Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI

ACARA III

Penentuan Finenes Modulus dan Uniformity Index

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDUL RAHMAN R
NIM : 19/446789/TP/12592
GOL. : 3A
CO ASS : NOVERIA ANGGI N

LABORATORIUM TEKNIK PANGAN DAN PASCAPANEN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat berbagai macam


proses penanganan produk
hasil pertanian. Salah
satu contohnya adalah proses
pengecilan ukuran. Proses ini
dilakukan apabila
diinginkan hasil produk yang
berukuran kecil, sebagai
contoh adalah tepung.
Untuk menghasilkan tepung,
bahan baku yang digunakan
harus melalui proses
penggilingan. Penggilingan
tersebut akan menghasilkan
partikel atau butiran yang
ukurannya belum seragam.
Apabila tepung digunakan
dalam skala industri maka
diperlukan proses lebih lanjut
untuk menyeragamkan ukuran
partikel atau butiran
tepung tersebut. Proses
tersebut dapat dilakukan
dengan pengayakan.
Salah satu contoh alat
pengayakan adalah ayakan
Tyler. Ayakan ini terdiri
 beberapa tingkatan mesh
yang mempunyai ukuran
diameter lubang tertentu.
Bahan akan dipisahkan
menurut ukuran dan bentuknya
pada proses pengayakan.
Bahan akan tertinggal pada
mesh
yang memiliki diameter lebih
kecil daripada
diameter bahan. Alat ini
digunakan untuk mengukur
kelembutan yang rentangan
dimensi terkecilnya adalah
kurang lebih antara 0,125 –
0,0029 in. Selain untuk
menyeragamkan ukuran,
proses pengayakan juga
dapat digunakan untuk
menggambarkan penyebaran
ukuran halus dan kasar dalam
bahan.
Pada praktikum kali ini akan
dilakukan pengamatan dan
penentuanfineness
modulus dan uniformity
index. Praktikum ini sangat
bermanfaat dikarenakan
bidang ilmu Teknik Pertanian
dan Biosistem seringkali
menjumpai permasalahan
mengenai pengecilan ukuran.
Dengan adanya praktikum ini
diharapkan praktikan
dapat menetukan modulus
kehalusan dan index
keragaman bahan. Selain itu,
 praktikan juga dapat
menyajikan data hasil
pengecilan ukuran serta
menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting
karena sebagai
seorang
engineer
mungkin bidang kerja kita
nantinya berhubungan dengan
alat
pengecil ukuran. Sehingga,
pengetahuan dan cara analisa
data yang kita peroleh di
praktikum ini dapat dijadikan
dasar ilmu dalam menjalankan
pekerjaan.
Terdapat berbagai macam
proses penanganan produk
hasil pertanian. Salah
satu contohnya adalah proses
pengecilan ukuran. Proses ini
dilakukan apabila
diinginkan hasil produk yang
berukuran kecil, sebagai
contoh adalah tepung.
Untuk menghasilkan tepung,
bahan baku yang digunakan
harus melalui proses
penggilingan. Penggilingan
tersebut akan menghasilkan
partikel atau butiran yang
ukurannya belum seragam.
Apabila tepung digunakan
dalam skala industri maka
diperlukan proses lebih lanjut
untuk menyeragamkan ukuran
partikel atau butiran
tepung tersebut. Proses
tersebut dapat dilakukan
dengan pengayakan.
Salah satu contoh alat
pengayakan adalah ayakan
Tyler. Ayakan ini terdiri
 beberapa tingkatan mesh
yang mempunyai ukuran
diameter lubang tertentu.
Bahan akan dipisahkan
menurut ukuran dan bentuknya
pada proses pengayakan.
Bahan akan tertinggal pada
mesh
yang memiliki diameter lebih
kecil daripada
diameter bahan. Alat ini
digunakan untuk mengukur
kelembutan yang rentangan
dimensi terkecilnya adalah
kurang lebih antara 0,125 –
0,0029 in. Selain untuk
menyeragamkan ukuran,
proses pengayakan juga
dapat digunakan untuk
menggambarkan penyebaran
ukuran halus dan kasar dalam
bahan.
Pada praktikum kali ini akan
dilakukan pengamatan dan
penentuanfineness
modulus dan uniformity
index. Praktikum ini sangat
bermanfaat dikarenakan
bidang ilmu Teknik Pertanian
dan Biosistem seringkali
menjumpai permasalahan
mengenai pengecilan ukuran.
Dengan adanya praktikum ini
diharapkan praktikan
dapat menetukan modulus
kehalusan dan index
keragaman bahan. Selain itu,
 praktikan juga dapat
menyajikan data hasil
pengecilan ukuran serta
menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting
karena sebagai
seorang
engineer
mungkin bidang kerja kita
nantinya berhubungan dengan
alat
pengecil ukuran. Sehingga,
pengetahuan dan cara analisa
data yang kita peroleh di
praktikum ini dapat dijadikan
dasar ilmu dalam menjalankan
pekerjaan.
Terdapat berbagai macam
proses penanganan produk
hasil pertanian. Salah
satu contohnya adalah proses
pengecilan ukuran. Proses ini
dilakukan apabila
diinginkan hasil produk yang
berukuran kecil, sebagai
contoh adalah tepung.
Untuk menghasilkan tepung,
bahan baku yang digunakan
harus melalui proses
penggilingan. Penggilingan
