Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT BANTU DAN STATISTIKA

PENGUKURAN DIMENSI PANJANG DAN DIAMETER

Disusun oleh: Angela Esmita Nidiaputri 11/317738/TK/38094

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................................ 1 Daftar Gambar ............................................................................................................................... 2 Daftar Tabel ................................................................................................................................... 3 BAB I 1.1. 1.2. 1.3. BAB II BAB III BAB IV 4.1. 4.2. BAB V 5.1. 5.2. PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................................... 4 Tujuan ............................................................................................................................ 4 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4 LANDASAN TEORI........................................................................................................... 5 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL ............................................................................................................................ 11 PEMBAHASAN .............................................................................................................. 16 PENUTUP Kesimpulan .................................................................................................................. 19 Saran ............................................................................................................................ 19

Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 20 Lampiran ..................................................................................................................................... 21

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Contoh pembacaan skala ukuran mistar ukur dalam sistem metrik ....................... 6 Gambar 3.2. Bagian Bagian Mistar Ingsut skala nonius ............................................................. 7 Gambar 3.3. Mistar ingsut dengan jam ukur ................................................................................ 9 Gambar 3.3. Mistar ingust digital ................................................................................................. 9 Gambar 4.1. Model Benda Kerja ................................................................................................. 12

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Tabel pengukuran Angela Esmita................................................................................ 12 Tabel 4.2. Tabel pengukuran Fadhila Adzkia .............................................................................. 13 Tabel 4.3. Tabel pengukuran Agung Prasetyo ............................................................................ 14 Tabel 4.4. Tabel pengukuran Ika Wahyu..................................................................................... 15 Tabel 4.5. Tabel pengukuran Bambang Wahyu Jati .................................................................... 15 Tabel 4.6. Tabel pengukuran Akmal ............................................................................................ 16 Tabel 4.7. Tabel pengukuran Ebzan Oktavio............................................................................... 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kemampuan seseorang dalam melakukan proses pengukuran serta untuk menganalisis hasil pengukuran sangat bergantung pada pengetahuannya atas prosedur dan alat ukur serta cara penggunaan alat ukur. Jenis alat ukur yang dikenal dalam metrologi industri sangatlah beragam,mulai dari yang ukuran penggunaannya biasa sampai dengan yang khusus dibuat untuk suatu tujuan pengukuran tertentu. Untuk keterampilan pengukuran tidak hanya dicapai dengan mempelajar teorinya saja, melainkan harus disertai juga dengan praktik yang memadai. Karena pada kenyataannya antara praktik dan teori sangat berbeda jauh. Dalam praktik,pengukur tidak hanya memperhatikan cara penggunaan alat ukur, tetapi juga perlu memperhatikan material benda kerja yang diukur dan posisi benda kerja yang akan diukur,apakah tekanan yang diberikan alat ukur pada benda kerja sudah sesuai atau belum untuk mendapatkan hasil yang akurat. Hal tersebutlah yang akan dianalisis apakah terdapat perbedaan ukuran antara benda kerja sebenarnya dengan ukuran yang didapat dari berbagai alat ukur. Maka dari itu, melalui praktikum pengukuran dimensi panjang dan diameter akan dianalisis mengapa perbedaan tersebut dapat terjadi.

1.2.

Tujuan

1.2.1. Bekerja dengan menggunakan alat ukur sederhana (mistar), dan berbagai jenis mistar ingsut (vernier caliper manual, vernier caliper dial, dan vernier caliper digital ) 1.2.2. Mahasiswa mampu menentukan alat ukur yang paling tepat untuk mengendalikan suatu jenis besaran linier pada proses pengendalian kualitas produksi.

1.3.

Rumusan Masalah

1.3.1. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran dari keempat alat ukur yang digunakan? Mengapa hal tersebut dapat terjadi? 1.3.2. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran dari pengukur ke-1 hingga pengukur ke-n? Mengapa hal tersebut dapat terjadi? 1.3.3. Apakah a + d1 + b + d2 + c = p dan e + d2 + f = l ; Jelaskan apabila tidak sama dan berikan pembahasan atau alasan mengapa hal itu dapat terjadi? 4

BAB II LANDASAN TEORI

3.1.

