−0,08 (1/2)
= 𝑙𝑜𝑔-1 [- ¿
98,8
= 0,28
Di = diameter lubang ayakan ke-i
Dgw = geometric mean diameter
Di+i = diameter ayakan ke atas i
Dgi = (Di+Di+i)/1/2
Sgw = Geometric Standard Deviation (mm)
∑Wi = dijumlahkan tanpa pan
FM =
∑ x Oversize Kumulatif
100
(3.6)
398,48
=
100
= 3,9848
3.3.10 Penentuan ukuran rata-rata (inchi)
D = 0,0041(2)FM (inchi) (3.7)
= 0,0041(2)0,008
= 0,0041