tersebut akan menghasilkan
partikel atau butiran yang
ukurannya belum seragam.
Apabila tepung digunakan
dalam skala industri maka
diperlukan proses lebih lanjut
untuk menyeragamkan ukuran
partikel atau butiran
tepung tersebut. Proses
tersebut dapat dilakukan
dengan pengayakan.
Salah satu contoh alat
pengayakan adalah ayakan
Tyler. Ayakan ini terdiri
 beberapa tingkatan mesh
yang mempunyai ukuran
diameter lubang tertentu.
Bahan akan dipisahkan
menurut ukuran dan bentuknya
pada proses pengayakan.
Bahan akan tertinggal pada
mesh
yang memiliki diameter lebih
kecil daripada
diameter bahan. Alat ini
digunakan untuk mengukur
kelembutan yang rentangan
dimensi terkecilnya adalah
kurang lebih antara 0,125 –
0,0029 in. Selain untuk
menyeragamkan ukuran,
proses pengayakan juga
dapat digunakan untuk
menggambarkan penyebaran
ukuran halus dan kasar dalam
bahan.
Pada praktikum kali ini akan
dilakukan pengamatan dan
penentuanfineness
modulus dan uniformity
index. Praktikum ini sangat
bermanfaat dikarenakan
bidang ilmu Teknik Pertanian
dan Biosistem seringkali
menjumpai permasalahan
mengenai pengecilan ukuran.
Dengan adanya praktikum ini
diharapkan praktikan
dapat menetukan modulus
kehalusan dan index
keragaman bahan. Selain itu,
 praktikan juga dapat
menyajikan data hasil
pengecilan ukuran serta
menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting
karena sebagai
seorang
engineer
mungkin bidang kerja kita
nantinya berhubungan dengan
alat
pengecil ukuran. Sehingga,
pengetahuan dan cara analisa
data yang kita peroleh di
praktikum ini dapat dijadikan
dasar ilmu dalam menjalankan
pekerjaan.
Terdapat berbagai macam
proses penanganan produk
hasil pertanian. Salah
satu contohnya adalah proses
pengecilan ukuran. Proses ini
dilakukan apabila
diinginkan hasil produk yang
berukuran kecil, sebagai
contoh adalah tepung.
Untuk menghasilkan tepung,
bahan baku yang digunakan
harus melalui proses
penggilingan. Penggilingan
tersebut akan menghasilkan
partikel atau butiran yang
ukurannya belum seragam.
Apabila tepung digunakan
dalam skala industri maka
diperlukan proses lebih lanjut
untuk menyeragamkan ukuran
partikel atau butiran
tepung tersebut. Proses
tersebut dapat dilakukan
dengan pengayakan.
Salah satu contoh alat
pengayakan adalah ayakan
Tyler. Ayakan ini terdiri
 beberapa tingkatan mesh
yang mempunyai ukuran
diameter lubang tertentu.
Bahan akan dipisahkan
menurut ukuran dan bentuknya
pada proses pengayakan.
Bahan akan tertinggal pada
mesh
yang memiliki diameter lebih
kecil daripada
diameter bahan. Alat ini
digunakan untuk mengukur
kelembutan yang rentangan
dimensi terkecilnya adalah
kurang lebih antara 0,125 –
0,0029 in. Selain untuk
menyeragamkan ukuran,
proses pengayakan juga
dapat digunakan untuk
menggambarkan penyebaran
ukuran halus dan kasar dalam
bahan.
Pada praktikum kali ini akan
dilakukan pengamatan dan
penentuanfineness
modulus dan uniformity
index. Praktikum ini sangat
bermanfaat dikarenakan
bidang ilmu Teknik Pertanian
dan Biosistem seringkali
menjumpai permasalahan
mengenai pengecilan ukuran.
Dengan adanya praktikum ini
diharapkan praktikan
dapat menetukan modulus
kehalusan dan index
keragaman bahan. Selain itu,
 praktikan juga dapat
menyajikan data hasil
pengecilan ukuran serta
menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting
karena sebagai
seorang
engineer
mungkin bidang kerja kita
nantinya berhubungan dengan
alat
pengecil ukuran. Sehingga,
pengetahuan dan cara analisa
data yang kita peroleh di
praktikum ini dapat dijadikan
dasar ilmu dalam menjalankan
pekerjaan.
Terdapat berbagai macam
proses penanganan produk
hasil pertanian. Salah
satu contohnya adalah proses
pengecilan ukuran. Proses ini
dilakukan apabila
diinginkan hasil produk yang
berukuran kecil, sebagai
contoh adalah tepung.
Untuk menghasilkan tepung,
bahan baku yang digunakan
harus melalui proses
penggilingan. Penggilingan
tersebut akan menghasilkan
partikel atau butiran yang
ukurannya belum seragam.
Apabila tepung digunakan
dalam skala industri maka
diperlukan proses lebih lanjut
untuk menyeragamkan ukuran
partikel atau butiran
tepung tersebut. Proses
tersebut dapat dilakukan
dengan pengayakan.
Salah satu contoh alat
pengayakan adalah ayakan
Tyler. Ayakan ini terdiri
 beberapa tingkatan mesh
yang mempunyai ukuran
diameter lubang tertentu.
Bahan akan dipisahkan
menurut ukuran dan bentuknya
pada proses pengayakan.
Bahan akan tertinggal pada
mesh
yang memiliki diameter lebih
kecil daripada
diameter bahan. Alat ini
digunakan untuk mengukur
kelembutan yang rentangan
dimensi terkecilnya adalah