Teori Dasar

Alat ukur direncanakan dengan prinsip kerja tertentu dan harus dipakai dengan benar supaya harga yang ditunjukkan pada skala ukuran adalah sesuai dengan harga yang diukur. Bila hal ini dipenuhi maka akan terjadi kesalahan (error). Kesalahan atau error tersebut terjadi alibat beberapa faktor, antara lain : Kekeliruan pelaksanaan proses pengukuran Kekurangsamaan pengontrolan jalannya proses pengukuran (adanya pengaruh perubahan besaran lain) Kesalahan pada alat ukurnya Jika menyangkut faktor kesalahan pada alat ukurnya, maka faktor ketiga dapat dihindari dengan melakukan kalibrasi. Kalibrasi adalah proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupuninternasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi harus dilakukan dengan prosedur tertentu karena pada hakekatnya mengkalibrasi serupa dengan mengukur, yaitu membandingkan alat ukur (skala atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Kalibrasi umumnya dilakukan sesuai dengan kecermatan alat ukur yang bersangkutan dengan alat ukut lain yang satu atau beberapa tingkat kecermatan dan kebenaran skalanya. 3.2. Macam-Macam Alat Ukur

3.2.1. Mistar Dalam kehidupan sehari-hari dikenal yang namanya mistar atau penggaris. Ada yang terbuat dari kayu, ada yang dari bahan plastik, dan ada pula yang terbuat dari baja atau kuningan.Yang paling banyak saat ini adalah mistar yang terbuat dari plastik (untuk menggambar/menggambar teknik) dan mistar yang terbuat dari baja (untuk pengukuran di bidang permesinan). Yang akan dibicarakan disini mistar yang terbuat dari baja atau kuningan yang memang banyak digunakan untuk pengukuran dalam kerja mesin. Mistar ukur yang terbuat dari baja ini bermacam-macam bentuknya, misalnya meteran gulung, meteran 5

lipat, mistar ukur berkait, mistar ukur pendek. Sistem pembagian skalanya juga ada yang dengan sistem inchi dan ada pula yang dengan sistem metrik.

3.2.1.1. Pembacaan Mistar Ukur dalam Sistem Metrik Mistar ukur dengan sistem metrik ini ada yang panjangnya sampai 150 milimeter dan ada pula yang sampai 300 milimeter. Satuan dasar yang digunakan adalah satuan dasar panjang yaitu meter yang kemudian diturunkan menjadi milimeter di mana satuan ini digunakan sebagai satuan skala ukuran untuk mistar ukur dengan sistem metrik. Biasanya pada muka ukurnya dicantumkan angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, .... dan seterusnya sampai 15 atau 30. Dari angka 1 sampai dengan 2 menunjukkan angka skala ukuran 1 centimeter, 10 milimeter. Berarti 1 sampai 2 dibagi sepuluh bagian yang sama. Dengan demikian jarak satu skala kecil antara 1 dan 2 adalah 0.1 centimeter = 1 milimeter. Ketelitian mistar ukur dengan skala metrik ini hanya mencapai 0.5 milimeter, berarti dari angka ke angka (1 centimeter) dibagi 20 bagian yang sama. Contoh pembacaan skala mistar ukur dengan sistem metrik dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1. Contoh pembacaan skala ukuran mistar ukur dalam sistem metrik.

3.2.2. Mistar Ingsut Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong,mistar geser, schuifmaat atau vernier. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama seperti pada mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan yangsangat penting perannya di dalam pengukuran yaitu yang disebut dengan skala nonius. Adanya skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut. 6