kurang lebih antara 0,125 –
0,0029 in. Selain untuk
menyeragamkan ukuran,
proses pengayakan juga
dapat digunakan untuk
menggambarkan penyebaran
ukuran halus dan kasar dalam
bahan.
Pada praktikum kali ini akan
dilakukan pengamatan dan
penentuanfineness
modulus dan uniformity
index. Praktikum ini sangat
bermanfaat dikarenakan
bidang ilmu Teknik Pertanian
dan Biosistem seringkali
menjumpai permasalahan
mengenai pengecilan ukuran.
Dengan adanya praktikum ini
diharapkan praktikan
dapat menetukan modulus
kehalusan dan index
keragaman bahan. Selain itu,
 praktikan juga dapat
menyajikan data hasil
pengecilan ukuran serta
menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting
karena sebagai
seorang
engineer
mungkin bidang kerja kita
nantinya berhubungan dengan
alat
pengecil ukuran. Sehingga,
pengetahuan dan cara analisa
data yang kita peroleh di
praktikum ini dapat dijadikan
dasar ilmu dalam menjalankan
pekerjaan.
Terdapat berbagai macam
proses penanganan produk
hasil pertanian. Salah
satu contohnya adalah proses
pengecilan ukuran. Proses ini
dilakukan apabila
diinginkan hasil produk yang
berukuran kecil, sebagai
contoh adalah tepung.
Untuk menghasilkan tepung,
bahan baku yang digunakan
harus melalui proses
penggilingan. Penggilingan
tersebut akan menghasilkan
partikel atau butiran yang
ukurannya belum seragam.
Apabila tepung digunakan
dalam skala industri maka
diperlukan proses lebih lanjut
untuk menyeragamkan ukuran
partikel atau butiran
tepung tersebut. Proses
tersebut dapat dilakukan
dengan pengayakan.
Salah satu contoh alat
pengayakan adalah ayakan
Tyler. Ayakan ini terdiri
 beberapa tingkatan mesh
yang mempunyai ukuran
diameter lubang tertentu.
Bahan akan dipisahkan
menurut ukuran dan bentuknya
pada proses pengayakan.
Bahan akan tertinggal pada
mesh
yang memiliki diameter lebih
kecil daripada
diameter bahan. Alat ini
digunakan untuk mengukur
kelembutan yang rentangan
dimensi terkecilnya adalah
kurang lebih antara 0,125 –
0,0029 in. Selain untuk
menyeragamkan ukuran,
proses pengayakan juga
dapat digunakan untuk
menggambarkan penyebaran
ukuran halus dan kasar dalam
bahan.
Pada praktikum kali ini akan
dilakukan pengamatan dan
penentuanfineness
modulus dan uniformity
index. Praktikum ini sangat
bermanfaat dikarenakan
bidang ilmu Teknik Pertanian
dan Biosistem seringkali
menjumpai permasalahan
mengenai pengecilan ukuran.
Dengan adanya praktikum ini
diharapkan praktikan
dapat menetukan modulus
kehalusan dan index
keragaman bahan. Selain itu,
 praktikan juga dapat
menyajikan data hasil
pengecilan ukuran serta
menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting
karena sebagai
seorang
engineer
mungkin bidang kerja kita
nantinya berhubungan dengan
alat
pengecil ukuran. Sehingga,
pengetahuan dan cara analisa
data yang kita peroleh di
praktikum ini dapat dijadikan
dasar ilmu dalam menjalankan
pekerjaan.
Terdapat berbagai macam proses dalam penanganan produk hasil pertanian.
Salah satu contohnya yaitu proses pengecilan ukuran. Proses ini dilakukan apabila di
inginkan hasil produk yang berukuran kecil, sebagai contoh adalah tepung. Untuk
menghasilkan tepung, bahan baku yang digunakan harus melalui proses penggilingan.
Penggilingan tersebut akan menghasilkan partikel atau butiran yang ukurannya belum
seragam. Apabila tepung digunakan dalam skala industri maka diperlukan proses
lebih lanjut untuk menyeragamkan ukuran partikel atau butiran tepung tersebut.
Proses tersebut dapat dilakukan dengan pengayakan.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengamatan dan penentuan fineness
modulus dan uniformity index. Praktikum ini sangat bermanfaat dikarenakan bidang
ilmu Teknik Pertanian dan Biosistem seringkali menemukan permasalahan mengenai
pengecilan ukuran. Dengan adanya praktikum ini diharapkan praktikan dapat
menetukan modulus kehalusan dan index keragaman bahan. Selain itu, praktikan juga
dapat menyajikan data hasil pengecilan ukuran serta menganalisisnya. Pelaksanaan
praktikum ini sangat penting karena sebagai seorang engineer mungkin bidang kerja
kita nantinya berhubungan dengan alat pengecil ukuran. Sehingga, pengetahuan dan
cara analisa data yang kita peroleh di praktikum ini dapat dijadikan dasar ilmu dalam
menjalankan pekerjaan.
Oleh karena itu, pada praktikum penentuan Finenes Modulus dan Uniformity
Index dilakukan sebagai kompetensi untuk dapat mengetahui modulus kehalusan
(finenes modulus) dan indeks keseragaman bahan hasil pengecilan ukuran.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini yaitu sebagai berikut.

1. Menentukan modulus kehalusan (finenes modulus) dan indeks keseragaman


bahan hasil pengecilan ukuran
2. Mengenal berbagai cara penyajian data analisa hasil pengecilan ukuran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gula semut adalah bentuk diversifikasi produk gula merah yang berbentuk
butiran kecil (granulasi) berdiameter antara 0,8 – 1,2 mm. Bahan dasar untuk
membuat gula semut yaitu dapat dari nira pohon kelapa atau aren (enau).
Dibandingkan dengan gula kelapa cetak, gula semut memiliki beberapa kelebihan di
antaranya lebih mudah larut , daya simpan lebih lama, pengemasan dan pengangkutan
lebih mudah, dapat diperkaya dengan bahan lain seperti rempah-rempah, iodium dan
vitamin A atau mineral (Mustaufik dan Dwianti, 2017) serta harga yang lebih tinggi.
Pada prinsipnya proses produksi gula semut (sering juga disebut gula kelapa
kristal) meliputi proses pengaturan pH dan penyaringan nira atau pemilihan gula
cetak, pemanasan/pemasakan nira atau larutan gula, proses solidifikasi, proses
granulasi / kristalisasi, pengayakan, pengeringan, dan pengemasan (Mustaufik dan
Haryanti, 2016).
Proses pengolahan gula aren granul selama ini dilakukan petani dengan cara
memanaskan bahan baku nira segar dan menguapkan airnya pada suhu 97°C sampai
120°C lebih, hingga jenuh dan berlangsung proses kristalisasi gula dari nira aren. 2
Kemudian didinginkan sambil diaduk dan ditekan (digosok) sampai menjadi granul
(Rahmadian, O. 2012). Dibanding gula nira yang lain, gula yang dibuat dari nira aren
dianggap lebih unggul dari sisi kualitas yang salah satu indikatornya adalah harga
lebih baik di pasar namun warna gula dan aroma yang masih tajam dari gula aren
membuat kualitas dan mutunya sedikit berkurang
Fineness Modulus (FM) penting dalam penentuan kualitas dari tepung
(witdarko et al, 2015). Vibrator screen merupakan alat pengayak otomatis untuk
dipisahkan kedalam dua atau tiga fraksi dengan menggunakan ayakan, setiap fraksi
yang keluar dari ayakan mempunyai ukuran yang seragam (Sulistiawan et al, 2014).
Pada praktikum acara 3 ini, vibrator digunakan untuk penentuan Finenes Modulus
dan Uniformity index.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Jagung, oatmeal, dan gula semut
2. Ayakan standar Tyler berbagai ukuran
3. Vibrator (penggetar)

3.2 Cara Kerja


Pertama-tama, masing-masing contoh bahan (jagung, oatmeal, dan gula
semut) ditimbang 3 x 100 gram. Kemudian, pasang ayakan menurut urutan yang
diterapkan, atur pengatur waktu pada 10 menit. Letakkan sampel di atas ayakan
teratas, tutup dan kencangkan mur penekan tutup, hubungkan arus dengan menekan
switch pada step up transformator ke posisi “on”. Kemudian, Timbang sampel
dalam ayakan terkecil yang masih terdapat bahan, kembalikan ayakan dalam posisi
semula. goyangkan selama 5 menit, ulangi sampai berat bahan dalam ayakan
tersebut tetap (0,2 % penurunan). Yang terakhir, Timbang sampel dalam setiap
ayakan lalu dicatat untuk masing-masing ukuran mesh. Untuk masing-masing
sampel dilakukan 3 kali pengukuran.
3.3 Cara Analisa Data
3.3.1 Konversi Aperture inch to mm.
1 inch = 25,4 mm.
3.3.2 Penentuan diameter rata-rata D (inch)
Misal : diameter rata-rata partikel yang lolos di mesh 4 tetapi tertahan di
mesh 8
D = ½* (d4+d8) inch
Keterangan :
D = diameter rata-rata partikel
d4 = aperture mesh 4
d8 = aperture mesh 8
3.3.3 Penentuan % Fraksi Massa
Wi
FM (3.1)
100
3.3.4 Penentuan Oversize (%)

w1
x 1= × 100 (3.2)
∑ wt
Wi = Massa bahan tertinggal tiap mesh (gram)
Wtotal = massa bahan awal setelah diayak (gram)