Dalam pembacaan skalanya ada yang dalam sistem inchi dan ada pula yang dalam sistem metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala yaitu yang satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian alat ukur mistar ingsut bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Ada pula mistar ingsut yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian). Satu lagi jenis mistar ingsut adalah mistar ingsut digital. Kelebihan dari mistar ingsut digital adalah nilai hasil ukur akan langsung tertera pada layar digital tanpa perlu menghitung kembali,alat ini juga sangat teliti sehingga hasil yang didapat bisa sangat akurat. Kekurangannya adalah mistar ingsut digital ini sangat sensitif,sehingga pada saat pengukuran benda kerja harus pada posisi tegak lurus untuk mendapatkan hasil yang akurat. Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu selalu mengecek apakah kedudukan nolnya sudah tepat atau belum dan memastikan bahwa pada saat pengukuran perlu menekan tombol hold agar angka yang tertera pada layar digital tidah berubah lagi. Jadi ada tiga jenis jangka sorong yaitu jangka sorong (jangka ingsut) dengan skala nonius, mistar ingsut dengan jam ukur, dan mistar ingsut digital. Sesuai dengan bentuk dari benda ukur maka saat ini telah banyak diproduksi mistar ingsut dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap sama. 3.2.2.1. Macam-Macam Mistar Ingsut Terdapat tiga jenis mistar ingsut yang digunakan dalam praktikum ini : a. Mistar ingsut skala nonius

1. Rahang sensor mengukur dimensi luar 2. Rahang sensor mengukur dimensi dalam 3. Ekor pengukur kedalaman 4. Skala utama (cm) 5. Skala utama (inch) 6. Skala vernier (cm) 7. Skala vernier (inch) 8. Peluncur/penggerak rahang gerak Gambar 3.2. Bagian Bagian Mistar Ingsut skala nonius

b. Mistar ingsut dengan jam ukur

Gambar 3.3. Mistar ingsut dengan jam ukur

c. Mistar ingsut digital

Gambar 3.3. Mistar ingust digital Prinsip utama menggunakan mistar ingsut adalah apabila kunci yang terdapat pada mistar ingsut dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada mistar ingsut. Berikut ini adalah cara-cara menggunakan mistar ingsut : 1. Mengukur Diameter Luar Benda Cara mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda : Putar pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah mistar ingsut, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan. 2. Mengukur Diameter Dalam Benda Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung : Putar pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda , geser agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan. 3. Mengukur Kedalaman Benda Cara mengukur kedalaman benda : Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar tabung, putar pengunci ke kanan. 9

BAB III Metodologi Penelitian

Praktikum Pengukuran Dimensi Panjang dan Diameter ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 07.00 sampai pukul 09.00 bertempat di Laboratorium Proses dan Sistem Produksi Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini dilaksanakan secara berkelompok untuk menghemat waktu dan memanfaatkan seluruh alat ukur yang ada pada laboratorium. 2.1. Alat dan Bahan a. Model benda kerja berbahan : a. Polimer b. Besi b. Alat ukur linear dan diameter dalam Alat ukur linear sederhana (mistar) Mistar ingsut dengan kecermatan 0.05 mm Mistar ingsut dial indicator dengan kecermatan 0.01 mm Mistar ingsut digital dengan kecermatan 0.001 mm 10

2.2.

Pelaksanaan Pengukuran

2.2.1. Proses Pengukuran 2.2.2. Pengukuran dengan berbagai jenis mistar untuk besaran linear a. Pengukuran pertama dengan menggunakan mistar ukur sederhana (kecermatan 0.50mm). b. Pengukuran kedua dengan menggunakan mistar ingsut nonius (kecermatan 0.05 mm). c. Pengukuran ketiga dengan menggunakan mistar dial indicator (kecermatan 0.01mm) d. Pengukuran keempat dengan menggunakan mistar digital (kecermatan 0.001mm) e. Bentuk dan ukuran benda yang digunakan sebagai objek banda ukur ditampilkan pada Gambar-1.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

4.1.

Hasil Bentuk benda kerja yang dijadikan objek benda ukur.

11

Gambar 4.1.

Model Benda Kerja

Terdapat dua model benda kerja yang dijadikan objek benda ukur. Keduanya memiliki bentuk yang sama dengan gambar di atas, hanya materialnya yang berbeda, yaitu polimer dan besi. Berikut adalah hasil pengukuran dari anggota kelompok 17 : Tabel 4.1. Tabel pengukuran Angela Esmita Pengukuran Polimer Mistar Mistar Dimensi Ingsut Biasa (0,05 mm) (mm) d1 d2 panjang (P) P1 P2 P3 a b c lebar (L) I1 I2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f 41 43 199 50 100 50 29 57 28 100 50 50 30 30 (0,05 mm) (mm) 40,8 42,7 48,8 99,8 47,64 29,52 58,2 30 100,2 49,5 50,7 30,2 31,48 Mistar Ingsut Dial (0,01 mm) (mm) 41,5 40,26 50,32 115,6 50,33 30,17 58,83 30,84 99,7 52,08 49,52 33,7 29,6 Mistar Ingsut Digital (0,001 mm) (mm) 41,77 42,42 49,77 103,9 51,32 29,18 57,18 29,99 100,57 50,31 50,28 30,23 29,81 (0,05 mm) (mm) 41,5 41 200 49 104 51 29 60 29,5 100 50,5 50 29,5 29,5 201 Mistar Pengukuran Besi Mistar Ingsut Biasa (0,05 mm) (mm) 39,75 40,45 50,5 Mistar Ingsut Dial (0,01 mm) (mm) 40,6 40,56 50,25 Mistar Ingsut Digital (0,001 mm) (mm) 39,65 39,59 50,51

104,15 104,67 102,39 50,6 30,3 60,9 30,4 51,02 30,5 60,5 30,27 48,76 31,1 60,67 30,53

100,95 100,55 100,54 50,45 50,1 30,3 30,2 49,2 51,73 30,27 30,23 51,23 49,41 30,56 30,94

198 201,22

201,6 200,54

201,8 202,43 201,54

103 104,38 103,56 102,46

100 100,95 101,06 101,09

Tabel 4.2. Tabel pengukuran Fadhila Adzkia Pengukuran Polimer 12 Penukuran Besi

Mistar Mistar ingsut biasa Dimensi 0.5 mm (mm) d1 d2 Panjang (P) P1 P2 P3 a b c Lebar (L) l1 l2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f 40 41 200 50 100 50 30 59 29 100 50 49 30 30 48,4 99,4 49,25 30,3 59,45 30,1 99,15 49,45 49,4 29,4 29,1 41,1 41,2 0,05 mm

Mistar Ingsut Dial 0.01 mm

Mistar Ingsut Digital 0.001 mm 0.5 mm (mm) Mistar

Mistar ingsut biasa 0,05 mm

Mistar Ingsut Dial 0.01 mm

Mistar Ingsut Digital 0.001 mm

40,74 40,76

41,33 41,38

42 42 200

39,75 40,45

40,52 40,64

39,98 39,86

50,85

50,12

50

50,5

50,25 100,3 50,13 30,44 60,44 30,33

50,11 99,87 49,75 30,77 60,14 30,07

99,7 100,27 50,08 29,8 60,58 30,6 99,8 49,4 49,8 30,52 30,86 50,03 29,25 59,9 29,17 99,03 49,71 49,11 30,09 30,09

100 100,15 50 30 59 30 49,27 30,2 60,4 30,2

100 100,25 50 50 29 29 203 50,5 50,5 30,35 30,25

100,2 100,15 50,5 50,5 30,53 30,16 49,51 49,52 30,45 30,6

199 202,15 202,48 201,03 101 99,7 102,14 101,56

201 202,37 200,82

100 101,05 101,33 100,91

Tabel 4.3. Tabel pengukuran Agung Prasetyo Pengukuran Polimer Mistar Mistar Mistar Dimensi Ingsut Biasa (0,05 mm) (mm) d1 41 (0,05 mm) (mm) 41,5 Ingsut Dial (0,01 mm) (mm) 41,24 Mistar Ingsut Digital (0,001 mm) (mm) 41,38 13 (0,05 mm) (mm) 41,5 Mistar Pengukuran Besi Mistar Mistar Ingsut Biasa (0,05 mm) (mm) 41,3 Ingsut Dial (0,01 mm) (mm) 40,64 Mistar Ingsut Digital (0,001 mm) (mm) 39,88

d2 Panjang (P) P1 P2 P3 a b c Lebar (L) I1 I2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f