3.3.5 Penentuan Oversize Kumulatif (%)

= ∑ oversize (3.2)

3.3.6 Penentuan % Bahan lewat

% 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡 = 100% - %𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (3.3)

3.3.7 Geometric mean diameter (Dgw)


𝐷𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔-1[ ∑ ¿ ¿] (3.4)

3.3.8 Geometric Standar deviation (Sgw)

∑(Wi∨log Di−log Dgw ∨1 ¿ 2)


𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔-1 [- ]
∑ ¿¿
(3.5)
Di = diameter lubang ayakan ke-i
Dgw = geometric mean diameter
Di+i = diameter ayakan ke atas i
Dgi = (Di+Di+i)/1/2
Sgw = Geometric Standard Deviation (mm)
∑Wi = dijumlahkan tanpa pan

3.3.9 Penentuan Fineness Modulus (FM)


FM =
∑ x Oversize Kumulatif
100
(3.6)
3.3.10 Penentuan ukuran rata-rata (inchi)
D = 0,0041(2)FM (inchi) (3.7)

3.3.11 Penentuan Ukuran rata- rata (mm)


= ukuran rata-rata (inchi) x 25,4 = 1,651 mm (3.8)

3.3.12 Penentuan Koreksi


Ralat = Dgw ± Sgw (3.9)

3.3.12 Tentukan finenes modulus sebagai berikut :

Ukura
Fraksi
Mes n Oversiz Fraksi %
Oversize %
h. Luban e Oversize
kumulatif (%) Oversiz
No g (%) Kumulatif
e
(mm)
X1
X1 X1+X2
3/8 “ 9.5
X2 X1+X2+X3 X1 / ΣXok
48 4.75 X1/100
X3 X1+X2+X3+X4 X1+X2 / ΣXok
14 2.36 X2/100
X4 X1+X2+X3+X4+X5 …………
30 1.4 ……
X5 X1+X2+X3+X4+X5+X6 X1+X2+…
50 0.6 ……
X6 X1+X2+X3+X4+X5+X6 +X7 /
100 0.3 X7/100
X7 + ΣXok
Pan 0.15
- X7
-
Tota
100 Jumlah total
l
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.2.1. Hasil Analisis Data Fineness Modulus dan Uniformity Index Gula Semut
Ulangan 2

Diameter Massa
Aperture
Aperture Aperture di Partikel Bahan % Fraksi Oversize Xi Oversize
Tyler Mesh Log (mm) di
di (inch) (mm) Rata-rata D Tertinggal massa (%) Kumulatif (%)
(mikron)
(inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0.8 0.008 0.809716599 0.809716599 5613.4
-3 1/2 + 4 0.183 4.6482 0.667284806 0.138 5.4 0.054 5.465587045 6.275303644 4648.2
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 34.1 0.341 34.51417004 40.78947368 2362.2
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 22 0.22 22.26720648 63.05668016 1397
-
14+30 0.023 0.5842 0.017 26.8 0.268
0.233438447 27.12550607 90.18218623 584.2
-
.-30+50 0.011 0.2794 0.0085 7.1 0.071
0.553773598 7.186234818 97.36842105 279.4
-
50+100 0.006 0.1524 0 2.6 0.026
0.817015033 2.631578947 100 152.4
Pan 0 0
Total       0.4785 98.8   100.00 398.4817814  

Tabel 4.2.2. Hasil Analisis Data Fineness Modulus dan Uniformity Index Gula Semut
Ulangan 3

Diameter Massa
Aperture
Tyler Aperture Aperture Partikel Bahan % Fraksi Oversize Xi Oversize
Log (mm) di
Mesh di (inch) di (mm) Rata-rata D Tertinggal massa (%) Kumulatif (%)
(mikron)
(inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0 0 0 0 5613.4
-3 1/2 + 4 0.183 4.6482 0.667284806 0.138 8.74 0.0874 8.817594835 8.817594835 4648.2
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 46.78 0.4678 47.19531881 56.01291364 2362.2
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 23.9 0.239 24.11218725 80.12510089 1397
14+30 0.023 0.5842 -0.233438447 0.017 16.6 0.166 16.74737692 96.8724778 584.2
.-30+50 0.011 0.2794 -0.553773598 0.0085 2.5 0.025 2.522195319 99.39467312 279.4
50+100 0.006 0.1524 -0.817015033 0 0.6 0.006 0.605326877 100 152.4
Pan 0 0
Total     0.330796789 0.4785 99.12   100.00 441.2227603  

Tabel 4.2.3. Hasil Analisis Data Fineness Modulus danUniformity Index Jagung A

Tabel 4.2.4. Hasil Analisis Data Fineness Modulus danUniformity Index Jagung A
Ulangan 2
Diameter Massa
O
Tyler Aperture Aperture Partikel Bahan % Fraksi Oversize Xi
Log (mm) K
Mesh di (inch) di (mm) Rata-rata Tertinggal massa (%)
D (inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0 0 0
-3 1/2 + 4 0.183 4.6482 0.667284806 0.138 0.03 0.0003 0.02
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 80.97 0.8097 53.98
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 53.5 0.535 35.66666667 89.6
-
14+30 0.023 0.5842 0.017 15.1 0.151 10.06666667 99.7
0.233438447
-
.-30+50 0.011 0.2794 0.0055 0.4 0.004 0.266666667
0.553773598
Pan 0 0 0
Total       0.4755 150   100 3

Diameter Massa
%
Tyler Aperture Aperture Partikel Bahan Oversize Xi
Log (mm) Fraksi K
Mesh di (inch) di (mm) Rata-rata Tertinggal (%)
massa
D (inch) wi (gram)
.+3 1/2 0.221 5.6134 0.74922599 0.202 0 0 0
-3 1/2 +
0.183 4.6482 0.667284806 0.138 0.05 0.0005 0.033433634 0.0
4
-4+8 0.093 2.3622 0.373316665 0.074 93.4 0.934 62.45402875 62
-8+14 0.055 1.397 0.145196406 0.039 46.8 0.468 31.29388164 93
-
14+30 0.023 0.5842 0.017 9 0.09 6.018054162 99
0.233438447
-
.-30+50 0.011 0.2794 0.0055 0.3 0.003 0.200601805
0.553773598
Pan 0 0 0
Total       0.4755 149.55   1 35

Tabel 4.2.5. Data Perbandingan Partikel Tiap Bahan


Gula Semut Gula Semut Jagung A UL Jagung A UL
 
UL 2 UL 3 1 2
Dgw (mm) 0.703411857 0.913958037 1.692233589 1.835070081
Sgw (mm) 0.297351166 0.353705004 0.421671072 0.437540425
Ukuran rata-
0.107056507 0.107374141 0.106648695 0.106742483
rata (mm)
Fineness
3.984817814 4.412227603 3.4342 3.5610164
Modulus
0.703411857 0.913958036 1.692233589 1.835070081
Koreksi (mm) 3± 5± ± ±
0,297351166 0,353705004 0,421671072 0,437540425
4.2 Pembahasan

Pada praktikum acara 3 ini yang berjudul Penentuan Finenes Modulus dan
Uniformity Index. Fineness modulus adalah salah satu index yang digunakan untuk
menyatakan tingkat kehalusan suatu bahan padatan curah (fluidized solid, padatan
yang dapat bekerja seperti fluida) seperti tepung, pasir, semen, dan lain-lain. Tingkat
kehalusan umumnya dibagi menjadi kasar, sedang dan halus, dengan semakin halus
suatu bahan, nilai FM nya akan semakin kecil (Witdarko dkk, 2015). Pengukuran FM
biasanya dilakukan dengan ayakan standar Tyler yang terdiri dari beberapa ayakan
tersusun sedemikian rupa. Fineness modulus untuk sampel gula semut pada ulangan 2
dengan rata-rata 3.98, pada ulangan 3 dengan rata-rata 4.41dan jagung A pada
ulangan 1 sebesar 3,43, pada ulangan 2 sebesar 3,57 hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa kedua sampel tergolong halus karena semakin besar nilai FM
menunjukan semakin kasar. Uniformity Index (indeks keragaman) merupakan
perbandingan ukuran diameter butiran yang lolos dari suatu ukuran saringan tertentu.
Nilai D diperoleh dari grafik antara diameter partikel vs persentase kumulatif bahan
lolos. Diameter partikel disini adalah diameter bukaan tiap-tiap ayakan yang
digunakan sesuai dengan nomor meshnya. Berbeda dengan fineness modulus,
semakin besar nilai Uniformity index maka semakin rapat sebaran butiran (diameter
partikel semakin seragam/sama). Geometric Mean Diameter (GMD) merupakan
Rataan ukuran partikel dengan satuan millimeter (mm) atau micron (µm) sedangkan
variasinya dinyatakan dengan Geometric Standard Deviation (GSD) dimana semakin
besar nilai GSD maka semakin rendah keseragamannya. GMD dan GSD
mendeskripsikan dengan akurat hanya jika distribusi ukuran partikel dinyatakan
sebagai data log, terdistribusi secara parametrik yaitu sebagai Log normal.
Prinsip kerja dari metode pengayakan menggunakan ayakan tyler untuk
pemisahan partikel merupakan cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan
menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian dapat dipisahkan antara
partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal diayakan (butiran kasar)
ukuran butiran tertentu, yang masih bisa melintasi ayakan dinyatakan sebagai butiran
batas. Sekelompok partikel dikatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu jika seluruh
partikel dapat melintasi lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa sisa ayakan). Dengan
demikian ada batasan maksimal dari ukuran partikel. Pemisah berbagai campuran
partikel padatan yang mempunyai berbagai ukuran dengan menggunakan ayakan
tyler. Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pemisah yang ukurannya
berbeda. Pengayakan memudahkan kita untuk mendapatkan butiran dengan ukuran
yang seragam.
Berdasarkan perhitungan analisis data praktikum acara 3 yang telah dilakukan
didapat hasil berupa grafik sebagai berikut. Pada Perbandingan size (mikron) vs
fraksi massa (%) antara ulangan 2 dengan ulangan 3 pada pengamatan Massa Bahan
Tertinggal Gula Semut sebagai berikut :