41 200 48 103 49 29 59 29,5 99 50 49 29 29 199,5 99

41,2

41,34

41,06

41 199

41,2

41,2

40,13

48,8 100,3 48,9 28,1 59 28,5 99,6 50,1 49,2 29,2 29,3

48,66 100,26 48,54 29,46 59,66 28,72 99,48 50,22 49,44 29,36 29,32

49,17 99,74 48,23 29,84 59,47 29,65 100,12 50,98 50,02 30,12 30,68 201,4

49 103 50 29 60 29,5 10 50,5 50 29,5 29,5 201 100

48,7 100,4 49 29,5 60,35 29,45 99,4 50,05 50,1 29,8 29,4

48,7

48,73

100,34 100,37 48,88 28,24 59,6 29,64 99,48 50,16 50,38 30,18 30,08 49,65 29,96 60,64 30,06 100,04 50,81 50 30,38 30,76

198,3 200,42

201,8 199,32 200,67 100,4 101,46 101,27

99,7 100,02 101,86

Tabel 4.4. Tabel pengukuran Ika Wahyu Pengukuran Polimer mistar Mistar Dimensi (0,5 mm)(m) ingsut biasa (0,05mm) (mm) d1 d2 panjang (P) P1 P2 P3 a b 41 43 199 5 10 49 29 58 49,2 99,8 47,6 29,2 57,49 40,8 42,7 50,4 110,2 50,2 30,16 58,82 14 mistar ingsut dial (0,01 mm) (mm) 41,5 40,3 49,77 103,9 51,31 29,18 57,18 mistar ingsut digital (0,01 mm) (mm) 41,77 42,42 40 40 199 50 10 50 30 60 48,1 102 52,3 30,5 60,25 Mistar (0,5 Pengukuran Besi mistar ingsut biasa mistar ingsut dial (0,01 mm) (mm) 40,7 40,7 49,25 98,2 50,8 30,8 60,62 50,71 50,3 49,84 30,2 61,06 mistar ingsut digital (0,01 mm) (mm) 39,9 39,28

mm)(m) (0,05mm) (mm) 39,2 29,4

c lebar (L) I1 I2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f

28 99 54 46 29 3 199 75

30

30,84 99,7

29,9 99,93 50,55 50,28 30,23 29,81 200,45 102,46

30 99 50 50 30 30 200 100

30,2 100,5 50,45 50,1 30,1 30,4 189,55 89,9

30,6 100,2 49,2 50,65 30,29 30,28 203,42 101,27

31,14 100,23 49,05 48,3 30,3 30,44 201,58 100,02

51,2 45 20,8 30 200,19 93,5

52,08 49,52 33,6 29,5 201,62 103,4

Tabel 4.5. Tabel pengukuran Bambang Wahyu Jati PENGUKURAN POLIMER mistar DIMENSI mistar (mm) ingsut biasa (mm) d1 d2 panjang (P) P1 P2 P3 a b c lebar (L) I1 I2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f 41 41 200 49 10,2 49 29 60 30 98,5 49 49 30 30 201 101 49,7 100 50,3 29,2 59,8 30,1 100 50,7 49,7 30,2 30,3 199,7 100,5 50 99,2 50,2 30,54 60,96 30,36 97,4 49,8 47,68 30,98 30,46 202,76 101,94 49,03 99,59 50,14 29,36 58,47 30,4 99,73 52,14 48,07 29,63 29,31 201,83 100,62 40,6 40 mistar ingsut dial (mm) 40,4 40,5 mistar ingsut digital (mm) 41,92 41,68 40 40 200 50 10 50 30 60 30 100 50 50 30 30 200 100 49,9 99,9 49,9 30,4 60,6 30,6 100,3 50,5 50 30,4 30,1 201,3 100,4 50,73 98,88 48,02 31,49 60,43 30,46 100,19 30,78 50,77 30,22 30,57 201,92 100,39 49,3 98,58 48,25 30,59 60,4 29,63 100,12 48,97 48,62 30,48 30,44 200,4 100,81 mistar (mm) PENGUKURAN BESI mistar ingsut biasa (mm) 39,8 39,9 mistar ingsut dial (mm) 39,94 39,6 mistar ingsut digital (mm) 39,89 39,89