0.5

0.4
fraksi massa (%)

0.3

0.2 Ulangan 2
Ulangan 3
0.1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
size (mikron)

Gambar 3.1 size (mikron) vs fraksi massa


Dari gambar 3.1 menunjukkan hasil fraksi massa ulangan 3 lebih besar
dibandingkan dengan ulangan 2 pada analisis data fineness modulus dan uniformity
index Gula Semut. Dapat diketahui bahwa kecepatan vibrasi juga mempengaruhi
fraksi massa yang dihasilkan pada setiap ayakan . Pada dasarnya getaran yang keras
akan menghasilkan partikel lolos ayakan yang lebih banyak, sehingga fraksi massa
yang berukuran besar akan lebih kecil. Fraksi massa yang lolos ayakan dari ayakan
kecil akan lebih besar karena semakin banyak partikel yang lolos ayakan dari ayakan
berukuran besar seiring dengan meningkatnya kecepatan vibrasi. Naik turunnya nilai
pengayakan pada grafik menunjukkan bervariasinya jumlah partikel. Fraksi massa
terbesar tidak hanya terdapat pada ayakan 250 mikron ataupun receiver saja, sehingga
tidak terbentuk garis lurus. Fraksi massa terbesar cenderung berada pada ayakan
dengan ukuran 710 mikron, 500 mikron, 250 mikron, dan receiver.

Pada Perbandingan antara size Log size vs oversize kumulatif ulangan 2


dengan ulangan 3 pada Pengamatan Massa Bahan Tertinggal Gula Semut sebagai
berikut :

120
oversize kumulatif (%)

100
80
60
Ulangan 2
40
Ulangan 3
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
log(mm)

Gambar 3.2 Log size vs oversize kumulatif


Dari gambar 3.2. Menunjukkan bahwa nilai cumulative oversize ulangan 3
lebih besar dibandingkan dengan ulangan 2. Perhitungan cumulative oversize untuk
suatu ukuran ayakan itu sendiri merupakan penjumlahan massa-massa sampel yang
tertahan pada ayakan dan pada ayakan-ayakan sebelumnya, sehingga untuk ayakan
berukuran besar massa sampel yang tertahan akan lebih sedikit dibandingkan pada
massa sampel yang tertahan pada ayakan berukuran kecil.
Pada Perbandingan antara size Log size vs oversize kumulatif ulangan 2
dengan ulangan 3 pada Pengamatan Massa Bahan Tertinggal Jagung A sebagai
berikut :

1
0.8
fraksi massa(%)

0.6
0.4 Ulangan 1
0.2 Ulangan 2

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
size(mikron)

Gambar 3.3 size (mikron) vs fraksi massa


Dari gambar 3.1 menunjukkan hasil fraksi massa ulangan 3 lebih besar
dibandingkan dengan ulangan 2 pada analisis data fineness modulus dan uniformity
index Jagung A.
Pada Perbandingan antara size Log size vs oversize kumulatif ulangan 2
dengan ulangan 3 pada Pengamatan Massa Bahan Tertinggal Jagung A sebagai
berikut :
120
100

oversize kumulatif(%)
80
60
Ulangan 1
40
Ulangan 2
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
log(mm)

Gambar 3.4 Log size vs oversize kumulatif


Dari gambar 3.2. Menunjukkan bahwa nilai cumulative oversize ulangan 2
lebih besar dibandingkan dengan ulangan 1

Tujuan proses pengecilan ukuran dan pengayakan dalam proses pengolahan


pangan adalah proses yang sangat berguna dalam proses penanganan bahan pangan.
Dimana dengan dilakukan pengayakan, maka bahan pangan yang di ayak akan
disterilkan dari bahan-bahan yang merugikan (seperti batu, dan kerikil). Dengan kata
lain, dengan adanya proses pengayakan maka kita akan mendapatkan pati dari suatu
bahan pangan atau hasil bersih dari suatu bahan pangan (sterilized food).
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum acara 3 yang berjudul Penentuan Finenes Modulus


dan Uniformity Index diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Uniformity Index (indeks keragaman) merupakan perbandingan ukuran


diameter butiran yang lolos dari suatu ukuran saringan tertentu. Hasil diatas
menunjukan Fineness modulus untuk sampel gula semut pada ulangan 2
dengan rata-rata 3.98, pada ulangan 3 dengan rata-rata 4.41 dan jagung A
pada ulangan 1 dengan rata-rata 3,43, pada ulangan 2 dengan rata-rata 3,57
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kedua sampel tergolong halus
karena semakin besar nilai FM menunjukan semakin kasar. Sampel jagung A
ulangan 1 dan ulangan 2 pada mesh ke 3/6 tidak ada massa tertinggal.
Uniformity index kecil berarti sebaran butian lebar (diameter partikel banyak
yang berbeda-beda).