15

Tabel 4.6. Tabel pengukuran Akmal Pengukuran Plimer Dimensi Mistar Mistar Ingsut Biasa d1 d2 Panjang (P) P1 P2 P3 a b c Lebar (L) l1 l2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f 41 41,5 200 50 100 50 28,5 58,5 29 100 50 50 30 29,5 40,4 40,78 48,9 Mistar Ingsut Dial 40,58 40,4 49,9 Misatr Ingsut Digital 41,05 40,77 49,99 99,99 49,08 29,61 59,04 29,05 99,2 49,71 49,76 29,35 29,85 42 41,5 200 50 48,85 Mistar Pengukuran Besi Mistar Ingsut Biasa 39,3 39,35 49,46 Mistar Ingsut Dial 39,75 39,63 50,04 Mistar Ingsut Digital 40,92 40,26

100,7 100,44 49,32 28,1 58,74 28,3 99,8 49,6 49,52 30 29,6 49,5 30 59,6 29,64 99,14 49,56 48,12 30,02 29,92

100 100,75 100,86 100,28 50 29,5 58,5 29,5 100 50 50 29,5 29,5 201 100,5 48,55 29,25 58,5 29,4 50,26 30,42 60,29 30,09 49,34 30,46 60,26 30,54

100,2 100,05 100,24 48,8 49,4 29,4 29,55 49,61 49,83 30,37 30,17 48,42 49,2 30,34 30,28

198,5 196,32 200,22 199,52 101 100,38 100,34 99,97

195,8 200,18 202,44 98,3 100,17 100,88

Tabel 4.7. Tabel pengukuran Ebzan Oktavio pengukuran polimer Mistar dimensi Mistar ingsut biasa d1 d2 panjang (P) p1 42 42 200 50 49,74 46,54 48,53 16 43,14 44,32 mistar ingsut dial 44,92 44,18 mistar ingsut digital 43,48 42,63 42 42 200 51 49,02 48,04 49,73 pengukuran besi Mistar mistar ingsut biasa 39,42 39,42 mistar ingsut dial 39,08 39,08 mistar ingsut digital 39,34 39,41

p2 p3 a b c Lebar (L) I1 I2 E F a+d1+b+d2+c e+d2+f

103 50 28 59 29 99 51 51 30 30

97,8 49,74 28,4 57,46 29,2 99,4 48,14 48,14 29,8 29,8

96,52 101,18 30,48 29,58 56,38 29,48 99,82 47,38 48,5 28,38 30,88 48,5 27,18 58,2 28,01 99,03 48,23 48,98 28,41 29,16 199,5 100,2

102 51 29 59 29

99,82 49,02 30,2 60,1 30,32

95,24 48,92 31,52 60,24 30,12

100,5 49,71 30,13 60,35 30,36

99 100,42 100,18 100,73 51 51 30 30 48,8 48,8 32,7 30,32 48,92 48,92 31,54 30,34 48,35 49,05 30,26 30,79

200 202,52 204,54 102 103,92 103,44

201 199,46 200,04 199,59 102 102,44 100,96 100,46

4.2. 4.2.1.

Pembahasan Terdapat perbedaan antara pengukuran benda kerja dengan empat alat ukur yang digunakan. Hal ini terjadi dikarenakan setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda, mistar dengan ketelitian 0,5 mm , mistar ingsut biasa dengan ketelitian 0,05 mm, mistar ingsut dial dengan ketelitian 0,01 mm, dan mistar ingsut digital dengan ketelitian 0,001 mm. Objek dengan material yang berbeda (polimer dan besi) pun menunjukkan hasil ukur yang berbeda, selain karena disebabkan oleh ketelitian alat ukur yang bermacammacam, juga disebabkan oleh perbedaan material atau bahan objek ukur. Perbedaan material ini membuat praktikan memberikan perlakukan yang berbeda pada saat melakukan pengukuran pada polimer dan besi. Pada saat mengukur besi, praktikan dapat dengan mudah mengukur dimensinya karena sifat besi yang keras dan tidak mudah bergeser saat dilakukan pengukuran. Sedangkan saat melakukan pengukuran pada polimer, praktikan dituntut untuk lebih berhati-hati, karena polimer berbahan lunak sehingga jika praktikan mengukur polimer tersebut dengan mistar atau jangka sorong secara tidak hati-hati, bisa merusak objek tersebut. Jika hal itu terjadi, maka hasil pengukuran dimensi akan menunjukkan nilai yang berbeda. Kekuatan penekanan saat pengukuran juga menyebabkan hasil pengukuran menjadi berbeda. Selain itu kita juga harus lebih waspada karena polimer mudah bergeser sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

4.2.2.