2. Tujuan proses pengecilan ukuran dalam proses pengolahan pangan adalah


proses yang sangat berguna dalam proses penanganan bahan pangan dengan
adanya proses pengecilan ukuran maka kita akan mendapatkan pati dari suatu
bahan pangan atau hasil bersih dari suatu bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA

Mustaufik dan H. Dwianti. 2017. Rekayasa Pembuatan Gula Kelapa Kristal yang
Diper kaya dengan Vitamin A dan Uji Preferensinya kepada Konsumen.
Laporan Penelitian. Peneliti Dosen Muda Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi
Pertanian. Universitas Jendral Soedirman. Perwokerto

Mustaufik dan P. Haryanti. 2016. Evaluasi Mutu Gula Kelapa Kristal yang Dibuat
dari Bahan Baku Nira dan Gula Kelapa Cetak. Laporan Penelitian. Peneliti Muda
Dikti Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.

Rahmadian, O. 2012. Uji Kinerja Hammer Mill dengan Umpan Janggel Jagung.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 1 (1) : 11 – 16.
Sulistiawan, H., Slamet, S. 2014. Perancangan Mesin Pengayak Pasir Cetak Vibrating
Screen pada Ikm Cor di Juwana Kabupaten Pati. Hal 92. ISBN: 978-602
1180- 04-4.
Witdarko, Y., Bintoro, N., Suratmo, B., Rahardjo, B. 2015. Pemodelan pada Proses
Pengeringan Mekanis Tepung Kasava dengan Menggunakan Pneumatic
Dryer: Hubungan Fineness Modulus dengan Variabel Proses Pengeringan. Hal 482.
AGRITECH, Vol. 35, No. 4, November 2015.
LAMPIRAN
Contoh Perhitungan (Gula semut ulangan 2)
3.3.1 Konversi Aperture inch to mm.
1 inch = 25,4 mm.
3.3.2 Penentuan diameter rata-rata D (inch)
Misal : diameter rata-rata partikel yang lolos di mesh 4 tetapi tertahan di
mesh 8
D = ½* (d4+d8) inch
= ½* (0,221+0,183) inch
= 0,202
Keterangan :
D = diameter rata-rata partikel
d4 = aperture mesh 4
d8 = aperture mesh 8
3.3.3 Penentuan % Fraksi Massa
Wi 0,8
FM = = 0,008
100 100
(3.1)

3.3.4 Penentuan Oversize (%)

w1
x 1= × 100 (3.2)
∑ wt
0,8
¿ ×100
98,8
¿ 0.8098 %
Dimana:
Wi = Massa bahan tertinggal tiap mesh (gram)
Wtotal = massa bahan awal setelah diayak (gram)

3.3.5 Penentuan Oversize Kumulatif (%)

= ∑ oversize
= 0,8098 (3.2)

3.3.6 Penentuan % Bahan lewat


% 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡 = 100% - %𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (3.3)
= 100 – 0,8098
= 99,19

3.3.7 Geometric mean diameter (Dgw)


𝐷𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔-1[ ∑ ¿ ¿] (3.4)

0,815
= 𝑙𝑜𝑔-1 [- ¿
98,8
= 1,2
3.3.8 Geometric Standar deviation (Sgw)
∑(Wi∨log Di−log Dgw ∨1 ¿ 2)
𝑆𝑔𝑤 = 𝑙𝑜𝑔-1 [- ]
∑ ¿¿
(3.5)
0 , 8 x 0 , 75−0,08 (1/2)
= 𝑙𝑜𝑔-1 [- ¿
98,8

= 0,28
Di = diameter lubang ayakan ke-i
Dgw = geometric mean diameter
Di+i = diameter ayakan ke atas i
Dgi = (Di+Di+i)/1/2
Sgw = Geometric Standard Deviation (mm)
∑Wi = dijumlahkan tanpa pan

3.3.9 Penentuan Fineness Modulus (FM)

FM =
∑ x Oversize Kumulatif
100
(3.6)
398,48
=
100
= 3,9848
3.3.10 Penentuan ukuran rata-rata (inchi)
D = 0,0041(2)FM (inchi) (3.7)
= 0,0041(2)0,008
= 0,0041

3.3.11 Penentuan Ukuran rata- rata (mm)


= 0,065 x 25,4 = 1,651 mm (3.8)

3.3.12 Penentuan Koreksi


Ralat = Dgw ± Sgw
= 0,7034118573 ± 0,297351166 (3.9)

Anda mungkin juga menyukai