Adanya perbedaan antara pengukur satu dengan yang lainnya dikarenakan tingkat ketelitian dan kemahiran menggunakan alat ukur tiap praktikan berbeda-beda. Setiap 17

praktikan juga memiliki cara pengukuran yang berbeda-beda dan penekanan pada benda kerja tiap praktikan juga berbeda,contohnya dalam mengukur benda kerja sebaiknya alat ukur tegak lurus dengan dimensi yang ingin praktikan cari, tetapi karena adanya human error posisi alat ukur tidak pas tegak lurus dengan benda kerja, sehingga menyebabkan hasil pengukuran yang berbeda antar praktikan.

4.2.3.

Secara teoritis seharusnyai a + d1 + b + d2 + c = p dan e + d2 + f = l ,tetapi pada

kenyataannya hanya beberapa dari praktikan yang mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori perhitungan dimensi tersebut. Hasil penjumlahan dari bagian-bagian dimensi tidak sama dengan hasil pengukuran panjang dimensi seluruhnya. Hal ini disebabkan karena kecermatan praktikan yang kurang dan karena adanya ketidakkonsistenan dalam pengukuran. Pada pengukuran dimensi yang berbeda, praktikan bisa saja secara tidak sadar berbuat perlakuan yang berbeda. Sehingga hasil penjumlahan yang harusnya setara dengan hasil panjang dimensi total menjadi tidak terpenuhi. Dari pengukuran dimensi panjang dengan 4 alat ukur (mistar, mistar ingsut biasa, mistar ingsut dial, mistar ingsut digital) pada 2 objek ukur (polimer dan besi) seharusnya diperoleh 4 hasil ukur dimensi panjang. Pada praktikum ini hanya diperoleh dua hasil ukur dimensi panjang (P), yaitu dimensi panjang pada polimer dan pada besi menggunakan mistar. Hal ini disebabkan karena mistar ingsut memiliki jangkauan lebih pendek untuk benda yang diukur dibandingkan dengan mistar yang digunakan dalam praktikum. Sehingga, alat ukur dengan ketelitian yang lumayan tinggi seperti mistar ingsut pun memiliki keterbatasan, yaitu adalah terbatasnya panjang dimensi yang mampu diukur.

18

BAB V PENUTUP

5.1.

Kesimpulan Pada empat alat ukur, hanya mistar yang dapat mengukur dimensi panjang benda

kerja, alat ukur lain yaitu mistar ingsut dan berbagai jenis mistar ingsut lainnya (mistar ingsut skala nonius, mistar ingsut jam ukur, dan mistar ingsut digital) tidak dapat mengukur dimensi panjang benda kerja dikarenakan memiliki keterbatasan pada alat ukur walaupun memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil pengukuran menjadi berbeda adalah ketelitian alat ukur, kecermatan dan kemahiran praktikan menggunakan alat ukur, dan kekonsistenan perlakuan dalam pengukuran. 5.2. Saran Praktikan harus konsisten ketika melakukan pengukuran supaya mendapatkan hasil yang tepat sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya perbedaan pengukuran. Dalam

19

memilih alat ukur, juga harus mempertimbangkan ketelitian alat ukur dan disesuaikan dengan objek ukur agar alat ukur dapat menjangkau seluruh dimensi objek ukur.

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Proses dan Sistem Produksi. 2013. Modul 1 TKI 2504 Praktikum Alat Bantu dan Statistika. Yogyakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong (Diakses tanggal 28 Februari 2013 pukul 23.00) http://www.scribd.com/doc/51292825/laporan-mistra-ingsut (Diakses 27 Februari 2013 pukul 22.00)

20

LAMPIRAN

21

22

Anda mungkin juga menyukai